Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Tablet Pembersih Gigitiruan

(1)

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET

PEMBERSIH GIGITIRUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

RONI RUSTAM AFANDI NIM: 110600033

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Tahun 2015

Roni Rustam Afandi

Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah

Perendaman dalam Larutan Tablet Pembersih Gigi Tiruan

xii + 43

Sejak digunakannya resin akrilik sebagai bahan basis gigitiruan pada tahun 1946, bahan ini selalu menjadi pilihan utama untuk membuat basis gigitiruan sampai dengan sekarang ini. Pembersihan basis gigitiruan dapat dilakukan menggunakan larutan tablet pembersih gigitiruan. Perendaman basis gigitiruan dengan larutan tablet polident akan mengurangi kekuatan impak dari resin akrilik polimerisasi panas tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan

polident (effervescent) dengan frekuensi perendaman selama 5 menit yang berbeda ( 5, 10 dan 15 kali). Sampel penelitian ini adalah resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran 65mm x 10mm x 2,5mm sebanyak 6 sampel untuk setiap kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol, frekuensi perendaman 5, 10 dan 15 kali dengan masing-masing perendaman selama 5 menit. Proses polimerisasi dilakukan dalam waterbath dengan suhu 74 ͦ C selama 1,5 jam dan dilanjutkan dengan suhu 100 ͦ C selama 1 jam. Sampel dipoles menggunakan bur frasser dan kertas pasir water proof nomor 600, 800 dan 1.000. Sampel direndam dalam larutan tablet polident selama 5 menit dengan frekuensi perendaman 5, 10 dan 15 kali dalam inkubator dengan suhu


(3)

37 ͦ C. Pengukuran kekuatan impak dilakukan dengan menggunakan alat

charpy impact test. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dan

post hoc LSD. Hasil penelitian ini menunjukkan rerata nilai kekuatan impak kelompok kontrol sebesar 6,86 x 10-3 J/mm2, kelompok perendaman 5 kali sebesar 6,40 x 10-3 J/mm2, kelompok perendaman10 kali sebesar 5,97 x 10-3 J/mm2 dan kelompok perendaman 15 kali sebesar 4,92 x 10-3 J/mm2. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan kekuatan impak yang signifikan setelah dilakukan perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin lama perendaman sampel resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan tablet pembersih gigitiruan polident

maka nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi semakin rendah.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 27 April 2015

Pembimbing : Tanda tangan

1. Rusfian,drg., M.Kes NIP: 195209201983031011 ………

2. Astrid Yudhit,drg., M.Si NIP: 197811302005012001 ……….


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

Pada tanggal 27 April 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Rusfian, drg., M.Kes

2. Astrid Yudhit, drg., M.Si


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya terkhusus penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Pelda Afrizal Rustam dan ibunda Maidawarti atas segala kasih sayang, motivasi, do’a dan dukungan baik moril maupun materil yang tiada hentinya diberikan kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada saudara penulis, abangda Timton Prabowo, Rezki Nanda Ferdido dan Adinda tersayang Putra Afandi, Putri May Sharoh dan Fajri Akbar atas dukungan yang diberikan.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku ketua departemen di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Rusfian, drg., M.Kes dan Astrid Yudhit, drg., Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak sekali waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis selama proses penulisan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG USU yang telah memberikan saran, masukan dan bantuan kepada penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

5. Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort selaku dosen penasehat akademik atas bimbingan dan arahan serta motivasi yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di FKG USU.


(7)

6. Dr. Darwin Yunus Nasution, M.S selaku kepala laboratorium terpadu FMIPA USU atas izin penggunaan fasilitas dan Kak Fitri selaku laboran atas bantuannya selama penelitian berlangsung.

7. Kepada dr. Sri Amelia, M.Kes selaku kepala laboratorium infeksius terpadu FK USU atas izin penggunaan fasilitas dan Kak Winda selaku laboran atas bantuannya selama penelitian berlangsung.

8. Maya Fitria, SKM., M.Kes selaku pembimbing pengolahan data SPSS di Departemen Kependudukan dan Biostatistik FKM USU.

Medan, 27 April 2015

Penulis,

NIM : 110600033


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN PENGESAHAN ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Hipotesis Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resin Akrilik ... 4

2.1.1 Pengertian Resin Akrilik ... 4

2.1.2 Resin Akrilik Sebagai Bahan Basis Gigitiruan ... 4

2.1.3 Jenis Resin Akrilik ... 4

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 5

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 5

2.2.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 6

2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 8

2.2.3.1 Sifat Kimia ... 8

2.2.3.2 Sifat Biologis ... 9

2.2.3.3 Sifat Fisis ... 9

2.2.3.4 Sifat Mekanis ... 9


(9)

2.2.3 Kerugian ... 11

2.3 Mekanisme Pembersihan Gigitiruan ... 11

2.4 Komposisi Bahan Pembersih Gigitiruan ... 12

2.5 Kerangka Teori... 14

2.6 Kerangka Konsep ... 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 16

3.2 Desain Penelitian ... 16

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.3.1 Tempat Penetian ... 16

3.3.2 Waktu Penelitian ... 16

3.4 Sampel dan Besar Sampel ... 17

3.4.1 Sampel penelitian ... 17

3.4.2 Besar Sampel ... 17

3.5 Variabel penelitian ... 18

3.5.1 Variabel Bebas ... 18

3.5.2 Variabel Tergantung... 18

3.5.3 Variabel Terkendali ... 18

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 19

3.6 Kriteria Sampel ... 19

3.6.1 Kriteria Inklusi ... 19

3.6.2 Kriteria Ekslusi... 19

3.7 Definisi Operasional ... 19

3.8 Alat dan Bahan Penelitian ... 20

3.8.1 Alat Penelitian ... 20

3.8.2 Bahan Penelitian ... 24

3.9 Prosedur Penelitian ... 26

3.9.1 Pembuatan Master Plat ... 26

3.9.2 Pembuatan Mould ... 26

3.9.3 Pembuatan Sampel resin akrilik polimerisasi panas ... 27

3.9.4 Curing (Pemanasan) ... 28

3.9.5 Penyelesaian Akhir (Poles) ... 29

3.9.6 Perendaman Sampel dalam Larutan Tablet polident ... 29

3.9.7 Uji Kekuatan Impak ... 31

3.10 Analisis Data ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 35


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai kekuatan impak sampel resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident) dengan frekuensi 5, 10 dan 15 kali

selama 5 menit... 33

2. Uji One Way Anova ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak sampel resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident) dengan frekuensi 5, 10 dan 15 kali selama 5 menit.. ... 35

3. Uji Least Significant Difference ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak sampel resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident)


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bentuk dan Ukuran Sampel ... 17

2. Master logam ... 20

3. Rubber bowl dan spatula pengaduk ... 20

4. Kuvet ... 20

5. Pot Akrilik ... 21

6. Alat Press Manual ... 21

7. Waterbath ... 21

8. Mikromotor ... 22

9. Bur Frasser ... 22

10.Kertas Pasir ... 22

11.Emery ... 22

12.Inkubator ... 23

13.Alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test ... 23

14.Tablet Pembersih Gigitiruan Polident ... 24

15.Resin Akrilik ... 24

16.Could mould seal ... 25

17.Vaselin ... 25

18.Aquadest ... 25

19.Gips ... 25

20.Adonan gips yang telah homogen dalam kuvet bawah (a), master plat diletakan sama rata dengan permukaan gips (b). ... 26

21.Mould (a), pengolesan Could mould seal pada mould (b) ... 27

22.Plastik selopan yang diletakan diatas mould yang telah diisi resin akrilik polimerisasi panas(a), pengepressan kuvet (b) ... 28

23.Lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah selesai dipoles .. 29 24.Sampel yang diletakan dalam wadah perendaman (a), tablet polident


(13)

yang dimasukan kedalam wadah perendaman (b) ... 30 25.Alat uji kekuatan impak (Charpy impact test) (a), sampel diletakan

dengan posisi horizontal bersandar pada kedua ujung alat

penguji (b) ... 31 26.Sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah diuji

kekuatan impaknya ... 32 27.Grafik nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol dan kelompok

perendaman dengan larutan tablet pembersih gigi tiruan (polident)


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Alur Penelitian

2. Hasil Uji Normalitas Saphiro Wilk

3. Hasil Uji Homogenitas 4. Hasil Uji Anova Satu Arah 5. Hasil Uji Post Hoc


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Resin akrilik merupakan material yang sering digunakan sebagai bahan pembuat basis gigitiruan.1,2 Basis gigitiruan resin akrilik terbentuk melalui pencampuran bubuk poli(metil metakrilat) dengan cairan metil metakrilat.1,3,4 Resin akrilik secara umum dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi panas, resin akrilik swapolimerisasi dan resin akrilik polimerisasi sinar.1,4-7

Pemilihan resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan pembuatan basis gigitiruan telah dimulai sejak tahun 1946 dan terus dikembangkan hingga saat ini.8,9 Resin akrilik memiliki keunggulan harganya yang relatif murah, warna yang stabil, tidak mengiritasi mukosa mulut, tidak larut dalam cairan mulut, mudah dimanipulasi, perubahan dimensi yang rendah, tidak toksik dan estetis.1,6,9,10 Namun resin akrilik polimerisasi panas juga memiliki kekurangan yaitu mudah patah jika terbentur pada permukaan yang keras.6,9,11 Patahnya basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi di dalam mulut dikarenakan fatique maupun karena tekanan oklusal yang berlebihan.12

Ketahanan terhadap fraktur dari resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan basis gigitiruan dapat dilihat dari uji kekuatan fatique, kekuatan transversal dan kekuatan impak.9,13,14 Kekuatan impak adalah daya tahan suatu bahan agar tidak mudah patah bila bahan tersebut mendapat daya yang besar dan tiba-tiba dalam bentuk tekanan.11,13,15-17 Kekuatan impak yang diperlukan oleh resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan adalah 2 x 10 -3 J/mm2 (ISO 1567:1999).14 Menurut Craig, dkk (2002) kekuatan impak minimal basis gigitiruan resin akrilik heat cured adalah sebesar 10 kg/cm.16


(16)

Gigi tiruan resin akrilik selalu berkontak lansung dengan saliva, makanan dan minuman di dalam rongga mulut. Hal ini mengakibatkan terbentuknya akumulasi plak, karang gigi dan stain pada basis gigitiruan.18 Akumulasi plak yang berlebihan pada protesa gigitiruan dapat mengakibatkan inflamasi pada mukosa palatal rongga mulut yang dikarenakan oleh denture stomatitis.18-20

Saat ini ada beberapa metode alternatif untuk membersihkan protesa gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kimia ataupun gabungan mekanis dan kimia. Menurut Paranhos (2008) teknik pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan metode menyikat basis gigitiruan menggunakan pasta. Sedangkan pembersihan secara kimia salah satunya dilakukan dengan merendaman basis gigitiruan dalam larutan tablet

effervescent.16,18 Dill cit Jubhari (2014) menyebutkan larutan tablet effervescent lebih sering digunakan sebagai pembersih gigitiruan dibandingkan pembersih gigitiruan menggunakan pasta.2 Tablet effervescent mengandung senyawa kimia berupa karbondioksida (CO2) yang menimbulkan terbentuknya gelembung gas saat tablet dimasukan kedalam air.19,21 Salah satu contoh cara pemakaian tablet pembersih gigitiruan adalah dengan merendam basis gigitiruan selama 5 menit perhari dalam larutan effervescent pembersih gigitiruan.

Protesa gigitiruan yang terbuat dari resin akrilik harus memiliki sifat seperti kekuatan, fleksibilitas, ketahan terhadap tekanan gigitan dan tekanan benturan.22 Penggunaan pembersih gigitiruan dapat menghilangkan komponen larut pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas, sehingga dapat merubah sifat-sifat fisis basis gigitiruan tersebut.2,9,23 Anusavice cit Handajani (2013) menyebutkan telah terjadi penurunan kekuatan impak resin akrilik setelah penyerapan zat cair secara difusi oleh resin akrilik polimerisasi panas.9 Penelitian yang dilakukan oleh Paracini, dkk (2010) menunjukan bahwa telah terjadi penurunan kekuatan tranversal lempeng akrilik yang signifikan setelah direndam dalam larutan pembersih gigitiruan (alkaline

peroxide effervescent).21 Jubhari, dkk (2014) menyebutkan semakin lama waktu

perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan, maka makin berkurang kekuatan transversal dari resin akrilik tersebut.2


(17)

Dari pemaparan di atas peneliti ingin mengevaluasi mengenai kekuatan impak lempeng resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan basis gigitiruan setelah direndam dalam larutan tablet pembersih gigitiruan.

1.2 Permasalahan

Apakah ada perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (effervescent)

dengan frekuensi perendaman yang berbeda ( 5, 10 dan 15 kali) selama 5 menit.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk melihat perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (effervescent)

dengan frekuensi perendaman yang berbeda ( 5, 10 dan 15 kali) selama 5 menit.

1.4Hipotesis Penelitian

Tidak ada perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah dilakukan perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (effervescent)

dengan frekuensi perendaman yang berbeda ( 5, 10 dan 15 kali) selama 5 menit.

1.5Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai pengaruh larutan tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas sebagai bahan basis gigitiruan.

2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu material kedokteran gigi, khususnya mengenai resin akrilik polimerisasi panas.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Akrilik

2.1.1 Pengertian

Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras dan transparan, dimana bahan ini mengandung resin poli(metil metakrilat). Resin akrilik merupakan turunan dari etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Sejak tahun 1940-an resin akrilik menjadi bahan yang sangat populer digunakan sebagai bahan basis gigitiruan. 1,20,24

2.1.2 Resin Akrilik sebagai Bahan Basis Gigitiruan 1,9,10

Sebagai bahan basis gigitiruan, resin akrilik harus memenuhi kriteria yang diinginkan, agar bisa dijadikan basis gigitiruan yang ideal. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :

a. Tidak beracun, tidak mengiritasi dan tidak larut dalam cairan rongga mulut. b. Bersifat transparan agar dapat diwarnai sesuai dengan kondisi rongga mulut pasien.

c. Tidak berbau, tidak memiliki rasa dan mudah dimanipulasi.

d. Mempunyai kekuatan mekanis yang baik dan tahan abrasi dalam kondisi normal rongga mulut.

e. Bisa dengan mudah dibersihkan. f. Dapat direparasi (Reline atau Rebase).

2.1.3 Jenis Resin Akrilik 1,3,5,24

Bedasarkan proses polimerisasinya resin akrilik dibedakan menjadi :

a. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin acrylic) adalah jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan bantuan dari sinar tampak.


(19)

Penyinaran resin dilakukan selama 5 menit dengan gelombang cahaya sebesar 400-500 nm.

b.Resin akrilik polimerisasi kimia (self/cold cured resin acrylic) adalah jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya tidak memerlukan bantuan energi panas maupun energi sinar tampak untuk proses polimerisasi, melainkan mengandung

aminestersier atau dimetil-para-toluidin di dalam monomernya sebagai bahan

akselerator kimiawi untuk membantu proses polimerisasi berlangsung.

c. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah jenis resin akrilik yang selama proses polimerisasinya memerlukan energi termal sebagai pengaktivasi agar polimerisasi berjalan sempurna. Energi termal yang dibutuhkan bisa diperoleh melalui perendaman dalam air atau oven gelombang mikro (microwave).1,10,12 Peningkatan temperatur selama proses polimerisasi memberikan pengaruh nyata pada karakteristik fisik resin akrilik. Temperatur selama proses polimerisasi dalam waterbath harus konstan pada suhu 74℃ selama 1,5 jam dan dilanjutkan 100 ℃ selama 1 jam.

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa gigitiruan dibuat menggunakan resin poli(metil metakrilat) yang bersifat transparan, tidak bewarna dan padat.16 Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan polimer yang paling banyak digunakan saat ini dan proses polimerisasinya menggunakan energi panas. Energi termal (panas) yang dibutuhkan selama proses polimerisasi bisa didapatkan dengan menggunakan pemanasan air dalam waterbath

atau dapat menggunakan pemanasan dalam oven gelombang mikro (microwave).1,6,8,9,24

2.2.1 Komposisi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas tersedia dalam bentuk bubuk dan cairan. Unsur-unsur yang terdapat dalam bubuk dan cairan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut:


(20)

1.Bubuk mengandung :3,20,24

a.Polimer : polimetilmetakrilat sebagai unsur utama dalam bubuk resin akrilik polimerisasi panas.

b.Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5 %. c.Reduces Translucency : titanium dioksida.

d.Pewarna yang dapat disesuaikan dengan rongga mulut 1%. e.Fiber : serat nilon atau serat akrilik.

2.Cairan mengandung :3,20,24

a.Monomer: methylmethacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap. b.Stabilisator: 0,006% inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi selama penyimpanan.

c.Cross linking agent: 2% ethylene glycol dimetacrylate, untuk menyambung dua molekul polimer sehingga menjadi rantai yang panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.

d. Plasticizer : dibutil pthalat.

2.2.2 Manipulasi Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu :1,3,20

a. Perbandingan bubuk (polimer) dan cairan (monomer)

Perbandingan polimer dan monomer merupakan bagian yang sangat penting diperhatikan selama proses memanipulasi resin akrilik polimerisasi panas. Pencampuran polimer dan monomer menggunakan perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2:1. Jika monomer yang dicampurkan terlalu sedikit, maka tidak semua dari polimer akan dibasahi oleh monomer, hal ini mengakibatkan akrilik yang telah selesai proses polimerisasi akan bergranula, tetapi jika monomer terlalu banyak akan menyebabkan waktu untuk mencapai fase dough (konsistensi) akan semakin lama, hal ini membuat timbulnya porositas pada resin akrilik.


(21)

b. Proses pencampuran bubuk dan cairan

Untuk mendapatkan hasil polimerisasi yang diinginkan maka resin akrilik harus melalui 5 tahap pada saat pencampuran diantaranya :

1. Tahap I ( Wet sand stage)

Pada tahap ini polimer dan monomer bertahap bercampur membentuk endapan. Monomer bertahap akan meresap kedalam polimer membentuk suatu fluid yang tidak bersatu. Selama tahap ini, sedikit atau tidak ada interaksi pada tingkat molekuler. Butiran butiran polimer tetap tidak berubah dan konsistensi adukan masih kasar dan berbentuk butiran.

2. Tahap II ( Sticky stage)

Pada tahap ini monomer akan mulai meresap atau masuk kedalam permukaan polimer. Rantai polimer akan terdispersi dalam cairan monomer. Rantai polimer ini akan melepaskan ikatan sehingga meningkatkan kekentalan dari adukan. Pada tahap ini adukan akan berserat berbentuk benang dan akan lengket bila disentuh ataupun ditarik.

3. Tahap III (Dough/gel stage)

Pada tahap ini campuran akan lebih halus dan homogen. Adukan tidak akan lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula. Pada tahap ini adukan siap dibentuk dan dimasukan kedalam mould.

4. Tahap IV (Rubbery stage)

Pada tahap ini monomer tidak ada lagi yang tersisa, karena monomer telah bersatu meresap sempurna dengan polimer dan sebagian monomer menguap. Massa pada tahap ini sudah berbentuk plastik dan tidak dapat lagi dibentuk dan dimasukan kedalam mould.

5. Tahap V (Stiff stage)

Pada tahap ini adonan akan menjadi keras dan kaku, hal ini disebabkan menguapnya monomer bebas. Secara klinik adukan terlihat sangat kering.


(22)

c. Mengaplikasikan bahan separator pada mould (Mould lining)1

Setelah master plat dikeluarkan dari mould, hasil cetakan master plat harus diolesi bahan separator (could mold seal) untuk menghindari merembesnya monomer sisa kedalam mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan permukaan lempeng yang kasar, selain itu pengaplikasian bahan separator ini juga bermanfaat untuk menghindari perlekatan resin akrilik pada bahan mould saat di buka dan mencegah masuknya air dari mould ke dalam resin akrilik.

d.Pengisian resin akrilik (Packing)1

Packing merupakan proses mengisian resin akrilik kedalam rongga mould di kuvet. Mould dalam kuvet harus terisi sempurna saat proses polimerisasi resin akrilik berlangsung. Jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu banyak atau berlebih ini disebut dengan overpacking, hal ini menyebabkan basis gigitiruan menjadi lebih tebal serta merubah posisi elemen gigitiruan. Sebaliknya jika resin akrilik yang dimasukan kedalam mould terlalu sedikit ini disebut dengan

underpacking, hal ini dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi poreus. Maka dari itu saat pengisian resin akrilik kedalam mould harus diperhatikan dimana mould harus terisi penuh. Saat proses pengepressan pastikan kuvet mendapat tekanan yang perlahan sehingga resin akrilik dapat mengalir kesuluruh rongga mould pada kuvet.

e. Proses curing

Kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas dilakukan proses curing secara konvensional dimulai dari suhu kamar hingga pencapai temperatur 74oC dan dipertahankan selama 1,5 jam kemudian suhu dinaikan 100 oC dan dibiarkan selama 1 jam.1

2.2.3 Sifat Resin Akrilik Polimerisasi Panas20

2.2.3.1Sifat Kimia

1. Penyerapan air

Sifat kimia yang dimiliki resin akrilik polimerisasi panas adalah penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm. Penyerapan air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat terserap oleh permukaan polimer yang padat dan beberapa


(23)

lagi dapat menempati posisi diantara rantai polimer. Air yang diserap menimbulkan efek pada sifat dari resin akrilik tersebut.

2. Solubilitas

Meskipun bahan resin akrilik polimerisasi panas dapat larut dalam berbagai bahan pelarut, namun bahan resin akrilik umumnya tidak dapat larut dalam cairan ronga mulut.

2.2.3.2Sifat Biologis

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat biologis seperti biokompatibel yaitu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat beradaptasi dengan mukosa rongga mulut, tidak beracun dan tidak larut dalam saliva.20

2.2.3.3Sifat Fisis

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis seperti konduktivitas termal sebesar 6 x 10-4 cal/sec/cm2 dan koefisien termal ekspansi sebesar 80 ppmoC.20

2.2.3.4 Sifat Mekanis

Sifat mekanis yang dimiliki oleh resin akrilik polimerisasi panas adalah:20,25 1.Kekuatan fatique

Kekuatan fatique adalah kekuatan suatu bahan yang mengalami stress berulang diatas proporsional limit yang menyebabkan bahan tersebut menjadi patah.25

2.Kekuatan transversal

Kekuatan transversal atau kekuatan fleksural adalah beban yang diberikan pada sebuah bahan berbentuk batang yang bertumpu pada kedua ujungnya, dimana beban diberikan ditengah-tengah bahan tersebut.25 Selama batang ditekan maka beban akan meningkat secara beraturan dan berhenti ketika batang uji patah. Hasil yang diperoleh akan dimasukan kedalam rumus kekuatan transversal. Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 85,47 Mpa.


(24)

3.Kekuatan impak

Kekuatan impak adalah daya tahan suatu bahan agar tidak mudah patah bila bahan tersebut mendapat daya yang besar dan tiba-tiba dalam bentuk tekanan.11,13,15,16,26 Kekuatan impak yang diperlukan oleh resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan adalah 2 x 10 -3 J/mm (ISO 1567:1999).14 Menurut Craig, dkk (2002) kekuatan impak minimal basis gigitiruan resin akrilik heat cured

adalah sebesar 10 kg/cm.16 Terdapat dua tipe alat untuk menguji kekuatan impak yaitu uji Izod dan uji Charpy. Pada alat penguji Izod sampel dijepit secara vertikal pada salah satu ujungnya. Sedangkan pada alat uji Charpy kedua ujung sampel diletakan pada posisi horizontal yang bertumpu pada ujung alat penguji.25

Kekuatan impak menggunakan sampel dengan ukuran tertentu yang diletakkan pada alat penguji dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut kemudian diayunkan dan membentur sampel hingga sampel patah. Selanjutnya energi (E) yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak.

Rumus kekuatan impak :

Keterangan :

I = Kekuatan impak (J/mm2) E = Energi (Joule)

b = Lebar batang uji (mm) d = Tebal batang uji (mm)

2.2.4Keuntungan

Resin akrilik polimerisasi panas digunakan sebagai bahan pembuat basis gigi tiruan karena memiliki kelebihan diantaranya :

1. Relatif murah. 2. Warna yang stabil. I = E


(25)

3. Tidak mengiritasi mukosa mulut. 4. Tidak larut dalam cairan mulut. 5. Mudah dimanipulasi.

6. Perubahan dimensi yang rendah. 7. Tidak toksik.

8. Estetis.

2.2.5 Kerugian

Adapun kelemahan dari resin akrilik polimerisasi panas adalah : 1. Tidak tahan abrasi.

2. Monomer sisa dapat menimbulkan reaksi alergi. 3. Kekuatan impak (resistensi pada benturan) rendah.

2.3Mekanisme Pembersihan Gigitiruan

Saat ini ada beberapa metode alternatif untuk membersihkan protesa gigitiruan. Adapun cara untuk membersihkan basis gigitiruan adalah dengan :

1. Cara mekanik

Pembersihan secara mekanik dilakukan dengan menggunakan sikat gigi atau alat

ultrasonic cleaner. Pembersihan secara mekanik terbukti efektif dapat menghilangkan plak, tetapi jika terlalu sering dilakukan dan dalam waktu yang berulang dapat menyebabkan keausan pada basis gigitiruan resin akrilik yang menyebabkan hilangnya retensi pada basis gigitiruan.

2. Cara kimia

Pembersihan secara kimia dilakukan dengan merendaman basis gigitiruan dalam larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan. Penggunaan tablet pembersih gigitiruan terbukti efektif dan efisien untuk membunuh bakteri dan jamur. Tablet

effervescent mengandung senyawa kimia berupa karbondioksida (CO2) yang

menimbulkan terbentuknya gelembung gas saat tablet dimasukan kedalam air.18,21 Salah satu contoh cara pemakaian tablet pembersih gigitiruan adalah dengan


(26)

merendam basis gigitiruan selama 5 menit dalam satu hari pada larutan tablet

effervescent pembersih gigitiruan (Polident).

2.4Komposisi Bahan Pembersih Gigitiruan 26

Adapun komposisi dari larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan (Polident) adalah sebagai berikut :

a. Sodium bicarbonate

Sodium bicarbonate adalah senyawa kimia dengan rumus kimia NaHCO3, disebut

juga dengan nama Sodium Hidrogenbicarbonate,sodium bicar, baking soda, bread soda, cooking soda, bicard soda atau soda bicarbonate. Sodium bicarbonate larut dalam air, berbentuk kristal putih kental, bersifat abrasif dan dapat melepaskan stain

pada basis gigitiruan. b. Citrid acid

Citrid acid disebut juga Hydrogen sitrat, mempunyai rumus kimia C6H8O7. Citrid

acid adalah asam organik lemah yang ditemukan dalam buah jeruk. Sifat buffer dari asam ini digunakan untuk mengontrol pH pada pembersih alat rumah tangga dan obat-obatan. Bahan ini juga dapat mengurai logam sehingga dapat digunakan dalam pembuatan sabun dan deterjen pembersih pakaian.

c. Sodium carbonate

Sodium carbonate dikenal juga dengan soda pembersih atau abu soda,

mempunyai rumus kimia Na2CO3. Sodium carbonate merupakan garam sodium dari asam karbonik, digunakan sebagai pelembut pada pembersih pakaian. Sodium

carbonate membentuk ikatan dengan ion magnesium dan kalium pada air, disebut

juga dengan soda pembersih yang efektif menghilangkan minyak, lemak dan stain alkohol.

d. Sodium perborate

Sodium perborate merupakan senyawa berwarna putih dan dapat larut dalam air. Memiliki rumus kimia NaBO3 yang mengalami hidrolisis ketika berkontak dengan air. Sodium perborate mempunyai komponen oksigen aktif pada detergen, bahan


(27)

pembersih dan bahan pemutih. Mempunyai sifat antiseptik dan dapat bertindak sebagai desinfektan.

e. Sodium hexametophospate

Sodium hexametophospate mempunyai rumus kimia NaPO3. Bewarna putih,

tidak berbau dan berbentuk bubuk kristal. Sodium hexametophospate merupakan campuran dari polimerik metafosfat dan sodium hexametophospate yang digunakan sebagai salah satu bahan dalam detergen.

f. Sodium benzoate

Sodium benzoate digunakan sebagai bahan pengawet, sangat efektif untuk

membunuh jamur dan bakteri. g. Sodium stearate

Sodium stearate merupakan bahan kimia yang didapat dari hasil reaksi antara

sodium dengan asam stearate. Memiliki rumus kimia C17H35COON, berbentuk bubuk berwarna putih dan digunakan pada obat-obatan dan pasta gigi.

h. Sodium lauryl sulfoacetate

Sodium lauryl sulfoacetate merupakan derivat dari kelapa dan minyak sawit, bersifat sebagai agen surfaktan (bahan pembentuk busa) yang umum digunakan dan aman untuk kulit. Karena berasal dari bahan alami, sehingga menghasilkan bahan yang dapat menghilangkan bakteri, permukaan yang berminyak dan kotor. Sodium lauryl sulfoacetate bersifat hidrofilik yang berarti menarik air sehingga dapat larut dalam air.


(28)

(29)

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control grup design

3.3 Tempat dan Waktu penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

1. Pembuatan sampel

Pembuatan sampel penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU.

2.Perendaman sampel dalam inkubator.

Perendaman sampel dalam inkubator dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU (Laboratorium infeksius).

3. Pengujian kekuatan impak

Pengujian kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dilakukan di Laboratorium Ilmu Dasar (LIDA) FMIPA USU.

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015.


(31)

3.4 Sampel dan Besar Sampel

3.4.1 Sampel Penelitian

Adapun sampel penelitian ini adalah lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang tidak direndam dalam larutan pembersih gigitiruan dan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident) dengan frekuensi (5, 10 dan 15 kali perendaman) selama 5 menit. Ukuran sampel adalah 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.9,16,27

Gambar 1. Bentuk dan ukuran sampel

3.4.2 Besar Sampel

Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi bedasarkan rumus Frederer: 28

Keterangan:

t: Jumlah perlakuan r: Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan dilakukan perlakuan pada kelompok resin akrilik dengan frekuensi perendaman 5, 10 dan15 kali selama 5 menit serta satu kelompok kontrol (tanpa perendaman), sehingga t = 4. Bedasarkan rumus diatas, maka jumlah sample (n) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut :

(t-1)(r-1) ≥ 15 (4-1)(r-1) ≥ 15


(32)

4 (r-1) ≥ 15 4r - 4 ≥ 19

r ≥ 4,75 r = 5

Dari perhitungan diatas didapat jumlah sampel minimum untuk masing-masing kelompok adalah 5, dalam penelitian ini diambil besar sampel 6 buah untuk masing-masing kelompok perlakuan.

3.5 Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas

Frekuensi perendaman 5,10 dan 15 kali.

3.5.2 Variabel Tergantung

Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Jenis resin akrilik polimerisasi panas. 2. Ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.

3. Perbandingan adonan resin akrilik polimerisasi panas (polimer 9 gr : monomer 3,6 ml ).

4. Setting time gips 15 menit.

5. Rasio gips dan air sesuai takaran pabrik 200 gr : 100 ml. 6. Metode pengadukan akrilik.

7. Suhu penggodokan ( proses kuring ).

8. Waktu perendaman sampel dalam larutan effervescent (5 menit). 9. Suhu perendaman (37 ͦ C).

10.Volume larutan 200 ml.

11.Jenis tablet effervescent yang digunakan.


(33)

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Kecepatan pengadukan resin akrilik. 2. Kecepatan pengadukan gips.

3. Tekanan pengepressan kuvet.

4. Waktu pengadukan akrilik hingga mencapai fase dough

5. Waktu pengadukan gips hingga homogen.

3.6 Kriteria Sampel

3.6.1 Kriteria Inklusi

1. Sampel berbentuk balok dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm. 2. Sampel terpolis licin dan mengkilat.

3.6.2 Kriteria Ekslusi

1. Sampel terdapat poreus.

2. Sampel terkontaminasi bahan lain (sampel kotor). 3. Sampel retak.

3.7 Definisi Operasional

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan basis gigitiruan yang terbentuk melalui pencampuran bubuk yang mengandung polimer dan cairan yang mengandung monomer yang polimerisasinya melalui pemanasan.

2. Frekuensi perendaman adalah pengulangan perendaman sampel resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan pembersih gigitiruan (larutan tablet effervescent), dimana satu kali perendaman adalah selama 5 menit. Frekuensi dilakukan 5,10 dan 15 kali perendaman.

3. Larutan tablet effervescent pembersih gigitiruan adalah sediaan pembersih gigitiruan berbentuk tablet yang menghasilkan gelembung gas ketika bereaksi dengan air. Tablet pembersih gigitiruan yang dipakai adalah polident fresh active yang mengandung Sodium bicarbonate.


(34)

4. Kekuatan impak adalah energi yang dibutuhkan untuk mematahkan lempeng resin akrilik polimerisasi panas dengan gaya benturan. Kekuatan impak diuji menggunakan alat jenis Charpy, dengan satuan kekuatan impak adalah J/mm2.

3.8 Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat Penelitian

1. Master plat berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.

Gambar 2. Master plat 65 mm x 10mm x 2,5mm

2. Rubber bowl dan spatula pengaduk.

Gambar 3. Rubber bowl dan spatula pengaduk. 3. Kuvet (Smic, China®).


(35)

4. Pot Akrilik.

Gambar 5. Pot Akrilik. 5. Alat press manual.

Gambar 6. Alat Press Manual

6. Waterbath (Schutzart DIN 40050- IP 20, Germany®).

Gambar 7. Waterbath


(36)

8. Stopwatch (Digitimer China). 9. Mikromotor (Strong, Korea).

Gambar 8. Mikromotor.

10.Bur Frasser.

Gambar 9. Bur frasser. 11.Kertas pasir no: 600, 800, 1000.

Gambar 10. Kertas Pasir. 12.Emery.


(37)

13.Pinset dan Lekron. 14.Inkubator. (Memmert)

Gambar 12. Inkubator.

15.Alat uji kekuatan impak Charpy impact test ( Time China).

Gambar 13.Charpy impact test.

16.Wadah perendaman yang terbuat dari plastik. 17.Plastik selopan.


(38)

3.8.2 Bahan Penelitian

1. Tablet pembersih gigitiruan effervescent polident fresh active®.

Gambar 14.Tablet Polident.

2. Resin akrilik (QC-20 England®).


(39)

3. Could mould seal (QC-20 England®).

Gambar 16. Could mould seal. 4. Vaselin.

Gambar 17. Vaselin. 5. Aquadest.

Gambar 18.Aquadest. 6. Gips tipe 2 (Super Gips)


(40)

3.9Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:

3.9.1 Pembuatan Master Plat

Master plat dibuat dari logam stainless steel ditempah dengan ukuran 65 mm x10 mm x 2,5 mm9,16 sebanyak 3 buah.

3.9.2 Pembuatan Mould 16,20

1. Membuat adonan gips keras dengan perbandingan terhadap air 200 gr : 100 ml.

2. Adonan diaduk dengan spatula dan dipastikan semua tercampur homogen. 3. Adonan gips yang telah homogen dimasukan kedalam kuvet bawah yang telah disiapkan sambil digetarkan (Gambar 20.a).

4. Master plat yang telah diolesi dengan vaselin diletakan pada adonan dalam kuvet sampai permukaan master plat dan gips menjadi rata (Gambar 20.b).

Gambar 20.Adonan gips yang telah homogen dalam kuvet bawah (a), master

plat diletakan sama rata dengan permukaan gips (b).

5.Gips dibiarkan mengeras ± 15-20 menit sampai panas gips hilang.

6. Setelah gips mengeras, permukaan atas gips dan master plat diolesi dengan vaselin. Kuvet bagian atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi dengan adonan


(41)

gips (perbandingan gips dan air 200 gram : 100 ml), kemudian kuvet ditutup dan dipastikan kuvet atas dan bawah berkontak dengan rapat.

7. Setelah gips pada kuvet atas mengeras, kuvet dibuka dan master plat dikeluarkan dengan perlahan, sehingga didapat hasil cetakan mould yang sesuai dengan master plat (Gambar 21.a).

8. Mould diolesi dengan could mould seal sebagai separating medium (Gambar 21.b).

Gambar 21.Mould (a), pengolesan Could mould seal pada mould (b).

3.9.3 Pembuatan Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas

1.Polimer dan monomer diaduk perlahan dalam pot akrilik dengan perbandingan polimer 9 gr : monomer 3,6 ml hingga homogen dan mencapai fase dough. Pada tahap ini adonan tidak akan lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula.

2.Setelah mencapai fase dough, adonan dimasukan kedalam mould, kemudian tutup dengan plastik selopan dan kuvet atas dipasangkan (Gambar 22.a).

3.Kuvet di-press hingga kencang (proof press), kemudian kuvet yang telah

di-press dibuka kembali. Kelebihan akrilik dibersihkan dan dibuang kemudian kuvet ditutup kembali.


(42)

4.Kuvet ditekan kembali menggunakan press manual sampai bagian kuvet atas dan bawah berkontak rapat (final press) (Gambar 22.b).

5.Baut kuvet dipasang dan dikunci untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik.

6.Proses curing.

Gambar 22.Plastik selopan yang diletakan diatas mould yang telah diisi resin akrilik polimerisasi panas(a), pengepressan kuvet (b).

3.9.4Curing (pemanasan)

Proses curing dilakukan dengan memasukan kuvet kedalam waterbath yang berisi air. Pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikan terus hingga suhu air di dalam kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas mencapai temperatur 74oC dan dipertahankan selama 1,5 jam, kemudian proses polimerisasi dilanjutkan dengan menaikan suhu menjadi 100 oC dan dibiarkan selama 1 jam, setelah itu perlahan suhu air di dalam waterbath diturunkan hingga mencapai suhu ruangan agar kuvet yang berisi sampel dapat dikeluarkan dari waterbath. Kemudian kuvet dikeluarkan dari waterbath dan biarkan dingin dalam suhu ruangan hingga sampel dapat dikeluarkan dari mould dan dapat dipoles. Proses curing yang tidak baik akan berpengaruh pada sampel yang dihasilkan hingga mempengaruhi uji yang akan dilakukan pada sampel tersebut. 1


(43)

3.9.5 Penyelesaian Akhir (poles)

Sample dirapikan menggunakan bur fraser dengan kecepatan 500 rpm dan dipoles dengan menggunakan kertas pasir water proof nomor 600, 800 dan 1000 dan dilanjutkan dengan kertas emery. Kemudian sampel dicuci dengan air dan diberi nomor menggunakan spidol pada bagian ujung plat akrilik untuk memberi tanda pada masing-masing sampel sesuai dengan frekuensi perendaman. Pemolesan ini bertujuan untuk mendapatkan sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan kontur yang rata, licin, mengkilat dan tidak poreus.

Gambar 24.Lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah selesai dipoles.

3.9.6 Perendaman Sampel dalam Larutan Polident

1. kelompok kontrol.

Sebelum dilakukan perendaman pada kelompok perlakuan, sampel yang dijadikan kelompok kontrol (tidak direndam) terlebih dahulu diuji kekuatan impaknya.

2. Perendaman sampel dengan frekuensi 5 kali pengulangan.

Masukan 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas kedalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 200 ml air dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦ C. Larutkan 1 buah tablet pembersih gigitiruan (polident) kedalam wadah perendaman, biarkan selama 5 menit dan kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue dan


(44)

biarkan selama 5 menit. Lakukan kembali perlakuan yang sama sebanyak 5 kali untuk frekuensi 5 kali perendaman. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

3. Perendaman sampel dengan frekuensi 10 kali pengulangan.

Masukan 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas kedalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 200 ml air dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦ C. Larutkan 1 buah tablet pembersih gigitiruan (polident) kedalam wadah perendaman, biarkan selama 5 menit dan kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue dan biarkan selama 5 menit. Lakukan kembali perlakuan yang sama sebanyak 10 kali untuk frekuensi 10 kali perendaman. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

4. Perendaman sampel dengan frekuensi 15 kali pengulangan.

Masukan 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas kedalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 200 ml air dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦ C. Larutkan 1 buah tablet pembersih gigitiruan (polident) kedalam wadah perendaman, biarkan selama 5 menit dan kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue dan biarkan selama 5 menit. Lakukan kembali perlakuan yang sama sebanyak 15 kali untuk frekuensi 15 kali perendaman. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

Gambar 25. Sampel yang diletakan dalam wadah perendaman (a), tablet polident

yang dimasukan kedalam wadah perendaman (b).


(45)

3.9.7 Uji Kekuatan Impak.

Sampel tiap kelompok diuji kekuatan impaknya dengan alat penguji (Charpy

impact test). Adapun prosedur pengujian kekuatan impak lempeng resin akrilik

polimerisasi panas adalah sebagai berikut :

1. Alat penguji kekuatan impak dan komputer yang terhubung dengan alat penguji dihubungkan dengan arus listrik (Gambar 26.a).

2. Kemudian tombol driving pendulum yang tertera pada komputer diklik sehingga lengan pendulum terangkat keatas.

3. Sampel lempeng akrilik polimerisasi panas diletakkan dengan posisi horizontal yang bertumpu pada kedua ujung alat penguji (Gambar 26.b).

4. Tombol returning pin yang tertera pada komputer diklik sehingga lengan pendulum terkunci rapat.

5. Kemudian tombol impact yang tertera pada komputer diklik, sehingga pendulum terlepas dan membentur bagian tengah dari lempeng akrilik polimerisasi panas tersebut.

6. Untuk menghentikan pendulum ditekan tombol pendulum releasing yang tertera pada komputer sehingga lengan pendulum berhenti sempurna.

7. Data akan tertera dikomputer setelah tombol clrining pendulum ditekan. 8. Data yang tertera dicatat kedalam buku catatan data.

Gambar 26. Alat uji kekuatan impak (Charpy impact test) (a), sampel diletakan dengan posisi horizontal bersandar pada kedua ujung alat penguji (b)


(46)

Gambar 27.Sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah diuji kekuatan impaknya.

3.10 Analisis Data 11

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji one way anova untuk melihat perubahan kekuatan impak lempeng resin akrilik polimerisasi panas antar kelompok perlakuan. Dengan tingkat kemaknaan (p ≤ 0,05).


(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini adalah 6 buah untuk masing-masing kelompok kontrol, kelompok perendaman dengan frekuensi 5 kali, kelompok perendaman dengan frekuensi 10 kali dan kelompok perendaman dengan frekuensi 15 kali. Uji kekuatan impak dilakukan dengan menggunakan charpy impact test dengan beban maksimal 300 J.

Tabel 1. Nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident) dengan frekuensi 5, 10 dan 15 kali selama 5 menit.

No Sampel

Kekuatan Impak ( x 10-3 J/mm2 )

Kontrol Siklus 5 kali Siklus 10 kali Siklus 15 kali

1. 6,89 6,81 5,80 5,00

2. 6,99 6,20 6,40 5,20

3. 6,94 6,76 6,00 5,20

4. 6,76 6,20 6,00 4,60

5. 6,79 6,25 5,67 4,69

6. 6,79 6,20 6,00 4,86

�� 6,86 6,40 5,97 4,92


(48)

Pada tabel 1 terlihat nilai rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok kontrol adalah 6,86 ± 0,093 x 10-3 J/mm2, rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok frekuensi 5 kali adalah 6,40 ± 0,296 x 10-3 J/mm2, rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok frekuensi 10 kali adalah 5,97 ± 0,247 x 10-3 J/mm2, sedangkan rata-rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok frekuensi 15 kali adalah 4,92 ± 0,253 x 10-3 J/mm2.

Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan tablet pembersih gigitiruan polident

memiliki nilai lebih rendah dibanding nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol (Gambar. 28).

Gambar 28. Grafik nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol dan kelompok perendaman dengan larutan tablet pembersih gigi tiruan (polident) dengan frekuensi 5, 10 dan 15 kali perendaman selama 5 menit.

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa semakin lama frekuensi perendaman maka semakin rendah nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas. Dalam hal ini frekuensi perendaman 5 kali mewakili lama perendaman 25

6,86 6,40 5,97 4,92 4,00 4,50 5,00 5,50 6,00 6,50 7,00

KONTROL FREKUENSI 5 KALI FREKUENSI 10 KALI FREKUENSI 15 KALI

K e k u a ta n I mp a k ( J /mm 2) KELOMPOK

NILAI KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS


(49)

menit, perendaman 10 kali mewakili lama perendaman 50 menit, dan perendaman 15 kali mewakili lama perendaman 75 menit.

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Dalam menganalisis data hasil penelitian ini sebelum dilakukan uji One Way Anova ( p ≤ 0,05 ), terlebih dahulu data yang sudah ditabulasi akan dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk (lampiran 2) dan uji homogenitas varian menggunakan uji Levene (Lampiran 3) sehingga didapatkan hasil bahwa data penelitian ini terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu dapat dilakukan uji

One Way Anova ( p ≤ 0,05 ), untuk membandingkan kelompok kontrol dengan

kelompok perendaman.

Tabel 2. Uji One Way Anova ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident) dengan frekuensi 5, 10 dan 15 kali selama 5 menit.

Pada tabel 2 dapat dilihat hasil uji One Way Anova yang menunjukan bahwa

terdapat perbedaan kekuatan impak yang signifikan dengan nilai p = 0,00 ( p ≤ 0,05 ). Hal ini menunjukan bahwa Ho (hipotesa awal) ditolak, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas yang signifik antara kelompok kontrol dengan kelompok setelah direndam dalam larutan tablet pembersih gigitiruan dengan siklus perendaman 5, 10 dan 15 kali selama 5 menit.


(50)

Untuk mengetahui lebih lanjut perbedaan kekuatan impak antara kelompok kontrol dan kelompok perendaman, maka dilakukan uji post hoc dengan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD).

Tabel 3. Uji Least Significant Difference (p ≤ 0,05) kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident) dengan frekuensi 5, 10 dan 15 kali selama 5 menit.

No Kelompok Mean Difference P

1. Kontrol dengan perendaman 5 kali 0,45667 0,003*

2. Kontrol dengan perendaman 10 kali 0,88167 0,0001*

3. Kontrol dengan perendaman 15 kali 1,93500 0,0001*

4. Perendaman 5 kali dengan perendaman 10 kali 0,42500 0,005*

5. Perendaman 5 kali dengan perendaman 15 kali 1,47833 0,0001*

6. Perendaman 10 kali dengan perendaman 15 kali 1,05333 0,0001*

* ada perbedaan yang signifikan setelah diuji dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan p ≤ 0,05.

Pada tabel 3 dapat dilihat dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference

(LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 5 kali adalah p = 0,003 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 5 kali.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 10 kali adalah p = 0,0001 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 10 kali.


(51)

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15 kali adalah p = 0,0001 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 15 kali.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 5 kali dengan kelompok perendaman 10 kali adalah p = 0,005 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perendaman 5 kali dengan kelompok perendaman 10 kali.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 5 kali dengan kelompok perendaman 15 kali adalah p = 0,0001 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perendaman 5 kali dengan kelompok perendaman 15 kali.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 10 kali dengan kelompok perendaman 15 kali adalah p = 0,0001 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perendaman 10 kali dengan kelompok perendaman 15 kali.


(52)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok yang direndam dalam larutan tablet pembersih gigitiruan polident. Hal ini dipengaruhi oleh adanya sifat menyerapan air resin akrilik polimerisasi panas jika berkontak dengan suatu larutan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Susilaningtyas, dkk (2012) yang merendam sampel resin akrilik dalam larutan natrium hipoklorit 0,5%, dimana terjadi penurunan kekuatan impak yang signifikan dikarenakan terjadi penyerapan zat cair secara difusi diantara molekul resin akrilik polimerisasi panas tersebut. Molekul zat cair akan berdifusi kedalam struktur resin akrilik polimerisasi panas dan menempati posisi diantara polimer hingga menyebabkan ikatannya menjadi lemah.16 Lemahnya ikatan ini akan menurunkan sifat-sifat resin akrilik, dalam hal ini sifat kekuatan impaknya.

Penurunan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas juga dipengaruhi oleh kandungan Sodium bicarbonate atau dengan nama lain natrium bikarbonat yang terkandung dalam tablet polident. Dimana Sodium bicarbonate ini bersifat abrasif terhadap permukaan sampel resin akrilik polimerisasi panas, 26 permukaan sampel yang terpapar dengan larutan abrasif ini lama kelamaan akan terkikis dan struktur dari polimer resin akrilik ini akan berkurang, sehingga dengan berkurangnya struktur dari resin akrilik polimerisasi panas ini maka dapat mempengaruhi kekuatan impak dari resin akrilik polimerisasi panas tersebut.29 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Peracini, dkk (2009) yang menyebutkan adanya penurunan sifat mekanis yang signifikan pada sampel resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam dalam beberapa larutan tablet pembersih gigitiruan yaitu Corega Tabs-USA

dan Bony Plus-Switzerland.21,23 Selain itu bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh Effendi, dkk (2012) mengenai pengaruh perendaman resin akrilik Heat cured dalam


(53)

larutan natrium bikarbonat 5% terhadap kekuatan impak menyimpulkan bahwa terjadi penurunan kekuatan impak yang signifikan setelah perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan natrium bikarbonat 5% pada perendaman 4 jam dan 8 jam.29 Hal ini dikarnakan sifat natrium bikarbonat yang abrasif terhadap permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas.26

Hasil penelitian ini juga menunjukan penurunan kekuatan impak yang signifikan antara kelompok frekuensi 5 kali dengan kelompok frekuensi10 kali, kelompok frekuensi 5 kali dengan kelompok frekuensi 15 kali, dan kelompok frekuensi 10 kali dengan frekuensi 15 kali perendaman. Hal ini dikarnakan semakin lama dan seringnya perendaman dilakukan dalam larutan tablet pembersih gigitiruan polident,

maka semakin banyak larutan polident yang diserap sehingga terjadi perubahan yang bertahap pada sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jubhari, dkk (2011) dimana setelah dilakukan perendaman sampel resin akrilik polimerisasi panas dalam tablet

effervescent selama 5 menit dalam 1, 3, 5, 7 dan 10 hari perendaman, maka terlihat kelompok perendaman 10 hari memiliki kekuatan transversal terendah dibanding kelompok perlakuan lainnya.2

Pada penelitian ini kekuatan impak terbesar ada pada kelompok kontrol tanpa perlakuan dengan rata-rata dan standar deviasi adalah sebesar 6,86 ± 0,093 x 10-3 J/mm2, sedangkan kekuatan impak terendah ada pada kelompok resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan polident selama 5 menit dengan frekuensi perendaman 15 kali perendaman, dimana rata-rata dan standar deviasinya adalah sebesar 4,92 ± 0,253 x 10-3 J/mm2..


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan kekuatan impak yang signifikan pada lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah direndam dalam larutan tablet pembersih gigitiruan (polident)pada frekuensi 5, 10 dan 15 perendaman selama 5 menit.

2. Semakin lama perendaman sampel resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan tablet pembersih gigitiruan polident, maka kekuatan impaknya semakin rendah.

6.2 Saran

1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh larutan tablet pembersih gigitiruan

effervescent.

2. Diperlukan penelitan lebih lanjut untuk meneliti pengaruh larutan tablet pembersih gigitiruan effervescent terhadap sifat-sifat resin akrilik polimerisasi panas.

3. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi pertimbangan bagi konsumen pengguna tablet pembersih gigitiruan untuk memilih tablet pembersih gigitiruan yang memiliki efek buruk bagi basis gigitiruannya.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice KJ. Phillips science of dental materials. 12th Ed., St. Louis Saunders: 2013: 91-147.

2. Jubhari HJ, Muskab. Perendaman dalam larutan pembersih peroksida alkali menurunkan kekuatan transversal lempeng resin akrilik.

3. Fraunhofer JA. Dental materials at a glance. USA: Willey-Blackwell, 2010: 16-7.

4. Narva K, Vallitu P, Helenius H, Urpo AY. Clinical survey of acrylic resin removable denture repairs with glass-fiber reinforcement. Int J Prosthodont 2011; (14): 219-24.

5. Vojdani M, Rezaei S, Zareeiand L. Effect of chemical survafe treatments and repair material on transvers strength of repaired acrylic denture resin. Indian J dent 2008; 19 (1): 1-5.

6. Sitorus Z, Dahar E. Perbaikan sifat fisis dan mekanis resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat kaca. Dentika Dent J 2012; 17: 24-9.

7. Schmalz G, Bindslev DA. Biocompatibility of dental materials. Berlin: Springer, 2009: 256-66.

8. Uzun G, Hersek N, Tincer T. Effect of five woven fiber reinforcements on the impact and transverse strength of a denture base resin. J Prost Dent 1999; 81(5): 616-20.

9. Handajani S, Fitriani D, Tarida M. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam jus buah kiwi (actinida deliciosa) terhadap kekuatan impak. Majalah Kesehatan FK UB 2013: 28-34.

10.Manappalil J. ed. Basic dental materials. 2 nd ed., New Delhi: Jaypee Brothers medical publishers, 2003: 99-142.


(56)

11.Handajani S, Wulan KA, Fatma D. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam larutan cabai rawit terhadap kekuatan impak. Majalah Kesehatan FK UB 2013: 44-51.

12.Nirwana I. Kekuatan transversal resin akrilik hybrid setelah penambahan glass fiber dengan metode berbeda. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga: 16-9.

13.Powers J, Sakaguchi R. Restorative dental materials. 12 th ed., USA: Mosby Elsevier, 2006: 52-88.

14.Faot F, Panza L, Garcia R, Del Bel AA. Impact and flexural strength, and fracture morphology of acrylic resins with impact modifiers. Open Dent J 2009; 3: 137-43.

15.Noort RV. Introduction to dental materials. 3 rd ed., China: Mosby Elsevier, 2007: 43-50

16.Susilaningtyas W, Wulan K, Saraswati R. Efek lama perendaman resin akrilik heat cured dalam larutan natrium hipoklorit 0,5% terhadap kekuatan impak. Majalah kesehatan FKUB 2012: 19-27.

17.Curtis R, Watson T. eds. Dental biomaterials imaging, testing and modelling. England: Woodhead Publishing Limited, 2008: 261-84.

18.Kumar N, Thippeswamy HM, Swamy R, Gujjari AK. Efficacy of comercial and household denture cleansers against Candida albicans adheren to acrylic denture base resin: An in vitro study. Indian J Dent 2012; 23 (1): 39-42.

19.Duyck J, Vandamme K, Muller P, Teughels W. Overnight storage of removable dentures in alkhaline peroxide-base tablets affects biofilm mass and composition. J Dent 2013; 8 (2): 128-89.

20.Mccabe JF, Walls AW. Applied dental materials. 9 th ed., UK: Blackwell Publishing, 2008: 110-23

21.Peracini A, Davi LR, Ribeiro N, Freitas R, Silva C, Oliveira H. Effect of denture cleansers on physical properties of heat-polymerized acrylic resin. J Prost Dent 2010; 54: 78-83.


(57)

22.Powers J, Wataha J. Dental materials properties and manipulation. 9 th ed., USA: Mosby Elsevier, 2008: 17-35.

23.Ural C, Sanal FA, Cengiz S. Effect of different denture cleansers on surface roughness of denture base materials. Departement of Prosthodontics Faculty of Dentistry Ondokuz Mayis University, 2011; 35 (2): 14-20.

24.Gladwin M, Baeby M. Clinical aspects of dental materials. 4 th ed., Philadelphia: Wolters Kluwer, 2013: 152-64.

25.Darvell BW. Materials science for dentistry. 9 th ed., UK: Woodhead Publishing Limited, 2009: 1-36.

26.Kortrakulkij K. Effect of denture cleanser on color stability and flexural strength of denture base materials. Fakulty of Graduate Studies Mahidol University, 2008 ; 1-52.

27.Faot F, Costa MA, Del Bel AA, Garcia M. Impact strength and fracture morphology of denture acrylic resins. J Prost Dent 2006; 8(1): 267-73.

28.Hanafiah KA. Rancangan percobaan. Jakarta: Rajawali pers, 2011: 8-11. 29.Effendi C, Hapsari DN, Putriyanti AR. Pengaruh waktu perendaman resin

akrilik heat cured dalam larutan Natrium Bicarbonat 0,5% terhadap kekuatan impak. Majalah kesehatan FKUB 2012 : 1-7.


(58)

Lampiran 1. Alur Penelitian

Pembuatan Model Induk dari Logam 65 mm x 10mm x 2,5 mm

Pananaman dalam Kuvet

Mould

Polimer dicampur dengan monomer dengan perbandingan 9 gr :3,6 ml sampai mencapai dough stage

Pengisian resin akrilik pada mould

Pengepresan kuvet

Proses Kuring di waterbath pada suhu 740C selama 1,5 jam kemudian temperatur dinaikkan menjadi 1000C selama 1 jam

Penyelesaian akhir dan pemolesan

Uji kekuatan impak Kelompok kontrol

Kelompok frekuensi 5 kali perendaman Kelompok frekuensi 10 kali perendaman Kelompok frekuensi 15 kali perendaman

[Charpy impact test (China)] Direndam selama 5

menit dengan frekuensi 5 kali

Direndam selama 5 menit dengan frekuensi 10 kali

Direndam selama 5 menit dengan frekuensi 15 kali Kelompok kontrol

(tanpa perendaman)


(59)

Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statis

tic Df Sig. Statistic df Sig.

impact test Kontrol ,272 6 ,187 ,898 6 ,364

Frekuensi 5 kali ,364 6 ,063 ,697 6 ,056

Frekuensi 10 kali ,298 6 ,102 ,902 6 ,387

Frekuensi 15 kali ,194 6 ,200* ,910 6 ,437

Descriptives

impact test

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Between- Component

Variance

Lower Bound Upper Bound

Kontrol 6 6,8600 ,09381 ,03830 6,7616 6,9584 6,76 6,99

Frekuensi 5 kali 6 6,4033 ,29669 ,12112 6,0920 6,7147 6,20 6,81


(60)

Frekuensi 15 kali 6 4,9250 ,25375 ,10359 4,6587 5,1913 4,60 5,20

Total 24 6,0417 ,76388 ,15593 5,7191 6,3642 4,60 6,99

Model Fixed Effects ,23581 ,04814 5,9413 6,1421

Random Effects ,41346 4,7258 7,3575 ,67454

Lampiran 3. Hasil Uji Homogenitas varian

Test of Homogeneity of Variances

impact test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,488 3 20 ,090

Lampiran 4. Hasil Uji Anova Satu Arah

ANOVA

impact test

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 12,309 3 4,103 73,781 ,000

Within Groups 1,112 20 ,056


(61)

Lampiran 5. Hasil Uji Post Hoc Tests (LSD)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

impact test LSD

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Control Frekuensi 5 kali ,45667* ,13615 ,003 ,1727 ,7407

Frekuensi 10 kali ,88167* ,13615 ,000 ,5977 1,1657

Frekuensi 15 kali 1,93500* ,13615 ,000 1,6510 2,2190

Frekuensi 5 kali kontrol -,45667* ,13615 ,003 -,7407 -,1727

Frekuensi 10 kali ,42500* ,13615 ,005 ,1410 ,7090

Frekuensi 15 kali 1,47833* ,13615 ,000 1,1943 1,7623

Frekuensi 10 kali kontrol -,88167* ,13615 ,000 -1,1657 -,5977

Frekuensi 5 kali -,42500* ,13615 ,005 -,7090 -,1410

Frekuensi 15 kali 1,05333* ,13615 ,000 ,7693 1,3373

Frekuensi 15 kali kontrol -1,93500* ,13615 ,000 -2,2190 -1,6510

Frekuensi 5 kali -1,47833* ,13615 ,000 -1,7623 -1,1943

Frekuensi 10 kali -1,05333* ,13615 ,000 -1,3373 -,7693


(62)

(63)

(64)

(1)

Lampiran 2. Hasil Uji Normalitas

Shapiro-Wilk

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statis

tic Df Sig. Statistic df Sig.

impact test Kontrol ,272 6 ,187 ,898 6 ,364

Frekuensi 5 kali ,364 6 ,063 ,697 6 ,056

Frekuensi 10 kali ,298 6 ,102 ,902 6 ,387

Frekuensi 15 kali ,194 6 ,200* ,910 6 ,437

Descriptives impact test

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Between- Component

Variance Lower Bound Upper Bound

Kontrol 6 6,8600 ,09381 ,03830 6,7616 6,9584 6,76 6,99

Frekuensi 5 kali 6 6,4033 ,29669 ,12112 6,0920 6,7147 6,20 6,81


(2)

Frekuensi 15 kali 6 4,9250 ,25375 ,10359 4,6587 5,1913 4,60 5,20

Total 24 6,0417 ,76388 ,15593 5,7191 6,3642 4,60 6,99

Model Fixed Effects ,23581 ,04814 5,9413 6,1421

Random Effects ,41346 4,7258 7,3575 ,67454

Lampiran 3. Hasil Uji Homogenitas varian

Test of Homogeneity of Variances impact test

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,488 3 20 ,090

Lampiran 4. Hasil Uji Anova Satu Arah

ANOVA impact test

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 12,309 3 4,103 73,781 ,000

Within Groups 1,112 20 ,056


(3)

Lampiran 5. Hasil Uji

Post Hoc Tests

(LSD)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons impact test

LSD

(I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Control Frekuensi 5 kali ,45667* ,13615 ,003 ,1727 ,7407

Frekuensi 10 kali ,88167* ,13615 ,000 ,5977 1,1657

Frekuensi 15 kali 1,93500* ,13615 ,000 1,6510 2,2190 Frekuensi 5 kali kontrol -,45667* ,13615 ,003 -,7407 -,1727 Frekuensi 10 kali ,42500* ,13615 ,005 ,1410 ,7090 Frekuensi 15 kali 1,47833* ,13615 ,000 1,1943 1,7623 Frekuensi 10 kali kontrol -,88167* ,13615 ,000 -1,1657 -,5977 Frekuensi 5 kali -,42500* ,13615 ,005 -,7090 -,1410 Frekuensi 15 kali 1,05333* ,13615 ,000 ,7693 1,3373 Frekuensi 15 kali kontrol -1,93500* ,13615 ,000 -2,2190 -1,6510

Frekuensi 5 kali -1,47833* ,13615 ,000 -1,7623 -1,1943

Frekuensi 10 kali -1,05333* ,13615 ,000 -1,3373 -,7693


(4)

(5)

(6)