Pengertian Gigi Mobiliti Faktor Penyebab Terjadinya Gigi Mobiliti

Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010.

BAB 2 PERAWATAN GIGI MOBILITI AKIBAT PENYAKIT PERIODONTAL

Gigi mobiliti adalah masalah dental yang terjadi karena penyakit ataupun cedera terhadap gingiva dan tulang yang mendukung gigi. Masalah ini menyebabkan nyeri akut pada gigi khususnya ketika gigi digunakan untuk mengunyah dan memungkinkan terjadinya kehilangan gigi. Gigi mobiliti sering terjadi pada pasien yang menderita periodontitis kronis, trauma karena oklusi dan juga pada pasien dengan trauma karena oklusi yang disertai periodontitis kronis. 1 Dalam uraian ini akan dijelaskan mengenai pengertian gigi mobiliti, faktor penyebab terjadinya gigi mobiliti serta perawatan yang dapat dilakukan terhadap kasus gigi mobiliti.

2.1 Pengertian Gigi Mobiliti

Gigi mobiliti diartikan sebagai pergerakan gigi pada dataran vertikal atau horizontal. Derajatnya tergantung pada lebar ligamen periodontal, area perlekatan akar, elastisitas prosesus alveolar dan fungsi dari masing-masing gigi. Gigi yang berakar tunggal umumnya lebih mudah goyang dibandingkan dengan gigi yang berakar banyak. Oleh karena itu, gigi insisivus merupakan gigi yang paling sering mengalami mobiliti. 2 Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010. Dalam keadaan yang normal gigi juga memiliki derajat mobiliti. Mobiliti ini disebut sebagai mobiliti fisiologis. Mobiliti fisiologis paling besar terjadi di pagi hari karena adanya peningkatan sewaktu tidur dan secara perlahan berkurang di siang hari setelah gigi menerima tekanan fungsional dari pengunyahan, penelanan, dan ketika berkontak dengan antagonisnya. 2 Batas mobiliti fisiologis ini adalah 0,15 mm. Mobiliti yang melebihi rentang fisiologis disebut sebagai mobiliti yang abnormal atau patologis. Disebut patologis karena melebihi batas nilai mobiliti normal yang mampu diterima oleh periodonsium. 2 Secara klinis, gigi mobiliti dapat dibedakan atas mobiliti reversibel dan mobiliti irreversibel. Mobiliti reversibel adalah jenis mobiliti pada gigi yang terjadi akibat tekanan yang abnormal atau inflamasi. Mobiliti yang terjadi dapat berkurang atau dihilangkan dengan menyingkirkan faktor penyebab. Sedangkan mobiliti irreversibel merupakan jenis mobiliti yang ditandai dengan berkurangnya dukungan periodonsium. Derajatnya dapat dikurangi tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun telah dilakukan perawatan. 2

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Gigi Mobiliti

Terjadinya peningkatan gigi mobiliti yang patologis dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti kehamilan, status penyakit lokal atau sistemik, trauma akibat pergerakan ortodonti, kebiasaan hiperfungsi dan hipofungsi. Namun, dua faktor yang Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010. paling sering terlibat adalah inflamasi yang disebabkan akumulasi plak dan tekanan oklusal yang berlebihan. 2 a. Inflamasi yang disebabkan akumulasi plak Inflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal seperti gingivitis dan periodontitis merupakan akibat dari akumuasi plak dan mikroorganisme yang menempel pada gigi. 3 Penjalaran inflamasi dari tepi gingiva ke struktur periodontal pendukung lebih lanjut akan berakibat terhadap hilangnya perlekatan jaringan pendukung dan resorpsi tulang di sekitar gigi. Pada keadaan ini juga terjadi saku infraboni dan kehilangan tulang angular sehingga meningkatnya mobiliti akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar pendukung gigi juga tidak dapat dihindari. 5 Gambar 1. Radiografi kehilangan tulang angular akibat penyakit periodontal Philstrom BL, Michaloicz BS, Johnson NW. Periodontal disease. The Lancet 2005;366:1812 b. Trauma karena oklusi Trauma karena oklusi diartikan sebagai trauma terhadap periodonsium karena tekanan fungsional ataupun parafungsional yang menyebabkan kerusakan terhadap perlekatan pada periodonsium karena melebihi kapasitas adaptif dan reparatifnya. 6 Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010. Lesi yang terjadi akibat trauma karena oklusi dapat terjadi bersamaan dengan, atau pada periodonsium yang mengalami inflamasi. 4 Menurut penelitian Ericcson dan Linde, trauma oklusi yang berlebihan ketika dikombinasi dengan periodontitis akan mempercepat kehilangan perlekatan. Namun pada keadaan tanpa inflamasi, tekanan oklusal yang berlebihan akan meningkatkan terjadinya kehilangan tulang dan mobiliti pada gigi. 5 Secara umum dikenal dua bentuk trauma karena oklusi: 1. Trauma karena oklusi primer Trauma oklusi primer diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal yang berlebihan yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodonsium yang sehat atau normal. 7 2. Trauma karena oklusi sekunder Trauma oklusi sekunder diartikan sebagai cedera atau kerusakan akibat dari tekanan oklusal yang normal yang diterima gigi pada gigi dengan dukungan periodonsium yang inadekuat atau lemah. 7 Gambar 2. Gambaran radiografi tulang alveolar akibar trauma karena oklusi http:en.wikipedia.orgwikiOklusal_trauma Enamia Sanitin Ginting : Manajemen Gigi Mobiliti Akibat Penyakit Periodontal, 2010. Tanda klinis yang paling umum terjadi pada pasien trauma karena oklusi adalah meningkatnya derajat mobiliti gigi. Terjadinya mobiliti ini adalah sebagai adaptasi periodonsium terhadap tekanan berlebihan yang diterimanya. 5 Selain itu, tanda klinis lain yang mungkin ditemui pada pasien dengan trauma karena oklusi adalah migrasi gigi, nyeri pada gigi atau ketidaknyamanan pada waktu pengunyahan atau perkusi, lemahnya otot-otot pengunyahan, timbulnya faset pada gigi, retaknya enamel atau fraktur pada mahkota atau akar, dan fremitus. 4 Gambaran radiografis seperti pelebaran ruang ligamen periodontal, kerusakan lamina dura, radiolusensi pada daerah furkasi atau pada apeks gigi yang vital dan resorpsi pada daerah akar sering menyertai pasien dengan trauma karena oklusi. 4 Untuk menegakkan diagnosa terhadap pasien dengan trauma karena oklusi, sejumlah tanda dan gejala klinis maupun radiologis harus ditemukan pada sistem pengunyahan, namun prosedur tambahan seperti tes pulpa vital dan evaluasi terhadap kebiasaan parafungsi dapat membantu menegakkan diagnosa. 4

2.3 Perawatan Terhadap Gigi Mobiliti