Gambaran Pengguna Alat Kontrasepsi pada Ibu-Ibu di Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau di Kota Duri Riau Tahun 2011

(1)

GAMBARAN PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI PADA

IBU-IBU DI PUSKESMAS SEBANGAR DI KECAMATAN

MANDAU KOTA DURI RIAU TAHUN 2011

Oleh :

VERONIKA MARBUN

080100368

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

GAMBARAN PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI PADA

IBU-IBU DI PUSKESMAS SEBANGAR KECAMATAN MANDAU

DI KOTA DURI TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

VERONIKA MARBUN

080100368

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul :

Gambaran Pengguna Alat Kontrasepsi pada Ibu-Ibu di Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau di Kota Duri Riau Tahun 2011

Yang dipersiapkan oleh:

Veronika Marbun 080100368

Laporan Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke lahan pernelitian

Medan, 17 Desember 2011 Disetujui,

Dosen Pembimbing


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran Pengguna Alat Kontrasepsi Pada Ibu-Ibu di Puskesmas

Sebangar Kecamatan Mandau di Kota Duri Riau Tahun 2011

Nama : Veronika Marbun NIM : 080100368

Pembimbing Penguji I

(dr.Ichwanul Adenin,Sp.OG(K)) (dr. Nurchaliza H. Siregar Sp.M )

NIP.19590223 1986031 001 NIP. 19700908 200003 2 001

Penguji II

(dr. Lidya Imelda Laksmi Sp. PA) NIP.19760110 200812 2 000

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(5)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Usia reproduksi perempuan pada umumnya adalah usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB.

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi pada ibu-ibu di Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau di Kota Duri Riau pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan metode potong-lintang retrospektif. Data didapat dikumpulkan dengan menggunakan lembar checklist. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 orang ibu-ibu yang sedang menggunakan alat-alat kontrasepsi.

Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan ada 100 orang ibu-ibu yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, dengan prevalensi umur terbanyak 31-35 tahun (30 pasien; 30,0%), pendidikan terbanyak pendidikan SMP (49 pasien; 49,0%), kelompok ekonomi terbanyak Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000 (85 pasien; 85,0%), menggunakan terbanyak jenis kontrasepsi jenis suntik KB (92 pasien; 92,0%), persepsi terhadap nilai anak (100 pasien; 100,0%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini diharapkan akseptor lebih efektif dalam pemilihan alat kontrasepsi lainnya seperti IUD dan implan karena efek alat kontrasepsi suntik KB dapat meyebabkan gangguan haid dan berat badan akseptor.


(6)

ABSTRACT

Backgrounds: Contraception are efforts to prevent pregnancy. These efforts can be a period of timr, can be also permanent. Reproductive age of woman is between 15-49 years old. That is the reason to manage the number of birth or to space the birh, women more be prioritiazed to use tool or way of family planning.

Methods: This research aim to kow the autline of using contraception tools on mothers in Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau in Duri Riau 2011. This research was done with descriptive methode, that use approach cross sectional-retrospective. This Research is taken with 100 mother that is still uring contraception tools.

Results: From this research is showed that 100 mothers that is still lusing contraception most in age 31-35 years old (30 patients; 30,0%), most of them SMP (49 patients; 49,0%), the most economy class Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000 (85 patients; 85,0%). Most of them use injecting KB (92 patients; 92,0%), preception of children value (100 patients; 100,0%).

Conclusion: From this research is suggested to acception to be more effective in choosen the other contraception tools like IUD and implant, because effect of ijection KB can make menstrual distrubance and add acceptor weight.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Gambaran Pengguna Alat Kontrasepsi pada Ibu-Ibu di Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau di Kota Duri Riau Tahun 2011”. Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG (K), selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Nurchaliza H. Siregar, Sp.M dan Ibu dr. Lidya Imelda Laksmi, Sp.PA, selaku dosen penguji yang telah memberikan penilaian terhadap penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

5. Rasa hormat dan terima kasih saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Manahar Marbun dan ibunda Emma Farida Siagian, atas doa, perhatian, dan dukungan kepada saya.

6. Seluruh staf yang bekerja dan ibu-ibu di Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau di Kota Duri Riau yang telah membantu saya menyelesaikan karya tulis ini.

7. Teman-teman saya, Dhika Alloyna Sinuhaji, Dewi Putri Rejekinta Berutu, Conny Napitupulu, Handayan Hutabarat, Febrine Sinaga, Muhammad Ikhsan, Muhammad Rizal Abdul Munaf dan teman-teman


(8)

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Serta terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan, Arie Aditya dan Fitri Hutasuhut. Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 12 Desember 2011 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan... iii

Lembar Pengesahan... iv

Abstrak………... v

Abstact... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar isi... ix

Daftar Tabel... xi

Daftar Gambar... xii

Daftar Lampiran... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... ...1

1.1.Latar Belakang ...….1

1.2.Rumusan Masalah ...….2

1.3.Tujuan Penelitian ...….2

1.4.Manfaat Penelitian ...….2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………...3

2.1. Alat Kandungan Wanita ...….3

2.1.1. Alat Kandungan Luar ... ...3

2.1.2. Alat Kandungan Dalam ...4

2.2. Fertilisasi Pada Wanita ...5

2.3. Kontrasepsi ... ...6

2.4. Metode Kontrasepsi ...6

2.4.1. Metode Sederhana ...….6

2.4.1.1. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat ...….6

2.4.1.1.1 Sanggama Terputus ...….6

2.4.1.1.2.Pantang Berkala ...….7

2.4.1.2. Kontrasepsi Dengan Menggunakan Alat... ...….7

2.4.1.2.1 Kondom ...….7

2.4.1.2.2.Spermisida ...….9

2.4.2. Metode Modern ...10

2.4.2.1 Kontrasepsi Hormonal ...10

2.4.2.2.1. Pil ...10

2.4.2.2.2. Suntikan Progestin ...12

2.4.2.2.3. Implant/Susuk ...13

2.4.2.2.4. AKDR ...14

2.5. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi16 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……...18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...18


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN………...20

4.1. Rancangan Penelitian ...20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ...21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ...21

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Rancangan Penelitian ...22

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...22

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel...22

5.1.3 Deskripsi Berdasarkan Usia ...22

5.1.4 Deskripsi Berdasarkan Jenis KB ...23

5.1.5 Deskripsi Berdasarkan Pendidikan...23

5.1.6 Deskripsi Berdasarkan Pendapatan Perbulan...24

5.1.7 Deskripsi Berdasarkan Pentingnya Kehadiran Anak...24

5.1.8 Pembahasan...24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ...28

6.2. Saran ...28

DAFTAR PUSTAKA...29


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.1.

5.2.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis KB

22

23

5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Pendidikan Terakhir 23

5.4.

5.5.

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Pendapatan Perbulan

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Pentingnya Kehadiran Anak

24


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita 5

3.2. Contoh-contoh AKDR 14


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Rancangan Lembar Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Ethical Clearance


(14)

ABSTRAK

Latar Belakang: Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Usia reproduksi perempuan pada umumnya adalah usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB.

Metode: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi pada ibu-ibu di Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau di Kota Duri Riau pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan metode potong-lintang retrospektif. Data didapat dikumpulkan dengan menggunakan lembar checklist. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 orang ibu-ibu yang sedang menggunakan alat-alat kontrasepsi.

Hasil: Dari hasil penelitian ini didapatkan ada 100 orang ibu-ibu yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, dengan prevalensi umur terbanyak 31-35 tahun (30 pasien; 30,0%), pendidikan terbanyak pendidikan SMP (49 pasien; 49,0%), kelompok ekonomi terbanyak Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000 (85 pasien; 85,0%), menggunakan terbanyak jenis kontrasepsi jenis suntik KB (92 pasien; 92,0%), persepsi terhadap nilai anak (100 pasien; 100,0%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini diharapkan akseptor lebih efektif dalam pemilihan alat kontrasepsi lainnya seperti IUD dan implan karena efek alat kontrasepsi suntik KB dapat meyebabkan gangguan haid dan berat badan akseptor.


(15)

ABSTRACT

Backgrounds: Contraception are efforts to prevent pregnancy. These efforts can be a period of timr, can be also permanent. Reproductive age of woman is between 15-49 years old. That is the reason to manage the number of birth or to space the birh, women more be prioritiazed to use tool or way of family planning.

Methods: This research aim to kow the autline of using contraception tools on mothers in Puskesmas Sebangar Kecamatan Mandau in Duri Riau 2011. This research was done with descriptive methode, that use approach cross sectional-retrospective. This Research is taken with 100 mother that is still uring contraception tools.

Results: From this research is showed that 100 mothers that is still lusing contraception most in age 31-35 years old (30 patients; 30,0%), most of them SMP (49 patients; 49,0%), the most economy class Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000 (85 patients; 85,0%). Most of them use injecting KB (92 patients; 92,0%), preception of children value (100 patients; 100,0%).

Conclusion: From this research is suggested to acception to be more effective in choosen the other contraception tools like IUD and implant, because effect of ijection KB can make menstrual distrubance and add acceptor weight.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha–usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat berbagai berikut: 1) dapat dipercaya; 2) tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3) daya kerjanya dapat dapat diatur menurut kebutuhan (Sarwono, 2008).

Menurut Riskesdas (2010) usia reproduksi perempuan pada umumnya adalah usia 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita atau pasangan ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan alat atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor (DEPKES RI, 2009).

Proporsi wanita umur 15–49 tahun berstatus menikah yang sedang menggunakan atau memakai alat KB menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2008 sebesar 56,62%, tidak banyak mengalami perkembangan sejak tahun 2009 peserta KB aktif sebesar 75,70% provinsi dengan presentase peserta KB aktif tertinggi adalah Bengkulu (85,5%), Bali (85,1%), dan DKI Jakarta (82%) sedangkan presentase peserta KB aktif terendah adalah Papua (33,9), Maluku Utara (59,5%), dan Kepulauan Riau (64,3 %) ( DEPKES RI, 2009).

Berdasarkan dari hasil persentase peserta KB aktif terendah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian penggunaan alat kontrasepsi karena di puskesmas Duri di kota Duri Riau penggunaan alat-alat kontrasepsi masih kurang dan juga kurangnya perhatian atau minat masyarakat terhadap penggunaan alat-alat kontrasepsi.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran ibu-ibu terhadap penggunaan alat-alat kontrasepsi di Puskesmas Sebangar, di Kecamatan Mandau, Kota Duri, Riau?

1.3.Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi pada ibu-ibu di Puskesmas Sebangar, di Kecamatan Mandau, Kota Duri, Riau.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui usia pengguna (akseptor) yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi pada ibu–ibu di Puskesmas Sebangar, di Kecamatan Mandau, Kota Duri, Riau.

2. Mengetahui jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan di Puskesmas Sebangar, di Kecamatan Mandau, Kota Duri, Riau.

3. Mengetahui gambaran prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada ibu– ibu di Puskesmas Sebangar, di Kecamatan Mandau, Kota Duri, Riau.

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Sebagai pembelajaran bagi penelitian–penelitian mengenai alat kontrasepsi yang baik digunakan pada ibu – ibu.

2. Membantu memberi informasi tambahan mengenai alat kontrasepsi bagi masyarakat.

3. Sebagai informasi tambahan bagi Depkes RI untuk melengkapi informasi penggunaan alat kontrasepsi di Puskesmas Sebangar, di Kecamatan Mandau, Kota Duri, Riau.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Kandungan Wanita

2.1.1. Alat kandungan luar

Alat kandungan luar dalam arti sempit adalah alat kandungan yang dapat dilihat dari luar bila wanita dalam posisi litotomi. Fungsi alat kandungan luar dikhususkan untuk kopulasi (koitus). Menurut mocthtar (1998), yang termasuk alat kandungan luar adalah:

1. Mons veneris

Daerah yang menggunung di atas simfisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan (pubes) apabila wanita beranjak dewasa. Pada wanita rambut ini tumbuh membentuk sudut lengkung sedangkan pada pria membentuk sudut runcing ke atas.

2. Bibir besar kemaluan (labia majora)

Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris. 3. Bibir kecil kemaluan (labia minor )

Bagian dalam dari bibir besar berwarna merah jambu. Disini dijumpai frenulum klitoris, preputium, dan frenulum pudenti.

4. Vulva

Bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sanpai ke belakang dibatasi perineum.

5. Vestibulum

Terletak dibawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri. Disini dijumpai kelenjar vestibuli major (kelenjar Bartholini) dan kelenjar vestibulum minor.

6. Introitus vagina Pintu masuk ke vagina. 7. Selaput dara (hymen)


(19)

Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. Biasanya berlubang membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak berlubang disebut atresia himenalis atau himen imperforata. Himen akan robek pada koitus apalagi setelah bersalin. Sisanya disebut kurunkula himen atau sisa himen.

8. Lubang kemih (orifisium uretra eksterna)

Tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris. Disekitar lubang kemih bagian kiri dan kanan didapati lubang kelenjar skene.

9. Perineum

Terletak di antara vulva dan anus.

2.1.2. Alat Kandungan Dalam

Menurut Wiknjosastro (1998) yang termasuk alat kandungan dalam adalah: 1. Liang Sanggama (vagina )

Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak diantara saluran kemih dan liang dubur. Dibagian ujung atasnya terletak mulut rahim. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut rugae, sedangkan

ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna ruganum.

Dinding vagina terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan forniks lateral kiri dan kanan, forniks anterior, dan forniks anterior, dan forniks posterior. Saluran darah vagina diperoleh dan arteria uterina, arteria vesikalis inferior, arteria hemoroidalis mediana, dan arteria pudendus interna.

2. Rahim (uterus)

Adalah struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil diantara pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar, yaitu: badan rahim (korpus uteri), leher rahim (serviks uteri) dan rongga rahim (kavum uteri).

3. Saluran Telur (tuba falopii)

Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter 3-8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran


(20)

dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Fungsi saluran telur adalah sebagai saluran telur, membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, tempat terjadinya pembuahan (konsepsi= fertilisasi).

4. Indung Telur (ovarium)

Terdapat dua indung telur, masing-masing di kanan dan kiri rahim, dilapisi mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum. Bentuknya seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm × 1,5-2 cm × 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium, ligamentum ovarika dan ligamentum infundibolopelvikum.

Seumur hidupnya, seorang wanita diperkirakan akan mengeluarkan sel telur kira-kira 400 butir. Fungsi indung telur yang utama adalah menghasilkan sel telur (ovum), menghasilkan hormon-hormon (progesteron dan estrogen), dan ikut serta mengatur haid.

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita Sumber: Britanica, 2007


(21)

2.2. Fertilisasi pada wanita

Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur

(ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam

saluran telur. Waktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang menggembung dari tuba falopii (Vander, 2001).

Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi=fertilisasi) (Heffner & Schust, 2005).

Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut getar tuba) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sela mani), pembuahan (konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasentasi (Mochtar, 1998).

2.3. Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah usaha–usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha itu dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Sampai saat ini cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut: (1) dapat dipercaya; (2) tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; (3) daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan; (4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus; (5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus; (6) mudah menggunakannya; (7) murah sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakatnya (Sarwono, 2008).


(22)

2.4. Metode Kontrasepsi 2.4.1. Metode sederhana

2.4.1.1 Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat 2.4.1.1.1. Sanggama Terputus

Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai sekarang. Sanggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari sebelumnya oleh bagian terbesar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira – kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina (Sarwono.2008).

Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya, alat – alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria. Beberapa pria karena faktor jasmani emosional tidak dapat menggunakan cara ini. Selanjutnya, penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni. Menurut sarwono (2008) kegagalan dengan cara ini dapat disebabkan oleh:

a) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi yang mengandung sperma. b) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina.

c) Pengeluaran semen dekat vulva dapat menyebabkan kehamilan.

2.4.1.1.2. Pantang Berkala

Prinsip metode pantang berkala ini adalah tidak melakukan sanggama pada masa subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan massa aman. Sebagai contoh jika seorang wanita mempunyai siklus haid dari hari ke 28 sampai ke 36, maka perhitungannya adalah 28-18 = 10, dan 36- 11 = 25. Maka konsepsi dapat terjadi


(23)

hari ke 10 hingga hari ke 25 daur haid, sehingga masa aman adalah hari pertama sampai hari ke 0 daur haid (Samra-Latif, 2011).

Metode ini tanpa efek samping, gratis, tidak menggunakan bahan kimia, dapat digunakan oleh semua wanita baik tua maupun muda. Bagi wanita, cara ini sangat sulit dilaksanakan karena sukar menentukan saat ovulasi yang tepat terlebih lagi hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur (Sarwono, 2008).

2.4.1.2. Kontrasepsi dengan Menggunakan Alat 2.4.1.2.1. Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom sudah digunakan di Mesir sejak tahun 1350 sebelum Masehi. Pada abad ke 18 diberi nama “ kondom “ yang pada waktu itu digunakan dengan tujuan mencegah penularan penyakit kelamin. Kondom menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga pembuahan dapat dicegah (Sarwono,2008).

Jenis – jenis kondom yang sekarang tersedia beragam tipe (Gebbie, 2005):

1) Sebagian besar kondom terbuat dari karet lateks halus dan berbentuk silinder bulat (garis tengah sekitar 3,0 – 3,5 cm, panjang 15 – 20 cm, tebal 0,03 – 0,08 mm) dengan satu ujung buntu yang polos atau berpentil dan tepi bulat di ujungnya yang terbuka. Kondom dikemas secara individual, digulung sampai ke tepi, dan disegel secara kedap udara dalam kertas timah impermeabel. Apabila kemasan terbuka atau robek, maka kondom di dalamnya cepat rusak.

2) Selama bertahun – tahun hanya tersedia satu ukuran tetapi sekarang diketahui adanya kebutuhan untuk kondom berukuran lebih besar dan lebih kecil dan keduanya saat ini sudah tersedia.

3) Sebagai usaha untuk meningkatkan akseptabilitas, juga diperkenalkan variasi yang berpelumas, mengandung spermisida, berwarna, memiliki rasa, beraroma, dan bertekstur.


(24)

4) Tersedia kondom alergi, yang terbuat dari karet lateks dengan rendah residu dan tidak dipralubrikasi, bagi mereka yang mengalami hipersensitivitas.

5) Kondom yang lebih tebal dan melebihi Standar Inggris dipasarkan terutama untuk hubungan intim per–anus pada pria homoseks untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap infeksi HIV.

Cara Kerja Kondom

Seperti semua metode barier lainnya, kondom mencegah spermatozoa mencapai saluran genital atas wanita (Gebbie, 2005).

Keunggulan Kondom (Gebbie, 2005):

1) Efektif apabila digunakan secara benar dan konsisten.

2) Tersedia luas, murah, dan sering diberikan secara gratis. Tidak ada persyaratan untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan.

3) Mudah digunakan dan tanpa disertai efek samping lokal atau sistemik.

4) Tingkat proteksi yang sangat tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual, termasuk infeksi HIV. Pada uji in vitro, kondom lateks yang utuh tidak dapat ditembus oleh organnisme yang ditularkan melalui hubungan seks termasuk virus.

5) Perlindungan terhadap karsinoma dan penyakit pramaligna serviks.

6) Peningkatan kemampuan seksual pada sebagian pasien dengan ejakulasi dini.

Kekurangan Kondom (Gebbie, 2005): 1) Penampian tidak menarik

2) Sensasi kenikmatan berkurang sewaktu berhubungan intim, terutama transmisi kehangatan tubuh.

3) Perlu dipasang sebelum koitus dan segera dibuang sesudahnya, yang bagi sebagian pasangan dianggap mengganggu aktivitas seksual.

4) Kesulitan ereksi dapat bertambah, walaupun sebagian pria yang sudah lanjut usia mendapati bahwa pemakian kondom membantu mempertahankan ereksi mereka.

2.4.2.2.2 Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia yang di gunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Spermisida menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembunuhan sel


(25)

telur. Spermisida dikemas dalam bentuk aerosol (busa ), tablet vaginal atau krim. Metode ini tidak mengganggu produksi ASI, mudah digunakan dan tidak memerlukan pemeriksaan kesehatan khusus. Perlu ditekankan bahwa pemakaian spermisida sebagai tindakan kontraseptif tunggal tidak dianjurkan dan peran utama zat ini adalah meningkatkan efek kontraseptif dari metode barier yang lain (Sarwono, 2008).

Jenis – jenis spermisida (Manuaba, 1998): 1) Krim dan jeli

Pada bentuk krim, bahan kimia dimasukkan ke dalam suatu bahan dasar sabun stearat, sedangkan pada bentuk jeli dimasukkan ke dalam bahan dasar yang larut air. Kedua bentuk ini mencair pada suhu tubuh dan cepat menyebar ke seluruh vagina.

2) Pesarium vagina

Bahan dasar terdiri dari gelatin, gliserin, tau lilin. Pesarium dikemas dalam kertas timah dan mudah digunakan. Karena cepat menyebar ke seluruh vagina, bentuk ini mungkin kurang efektif dibandingkan dengan krim atau jeli tetapi para wanita sering mendapati presarium ini lebih nyaman.

3) Tisu spermisida

Tisu spermisida ini berupa sejenis lembaran segi empat semi transparan larut air yang cepat larut di vagina untuk membebaskan nonoksinol-9.

Cara kerja spermisida (Gebbie, 2005) Kerja spermisida bersifat ganda:

1) Bahan dasar preparat secara fisik menghambat pergerakan sperma.

2) Bahan kimia aktif mematikan sperma tanpa merusak jaringan tubuh yang lain.

Keuntungan spermisida(Gebbie,2005):

1) Memberi tambahan pelumnas apabila ada masalah kekeringan vagina. 2) Mudah diperoleh tanpa resep.

3) Tidak ada bukti toksisitas topikal vagina dan penyerapan sistemik, kalaupun ada, sangat terbatas.


(26)

Kekurangan spermisida (Gebbie, 2005):

1) Angka kegagalan terlalu tinggi apabila digunakan tersendiri.

2) Pesarium tidak cocok untuk negara tropis karena dapat meleleh. Namun pesarium yang meleleh akan kembali memadat di dalam kemasannya apabila didinginkan, serta masih mempertahankan aktivitasnya.

3) Kadang – kadang menimbulkan keluhan bau tidak sedap, rasa menyengat, atau rasa tidak nyaman di vagina.

4) Pemakaian spermisida yang melebihi dosis normal dapat menyebabkan iritasi dan ulserasi mukosa vagina dan efek ini tampaknya berkaitan dengan dosis. Epitel vagina yang rusak dapat mempermudah masuknya organisme yang ditularkan melalui hubungan intim misalnya HIV.

5) Kurang efektif dalam penggunaanya karena harus menunggu waktu 10 – 15

menit setelah pemakaian sebelum melakukan hubungan seksual dan efektivitas pemakian hanya 1-2 jam saja.

Efek samping spermisida (Gebbie, 2005): 1) Alergi (pada salah satu pasangan).

2) Busa aerosol jangan digunakan bersama diafragma, karena apabila terbentuk tekanan di vagina maka diafragma dapat terlepas.

2.4.2. Metode Modren

2.4.2.1.Kontrasepsi Hormonal 2.4.2.1.1.Pil

2.4.2.1.1.1. Pil kombinasi

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang sampai saat ini dianggap paling efektif. Selain mencegah terjadinya ovulasi, pil juga mempunyai efek lain terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan–perubahan pada lendir serviks, sehingga menjadi kurang banyak dan kental, yang mengakibatkan sperma tidak dapat memasuki kavum uteri. Juga terjadi perubahan-perubahan pada motilitas tuba fallopi dan uterus. Dewasa ini terdapat banyak macam pil kombinasi, tergantung dari jenis dan dosis estrogen serta jenis progesteron yang dipakai (Sarwono, 2008).


(27)

Pil kombinasi ada yang berisi 21 atau 22 pil dan ada yang berisi 28 pil dalam satu bungkus. Pil kombinasi yang berisi 21 atau 22 pil dalam satu bungkus, diminum mulai hari kelima haid satu pil setiap hari sampai habis. Pil dalam bungkus kedua diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus pertama habis. Pil kombinasi yang berisi 28 pil diminum setiap malam secara terus–menerus. Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi (Sarwono, 2008).

Menurut kishen (2005) wanita yang mempunyai masalah kesehatan sebagai berikut sebaiknya tidak menggunakan pil kombinasi:

a) Menderita hepatitis atau penyakit kuning. b) Menderita gejala stroke atau penyakit jantung. c) Mempunyai masalah pembekuan darah.

d) Merokok dan umur lebih dari 35 tahun karena akan mempunyai resiko serangan jantung atau pecah pembuluh darah otak.

e) Menderita diabetes atau epilepsi.

Efek samping pil kombinasi (Sarwono2008):

Hormon – hormon dalam pil harus cukup kuat untuk dapat mengubah proses biologik, sehingga ovulasi tidak terjadi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika kadang–kadang timbul efek sampingan. Efek tersebut pada umumnya ditemukan pada pil kombinasi dengan kelebihan estrogen atau pada pil dengan kelebihan progesteron.

Efek – efek sampingan yang masih dapat dianggap ringan ialah sebagai berikut (Sarwono, 2008):

1) Efek karena kelebihan estrogen

Efek – efek yang sering terdapat ialah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada mamma, flour albus. Rasa mual kadang – kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung.

2) Efek karena kelebihan progesteron

Progesteron dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambah berat badan, akne, alopesia, kadang – kadang mamma mengecil, fluor albus, hipomenorea.


(28)

3) Efek sampingan yang berat

Bahaya yang dikuatirkan dengan pil ialah trombo-emboli, termasuk tromboflebitis, emboli paru – paru, dan trombosis otak.

2.4.2.1.1.2. Mini Pil

Mini pil tidak mengandung estrogen dan hanya mengandung progestin saja, sehingga mini pil ini lebih aman bagi wanita yang tidak cocok menggunakan pil kombinasi. Mini pil ini bagi ibu yang sedang menyusui karena tidak mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI, dan digunakan mulai hari ini pertama sampai hari kelima masa haid (Sarwono, 2008).

Mini pil tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, nyaman dan mudah digunakan, mengurangi nyeri haid, dan kesuburan cepat kembali. Sedangkan kekurangannya adalah mengalami gangguan haid, peningkatan atau penurunan berat badan, resiko kehamilan ektopik cukup tinggi dan apabila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar (Heffner & Schust, 2005).

Wanita yang tidak boleh menggunakan mini pil adalah mereka yang termasuk ke dalam(Kishen, 2005):

a) Hamil atau diduga hamil.

b) Mengalami perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyebabnya c) Menderita kanker payudara atau mempunyai riwayat kanker payudara.

d) Menderita mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan mioma uterus.

e) Mempunyai riwayat sroke karena progestin menyebabkan spasme pembuluh

darah.

f) Mempunyai riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis yang

berumur di atas 20 tahun.

g) Menderita kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau

migrain.

2.4.2.1.2.Suntikan Progestin

Suntikan progestin seperti Depo-Provera dan Noris-Terat mengandung hormon progestin saja. Suntikan ini sangat baik bagi wanita yang menyusui dan


(29)

suntikan di berikan setiap dua bulan atau tiga bulan sekali. Suntikan ini mengentalkan lendir serviks dan menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan strofi sehingga menghambat transportasi gamet oleh tuba. Penyuntikan harus dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan(Sarwono, 2008).

Suntikan ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangggu pembekuan darah. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perdarahan yang tidak teratur atau bercak–bercak darah, berat badan meningkat, dan pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kepadatan tulang (densitas), kekeringan pada vagina, menurunkan libio dan sakit kepala (Sarwono, 2008).

Wanita yang tidak boleh menggunakan suntikan ini adalah mereka yang hamil, mengalami perdarahan pervaginaan, menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan yang menderita diabetes mellitus disertai komplikasi (Sarwono, 2008).

2.4.2.1.3. Implant / Susuk

Implant merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit di lengan kiri penggunanya. Metode ini dapat dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduksi dan aman dipakai pada masa menyusui. Pemasangan dan pencabutan kembali metode ini hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan yang terlatih. Metode ini membuat lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium, mengurangi transportasi sperma sehingga menekan ovulasi (Sarwono, 2008).

Sesuai dengan perkembangannya, implant terdiri atas tiga jenis yaitu (Sarwono, 2008):

a) Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, dan diisi dengan 36 mg Levonogestrel. Jenis norplant ini efektif untuk penggunaan selama 5 tahun.


(30)

b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestel dan lama kerjanya 3 tahun.

c) Jadena dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg

Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

Implant efektif dalam menunda kehamilan jangka panjang (5 tahun), bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mengganggu produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Waktu yang paling baik untuk pemasangan implant adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra-ovulasi dari masa haid. Efek samping yang ditimbulkannya adalah nyeri kepala, peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, mual, pening, mengalami gangguan haid (terjadinya spotting. Perdarahan haid memanjang atau lebih sering berdarah) (Sarwono, 2008).

Wanita yang tidak boleh menggunakan implant adalah wanita hamil atau disangka hamil, penderita panyakit hati, kanker payudara, diabetes mellitus, kelainan kardiovaskular dan wanita yang mempunyai riwayat kehamilan ektopik (Sarwono, 2008).

2.4.2.1.4. AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )

AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan (Wulansari, 2007) . Setelah dirahim, AKDR akan mencegah sperma pria bertemu dengan sel telur wanita. Pemakaian AKDR dapat sampai 10 tahun (tergantung kepada jenisnya) dan dapat dipakai oleh semua wanita umur reproduksi (Sarwono, 2008).

Pemasangan AKDR sebaiknya dilakukan pada masa haid, untuk mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui kanalis servik alis. Segera setelah pemasangan AKDR, rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi. Biasanya rasa nyeri ini dapat berangsur – angsur hilang dengan sedirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetika. Jika keluhan


(31)

berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil (Sarwono, 2008).

Gambar 2.2. Berbagai Contoh AKDR Sumber: Lautner, 2011

Sebagai alat kontrasepsi AKDR mempunyai efektivitas yang tinggi dan merupakan metode jangka panjang, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan setelah menopause, tidak ada interaksi dengan obat – obat dan membantu mencegah kehamilan ektopik. Efek samping yang ditimbulkannya adalah perubahan siklus haid, haid menjadi lebih banyak dan lama, adanya perdarahan berat saat haid sehingga memungkinkan menyebabkan anemia (Sarwono, 2008).

Cara Kerja AKDR:

Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan di atas meja ginekologik dalam posisi litotomi. Kemudian, dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar uterus. Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptik (sol betadine atau tingtura jodii). Sekarang dengan cunam serviks di jepit bibir depan porsio uteri, dan dimasukkan sonde kedalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri. AKDR dimasukkan ke dalam


(32)

uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cunam serviks (Manuaba, 2009).

Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus. Selanjutnya, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan–lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya. Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat (Sarwono, 2008).

Efek samping AKDR (Meera,2005) a) Perdarahan

Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan sedikit–sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit – sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang berukuran kecil.

b) Rasa nyeri dan kejang di perut

Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur–angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi analgetika. c) Ketidakteraturan menstruasi

Selama beberapa bulan pertama dapat terjadi bercak darah atau perdarahn antarmenstruasi, tetapi hal ini berkurang seiring dengan waktu. Bercak darah pra dan pascamenstruasi yang berlangsung 2 sampai 3 hari juga sering terjadi.

Menurut Leveno (2004) terdapat beberapa keuntungan penggunaan AKDR seperti progesteron dan AKDR yang mengandung levonogestrel mengurangi darah haid dan dapat digunakan untuk mengobati menoragia. Selain itu, berkurangnya


(33)

pengeluaran darah sering disertai oleh berkurangnya disminore. Wanita yang mempunyai kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral kombinasi dan norplant sering dapat menggunakan kontrasepsi ini. Setelah penghentian penggunaan, kesuburan tidak berkurang.

Kerugian pemakaian AKDR(Sarwono, 2008) 1. Pola perdarahan menstruasi

2. Infeksi 3. Ekspulsi 4. Perforasi

2.5. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi 2.5.1. Umur

Masa kehidupan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode yaitu, reproduksi muda (15–19 tahun), reproduksi sehat (20–35) dan reproduksi tua (36–45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidimiologi yang menyatakan bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20– 35 tahun, dan meningkat setelah usia lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut (Glasier, 2005).

Umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan perilaku seseorang termasuk dalam penggunaan alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda (Ginting, 2010)

2.5.2. Pendidikan

Pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari solusi dalam kehidupannya. Orang yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional, sehingga akan lebih mudah untuk menerima gagasan baru. Demikian juga halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Glasier, 2005).


(34)

Dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah (Ginting, 2010).

2.5.3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Ginting,2010). 2.5.4. Keterjangkauan Biaya Pelayanan

Faktor – faktor yang mempengaruhi alasan pemilihan metode kontrasepi diantaranya adalah tingkat ekonomi, pekerjaan dan tersedianya pelayanan kesehatan yang terjangkau. Keterkaitan antara pendapatan dengan kemampuan membayar berhubungan dengan masalah ekonomi, sehingga daya beli individu juga mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi. Secara tidak langsung daya beli individu juga dipengaruhi oleh ada tidaknya subsidi dari pemerintah (Glasier, 2005).

2.5.5. Ketersediaan Pelayanan Alat Kontrasepsi

Ketersediaan pelayanan alat kontrasepsi terwujud dalam tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan. Untuk dapat digunakan, pertama kali suatu metode kontrasepsi harus tersedia dan mudah diperoleh (Glasier, 2005). 2.5.6. Presepsi Tentang Nilai Anak

Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari – hari dapat diketahui dari kenyataan bahwa anak menjadi tempat orangtua mencurahkan kasih sayang, kepada anak nilai – nilai dalam keluarga disosialisasikan, sebagai ahli waris dan juga menjadi tempat orangtua menggantungkan harapan (Ginting, 2010).


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Skema kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Alat kontrasepsi adalah cara atau alat untuk mencegah fertilisasi atau

pembuahan.

Cara ukur : wawancara Alat ukur : lembar checklist

Hasil ukur : senggama terputus, pantang berkala, kndom, spermisida, pil, suntikan rogestin, implan/susuk dan AKDR.

Skala ukur : skala nominal.

2. Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin dan umur.

Cara ukur : wawancara

Alat ukur : lembar checklist

3. Usia merupakan lama waktu hidup atau keberadaan seseorang dari mulai lahir hingga ulang tahun terakhir. Pengelompokan berdasarkan skala interval.

Prevalensi :

Usia

Pendidikan

Ekonomi

Jenis kontrasepsi

Nilai anak

Penggunaan alat kontrasepsi


(36)

4. Jenis kontrasepsi yang ditinjau meliputi senggama terputus, pantang berkala, kondom, spermisida, pil, suntikan progestin, implan/susuk, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Cara ukur : wawancara

Alat ukur : lembar checklist Skala ukur : skala nominal

5. Prevalensi merupakan jumlah kasus baru dan kasus lama dalam lingkup populasi tertentu dalam satuan waktu tertentu misalnya setahun.


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskrpitif. Survei dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Penelitian deskriptif ini bertujuan melakukan deskripsi mengenai gambaran penggunaan alat-alat kontrasepsi pada ibu-ibu di Puskesmas Sebangar di kota Duri Riau. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross-sectional (potong-lintang) yaitu peneliti melakukan pengambilan data (observasi).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan yaitu bulan Juni hingga Juli 2011. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Puskesmas Sebangar merupakan puskesmas yang banyak di datangi oleh ibu-ibu untuk melakukan pemasangan alat kontrasepsi.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang sedang menggunakan alat-alat kontrasepsi.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah ibu-ibu yang menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Sebangar di kota Duri Riau. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling). Sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

A. Kriteria inklusi

a. Wanita usia produktif b. Usia 20 – 45 tahun


(38)

d. Bersedia ikut dalam penelitian.

B. Kriteria eksklusi

a. Wanita usia produktif yang sedang menjalani pengobatan dengan

penyakit lain.

b. Wanita usia produktif yang pernah menggunakan alat kontrasepsi tetapi sudah ditubektomi.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil merupakan data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari ibu yang menggunakan alat kontrasepsi di Puskesmas Sebangar pada tahun 2011. pada lembar checklist tersebut dimuat beberapa variabel yaitu usia, pendidikan, ekonomi, jenis kontrasepsi, dan nilai anak (penting atau tidaknya kehadiran anak di mata ibu).

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah yaitu: (1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketetapan dan kelengkapan data; (2) coding, data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan ke dalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisa data (Wahyuni, 2008).

Data yang telah dikumpul akan diolah menggunakan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solutions (SPPS) kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel distribusi dan dilakukan pembahasan data yang diperoleh sesuai dengan pustaka yang ada.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Sebangar di Kecamatan Mandau kota Duri Riau. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai bulan Juni hingga Juli 2011.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sebangar yang berlokasi di Jalan Jambu kilometer 19 Kecamatan Mandau di Kota Duri Provinsi Riau. Puskesmas Sebangar merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Desa Sebangar.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini didapatkan sampel sebanyak jumlah populasi yang menggunakan alat kontrasepsi selama tahun 2011 di Puskesmas Sebangar yaitu 100 orang. Dari keseluruhan sampel tersebut, karakteristik yang diamati adalah usia, pendidikan, ekonomi, jenis kontrasepsi, dan nilai anak (penting tidaknya kehadiran anak dimata ibu).

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karesteristik sampel penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Usia

Usia ( Tahun ) Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

16-20 11 11,0 %

21-25 24 24,0 %

26-30 16 16,0 %

31-35 30 30,0 %


(40)

41-45 7 7,0 %

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 didapati bahwa pengguna alat kontrasepsi yang paling banyak adalah kelompok usia 31-35 sebanyak 30 orang (30,0%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Jenis KB

Jenis KB Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

Kondom 2 2,0 %

Pil KB 6 6,0 %

Suntik KB 92 92,0 %

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa pengguna alat kontrasepsi jenis suntik KB adalah kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh ibu-ibu sebanyak 92 orang (92.0%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

SD 38 38,0 %

SMP 49 49,0 %

SMA 10 10,0 %

SMK 1 1,0 %

D2 2 2,0 %

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa kelompok pendidikan terakhir yang paling banyak adalah SMP sebanyak 49 orang (49.0%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Pendapatan Perbulan


(41)

< 1 juta 13 13,0 %

1-5 juta 85 85,0 %

>5juta 2 2,0 %

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa kelompok pendapatan perbulan 1-5 juta merupakan kelompok pendapatan terakhir yang paling banyak yaitu 85 orang (85,0%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Pentinganya Kehadiran Anak dimata Ibu

Pentingnya Kehadiran Anak dimata Ibu

Frekuensi ( n ) Presentase ( % )

Ya 100 100,0 %

Total 100 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa kehadiran anak dimata ibu sangatlah penting sebesar 100%.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Akseptor Alat Kontrasepsi Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel 5.1 karakteristik usia bahwa akseptor alat kontrasepsi terbanyak pada kelompok usia 31-35 tahun yaitu sebanyak 30 orang (30 %). Akseptor alat kontrasepsi yang paling sedikit terdapat pada kelompok usia 41-45 tahun yaitu sebanyak 7 orang (7,0 %). Pada penelitian sebelumnya juga yang dilakukan dikelurahan Harjosari I kecamatan Medan Amplas tahun 2010 didapati juga bahwa penggunaan alat kontrasepsi terbanyak pada kelompok usia 31-35 tahun ( menasari, 2010 ).

Hal ini diasumsikan umur 31-35 tahun merupakan kurun reproduksi sehat bagi wanita. Masih potensial untuk melahirkan dan merupakan puncak reproduksi. Semakin sering ibu melahirkan maka resiko untuk melahirkan sangat tinggi yang


(42)

dapat mengakibatkan kematian ibu dan anak. Sehingga ibu-ibu di puskesmas sebangar banyak yang menggunakan alat kontrasepsi karena menjarangkan kehamilan.

5.2.2. Karakteristik Akseptor Alat Kontrasepsi Berdasarkan Jenis KB

Berdasarkan karakteristik jenis KB tabel 5.2 diketahui bahwa jenis KB yang banyak digunakan oleh akseptor alat kontrasepsi KB suntik adalah sebanyak 92 orang (92,0 %). Jenis KB yang paling sedikit digunakan oleh akseptor alat kontrasepsi kondom yaitu sebanyak 2 orang (2,0 %).

Hail ini diasumsikan bahwa KB suntik merupakan alat kontrasepsi yang sangat digemari oleh ibu-ibu yang melakukan pemasangan alat kontrasepsi di Puskesmas Sebangar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena praktis, sederhana dan murah, kontrasepsi yang berdaya kerja panjang, lama, yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan bersanggama. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai alat kontrasepsi suntik utuk mencegah kehamilan.

5.2.3. Karakteristik Akseptor Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Hubungan antara pendidikan dan pola pikir, presepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan dalam arti bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Dalam hubungan dengan pemakaian kontrasepsi pendidikan akseptor dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan jenis kontrasepsi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kelangsungan pemakaiannya.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu-ibu di Puskesmas Sebangar sangatlah rendah karena rata-rata pendidikan terakhir yang paling banyak adalah SMP. Hal ini menggambarkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat rendah di Puskesmas Sebangar, mempengaruhi dalam hal pemilihan kontrasepsi.


(43)

5.2.4. Karakteristik Akseptor Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pendapatan Perbulan

Menurut Bayu Wijayanto (1999), pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Sedangkan yang dimaksud pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah pendapatan yang berupa uang yang diperoleh orangtua dan anggota keluarga lainnya yang bersumber dari kerja pokok dan kerja sampingan perbulan. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Sebangar hampir keseluruhan responden mempunyai pendapatan sekitar 1-5 juta sebanyak 85 responden dengan presentase (85,0 %). Sementara harga KB suntik 1 bulan Rp. 20.000 dan yang 3 bulan Rp. 25.000. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan keinginan ibu dalam menggunakan KB suntik.

5.2.5. Karakteristik Akseptor Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pentingnya Kehadiran Anak Bagi Ibu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak mempunyai nilai tertentu bagi orangtua. Anak yang diibaratkan sebagai titipan Tuhan bagi orangtua memmiliki nilai tertentu serta menuntut dipenuhinya beberapa konsekuensi atas kehadirannya. Didaerah pendesaan anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Anak dapat memberikan kebahagiaan kepada orangtua selain itu akan merupakan jaminan dihari tua dan dapat membantu ekonomi keluarga, banyak masyarakat didesa di Indonesia yang berpandangan bahwa banyak anak banyak rejeki.

Dari penelitian yang dilakukan didaerah Puskesmas Sebangar ini didapati keinginan responden untuk memilki anak sebesar 100%. Hal ini menggambarkan bahwa memang semua ibu-ibu atau keluarga pasti menginginkan anak agar menjadi keluarga yang lengkap dan bahagia


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara cross-sectional terhadap pasien di Puskesmas Sebangar di Kecamatan Mandau Riau pada tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa akseptor alat kontrasepsi yang paling banyak adalah jenis suntik KB sebesar 92,0%. Proporsi umur akseptor terbanyak pada umur 31-35 tahun dengan proporsi 30,0%, proporsi pendidikan akseptor KB terbanyak pendidikan SMP dengan proporsi 49,0%, proporsi penghasilan perbulan akseptor alat kontrasepsi sebanyak 85,0% dan propersi pentingnya kehadiran anak bagi ibu sebesar 100%.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yakni:

1. Tingginya prevalensi pengguna alat kontrasepsi suntik maka perlu diupayakan supaya berubah ke yang lebih efektif seperti alat kontrasepsi IUD dan implan, karena efek suntik KB yang dapat menyebabkan gangguan haid serta menambah berat badan akseptor.

2. Bagi tenaga kesehatan, perlu ditingkatkan penyuluhan dan pemberian informasi tentang jenis-jenis alat kontrasepsi lainnya kepada ibu-ibu yang ingin ber-KB.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Albar, E. 2008. Kontrasepsi. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (eds). Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 535-563.

Britannica. 2007. Female Reproductive System. Encyclopaedia Britannica. Available from

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Gebbie, A. 2006. Metode Barier. Dalam: Glasier, A., Gebbie, A. (eds). Keluarga

Berencana & Kesehatan Reproduksi. Edisi 4. Jakarta: EGC, 140-173.

Ginting, M. 2010. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada PUS di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2010. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.

Guillebaud, J. 2006. Kontrasepsi Oral Kombinasi. Dalam: Glasier, A., Gebbie, A. (eds). Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Edisi 4. Jakarta: EGC, 34-86.

Heffner, L.J., Schust, D.J. 2005. Fertilisasi dan Terjadinya Kehamilan. Dalam: Heffner, L.J., Schust, D.J. (eds). At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga, 42-43.

Heffner, L.J., Schust, D.J. 2005. Kontrasepsi. Dalam: Heffner, L.J., Schust, D.J. (eds). At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga, 58-59.


(46)

Kishen, M. 2006. Alat Kontrasepsi dalam Rahim. Dalam: Glasier, A., Gebbie, A. (eds). Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Edisi 4. Jakarta: EGC, 116-139.

Lautner, M.T. 2011. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device). Available from: http://1.bp.blogspot.com/UYssA6cSuxk/TZ_Ec2VmE8I/AAAAAAAAAK Q/qb5SYbvPom4/s1600/IUD.jpg. [Accessed 5 March 2011].

Leveno, K., et al. 2009. Alat Kontrasepsi dan Metode Sawar. Dalam: Leveno, K.,

et al (eds). Obstetri Williams Panduan Ringkas. Edisi 1. Jakarta: EGC, 380.

Menasari. 2010. Penggunaan Alat Kontraepsi Suntik di Kelurahan Harjosari I

Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. 2009. Keluarga Berencana. Dalam: Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. (eds). Memahami Kesehatan

Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC, 235-238.

Manuaba, I.B.G. 1998. Pedoman Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.

Dalam: Manuaba, I.B.G. (ed). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Edisi 1. Jakarta: EGC,

437-447.

Mochtar, R., Lutan, D. 1998. Anatomi dan Fisiologi Alat-Alat Kandungan, Mudigah, Janin, dan Wanita Hamil. Dalam: Mochtar, R., Lutan, D. (eds).

Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC, 5-23.

Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.


(47)

Samra-Latif, O.M., Cowan, B.D. 2011. Contraception. Wood Johnson University. Available from

Vander, et al. 2001. Reproduction. In: Vander, et al. (eds). Human Physiology:

The Mechanism of Body Function. 8th edition. New York: The

McGraw-Hill Companies, 640.

Wahyuni, A.S. 2008. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Medan. 8-9.

Wijayanto, Bayu. 1999. Pendapatan Rumah Tangga. Bandung. Pustaka Jaya. 43-49.

Wijknjosastro, H. 2008. Anatomi Panggul dan Isinya. Dalam: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (eds). Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1-6.

Wulansari, P., Pendit, B.U., Hartanto, H. 2007. Mencocokkan Metode dengan Klien. Dalam: Wulansari, P., Pendit, B.U., Hartanto, H. (eds). Ragam

Metode Kontrasepsi. Edisi 1. Jakarta: EGC, 43-55.

Wulansari, P., Pendit, B.U., Hartanto, H. 2007. Metode Kontrasepsi. Dalam: Wulansari, P., Pendit, B.U., Hartanto, H. (eds). Ragam Metode Kontrasepsi. Edisi 1. Jakarta: EGC, 20-21.


(48)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Veronika Marbun

Tempat/ Tanggal Lahir : Duri/ 07 Januari 1990

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Sembada 13 No. 12, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Swasta Santo Yosef Duri (1996-2002)

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Santo Yosef Duri (2002-2005) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Mandau Duri (2005-2008)


(49)

Lampiran 2

LEMBAR CHECKLIST PENELITIAN

GAMBARAN PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI PADA IBU-IBU DI PUSKESMAS SEBANGAR KECAMATAN MANDAU DI KOTA

DURI RIAU

No. Responden :

Petunjuk :

a. Jawablah pertanyaan ini, serta beri tanda checklist ( ) untuk jawaban yang Anda anggap benar.

b. Setelah selesai kembalikan kuesioner kepada petugas yang memberikan kepada Anda

Karakteristik Responden Nama Responden :

Berapakah usia anda sekarang? :

15-19 Tahun 20-35 Tahun 36-45 Tahun

Apa jenis kontrasepsi yang anda gunakan sekarang?

Sanggama Terputus Pantang Berkala Kondom

Spermisida Pil KB Suntik KB

Implant/Susuk AKDR

Jika lain-lain, sebutkan : ……….

Apa pendidikan terakhir anda?

SD SMP SMA Perguruan Tertinggi Berapakah penghasilan anda perbulan?

< 1.000.000 1.000.000 – 5.000.000 > 5.000.000 Apakah menurut anda, kehadiran anak adalah hal yang penting :


(50)

No. NAMA USIA JENIS KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN PENDIDIKAN TERAKHIR PENDAPATAN PERBULAN

PENTINGNYA KEHADIRAN ANAK DIMATA IBU

1 Erni 25 suntik SD < 1 juta ya

2 Fitri 22 suntik SMP 1-5 juta ya

3 Marni 22 suntik SD < 1 juta ya

4 Ayu 22 pil SMP 1-5 juta ya

5 Yanti 18 suntik SMP 1-5 juta ya

6 Legina 31 suntik SD 1-5 juta ya

7 Nurlina 35 kondom SMP < 1 juta ya

8 Sutrisni 28 suntik SMP < 1 juta ya

9 Ernawati 23 suntik SD < 1 juta ya

10 Kamarina 26 suntik SMP 1-5 juta ya

11 Lamris 38 kondom SMP 1-5 juta ya

12 Susi 20 suntik SMP 1-5 juta ya

13 Susi 25 suntik SD 1-5 juta ya

14 Yuli 33 suntik SD < 1 juta ya

15 Irum 30 suntik SD < 1 juta ya

16 Warsih 22 suntik SD < 1 juta ya

17 R br Galingging 40 pil SMP > 5 juta ya

18 R br Gultom 38 pil SMP 1-5 juta ya

19 Sri 36 suntik SD 1-5 juta ya

20 Atin 22 suntik SMP 1-5 juta ya

21 Nurmaya 32 suntik SD 1-5 juta ya

22 Legiem 35 suntik SMP 1-5 juta ya

23 Linawati 30 suntik SMA 1-5 juta ya

24 Nuraisyah 26 suntik SMP 1-5 juta ya

25 evi 24 suntik SMP 1-5 juta ya

26 Riani 24 suntik SMP 1-5 juta ya

27 Sumini 36 suntik SD 1-5 juta ya


(51)

29 Rahayu 35 suntik SD 1-5juta ya

30 Siti Sri Rahayu 19 suntik SMP 1-5 juta ya

31 Saliah 23 suntik SD 1-5 juta ya

32 Rubina 39 suntik SD < 1 juta ya

33 Ira 30 suntik SMP < 1 juta ya

34 Gina 27 suntik SD 1-5 juta ya

35 Misiem 43 suntik SD < 1 juta ya

36 Rosmawati 33 suntik SMP < 1 juta ya

37 Mariani 41 suntik SMP 1-5 juta ya

38 Siti Munawaran 32 suntik SMP 1-5 juta ya

39 Yati 35 suntik SD 1-5 juta ya

40 Suriani 20 suntik SMP 1-5 juta ya

41 Titin 25 suntik SMP 1-5 juta ya

42 Masnah 32 suntik SD 1-5 juta ya

43 Fida 27 suntik SMP 1-5 juta ya

44 Roslan 25 suntik SMP 1-5 juta ya

45 Ani 22 suntik SMP 1-5 juta ya

46 Supriyani 30 suntik SMP 1-5 juta ya

47 Nawida 36 suntik SMP 1-5 juta ya

48 R br Sembiring 35 suntik SMP 1-5 juta ya

49 Farida 33 suntik SMP 1-5 juta ya

50 Risdawati 43 suntik SMP 1-5 juta ya

51 N br Manurung 35 suntik SMP 1-5 juta ya

52 Sumini 34 suntik SD 1-5 juta ya

53 Ani 20 suntik SMP 1-5 juta ya

54 Painem 33 suntik SD 1-5 juta ya

55 Sadi Susanti 32 suntik SMP 1-5 juta ya

56 Jumini 35 suntik SMP 1-5 juta ya

57 Riani 25 suntik SMP 1-5 juta ya


(52)

59 Haryani 23 suntik SMP 1-5 juta ya

60 Monika 31 suntik SMA 1-5 juta ya

61 Mahtosa 32 suntik SD 1-5 juta ya

62 Nani 35 suntik SMP 1-5 juta ya

63 Sumiati 38 suntik SMP 1-5 juta ya

64 Tina 39 suntik SMP 1-5 juta ya

65 Isa 19 suntik SD 1-5 juta ya

66 Marina 40 suntik SD 1-5 juta ya

67 Yusnaini 44 suntik SMP 1-5 juta ya

68 Dumi 28 suntik SD 1-5 juta ya

69 Rika 30 suntik SD 1-5 juta ya

70 Hartati 30 suntik SD 1-5 juta ya

71 Mariani 45 suntik SMP 1-5 juta ya

72 Inur 24 suntik SD 1-5 juta ya

73 Martini 29 suntik SMP 1-5 juta ya

74 Sukatini 39 suntik SD 1-5 juta ya

75 Fitriani 34 suntik SD 1-5 juta ya

76 Ernawati 40 suntik SMA 1-5 juta ya

77 Supriani 37 suntik SMA 1-5 juta ya

78 Tuginem 38 suntik SD 1-5 juta ya

79 Roslina 42 suntik SMA 1-5 juta ya

80 Hayati 25 suntik SMA 1-5 juta ya

81 Watini 32 pil SD 1-5 juta ya

82 Rima 25 suntik 1-5 juta ya

83 Rangga Wati 32 suntik SMA 1-5 juta ya

84 Yuni 29 pil SMP 1-5 juta ya

85 Dewi 22 pil SMA 1-5 juta ya

86 Sumini 21 suntik SD 1-5 juta ya

87 Rati 18 suntik SD 1-5 juta ya


(53)

89 Nurlis 31 suntik D2 1-5 juta ya

90 Lastri 20 suntik SMP 1-5 juta ya

91 Rawani 31 suntik D2 1-5 juta ya

92 Winda 20 suntik SMA 1-5 juta ya

93 Risma 25 suntik SMP 1-5 juta ya

94 Indah 22 suntik SMA 1-5 juta ya

95 Sahara 32 suntik SMA 1-5 juta ya

96 Partik 29 suntik SMP 1-5 juta ya

97 Taniem 42 suntik SD 1-5 juta ya

98 Susanna 26 suntik SMP 1-5 juta ya

99 Nenni br manurung 31 suntik SMA 1-5 juta ya


(54)

LAMPIRAN

OUTPUT

FREQUENCIES TABLE

usia responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 18 3 3.0 3.0 3.0

19 2 2.0 2.0 5.0

20 5 5.0 5.0 10.0

21 2 2.0 2.0 12.0

22 7 7.0 7.0 19.0

23 5 5.0 5.0 24.0

24 3 3.0 3.0 27.0

25 7 7.0 7.0 34.0

26 3 3.0 3.0 37.0

27 2 2.0 2.0 39.0

28 2 2.0 2.0 41.0

29 3 3.0 3.0 44.0

30 6 6.0 6.0 50.0

31 7 7.0 7.0 57.0

32 8 8.0 8.0 65.0

33 6 6.0 6.0 71.0

34 1 1.0 1.0 72.0

35 8 8.0 8.0 80.0

36 3 3.0 3.0 83.0

37 1 1.0 1.0 84.0

38 4 4.0 4.0 88.0

39 3 3.0 3.0 91.0

40 2 2.0 2.0 93.0


(55)

jenis KB yang digunakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kondom 2 2.0 2.0 2.0

pil KB 6 6.0 6.0 8.0

suntik KB 92 92.0 92.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

42 2 2.0 2.0 96.0

43 2 2.0 2.0 98.0

44 1 1.0 1.0 99.0

45 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 38 38.0 38.0 38.0

SMP 49 49.0 49.0 87.0

SMA 10 10.0 10.0 97.0

SMK 1 1.0 1.0 98.0

D2 2 2.0 2.0 100.0


(56)

pendapatan perbulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 1 juta 13 13.0 13.0 13.0

1-5 juta 85 85.0 85.0 98.0

> 5 juta 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pentingnya kehadiran anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(1)

29 Rahayu 35 suntik SD 1-5juta ya

30 Siti Sri Rahayu 19 suntik SMP 1-5 juta ya

31 Saliah 23 suntik SD 1-5 juta ya

32 Rubina 39 suntik SD < 1 juta ya

33 Ira 30 suntik SMP < 1 juta ya

34 Gina 27 suntik SD 1-5 juta ya

35 Misiem 43 suntik SD < 1 juta ya

36 Rosmawati 33 suntik SMP < 1 juta ya

37 Mariani 41 suntik SMP 1-5 juta ya

38 Siti Munawaran 32 suntik SMP 1-5 juta ya

39 Yati 35 suntik SD 1-5 juta ya

40 Suriani 20 suntik SMP 1-5 juta ya

41 Titin 25 suntik SMP 1-5 juta ya

42 Masnah 32 suntik SD 1-5 juta ya

43 Fida 27 suntik SMP 1-5 juta ya

44 Roslan 25 suntik SMP 1-5 juta ya

45 Ani 22 suntik SMP 1-5 juta ya

46 Supriyani 30 suntik SMP 1-5 juta ya

47 Nawida 36 suntik SMP 1-5 juta ya

48 R br Sembiring 35 suntik SMP 1-5 juta ya

49 Farida 33 suntik SMP 1-5 juta ya

50 Risdawati 43 suntik SMP 1-5 juta ya

51 N br Manurung 35 suntik SMP 1-5 juta ya

52 Sumini 34 suntik SD 1-5 juta ya

53 Ani 20 suntik SMP 1-5 juta ya

54 Painem 33 suntik SD 1-5 juta ya

55 Sadi Susanti 32 suntik SMP 1-5 juta ya

56 Jumini 35 suntik SMP 1-5 juta ya

57 Riani 25 suntik SMP 1-5 juta ya


(2)

59 Haryani 23 suntik SMP 1-5 juta ya

60 Monika 31 suntik SMA 1-5 juta ya

61 Mahtosa 32 suntik SD 1-5 juta ya

62 Nani 35 suntik SMP 1-5 juta ya

63 Sumiati 38 suntik SMP 1-5 juta ya

64 Tina 39 suntik SMP 1-5 juta ya

65 Isa 19 suntik SD 1-5 juta ya

66 Marina 40 suntik SD 1-5 juta ya

67 Yusnaini 44 suntik SMP 1-5 juta ya

68 Dumi 28 suntik SD 1-5 juta ya

69 Rika 30 suntik SD 1-5 juta ya

70 Hartati 30 suntik SD 1-5 juta ya

71 Mariani 45 suntik SMP 1-5 juta ya

72 Inur 24 suntik SD 1-5 juta ya

73 Martini 29 suntik SMP 1-5 juta ya

74 Sukatini 39 suntik SD 1-5 juta ya

75 Fitriani 34 suntik SD 1-5 juta ya

76 Ernawati 40 suntik SMA 1-5 juta ya

77 Supriani 37 suntik SMA 1-5 juta ya

78 Tuginem 38 suntik SD 1-5 juta ya

79 Roslina 42 suntik SMA 1-5 juta ya

80 Hayati 25 suntik SMA 1-5 juta ya

81 Watini 32 pil SD 1-5 juta ya

82 Rima 25 suntik 1-5 juta ya

83 Rangga Wati 32 suntik SMA 1-5 juta ya

84 Yuni 29 pil SMP 1-5 juta ya

85 Dewi 22 pil SMA 1-5 juta ya

86 Sumini 21 suntik SD 1-5 juta ya

87 Rati 18 suntik SD 1-5 juta ya


(3)

89 Nurlis 31 suntik D2 1-5 juta ya

90 Lastri 20 suntik SMP 1-5 juta ya

91 Rawani 31 suntik D2 1-5 juta ya

92 Winda 20 suntik SMA 1-5 juta ya

93 Risma 25 suntik SMP 1-5 juta ya

94 Indah 22 suntik SMA 1-5 juta ya

95 Sahara 32 suntik SMA 1-5 juta ya

96 Partik 29 suntik SMP 1-5 juta ya

97 Taniem 42 suntik SD 1-5 juta ya

98 Susanna 26 suntik SMP 1-5 juta ya

99 Nenni br manurung 31 suntik SMA 1-5 juta ya


(4)

LAMPIRAN

OUTPUT

FREQUENCIES TABLE

usia responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 18 3 3.0 3.0 3.0

19 2 2.0 2.0 5.0

20 5 5.0 5.0 10.0

21 2 2.0 2.0 12.0

22 7 7.0 7.0 19.0

23 5 5.0 5.0 24.0

24 3 3.0 3.0 27.0

25 7 7.0 7.0 34.0

26 3 3.0 3.0 37.0

27 2 2.0 2.0 39.0

28 2 2.0 2.0 41.0

29 3 3.0 3.0 44.0

30 6 6.0 6.0 50.0

31 7 7.0 7.0 57.0

32 8 8.0 8.0 65.0

33 6 6.0 6.0 71.0

34 1 1.0 1.0 72.0

35 8 8.0 8.0 80.0

36 3 3.0 3.0 83.0

37 1 1.0 1.0 84.0

38 4 4.0 4.0 88.0

39 3 3.0 3.0 91.0

40 2 2.0 2.0 93.0


(5)

jenis KB yang digunakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kondom 2 2.0 2.0 2.0

pil KB 6 6.0 6.0 8.0

suntik KB 92 92.0 92.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

42 2 2.0 2.0 96.0

43 2 2.0 2.0 98.0

44 1 1.0 1.0 99.0

45 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 38 38.0 38.0 38.0

SMP 49 49.0 49.0 87.0

SMA 10 10.0 10.0 97.0

SMK 1 1.0 1.0 98.0

D2 2 2.0 2.0 100.0


(6)

pendapatan perbulan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 1 juta 13 13.0 13.0 13.0

1-5 juta 85 85.0 85.0 98.0

> 5 juta 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

pentingnya kehadiran anak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent