• Variabel X3 tingkat suku bunga, signifikan pada tingkat α 0.05 yang berarti tingkat suku bunga berpengaruh terhadap inflasi.
• Variabel X4 kurs rupiah, signifikan pada tingkat α 0.05 yang berarti kurs rupiah berpengaruh terhadap inflasi.
b. Pengujian Secara Bersama – sama Uji F
F-statistik menggambarkan hasil analisa regresi variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent.
Tabel 4.4 Hasil Uji F
F hitung Probabilitas
24.80485 0.000000
Sumber : hasil Eviews
Dari hasil analisa menunjukkan bahwa F hitung sebesar 24.80485 dan dengan probabilitas
0.000000,
dengan tingkat α = 0,05, dapat dilihat bahwa probabilitasnya
lebih besar dari α yaitu 0,000000 0,05 , dengan demikian variabel independent
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent.
c. Koefisien Determinasi R
2
Nilai R
2
koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai R
2
berkisar antara 0 – 1. Nilai R
2
makin mendekati 0 maka pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependen makin kecil dan sebaliknya nilai makin R
2
mendekati 1 maka pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent makin besar.
Nilai R
2
adalah 0.627100, yang berarti variasi variabel jumlah uang beredar,
gross domestic produc, tingkat suku bunga, dan nilai kurs mempengaruhi variabel inflasi sebesar 62,7. Sedangkan sisanya 37,3 dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dianalisis dalam model regresi ini.
4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian
Berdasarkan berbagai parameter dalam persamaan regresi mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut:
a. Koefisien Jumlah uang beredar b
1
Jumlah uang beredar X
1
mempunyai pengaruh yang positif terhadap inflasi, dengan koefisien regresi sebesar -1.27 yang artinya jika perubahan jumlah uang
beredar naik sebesar satu milyar, maka perubahan variabel inflasi akan meningkat sebesar -1.27 persen ceteris paribus., Ini berarti terdapat korelasi positif antara
pertumbuhan uang JUB dan inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga
pertumbuhan dalam money supply menentukan tingkat inflasi. Untuk mencegah meningkatnya inflasi, JUB harus sesuai dengan kebutuhan permintaan agregat. Jika
terjadi kelebihan penawaran uang terhadap kebutuhan uang, maka uang akan jatuh dan pada kondisi demikian akan terjadi inflasi. Sebaliknya, jika penawaran uang
JUB lebih kecil dari pada kebutuhan uang permintaan agregat, nilai uang akan naik, yang disebut apresiasi. Untuk menstabilkan nilai uang, secara konvensional
instrumen yang digunakan dalam ekonomi moneter adalah dengan pengaturan tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka JUB akan berkurang karena orang
akan lebih senang menabung dari pada memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, JUB di
masyarakat akan bertambah karena orang lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaka Sriyana 2001 yang berjudul “Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi”. Penelitian ini
menelaah bagaimana dampak kebijakan fiskal terhadap inflasi, yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan
inflasi. Penelitian juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh TB. Rully Ferdian 2001, Studi yang berjudul ”Independensi Bank Indonesia Dalam Mengendalikan
Inflasi, yang menyatakan bahwa pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku bunga akan mempengaruhi laju inflasi.
b. Koefisien PDB b