Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga. Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat
banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga
tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
2.2.4. Teori Produk Domestik Bruto.
Menurut pendekatan produksi, produk domestik bruto PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah
suatu Negara dalam jangka waktu setahun Dumairy,1990. Atau bisa dikatakan produk domestik bruto PDB adalah konsep pengukuran tingkat kegiatan produksi
dan ekonomi aktual suatu negara. Transaksi dan output sangat berkaitan karena semakin banyak barang yang dibeli dan dijual. Gross Domestic Product menilai
barang dan jasa pada harga berlaku, sedangkan Gross Domestic Product riil menilai barang dan jasa pada harga konstan. Gross Domestic Product riil meningkat hanya
jika jumlah barang dan jasa meningkat sedangkan Gross Domestic Product nominal bisa meningkat karena output naik atau karena dibeli oleh konsumen, seperti deflator
Gross Domestic Product yang nerupakan rasio Gross Domestic Product nominal atas Gross Domestic Product riil, Consumer price indeks atau CPI mengukur seluruh
tingkat harga.
2.2.5. Nilai Tukar Rupiah.
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara
dimana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang
disebut kurs valuta asing atau kurs Salvatore,1998:8. Disamping berperan dalam perdagangan internasional, kurs juga berperan
dalam perdagangan valuta asing pada suatu negara ataupun antar negara, sebab valuta asing juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Bagi negara yang
“kurang kuat” nilai mata uangnya, maka valuta asing merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat yang tinggal di negara tersebut.
Kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan
pembayaran ke luar negeri impor, diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran internasional. Suatu mata uang dikatakan “kuat” apabila transaksi
autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit surplus neraca pembayaran, sebaliknya dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami
defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing Nopirin,1995:148.
2.2.6. Penjelasan Teoritis Variable Penelitian. 2.2.6.1. Pengaruh Jumlah uang beredar M2 Terhadap Inflasi .
Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap inflasi. Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat
yang diharapkan sehingga dalam jangka panjang dapat menganggu pertumbuhan ekonomi. Ini berarti terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang JUB dan
inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply
menentukan tingkat inflasi.
2.2.6.2. Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi.