Alokasi kawasan hutan berdasar TGHK dan RTRWP dalam banyak kasus secara parsial masih perlu dikonsultasikan lagi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten sejalan dengan desentralisasi
ke tingkat Kabupaten dengan selalu merujuk pada kriteria kawasan berdasarkan fungsinya, guna menghindarai konflik penggunaan lahan baik antar sektor maupun dengan ‘stakeholders’
lainnya. Dalam kaitan ini perlu didorong kesadaran bahwa posisi kawasan hutan dalam RTRW yang telah ditetapkan melalui PERDA telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap meskipun
belum dilakukan penetapan melaui proses pengukuhan.
Dengan memperhatikan perlunya menjaga keutuhan pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan ekosistem, maka perlu segera diselesaikan pembentukan KPHP, KPHL, dan KPHK dengan
mempertimbangkan batas-batas adminsitrasi pemerintahan, dan kondisi sosial-ekonomi dan budaya yang ada
1.4. Strategi
Meningkatkan peran IPTEK dalam rangka meningkatkan kualitas inventarisasi sumberdaya hutan, yang didukung oleh penyediaan dana dalam jangka panjang;
Mendorong pelaksanaan tata batas dan pemetaan hutan secara partisipatif, dalam rangka mendapatkan pengakuan dan dukungan dari seluruh pihak atas keberadaaan kawasan hutan
dengan fungsinya serta , hak-hak pemanfaatan sumberdaya hutan dan hak-hak lainnya yang sah;
Meningkatkan diseminasi informasi yang berhubungan dengan hutan dan kehutanan, dan meningkatkan network diantara berbagai stakeholder propinsi, nasional, internasional untuk
berbagi pengetahuan dan informasi dalam rangka meningkatkan kualitas inventarisasi sumberdaya hutan dan tata guna lahan.
2. PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI 2.1. Visi
Kelestarian produksi kayu, produk hasil hutan bukan kayu dan jasa dari hutan produksi
2.2. Misi
Mengatur produktivitas hutan secara lestari dan meningkat dinamik untuk memenuhi kebutuhan kayu yang semakin meningkat, serta mengoptimalkan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan
jasa hutan dengan mengurangi tekanan dan kerusakan hutan alam.
2.3. Kondisi Saat Ini
Sebagai akibat pengelolaan hutan produksi yang berorientasi pada produksi kayu, nilai manfaat sumberdaya hutan alam produksi tidak didayagunakan secara optimal. Di samping itu dengan
semakin meningkaynya kebutuhan kayu secara lokal dan domestik, serta meningkatnya kebutuhan pasokan bahan baku untuk industri pengolahan kayu maka tekanan terhadap hutan
alam semakin tinggi. Oleh karena itu pembinaan terhadap produksi hutan rakyat semakin penting untuk segera dilaksanakan.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa hutan mempunyai potensi untuk memberikan kontribusi dalam upaya ketahanan pangan. Untuk itu hutan produksi perlu dikelola
sedmikian rupa agar dapat memberikan ruiang bagi budidaya aneka tanaman perkebunan dan pertanian. Dalam kaitan ini maka kelangsungan produksi hasil hutan, pangan dan jasa hutan
lainnya harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian, serta situasi social-ekonomi dan kehidupan masyarakat lokal serta lingkungan.
2.4. Strategi
1. Penyempurnaan pelaksanaan system TPTI tebang pilih dan tanam dan implementasinya,
2. Penerapan kegiatan pemanenan dan pengusahaan hutan yang ramah lingkungan serta kegiatan penanaman hutan
3. Penerapan sertifikasi pengelolaan hutan lestari 4. Pembangunan hutan tanaman dan rehabilitasi hutan pada hutan yang rusak dan tidak
produktif 5. Peningkatan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan jasa
6. Peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat local 7. Penerapan unit KPHP dalam pengelolaan hutan produksi
3. PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN JASA
Terwujudnya industri hasil hutan berdaya-saing tinggi dengan didukung sumber bahan baku yang dikelola secara lestari, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional serta
penyerapan tenaga kerja.
3.2. Misi
Menyusun strategi pengembangan industri hasil hutan dan jasa, menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi investasi dalam pengelolaan hutan lestari, serta mendorong perdagangan kayu dan
hasil hutan bukan kayu serta jasa-jasa dari sumber daya hutan yang dikelola secara lestari untuk tujuan pasar domestik maupun ekspor.
3.3. Kondisi Saat Ini