Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Tanwiriyyah

BAB III SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN TANWIRIYYAH

A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Tanwiriyyah

Pondok pesantren tumbuh sebagai perwujudan dari strategi umat Islam untuk mempertahankan eksistensinya terhadap kemajuan Islam. Dalam perkembangannya, komponen pesantren yang terdiri dari surau atau masjid, menjadi tempat pengajian yang menampung banyak pelajar. 47 Sejak negara kita dijajah oleh orang-orang Barat, yang di dominasi oleh orang-orang beragama Kristen, ulama-ulama kita bersikap non-koperatif terhadap kaum penjajah serta mendidik santri-santrinya dengan sikap politis anti penjajah serta non-kompromi terhadap mereka dalam bidang pendidikan agama yang ada di pondok pesantren. Yang dimaksud dengan sikap politis ini ialah ‘politik etis’, 48 yang salah-satu perwujudannya adalah bahwa Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk pribumi yang bersifat umum atau massal dari sebelumnya. Dalam politik etis ini Belanda menerapkan sistem penerimaan muridnya yang diskriminatif berdasarkan kriteria strata sosial. Lebih penting lagi adalah sifat dan tujuan pendidikan itu sendiri, yang untuk 47 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, h. 212. 48 Politik Etis adalah, politik balas budi yang dilakukan Belanda terhadap Indonesia karena telah diperasnya kekayaan alam Indonesia, yang bertujuan untuk memberi prioritas utama kepada kepentingan rakyat Indonesia di dalam kebijakan Belanda. Tiga prinsip dasar kebijakan baru itu adalah, Pendidikan, Pengairan dan, Perpindahan Penduduk. Diresmikan oleh Ratu Wilhelmina pada tahun 1901. Lihat; M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005, h. 320. sebagian besar masih bersifat dukungan atau penunjangan kepada tujuan- tujuan kolonialisme Belanda. 49 Dari segi kultural, para ulama Islam pada saat itu berusaha menghindarkan tradisi serta ajaran agama Islam dari pengaruh kebudayaan Barat, terutama yang dibawa oleh penjajah. Segala sesuatu yang berbau Barat secara apriori masa bodoh ditolak oleh mereka, termasuk sistem pendidikan, bahkan juga cara dan mode pakaian Barat yang dipandang haram oleh ulama- ulama Islam pada masa itu. Oleh karena itu, pada masa penjajahan tersebut pondok pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan Islam yang menggembleng kader-kader umat Islam yang tangguh dan gigih dalam mengembangkan agama serta menentang keras dari segala bentuk penjajahan. Dari lembaga pendidikan pondok pesantren inilah jiwa patriotisme dan jiwa fanatisme terhadap agama muncul. 50 Nilai-nilai Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang jika hanya diajarkan saja, tetapi harus disajikan melalui proses pendidikan. Nabi Muhammad SAW telah mengajak orang untuk beriman, beramal, serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari satu sisi kita melihat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap dan mental yang akan terwujud dalam satu amal perbuatan, baik untuk keperluan diri sendiri maupun untuk keperluan orang lain. Di sisi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. 49 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 248. 50 Nurcholis Madjid, Muda: Islam Kerakyatan dan Keindonesia-an, Bandung: Mizan, 1996, h. 221. Karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Lebih dari itu, karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam mencakup pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. 51 Pesantren sebagai lembaga pendidikan sosial keagamaan, sesungguhnya sepanjang sejarahnya telah mampu melahirkan manusia- manusia tangguh, baik lahir maupun batin. Hal itu dimungkinkan, karena pedoman dari pendidikan pesantren tidak lain adalah ajaran dan nilai-nilai agama yang sangat menekankan pentingnya hubungan erat yang harmonis antara manusia dengan Tuhannya, dan hubungan antara manusia dengan sesamanya. 52 Dalam kaitan tersebut, Pondok Pesantren Tanwiriyyah dirintis pertama kali oleh K.H. Hasan Mukri pada tahun 1908 di Desa Sindanglaka Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur. Selanjutnya, pondok pesantren Tanwiriyyah ini pada tahun 1949 dilanjutkan oleh putranya yang bernama K.H. Muhsin Tanwiri. Sebagai seorang ulama yang hadir ditengah-tengah masyarakat desa Sindanglaka, maka beliau merasa mempunyai tanggung jawab moral terhadap perkembangan dan kemajuan masyarakat Islam di desa Sindanglaka. Masa kecil beliau saat berusia 17 bulan diasuh dan dipelihara oleh pamannya K.H. Muhidin dan bibinya Hj. Tita Sopiah sampai berusia tujuh tahun. Sejak itu pula beliau di sekolahkan ke Verwooleg setingkat 51 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 28. 52 Ibid., h. 29. dengan Sekolah Rakyat SR dengan jenjang pendidikan tiga tahun untuk belajar menulis, membaca dan ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian melanjutkan ke Holand International School HIS yang di selenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten Cianjur. Disana beliau belajar bahasa Arab dan bahasa Belanda. Pada saat usia beliau 14 tahun, ia banyak belajar kitab- kitab kuning terhadap ayahnya sendiri K.H. Hasan Mukri. Tercatat 10 kitab Syariah yang mampu dipelajarinya hanya dalam waktu tiga tahun. 53 Dengan modal pengetahuan-pengetahuan inilah K.H. Muhsin Tanwiri mendirikan Pondok Pesantren Tanwiriyyah pada tahun 1949. Pada masa awal pondok pesantren Tanwiriyyah hanya memiliki empat orang santri diantaranya, Abdurahman, Siti robiah, Siti Nurhayati dan Aceu Saribanon, yang masih merupakan bagian dari keluarga besarnya. 54 Pada tanggal 1 januari 1970 K.H. Muhsin Tanwiri mendirikan Madrasah Ibtidaiyah MI. Dengan dibukanya Madrasah Ibtidaiyah ini maka banyak murid-murid yang berdatangan dari luar desa Sindanglaka. Sebagai seorang figur, K.H. Muhsin Tanwiri selalu berfikir bagaimana langkah selanjutnya untuk sebuah perkembangan, perubahan dan kemajuan masyarakat yang ada disekitarnya. Beliau dikenal santun terhadap siapapun yang ditemuinya. Segala pendapat dan perbuatannya dalam melakukan sesuatu perubahan didesanya selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu kepada 53 Kesepuluh kitab itu adalah, 1.Fathul Qarib Syarh Matam Taqrib Ibnu Qasim al Ghazi 1512 M, 2.Fathul Muin Syarh Qurratul’ain Zainuddin al Malibari 1574 M, 3.Minhajut Thalibin An Nawawi 1277 M, 4.Hasyiyah Fathul Qarib Ibrahim al Bajuri 1891 M, 5.Al Iqna Syarbini 1569 M, 6.Tuhfah Ibnu Hajar 1891 M, 7.Nihayah Ramli 1550 M, 8.Idhatun Nasyiin Mustafa al Ghalayani, 9.Fathul Wahhab Abi Yahya, 10.Jam’ul Jawami Al Banani. K.H. Deden Jauhar Tanwiri, Direktori Pondok Pesantren Tanwiriyyah, Cianjur: 1997, h. 1. 54 Ibid., h. 2. masyarakat setempat. Ini yang menjadikan beliau mudah dikenal dan disegani oleh warganya. Dalam mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, beliau bermusyawarah dengan keluarga dan masyarakat setempat, jadi tidak ada yang merasa tersaingi oleh K.H. Muhsin Tanwiri. 55

B. Tujuan Dan Visi Misi Berdirinya Pondok Pesantren Tanwiriyyah

Dokumen yang terkait

boarding school pondok pesantren islamic

0 10 8

Pengembangan Kelembagaan Pesantren Sebagai Upaya Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus Pondok Pesantren Miftahulhuda Al-Musri’ Desa Kertajaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

5 64 161

PERAN PONDOK PESANTREN TERHADAP PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN Peran Pondok Pesantren Terhadap Pendidikan Dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Pondok Pesantren Baitul Musthofa Mojosongo, Jebres, Surakarta).

0 1 17

PENDAHULUAN Peran Pondok Pesantren Terhadap Pendidikan Dan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Pondok Pesantren Baitul Musthofa Mojosongo, Jebres, Surakarta).

0 1 16

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN “IMAM SYUHODO” DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT DESA WONOREJO PERAN PONDOK PESANTREN MODERN “IMAM SYUHODO” DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT DESA WONOREJO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010.

0 1 14

BAB II PONDOK PESANTREN, FUNGSI DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT A. Batasan Tentang Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren - Fungsi Dakwah Pondok Pesantren Muhammadiyah Sabilil Muttaqien dalam Pengembangan Masyarakat Islam Gisting Bawah Kabupat

0 2 51

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PONDOK PERSPEKTIF EKONOMI (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Fatah Natar Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

0 3 14

ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PONDOK PERSPEKTIF EKONOMI (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Fatah Natar Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

0 0 42

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al Fatah Natar - ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PONDOK PERSPEKTIF EKONOMI (Studi Pada Pondok Pesantren Al-Fatah Natar Lampung Selat

0 0 18

BAB IV PEMBAHASAN A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap Kesejahteraan Pondok 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah - ANALISIS PEMBERDAYAAN EKONOMI PONDOK PESANTREN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN PO

0 0 12