perhutanan rakyat. 3. Memberdayakan kemampuan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melakukan
fasilitasi kepada masyarakat pengelola hutan atau pengelola usaha perhutanan rakyat 4. Penyederhanaan tata usaha kayu rakyat dan pemberian insentip bagi masyarakat yang
mengelola hutan baik dengan tidak membebani pajak dan pungutan-pungutan lainnya.
5. PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN KEHUTANAN 5.1. Visi
Terwujudnya penyelenggaraan kehutanan yang berorientasi kepada kepentingan publik.
5.2. Misi
Membangun kemauan dan kemampuan aparat Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk melakukan konsultasi publik dalam merancang dan melaksanakan kebijakannya, serta dengan
membangun kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi secara positif dan bertanggung jawab.
5.3. Keadaan Saat Ini
Penyelenggaraan kehutanan di Indonesia telah berlangsung cukup lama, yaitu sejak zaman penjajahan oleh Belanda, dan rentang waktu tersebut telah memberikan pengalaman yang luas
terutama dalam kaitan dengan sinkronisasi antara kepentingan teknis manajemen hutan dan kepentingan sosial masyarakat beneficiaries. Selama ini sudah banyak program kehutanan
yang mencoba melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan kehutanan melalui berbagai kegiatan yang dianggap merupakan perwujudan dari sikap kehutanan untuk menerima partisipasi
masyarakat. Bentuk penyelenggaraannya berubah dari waktu ke waktu, yang menunjukkan adanya kehendak pihak kehutanan untuk selalu menyempurnakan pendekatan sesuai dengan
perkembangan tuntutan masyarakat atau sesuai dengan perkembangan daya nalar dari pihak kehutanan itu sendiri.
Pada sistem bermasyarakat yang makin terbuka seperti saat ini, dan ketika hutan dengan segala permasalahannya sudah menjadi sorotan publik sebagaimana yang dihadapi saat ini, maka
kadar dan jenis partisipasi tersebut sudah waktunya untuk disempurnakan. Hal ini penting karena tidak ada satu langkahpun dalam penyelenggaraan kehutanan yang tidak bersentuhan dengan
kepentingan publik.
5.4. Strategi
1. Menyempurnakan legalitas hukum yang mengatur pendekatan-pendekatan partisipatif pada setiap langkah pengurusan kehutanan.
2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kebijaksanaan pengurusan kehutanan secara partisipatif.
3. Meningkatkan keberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap langkah pengurusan kehutanan.
4. Meningkatkan peran aktif aparat kehutanan dalam berbagai kegatan non-kehutanan yang berpengaruh terhadap kelestarian hutan.
5. Gerakan nasional yang menyangkut kehutanan harus mampu menggerakkan partisipasi seluruh komponen masyarakat
6. Perlu adanya payung hukum yang tegas untuk memberikan akses masyarakat dalam pemanfaatan kawasan.
6. PENANGGULANGAN DEFORESTASI DAN DEGRADASI LAHAN KAWASAN HUTAN DAN LAHAN
6.1. Visi
Berkurangnya laju deforestasi sumberdaya hutan dan lahan, dan meningkatnya fungsi optimal kawasan, yang dapat memberikan manfaat sosial-ekonomi kepada seluruh masyarakat,
menjamin keseimbangan lingkungan dan kelestarian tata air daerah aliran sungai, serta mendukung kelangsungan pembangunan kehutanan.
6.2. Misi
Mewujudkan tanggung jawab dan kebutuhan bersama seluruh komponen masyarakat terhadap rehabilitasi.
6.3. Keadaan Saat Ini
Proses degradasi hutan dan lahan selama 20 tahun terakhir ini telah melahirkan 57 juta ha lahan kritis yang menyebar baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Penyebabnya sangat
kompleks, mulai dari lemahnya peraturan dan penegakan hukum, pengendalian terhadap
Telah disadari bahwa kapasitas lembaga rehabilitasi dengan inisiatif pemerintah tidak cukup untuk menangani tingkat kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, pendekatan rehabilitasi hutan
dan lahan harus bergeser dari pendekatan terdahulu, yaitu menjadi lebih bersifat strategis, komprehensif, sesuai dengan keadaan setempat, melibatkan seluruh para pihak, mampu
memberdayakan ekonomi rakyat, serta menjamin keseimbangan lingkungan dan hidrologi daerah aliran sungai.
6.4. Strategi