menggunakan sinar tampak sebagai aktivator. Polimerisasi terjadi didalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu halogen dengan panjang cahaya 400-500
nm selama kira-kira 10 menit. 2. Resin akrilik swapolimerisasi selfcold cured resin acrylic merupakan
resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swpolimerisasi mengandung aktivator kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan
benzoil peroksida yang terdapat didalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasa digunakan adalah amina tersier, contohnya
adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih
banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas. 3. Resin akrilik polimerisasi panas heat cured resin acrylic adalah jenis resin
akrilik yang selama proses polimerisasinya memerlukan energi termal sebagai pengaktivasi agar polimerisasi berjalan sempurna. Energi termal yang dibutuhkan
bisa diperoleh melalui perendaman dalam air atau oven gelombang mikro microwave.
1
Peningkatan temperatur selama proses polimerisasi memberikan pengaruh nyata pada karakteristik fisik resin akrilik. Temperatur selama proses
polimerisasi dalam waterbath harus konstan pada suhu 74 ℃ selama 2 jam dan
dilanjutkan 100 ℃ selama 1 jam.
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa gigitiruan dibuat menggunakan resin polimetil metakrilat yang bersifat transparan, tidak bewarna dan
padat. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan polimer yang paling banyak digunakan saat ini dan proses polimerisasinya
menggunakan energi panas. Energi termal panas yang dibutuhkan selama proses polimerisasi bisa didapatkan dengan menggunakan pemanasan air dalam waterbath
atau dapat menggunakan pemanasan dalam oven gelombang mikro microwave.
1,2,17
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Unsur-unsur yang terdapat dalam bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas
adalah sebagai berikut: 1.Bubuk mengandung :
17,18,19
a. Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama dalam bubuk resin akrilik polimerisasi panas.
b. Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5 . c. Reduces Translucency : titanium dioksida.
d. Pewarna yang dapat disesuaikan dengan rongga mulut 1. e. Fiber : serat nilon atau serat akrilik.
2. Cairan mengandung :
17,18,19
a. Monomer: methylmethacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap. b. Stabilisator: 0,006 inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi
selama penyimpanan. c. Cross linking agent: 2 ethylene glycol dimetacrylate, untuk menyambung
dua molekul polimer sehingga menjadi rantai yang panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.
d. Plasticizer : dibutil pthalat.
2.2.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu :
1,16,19
a. Perbandingan bubuk polimer dan cairan monomer Perbandingan polimer dan monomer merupakan bagian yang sangat penting
diperhatikan selama proses memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas. Pencampuran polimer dan monomer menggunakan perbandingan berat 2:1. Jika
monomer yang dicampurkan terlalu sedikit, maka tidak semua dari polimer akan dibasahi oleh monomer, hal ini mengakibatkan akrilik yang telah selesai proses
Universitas Sumatera Utara
polimerisasi akan bergranula, tetapi jika monomer terlalu banyak akan menyebabkan waktu untuk mencapai fase dough konsistensi akan semakin lama, hal ini membuat
timbulnya porositas pada resin akrilik. b. Proses pencampuran bubuk dan cairan
Untuk mendapatkan hasil polimerisasi yang diinginkan maka resin akrilik harus melalui 5 tahap pada saat pencampuran diantaranya :
1. Tahap I Wet sand stage Pada tahap ini polimer dan monomer bertahap bercampur membentuk
endapan. Monomer bertahap akan meresap kedalam polimer membentuk suatu fluid yang tidak bersatu. Selama tahap ini, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat
molekuler. Butiran butiran polimer tetap tidak berubah dan konsistensi adukan masih kasar dan berbentuk butiran.
2. Tahap II Sticky stage Pada tahap ini monomer akan mulai meresap atau masuk kedalam permukaan
polimer. Rantai polimer akan terdispersi dalam cairan monomer. Rantai polimer ini akan melepaskan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan dari adukan. Pada tahap
ini adukan akan berserat berbentuk benang dan akan lengket bila disentuh ataupun ditarik.
3. Tahap III Doughgel stage Pada tahap ini campuran akan lebih halus dan homogen. Adukan tidak akan
lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula. Pada tahap ini adukan siap dibentuk dan dimasukan kedalam mould.
4. Tahap IV Rubbery stage Pada tahap ini monomer tidak ada lagi yang tersisa, karena monomer telah bersatu
meresap sempurna dengan polimer dan sebagian monomer menguap. Massa pada tahap ini sudah berbentuk plastik dan tidak dapat lagi dibentuk dan dimasukan
kedalam mould. 5. Tahap V Stiff stage
Pada tahap ini adonan akan menjadi keras dan kaku, hal ini disebabkan menguapnya monomer bebas. Secara klinik adukan terlihat sangat kering.
Universitas Sumatera Utara
c. Mengaplikasikan bahan separator pada mould Mould lining Setelah master plat dikeluarkan dari mould, hasil cetakan master plat harus diolesi
bahan separator could mold seal untuk menghindari merembesnya monomer sisa kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan lempeng yang
kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini juga bermanfaat untuk menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan mould saat di buka dan mencegah
masuknya air dari mould ke dalam resin akrilik.
1
d.Pengisian resin akrilik Packing Packing
merupakan proses mengisian resin akrilik kedalam rongga mould di kuvet. Mould dalam kuvet harus terisi sempurna saat proses polimerisasi resin akrilik
berlangsung. Jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu banyak atau berlebih ini disebut dengan overpacking, hal ini menyebabkan basis gigitiruan
menjadi lebih tebal serta merubah posisi elemen gigitiruan. Sebaliknya jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu sedikit ini disebut dengan
underpacking , hal ini dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi poreus. Maka dari
itu saat pengisian resin akrilik kedalam mould harus diperhatikan dimana mould harus terisi penuh. Saat proses pengepressan pastikan kuvet mendapat tekanan yang
perlahan sampai kuvet atas dan kuvet bawah berkontak rapat. e. Proses curing
Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing secara konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 74
C dan dipertahankan selama 2 jam kemudian suhu dinaikan 100
C dan dibiarkan selama 1 jam.
2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas 2.2.3.1 Sifat Kimia
a. Penyerapan air Sifat kimia yang dimiliki resin akrilik polimerisasi panas adalah penyerapan
air sebesar 0,69 mgcm. Penyerapan air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat terserap oleh permukaan polimer yang padat dan beberapa
Universitas Sumatera Utara
lagi dapat menempati posisi diantara rantai polimer. Air yang diserap menimbulkan efek pada sifat dari resin akrilik tersebut.
16
b. Solubilitas Meskipun bahan resin akrilik polimerisasi panas dapat larut dalam berbagai
bahan pelarut, namun bahan resin akrilik umumnya tidak dapat larut dalam cairan rongga mulut.
16
2.2.3.2 Sifat Biologis
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat biologis seperti biokompatibel yaitu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat beradaptasi dengan
mukosa rongga mulut, tidak beracun dan tidak larut dalam saliva.
16
2.2.3.3 Sifat Fisis
Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis seperti konduktivitas termal sebesar 6 x 10
-4
calseccm
2
dan koefisien termal ekspansi sebesar 80 ppm
o
C.
16
2.2.3.4 Sifat Mekanis
Sifat mekanis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah:
16,20
1. Kekuatan fatique
Kekuatan fatique adalah kekuatan suatu bahan yang mengalami stress berulang diatas proporsional limit yang menyebabkan bahan tersebut menjadi patah.
20
2. Kekuatan transversal
Kekuatan transversal atau kekuatan fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah bahan berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya, dimana
beban diberikan ditengah-tengah bahan tersebut.
20
Selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil yang
diperoleh akan dimasukan kedalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 85,47 Mpa.
3. Kekuatan impak
Kekuatan impak adalah daya tahan suatu bahan agar tidak mudah patah bila bahan tersebut mendapat daya yang besar dan tiba-tiba dalam bentuk tekanan.
21-25,
Universitas Sumatera Utara
Kekuatan impak yang diperlukan oleh resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan adalah 2 x 10
-3
Jmm .
Kekuatan impak minimal basis gigitiruan resin akrilik heat cured adalah sebesar 10 kgcm.
25
Terdapat dua tipe alat untuk menguji kekuatan impak yaitu uji Izod dan uji Charpy. Pada alat penguji Izod sampel dijepit
secara vertikal pada salah satu ujungnya. Sedangkan pada alat uji Charpy kedua ujung sampel diletakan pada posisi horizontal yang bertumpu pada ujung alat penguji.
Kekuatan impak menggunakan sampel dengan ukuran tertentu yang diletakkan pada alat penguji dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul
tersebut kemudian diayunkan dan membentur sampel hingga sampel patah. Selanjutnya energi E yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu
dilakukan perhitungan kekuatan impak .
25
Rumus kekuatan impak :
Keterangan : I = Kekuatan impak Jmm2
E = Energi Joule b = Lebar batang uji mm
d = Tebal batang uji mm
2.2.4 Keuntungan dan kerugian Resin Akrilik Polimerisasi 2.2.4.1 Keuntungan
2-7
1. Relatif murah. 2. Warna yang stabil.
3. Tidak mengiritasi mukosa mulut. 4. Tidak larut dalam cairan mulut.
5. Mudah dimanipulasi. 6. Perubahan dimensi yang rendah.
I = E b x d
Universitas Sumatera Utara
7. Tidak toksik. 8. Estetis
.
2.2.4.2 Kerugian
2,3,6,7
1. Daya tahan fatik rendah
2. Konduktivitas rendah 3. Kekuatan fleksural rendah
4. Tidak tahan abrasi. 5. Monomer sisa dapat menimbulkan reaksi alergi.
2.3 Bahan Pembersih Gigi Tiruan 2.3.1 Pengertian