Pengaruh Waktu Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Biji Pinang (Areca Catechu L.) Terhadap Kekuatan Transversal

(1)

DAFTAR RUJUKAN

1. Phillips RW. Science of dental material. 8th ed. Skinners company, 1982:177-215.

2. Tarina D, Kaelani Y. Studi eksperimental laju keausan ( specific Wear rate) resin akrilik dengan penambahan serat penguat pada dental prothesis. Jurnal teknik ITS. 2012: 125-129.

3. Wahyuningtyas E. Pengaruh ekstrak Graptophyllum pictum terhadap pertumbuhan Candida albicans pada plat gigitiruan resin akrilik.Indonesia Journal of dentistry. 2008: 187-191.

4. Gurbuz O, Unalan F, dkk. Comparison of transverse strength of six acrilic denture resins. Oral health and dental management in the black sea countries journal. 2010: 21-24.

5. David, Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan disinfektan dan klorekshidin. Majalah kedokteran gigi. 2005: 36-40.

6. Susilaningtyas W, Wati WP. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam ekstrak rosela (hibiscuss sabdariffa).

7. Permatasari N. Perendaman Resin Akrilik Heat Cured Dalam Berbagai Konsentrasi Asam Asetat Dapat Menurunkan Kekuatan Transversal.

8. Rathee M, dkk. Denture Hygiene in Geriatric Persons.

9. Astrina I. Pengaruh perendaman bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak bonggol nanas queen dan rebusan daun


(2)

sirih terhadap pertumbuhan candida albicans. Skripsi. Medan. Universitas Sumatra Utara. 2012: 14-17.

10.Santoso S, Andini KR, da Asdyaksa H. Efektivitas Etanol Biji pinang (Areca Catechu L.) terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus mutans

secara in vitro.

11.Yulistia E dan Agustina H. Pengaruh perendaman resin akrilik polimerisais panas dalam ekstrak anredera flovaria terhadap kekuatan

transversal.

2013.

12.Wulandari F, Rostiny, Soekabigono. Pengaruh lama perendaman resin akrilik heat cured dalam eugenol minyak kayu manis Terhadap kekuatan transversal. Journal of Prosthodontics. 2012: 1-5.

13.Puspawati N. Uji aktivitas antibakteri etanolik biji pinang ( areca catechu L.) terhadap staphylococcus aureus ATCC 25923 dan pseudomonas aeruginosa ATCC 2785. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas setiabudi. 2012: 1-7.

14.Yulineri T, dkk. Selenium dari Ekstrak biji dan akar Pinang (Areca catechu L.) yang difermentasi dengan konsorsium acetobacter-saccharomyces sebagai antiseptik obat kumur. Biodiversitas. 2006: 18-20. 15.Sumarni. Daya hambat Ekstrak Biji pinang (areca catechu L) terhadap

pertumbuhan staphylococcus aureus. Skripsi. Universitas Negeri Papua. 2010: 1-14.

16.Lalitha P, dkk. Antimicrobial activity and phytochemical screening of an Ornamental Foliage Plant, Potos Aurea. 2010. Alfa universal journal of Chemistry. 63-71.

17.Sugianitri NK. Ekstrak biji buah pinang (areca catechu L) dapat menghambat pertumbuhan koloni cadida albicans secara in vitro pada resin akrilik heat cured. Thesis. Universitas Udayana. 2011. 1-80.


(3)

18.Manappalil JJ. Basic Dental Material 1st ed. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publisher. 1998: 34-117.

19.Wilson HJ,Mansfield MA. Dental Material 8th ed. Oxford. Blackwell scientific Publicator. 1987: 353-71.

20.Anusavice KJ. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 10th. Alih Bahasa. Budiman J A. EGC: Jakarta. 2003: 197-222.

21.Ferracane JL. Materials in dentistry. 2nd ed. Lippincott Williams & wilkitis. 2004: 10-38.

22.Yuliati A. Viabilitas sel fibroblas BHK-21 pada permukaan resin akrilik rapid heat cured. Maj ked gigi. 2011. 68-72.

23.Powers JM. Dental materials properties and manipulation. 9th ed. Elsevier: USA, 2008: 301-3.

24.Sockalingam U. Pengaruh minuman beralkohol terhadap kekuatan transversal bahan basis gigiti ruan resin akrilik polimerisasi panas. Skripsi. Fakultas kedokteran gigi USU. 2011: 15-16.

25.Anderson, John N. Applied dental materials. 9th ed. England: Blackwell sciencetific Publications, 1972:19,212,226-7.

26.Orsi IA, Andrade VG. Effect of chemical disinfectants on the transverse strength of heat-polymerized acrylic resins submitted to mechanical and chemical polishing. J Prost Dent 2004; 92: 382-8.

27.Chittaranjan B, et al. Material and Method for Cleaning the Dentures. IJDA 2010; 3(1): 423-6.

28.Lammie G A, dkk. Osborne & Lammie’s Partial Dentures. 5th. London: Blackwell Scientific Publication. 1986: 448-9.

29.Wetwitayakung P, dkk. The study of antioxidant capacity in various parts of Areca catechu L. Naresuan University Journal. 2006: 1-14.

30.Anonym. Berbagai Khasiat Tanaman Pinang. http://www.kabar

kesehatan.com//kesehatan-berbagai-khasiat-tanaman-pinang. 27 september 2013.


(4)

31.Kazanji NM> Evaluation of the effect of some denture cleansers on the color of acrylic resin denture base materials. Al-Rafidain Dent J. 2004. 1812-1817.

32.Savira. Efek lama Perendaman Infusa Daun Salam (eugenia Polyantha Wight) Pada kekuatan Transversa Resin Akirlik Heat Cured. Journal of Prosthodontics. 2014. 70-75.

33.Nirwana I. Kekuatan transversa resin akrilik hybrid setelah penambahan

glass fiber dengan metode berbeda.

34.Hapsari DN,dkk. Pengaruh Perendaman Resin Akrilik Heat Cured dengan Penambahan Woven Glass Viber 3% Dalam Larutan Kopi Robusta Terhadap Kekuatan Transversa Secara invitro. http://www.Old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah diwya nugrahini. 15 maret 2014

35.Yanti DD, dkk. Pengaruh Lama Perendaman Resin Akrilik Heat Cured Dalam Minuman Teh Hijau Terhadap Kekuatan Transversa. http://www. Old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah dian damai. Pdf. 15 maret 2014.

36.Putra DCS, dkk. Pengaruh Lama Perendaman glass Fiber Heat Cured Acrylic Resin Dalam Ekstrak Mengkudu (Morinda citrifolla Linn)

terhadap kekuatam transversal. http://www.Old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/majalah dhyka

cahya. 15 maret 2014

37.Combe E C. Notes on Dental Materials. Ed 5. Edinburg: Churcil Livingstone, 1986: 255-6, 261.


(5)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian : Eksperimental Laboratoris 3.2 Sampel dan Besar Sampel

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini digunakan resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran (65x10x2,5) mm untuk mengukur kekuatan transversal (ADA Spec no.12).

Gambar 2. Ukuran batang uji kekuatan transversal

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini jumlah sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini, terdapat 6 kelompok perlakuan yaitu resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades selama 2 jam, 6 jam, 8 jam dan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam, 8 jam. Maka t = 6 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15

10mm 65 mm

2,5 mm


(6)

(6– 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 r ≥ 4 r = 5

Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok adalah 5 buah. Maka total sampel yang digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 30 buah (untuk 6 kelompok), yang terdiri dari 2 kelompok untuk perendaman selama 2 jam (ekstrak biji pinang dan kontrol), 2 kelompok untuk perendaman selama 6 jam (ekstrak biji pinang dan kontrol), 2 kelompok untuk perendaman selama 8 jam (ekstrak biji pinang dan kontrol).

3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas : Resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

3.3.1.2 Variabel Terikat

Kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas

3.3.1.3 Variabel Terkendali 1. Ukuran sampel

2. Lama peredaman

3. Perbandingan powder dan liquid resin akrilik polimerisasi panas 4. Perbandingan powder gips keras dan air

5. Waktu pegadukan gips 6. Suhu dan waktu kuring 7. Tekanan pengepresan 8. Teknik pemolesan

9. Pembuatan ekstrak biji pinang 10. Suhu dan waktu perendaman


(7)

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Bebas

No Variabel Bebas Definisi Operasional Alat Ukur

1 Resin akrilik

polimerisasi panas

Bahan basis gigitiruan yang terdiri atas bubuk dan cairan yang setelah pencampuran dan pemanasan membentuk suatu bahan padat yang kaku (QC 20, England).

-

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Terikat

No Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

1 Kekuatan transver- Sal

Ketahanan resin akrilik setelah polimerisasi terhadap suatu beban vertikal yang dikenakan pada sebuah batang uji yang ditumpu pada kedua ujungnya sampai batang uji tersebut patah

Ratio Torsee’s Universal Testing Machine,Jap an

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel Terkendali

No Variabel Terkendali

Definisi Operasional Alat Ukur

1 Ukuran sampel Resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk pengujian kekuatan transversal.

Penggaris besi

2 Perbandingan adonan gips keras

Perbandingan jumlah gips keras dan air yang digunakan untuk menanam sampel dalam kuvet, yaitu 300 gram gips keras : 90 ml air.

Sendok takar dan wadah air

3 Waktu

pengadukan gips keras

Waktu yang diperlukan untuk mengaduk gips dengan menggunakan spatula, yaitu selama 15 detik.

Stopwatch

4 Perbandingan

polimer : monomer

Perbandingan jumlah polimer : monomer resin akrilik polimerisasi panas yang digunakan pada penelitian, yaitu 2 gr : 1 ml.

Sendok takar dan wadah air


(8)

5 Tekanan pengepresan

Tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah berisi resin akrilik polimerisasi panas yaitu 1000 psi untuk pengepresan pertama dan 2200 psi untuk pengepresan kedua.

Press hidrolik (OL57

Manfredi, Italy) 6 Suhu dan waktu

kuring

Suhu dan waktu yang diperlukan untuk polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas, yaitu fase I 70oC selama 90 menit dan fase II 100oC selama 30 menit, lalu kuvet dibiarkan sampai dingin pada suhu kamar.

Termometer,

stopwatch

7 Teknik pemolesan

Cara pemolesan sampel agar diperoleh permukaan yang rata dan halus. Pada penelitian ini digunakan teknik pemolesan mekanis dengan menggunakan kertas pasir waterproof berukuran 600 di bawah aliran air.

-8 Suhu dan waktu perendaman

Suhu dan waktu yang digunakan untuk merendam sampel dalam akuades pada suhu 37oC, yaitu selama 48 jam.

Termometer,

stopwatch

9 Ekstrak biji

pinang

Biji pinang yang telah diekstrak menggunakan teknik maserasi disertai pengadukan dengan pelarut metanol

Timbangan dan Erlenmeyer

10 Waktu perendaman

sampel dalam ekstrak biji pinang

Lamanya sampel direndam dalam ekstrak biji pinang, yaitu selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

Stopwatch

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pembuatan Ekstrak Biji Pinang Laboratorium Obat Tradisional IPB

3.4.2 Tempat Pembuatan Sampel

1. Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU 2. Laboratorium Prostodonsia FKG USU


(9)

3.4.3 Tempat Pengujian Sampel Laboratorium Penelitian FMIPA USU

3.4.4 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Februari-Maret 2014

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian

3.5.1.1 Alat yang Digunakan Untuk Menghasilkan dan Merendam Sampel

a. Kuvet logam (Smic. China) b. Rubber bowl dan Spatula

c. Timbangan digital (Sartorius AG Gottingen, Jerman) d. Unit Kuring (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia)

e. Vacuum mixer (Whip USA)

f. Vibrator (Filli Manfredi Pulsar-2, Italia) g. Hydraulic press (OL 57 Manfredi, Italia) h. Portable dental engine (maraton, Jepang) i. Straight handpiece (Maraton, Jepang) j. Lekron (Smic, China)

k. Model induk logam dengan ukuran (65x10x2,5) mm (ADA spec. no.12) l. Gelas beker, pot porselen, pipet

m. Mata bur fresser n. Masker

o. Pinset p. Tisu


(10)

3.5.1.2 Alat yang Digunakan Untuk Menguji Sampel

Alat uji kekuatan transversal Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine (2tf ‘senstar’, SC-2-DE Tokyo-Japan)

3.5.1.3 Bahan Penelitian

a. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC-20, England) b. Ekstrak Biji pinang (Areca catechu L)

c. Gips Keras (Moldano, Germany) d. Vaselin

e. Plastik Selopan

f. Cold Mould Seal (QC-20, England) g. Akuades

h. Air

i. Kertas pasir waterproof nomor 600

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel 3.6.1.1 Pembuatan Mold

a) Membuat adonan gips keras, perbandingan gips dengan air adalah 300gram: 90 ml air untuk kuvet atas dan bawah

b) Adonan diaduk dengan spatula selama 15 detik sampai tercampur homogen selama 30 detik


(11)

Gambar 3. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy)

d) Model induk diletakkan pada adonan gips yang mulai mengeras di dalam kuvet, masing-masing kuvet berisi 3 model induk.

e) Setelah agak mengeras, gips dirapikan dan didiamkan sampai mengeras selama 60 menit

f) Permukaan gips diolesi dengan vaselin kemudian kuvet atas dipasangkan dan diisi dengan adonan gips keras di atas vibrator

g) Setelah gips mengeras, kuvet dibuka, model induk diangkat, cetakan model yang didapat dituang untuk membuang sisa vaselin sampai bersih

h) Setelah kering olesi dengan cold mould seal, tunggu selama 20 menit (sesuai petunjuk pabrik)

Gambar 4. Mold pembuatan sampel resin akrilik polimerisasi


(12)

3.6.1.2 Pengisian Resin akrilik pada Mold

a) Polimer dan monomer diaduk dalam pot porselen dengan perbandingan 2 gr : 1 ml sesuai petunjuk pabrik dan ditunggu hingga adonan mencapai stadium

dough

b) Mold yang telah diolesi separator diisi penuh dengan adonan resin akrilik c) Plastik selopan diletakkan di antara kuvet atas dan bawah, lalu ditutup dan ditekan perlahan dengan press hidrolik dengan tekanan 1000 psi (70 kg/cm2)

d) Kuvet dibuka dan kelebihan akrilik dipotong, kemudian kuvet ditutup kembali, dilakukan pengepresan dengan tekanan 2200 psi (154 kg/cm2) kemudian baut dipasang

Gambar 5. Press Hidrolik

3.6.1.3 Kuring

Kuring unit diisi dengan air, suhu dan waktu diatur pada fase I 700C selama 90 menit dan fase II 1000C selama 30 menit. Kuvet dikeluarkan dari kuring unit dan dibiarkan dingin sampai suhu kamar.


(13)

Gambar 6. Waterbath (Fili Manfredi, Italy) 3.6.1.4 Penyelesaian Akhir

Batang uji dikeluarkan dari kuvet, kemudian dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur frasser. Batang uji kemudian dihaluskan dengan kertas pasir waterproof dengan nomor 600 di bawah air mengalir sampai memperoleh ukuran yang di inginkan

3.6.2 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang

1. Pembuatan ekstrak biji pinang dilakukan dengan metode maserasi disertai pengadukan.

2. Sebanyak 100 gram biji pinang dimasukkan ke dalam 1 liter metanol, kemudian diekstrak dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer (150 rpm) pada suhu kamar selama 3 jam.

3. Campuran disaring dua kali berturut-turut menggunakan kertas saring whatman No. 4, kemudian No.1 filtrat yang diperoleh dari ekstraksi I dan II dikumpulkan

4. Pelarutnya (metanol) dilarutkan dengan rotary vacum evaporator pada suhu 450C, sampai tidak terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor (menunjukkan semua pelarut telah teruapkan). Hasil ini menunjukan 100% ekstrak.


(14)

5. Selanjutnya dibuat ekstrak biji pinang dengan konsentrasi sebesar 20% dengan cara 20 ml ekstrak biji pinang dilarutkan di dalam 80 ml aquades.17

3.6.3 Perendaman Sampel

a) Sampel direndam dalam akuades selama 48 jam sebelum dilakukan penelitian agar sampel menjadi jenuh.

b) Sampel dibagi menjadi 6 kelompok yaitu :

- Sampel yang direndam dalam akuades selama 2 jam (Kelompok A) - Sampel yang direndam dalam akuades selama 6 jam (Kelompok B) - Sampel yang direndam dalam akuades selama 8 jam (Kelompok C) - Sampel yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam

(Kelompok D)

- Sampel yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 6 jam (Kelompok E)

- Sampel yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 8 jam (Kelompok F)

c) Setelah 48 jam dimulai penelitian dengan cara merendam sampel dalam larutan ekstrak biji pinang sesuai waktu yang ditetapkan pada masing-masing kelompok.

d) Setelah itu, sampel dikeluarkan, dicuci dan dibiarkan sampai kering, lalu dilakukan pengujian kekuatan transversal untuk kelompok A, B, C, D, E dan F

3.6.4 Pengukuran Kekuatan Transversal

Pengukuran kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan alat uji kekuatan transversal Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine (2tf ‘Senstar’, SC-2-DE Tokyo Japan) dengan kecepatan cross head 1/10 mm/detik. Jarak antar kedua penyangga adalah 50 mm. Batang uji diberi nomor pada kedua ujungnya dan garis pada bagian tengah serta ditempatkan pada alat sedemikian rupa sehingga


(15)

alat menekan batang uji tepat pada garis tersebut. Pada monitor akan terlihat nilai yang didapat dari hasil uji.

Cara pengukuran kekuatan transversal digunakan rumus : S =

Keterangan :

S : kekuatan transversal (kg/cm2) I : jarak pendukung (cm)

P : Beban (kg)

b : Lebar batang uji (cm) d : Tebal batang uji (cm)

Gambar 7. Alat Uji Kekuatan

Transversal

(Torsee’s Electronic

Universal Testing

Machine, Japan)

3.7 Analisis Data

a. Uji t untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dan kontrol pada masing-masing kelompok waktu.


(16)

b. Uji Anova satu arah untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas


(17)

3.8 Kerangka Operasioal

Pembuatan model induk

Pembuatan mold dalam kuvet

Pengisian resin akrilik pada mold

Kuring

Penyelesaian akhir dan

Perendaman sampel penelitian dalam Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L) konsentrasi 20% selama

Uji kekuatan transversal

Pengumpulan data

Analisis data

Hasil Sampel penelitian


(18)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kekuatan Transversal Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas setelah Direndam dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

Uji kekuatan transversal dilakukan dengan menggunakan beban sampai patahnya batang uji RAPP, besar beban dinyatakan dengan kg/cm2.

Untuk kelompok A kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 948 kg/cm2 dan terbesar adalah 993,60 kg/cm2 dengan nilai rerata ± SD 975,38 ± 22,52 . Untuk kelompok B, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 873,76 kg/cm2 dan terbesar adalah 993,60 kg/cm2 dengan nilai rerata ± SD 935,57 ± 42,42 . Untuk kelompok C, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 853,77 kg/cm2 dan terbesar adalah 953,75 kg/cm2 dengan nilai rerata ± SD 916,90 ± 37,87. Untuk kelompok D, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 804 kg/cm2 dan terbesar adalah 980,40 kg/cm2 dengan rerata ± SD 907,68 ± 65,29. Untuk kelompok E, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 872,40 kg/cm2 dan terbesar adalah 909,6 kg/cm2 dengan nilai rerata ± SD 895,84 ± 14,51. Untuk kelompok F, kekuatan transversal terkecil bahan basis gigitiruan RAPP adalah 846 kg/cm2 dan terbesar adalah 902,4 kg/cm2 dengan nilai rerata ± SD 877,96 ± 20,81. Nilai dari seluruh kelompok sampel, nilai kekuatan transversal terkecil ditemukan pada kelompok D dengan kekuatan tranversal terdapat pada sampel nomor 4 yaitu 804 kg/cm2. Nilai kekuatan transversal terbesar ditemukan pada kelompok A dengan nilai kekuatan transversal terbesar terdapat pada sampel nomor 3 yaitu 993,6 kg/cm2.


(19)

Tabel 4. Kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam beserta kontrol

No 2 jam 6 jam 8 jam

Sampel Akuades (A) Pinang (D) Akuades (B) Pinang (E) Akuades (C) Pinang (F) 1 992,54 936 938,4 904,8 853,77* 885,52 2 989,01 898,8 937,2 892,8 953,75** 846* 3 993,6** 919,2 934,92 899,64 936 872,4 4 953,75 804* 993,6** 872,4* 919 883,5 5 948* 980,4** 873,76* 909,6** 921,98 902,4** X 975,38 907,68 935,57 895,84 916,9 877,96

± ± ± ± ± ± ± SD 22,52 65,29 42,42 14,51 37,87 20,84 Keterangan: * = Nilai Terkecil, ** = Nilai Terbesar

4.2 Perbedaan Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pada Perendaman dalam Ekstrak Biji Pinang Dengan Konsentrasi 20% dan Kontrol Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

Perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dan kontrol pada masing-masing kelompok waktu dianalisis dengan menggunakan uji t-independen. Hasil uji t pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada 2 kelompok, yaitu pada kelompok yang direndam selama 2 jam dalam akuades (kelompok A) dan ekstrak biji pinang (kelompok D) dengan nilai p = 0,060 (p > 0,05), kelompok yang direndam selama 6 jam dalam akuades (kelompok B) dan ekstrak biji pinang (kelompok E) dengan nilai p = 0,083 (p > 0,05) menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Pada kelompok yang direndam selama 8 jam dalam akuades (kelompok C) dan ekstrak biji pinang (kelompok F) dengan nilai p = 0,079 (p > 0,05) juga menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan.


(20)

Tabel 5. Perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

kelompok waktu perendaman n P

Akuades (A)

2 jam 5 0,060

Pinang (D) 5

Akuades (B)

6 jam 5 0,083

Pinang (E) 5

Akuades (C)

8 jam 5 0,079

Pinang (F) 5

4.3 Pengaruh Waktu Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Terhadap Kekuatan Transversal

Pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data. Hasil uji homogenitas ekstrak biji pinang menunjukkan nilai 2,697 dengan tingkat signifikansi p = 0,108 (p > 0,05)

Setelah uji homogenitas, dilakukan uji ANOVA satu arah. Hasil uji menunjukkan hasil yang tidak signifikan, yaitu p = 0,523 (p > 0,05). Nilai ini menunjukkan tidak adanya pengaruh waktu yang signifikan waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal.


(21)

Tabel 6. Pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal

Kelompok Perendaman dalam X±SD p

Ekstrak Biji Pinang 20 %

2 jam (D) 907,68 ± 65,29

6 jam (E) 895,84 ± 14,51 0,523


(22)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mempelajari suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat adanya perlakuan tertentu. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis post test only group control design yaitu nilai kekuatan transversal sampel penelitian berperan sebagai variabel terikat yang diberikan post test (perlakuan akhir) tanpa terlebih dahulu diberikan pre test (perlakuan awal). Desain ini digunakan karena tidak mungkin dilakukan pengujian kekuatan trasnversal pada tahap awal pada sampel. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok perlakuan dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok perlakuan, kemudian hasil dari kelompok-kelompok perlakuan tersebut dibandingkan satu sama lain.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Direndam Dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

Pada Tabel 4 terlihat kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam akuades selama 2 jam (kelompok A) adalah 948 Kg/cm2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 993,60 Kg/cm2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam akuades selama 6 jam (kelompok B) adalah 873,76 Kg/cm2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 993,60 kg/cm2 Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam akuades selama 8 jam (kelompok C) adalah 853,77 Kg/cm2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 953,75 Kg/cm2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak


(23)

biji pinang selama 2 jam (kelompok D) adalah 804 Kg/cm2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 980,4 Kg/cm2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang selama 6 jam (kelompok E) adalah 872,40 Kg/cm2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 909,6 Kg/cm2. Kekuatan transversal terkecil resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang selama 8 jam (kelompok F) adalah 846 Kg/cm2, sedangkan kekuatan transversal terbesar adalah 902,4 Kg/cm2.

Hasil yang bervariasi tersebut kemungkinan dapat disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembuatan sampel yang tidak dapat dikendalikan selama penelitian, antara lain kandungan monomer sisa dan teknik pengadukan yang manual.33 Menurut Pavarina (2003) proses kuring yang digunakan untuk QC 20 mungkin memiliki kandungan monomer sisa yang tinggi. Pavarina mengatakan besar kemungkinan kandungan monomer sisa yang tinggi dapat mempengaruhi sifat mekanis bahan.34 Combe (1992) juga menyatakan bahwa kandungan monomer sisa yang tinggi dapat mempengaruhi sifat fisik polimer dan membuat resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatan menurun.37

Pada Tabel 4 juga dapat terlihat nilai rerata kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades mengalami penurunan seiring dengan semakin lamanya perendaman. Hal ini disebabkan karena resin akrilik menyerap air secara perlahan dalam jangka waktu tertentu. Pamungkas (2011) menyatakan bahwa mekanisme penyerapan molekul air sesuai dengan hukum difusi. Difusi diduga terjadi di antara makromolekul, hal ini akan memisahkan makromolekul yang satu dengan yang lain, akibatnya kekuatan resin akrilik berkurang.36 Pada Tabel 4 juga dapat terlihat nilai kekuatan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ektrak biji pinang menunjukan nilai yang lebih rendah dibanding yang direndam dalam akuades untuk waktu perendaman yang sama. Hal ini disebabkan karena ekstrak biji pinang mengandung fenol. Menurut pendapat Kursdajanti (2003) bahwa resin akrilik memiliki sifat menyerap bahan cair maupun bahan kimia sehingga bahan yang mengandung fenol akan bereaksi secara kimia


(24)

yang terdiri dari unit metilmetakrilat yang berulang dengan kepolaran rendah, sedangkan fenol bersifat asam dengan kepolaran tinggi. Poliester dalam suasana asam akan terhidrolisis membentuk asam karboksilat dan alkohol. Poliester yang terpecah menyebabkan degradasi pada ikatan kimia resin akrilik. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan transversal resin akrilik tersebut. Semakin lama waktu kontak antara resin akrilik dan senyawa fenol akan semakin menurunkan kekuatan resin akrilik.6

5.2.2 Perbedaan Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pada Perendaman dalam Ekstrak Biji Pinang Dengan Konsentrasi 20% dan Kontrol Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

Hasil uji t pada Tabel 5 menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan, yaitu kelompok yang direndam selama 2 jam dalam akuades (kelompok A) dan ekstrak biji pinang (kelompok D) dengan nilai p = 0,060 (p > 0,05), kelompok yang direndam selama 6 jam dalam akuades (kelompok B) dan ekstrak biji pinang (kelompok E) dengan nilai p = 0,083 (p > 0,05), kelompok yang direndam selama 8 jam dalam akuades (kelompok C) dan ekstrak biji pinang (kelompok F) dengan nilai p = 0,079 (p > 0,05)

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Savira (2014) yang melakukan perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam infusa daun salam yang mengandung fenol menunjukkan adanya penurunan kekuatan transveral resin akrilik polimerisasi panas tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna. Tidak adanya penurunan kekuatan transversal yang bermakna kemungkinan dapat disebabkan karena kandungan fenol dalam ekstrak biji pinang rendah. Menurut Shen (1989) mikroporositas akan terbentuk pada permukaan resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5%, kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan transversal yang signifikan. Sifat asam senyawa fenol yang terdapat dalam


(25)

ekstrak biji pinang tidak sekuat fenol murni sehingga ikatan kimiawi resin akrilik yang terdegradasi tidak signifikan. Menurut Billmeyer (1984) dan Craig (1997) resin akrilik memiliki ketahanan yang baik terhadap asam lemah.37

Hasil penelitian Ni Kadek (2011) menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang yang paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik adalah ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam. Semakin lama basis gigitiruan direndam dalam ekstrak biji pinang maka akan semakin menurunkan jumlah koloni candida albicans. Jika dilihat dari hasil penelitian ini didapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada perendaman ekstrak biji pinang dan akuades, sehingga ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena kandungan fenolnya dapat menurunkan jumlah koloni candida albicans tetapi tidak menyebabkan penurunan kekuatan transversal secara signifikan untuk perendaman 2 jam, 6 jam dan 8 jam. Rerata kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam adalah 877,96 kg/cm2. Menurut ISO 1567 : 1999 kekuatan transversal yang dibutuhkan resin akrilik polimerisasi panas adalah 662 kg/cm2. Walaupun resin akrilik polimerisasi panas sudah direndam selama 8 jam dalam ekstrak biji pinang, nilai kekuatan transversalnya tetap memenuhi syarat yang dibutuhkan.

5.2.3 Pengaruh Waktu Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 Jam, 6 Jam, dan 8 Jam Terhadap Kekuatan Transversal

Hasil uji ANOVA satu arah pada Tabel 6 terlihat bahwa tidak terdapat pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,523 ( p > 0.05). Walaupun tidak ada pengaruh yang signifikan tetapi dapat terlihat secara deskriptif bahwa semakin lama basis gigitiruan resin


(26)

transversalnya semakin menurun. Ekstrak biji pinang yang mengandung senyawa fenol digunakan sebagai bahan pembersih, fenol tersebut akan menyebabkan terjadinya penyerapan ke dalam resin akrilik. Hasil penelitian Shen (1989) menunjukkan bahwa resin akrilik yang berkontak dengan substansi fenol, akan menunjukkan peningkatan berat dan terjadi reaksi dengan ester dari polimetilmetakrilat, sehingga ikatan rantai polimer resin akrilik akan semakin lemah yang menyebabkan penurunan kekuatan transversal.35 Tidak adanya pengaruh waktu yang signifikan ini dapat disebabkan karena sedikitnya konsentrasi fenol. Semakin sedikit konsentrasi fenol, maka semakin sedikit fenol yang bereaksi dengan resin akrilik sehingga semakin kecil kemungkinan ikatan kimiawi resin akrilik yang terdegradasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Feni Wulandari (2012) yang melakukan perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak eugenol kayu manis 0,4% yang mengandung fenol selama 4 hari, 12 hari dan 19 hari.11 Hasil penelitian menunjukkan lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak eugenol kayu manis 0,4% tidak berpengaruh terhadap penurunan kekuatan transversal. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Damai (2011) yang melakukan perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam teh hijau yang mengandung fenol selama 14 hari dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam teh hijau yang mengandung fenol tidak mempengaruhi kekuatan transversal secara signifikan.35

Hal ini kemungkinan disebabkan konsentrasi fenol dalam ekstrak biji pinang, ekstrak eugenol kayu manis dan teh hijau lebih rendah dari 5%. Shen (1989) menyatakan bahwa fenol bila berkontak dengan resin akrilik akan merusak permukaan resin akrilik.35 Shen (1989) juga menyatakan bahwa akan terbentuk mikroporositas pada permukaan resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik direndam dalam larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5%, kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan transversal yang signifikan.Dari hasil tersebut ada kemungkinan kandungan fenol dalam minuman teh hijau dan


(27)

ekstrak eugenol minyak kayu manis lebih besar dari ekstrak biji pinang karena nilai rerata kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang lebih besar dibandingkan dengan nilai rerata penelitian yang lain. Selain itu juga mungkin karena waktu perendaman yang lebih lama pada penelitian-penelitian tersebut bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian ini.

Kelemahan pada penelitian ini adalah dikarenakan teknik pengadukan yang manual sehingga tidak dapat mengendalikan jumlah monomer sisa pada setiap sampel akibat pengadukan yang kurang sempurna. Kelemahan yang lain adalah sampel seharusnya direndam selama 17 hari didalam akuades agar sampel menjadi jenuh.


(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Nilai rerata kekuatan transvesal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam akuades selama 2 jam adalah 975,38 Kg/cm2, direndam dalam akuades selama 6 jam adalah 935,57 Kg/cm2, direndam dalam akuades selama 8 jam adalah 916,90 Kg/cm2 dan yang direndam dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam adalah 907,68 Kg/cm2, direndam dalam ekstrak biji pinang selama 6 jam adalah 895,84 Kg/cm2, direndam dalam ekstrak biji pinang selama 8 jam adalah 877,96 Kg/cm2

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam dengan p = 0,060 (p > 0,05), pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 6 jam dengan p = 0,083 (p > 0,05), pada perendaman dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 8 jam dengan p = 0,079 (p > 0,05)

3. Tidak ada pengaruh waktu yang signifikan pada perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,523 (p > 0,05).

Ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% yang mengandung fenol dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena fenol memiliki efek untuk menurunkan jumlah koloni candida albicans dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.


(29)

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan pembersih ekstrak biji pinang dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda-beda terhadap kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak biji pinang terhadap stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Basis Gigitiruan

Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak sebagai tempat perlekatan anasir gigitiruan. Berbagai bahan yang digunakan awalnya di antaranya adalah kayu, tulang, ivory, keramik, metal, aloi dan berbagai macam polimer. Kemudian berkembang menggunakan bahan lain seperti vulkanit, nitroselulosa, fenol formaldehid, vinil plastik dan porselen.19 Saat ini lebih dari 95% gigitiruan dibuat menggunakan resin akrilik3

2.1.1 Klasifikasi Bahan

Bahan basis gigitiruan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu logam dan non logam.20

2.1.1.1 Logam

Bahan logam dicatat telah digunakan sebagai bahan basis gigitiruan pada abad ke-18 dan abad ke-20. Beberapa jenis bahan logam yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah kobalt kromium aloi emas, aluminium dan stainless steel. Walaupun bahan logam mempunyai keuntungan seperti kekuatannya yang baik, stabil dan resisten terhadap abrasi namun bahan logam masih mempunyai banyak kelemahan seperti penyesuaian yang sulit pada gigi, tidak bisa di-reline dan estetis yang kurang baik.19

2.1.1.2 Non Logam

Basis gigitiruan non logam biasanya dibuat dari bahan plastik atau resin. Berdasarkan sifat termalnya, bahan ini dapat diklasifikasikan atas dua jenis, yaitu resin termoplastik dan termoset.20


(31)

2.1.1.2.1 Termoplastik

Resin termoplastik adalah resin yang dilunakkan berulang kali, dicetak pada suhu dan tekanan tinggi tanpa mengalami perubahan kimia. Resin termoplastik dapat dileburkan, mengeras setelah dibentuk dan larut dalam larutan organik. Seluloid selulosanitrat, resin vinil, polikarbonat, polysterene, termoplastik akrilik dan nilon merupakan contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai basis gigitiruan.20

2.1.1.2.2 Termosetting

Termoset adalah bahan yang dalam pemrosesannya mengalami perubahan kimia. Hasil akhirnya berbeda dari bahan awalnya setelah diproses, bahan ini tidak dapat dilunakkan kembali kepada bentuk lain karena bahan ini hanya dapat dibentuk sekali saja melalui pemanasan. Nama lain untuk termoset adalah thermohardening polymer. Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik merupakan contoh bahan

thermohardening yang digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.20

2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik merupakan bahan basis gigitiruan yang paling banyak digunakan saat ini.11 Resin akrilik terdiri dari 3 jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, swapolimerisasi dan polimerisasi panas. Bahan basis gigitiruan yang sering dipakai adalah resin akrilik polimetil metakrilat jenis polimerisasi panas.

Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) merupakan resin akrilik yang teraktivasi dengan panas yang berasal dari energi termal dengan menggunakan oven gelombang mikro atau pemanasan air yang mempunyai komposisi antara lain bubuk terdiri atas butir-butir polimetilmetakrilat dan sejumlah kecil benzoil peroksida sebagai inisiator reaksi dan cairan mengandung metil metakrilat, tetapi pada bahan resin gelombang mikro ditambahkan bahan trietilen-glikol atau tetraetilen-glikol.22


(32)

2.2.1 Komposisi

Komposisi RAPP terdiri atas : 1. Polimer

Polimer : butiran atau granul polimetilmetakrilat Inisiator : 0,2-0,5% benzoil peroksida

Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi atau pewarna organik

Plasticizer : dibutil phthalate Opacifiers : zinc atau titanium oxide

2. Monomer

Monomer : metil metakrilat

Agen Cross-linked : Ethyleneglycole dimethlacrylate (1-2%)

Inhibitor : hidrokuinon (0,006%)

Agen cross-linked dapat berfungsi sebagai jembatan atau ikatan kimia yang menyatukan 2 rantai polimer. Apabila etilen glikol dimetilmetakrilat dimasukkan ke dalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk yang mana merupakan suatu struktur disebut jaringan 3 dimensi. Cross-linked ini memberikan peningkatan ketahanan terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas dan penyerapan air.19

2.2.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet dengan menggunakan teknik compression-moulding. Perbandingan polimer dan monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan yang telah dicampur akan melewati empat stadium yaitu:19

1. Stadium pertama: stadium basah, seperti pasir (wet sand stage)

2. Stadium kedua: stadium lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut dalam monomer (sticky stage)

3. Stadium ketiga: stadium lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mold (dough stage / gel stage)


(33)

Setelah adonan mencapai stadium dough, adonan dimasukkan kedalam mould

gips dan kuvet ditempatkan di bawah pengepresan dan dipasangkan baut pada kuvet selanjutnya diproses dalam waterbath dengan waktu dan suhu terkontrol untuk memulai polimerisasi. Umumnya RAPP dipolimerisasi dengan suhu konstan pada 700C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan proses kuring pada suhu 1000C selama 30 menit.21

Setelah prosedur polimerisasi diselesaikan kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan pemisahan kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau membengkoknya basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dihaluskan dengan kertas pasir dari kasar sampai halus. Proses akhir pemolesan biasanya menggunakan pumis di bawah air. 21

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan resin akrilik polimerisasi panas adalah: 1. Harga murah dan pembuatan mudah

2. Mudah direparasi/ modifikasi 3. Tidak larut dalam cairan mulut 4. Estetik sangat baik

5. Ikatan kimia yang baik pada gigitiruan akrilik Kerugian resin akrilik polimerisasi panas adalah:22 1. Daya tahan fatik rendah

2. Konduktivitas rendah 3. Kekuatan fleksural rendah


(34)

2.2.4 Sifat-Sifat 2.2.4.1 Sifat Fisis

Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut.

1. Pengerutan

Ketika monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli (metilmetakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3. Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21%. Akibatnya, pengerutan volumetrik yang ditunjukan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.21

2. Perubahan dimensi

Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air. Penelitian laboratoris menunjukkan bahwa ekspansi linier yang disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang diakibatkan oleh penyerapan air.21

3. Solubilitas

Meskipun basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan, basis resin akrilik polimerisasi panas umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut.21

4. Penyerapan air

Bahan resin akrilik polimerisasi panas mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu.6 Resin akrilik polimerisasi panas menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisis dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigitiruan


(35)

memerlukan periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukan bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa menyebabkan diskolorisasi.21

5. Porositas

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tidak tepat serta pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat serta prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik.21

2.2.4.2 Sifat Mekanis

Kekuatan tarik merupakan tekanan yang menyebabkan terpisahnya rantai molekul-molekul polimer. Kekuatan tarik merupakan kekuatan yang sering menyebabkan terjadinya retak pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Kekuatan fatik adalah kekuatan yang menyebabkan patahnya basis gigitiruan akibat pembengkokan yang berulang yang disebabkan oleh pemakaian gigitiruan yang terlalu lama.

Kekuatan impak adalah kekuatan yang menyebabkan suatu bahan menjadi patah akibat benturan yang tiba-tiba. Kekuatan transversal merupakan ukuran kekuatan terhadap tekanan yang terjadi pada bahan basis gigitiruan akibat pengunyahan.24

Crazing merupakan garis retakan kecil yang tampak timbul pada permukaan basis gigitiruan. Pada resin akrilik, crazing menimbulkan gambaran putih. Retakan permukaan merupakan predisposisi terhadap patahnya basis gigitiruan. Crazing dapat disebabkan oleh aplikasi tekanan atau pelarut yang mengandung etil alkohol.21


(36)

2.2 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Kekuatan transversal atau fleksural adalah kekuatan dari suatu batang uji yang terdukung pada kedua ujungnya dan beban diberikan di tengah-tengahnya. Uji kekuatan transversal dapat memberikan gambaran tentang ketahanan benda dalam menerima beban pada waktu pengunyahan.

Uji kekuatan transversal lebih banyak digunakan daripada uji kekuatan tarik untuk bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas karena kekuatan transversal dapat mewakili tipe-tipe kekuatan yang diterima oleh gigitiruan selama pengunyahan.

Kekuatan transversal dari resin akrilik polimerisasi panas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti berat molekul, ukuran partikel polimer, monomer sisa, plasticizer, jumlah dari ikatan silang pada rantai molekul, porositas, dan ketebalan dari basis gigitiruan. Absorbsi air dengan cara berdifusi ke dalam matriks resin akan menurunkan kekuatan transversal karena peningkatan air akan menyebabkan bertambahnya jarak antara rantai molekul yang akan bertindak sebagai plasticizer25,26

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Orsi IA (2004) menyatakan bahwa nilai kekuatan transversal dengan merek QC 20 adalah 947,7 Kg/cm2. Penelitian Lee (2007) menyatakan bahwa kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas adalah 827 Kg/cm2.26 Kekuatan transversal yang diperlukan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas berdasarkan ISO 1567: 1999 adalah 662 kg/cm2.27

2.4 Bahan Pembersih Gigitiruan 2.4.1 Pengertian

Bahan pembersih gigitiruan dapat berupa krim, pasta, gel atau larutan yang dibuat untuk membersihkan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian lepasan. Bahan pembersih gigitiruan yang efektif harus mempunyai kemampuan untuk menghilangkan lapisan plak bakteri dan mencegahnya terbentuk kembali serta memiliki kemampuan untuk menghilangkan debris makanan, kalkulus, dan stain.28,29


(37)

Bahan pembersih gigitiruan yang ideal umumnya memiliki persyaratan seperti tidak toksik, mempunyai kemampuan menghancurkan atau melarutkan tumpukan bahan organik dan anorganik yang terdapat pada gigitiruan, tidak merusak bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan gigitiruan, tidak merusak pakaian dan bahan lainnya apabila dengan tidak sengaja tertumpah, stabil pada penyimpanan dan bersifat bakterisidal serta fungisidal.9

2.4.3 Klasifikasi

Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis atau gabungan keduanya28

2.4.3.1 Mekanis

Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak di desain untuk membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk menyikat gigitiruan degan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur, dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.28

2.4.3.2 Kemis

Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam bahan kimia yang tersedia dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan pembersih kemis dapat dibagi menjadi 5 kelompok tergantung pada pemilihan dan mekanisme kerjanya, antara lain:


(38)

Saat ini dikenal dengan nama alkalin peroksida. Alkalin peroksida merupakan bahan pembersih yang bekerja cepat, mudah digunakan dan relatif efektif pada gigitiruan yang tidak memiliki plak yang keras dan kalkulus di permukaan jika digunakan dengan benar dan teratur. Bahan pembersih alkalin peroksida umumnya tersedia dalam 2 bentuk utama, yaitu bubuk dan tablet, dan penggunaan bahan pembersih ini ditambah dengan air.

Effervesen peroksida terbagi antara lain : Fittydent (Fittydent International GmbH), Steradent Original, Steradent Minty, Steradent Deep Clean Tablets, Steradent Denture Cleansing Powder (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman Hull,

Inggris) ; Boots Effervescent Original, Boots Double Action, Boots Denture Cleansing Powder ( The Boots Company PLC, Nothingham, Inggris) ; Superdrug Original Superdrug Minty, Super Drug Extra Strength Tablets ( suoerdrug Stores Plc, Croydon, Surrey, Inggris) ; Super Efferdent Tablet ( Warner Lambert Healthcare, Eastleigh, Hampshire, Inggris)28

2. Alkalin Hipoklorit

Alkalin hipoklorit merupakan bahan pembersih yang efektif dalam menghilangkan plak dan mempunyai efek dalam mencegah pembentukan kalkulus. Alkalin hipoklorit terbagi antara lain: Dentural (Martindale Pharmaceutical, Romford Essex, Inggris), Milton (procter And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris)9

3. Asam

Bahan pembersih asam tersedia dalam bentuk cairan beserta sikatnya dalam pembungkus plastik. Bahan asam memiliki keunggulan dapat menghilangkan stain yang keras dan deposit kalkulus, tetapi dapat menyebabkan korosi pada basis gigitiruan logam.9

Bahan pembersih golongan asam antara lain : Denclen (Protector And Gambler Ltd, Egham Surrey, Inggris), Deepclean (Reckitt Dental Care, Reckitt And Colman, Hull, Inggris)9


(39)

4. Desinfektan

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk membunuh dan menurunkan jumlah koloni mikroorganisme. Salah satu contoh desinfektan sintetis adalah klorheksidin (Smithkline Beecham Consumer Heatlhcare, Brentoford, Inggris) yang alami contohnya ekstrak biji pinang, lerak dan daun sirih yang memiliki khasiat antiseptik dan desinfektan28

5. Enzim

Penggunaan enzim proteolitik dapat menghidrolisis protein plak gigitiruan yaitu protein pelikel dan matriks interseluler sehingga susunan plak menjadi rusak dan plak terlepas dari gigitiruan. Bahan pembersih golongan enzim adalah Poliden (Glaxo Smith Kline, Irlandia)

Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis dan dikenal sebagai biokatalisator.9

2.4.3.3 Mekanis-Kemis

Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat elektronik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Namun penggunaan alat ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk atau tablet pembersih untuk meningkatkan efektivitas pembersihan.28

2.5 Biji Pinang

Pinang (Areca Catechu L) merupakan tumbuhan liar sejenis palma yang kebanyakan tumbuh di kawasan tropik pasifik, asia (India, Malaysia, Taiwan) dan bagian Afrika timur dengan tinggi mencapai 25 m. Tanaman pinang mudah tumbuh


(40)

tumbuh di pinggir sungai. Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi. Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu. Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Umbutnya dimakan sebagai lalab atau acar. Tak heran jika di ruas-ruas jalan tertentu, tanaman ini banyak ditanam berjejer. Selain untuk keindahan kota, juga bisa berfungsi untuk penghijauan.17,18

Gambar 1. Buah pinang

Budidaya tanaman ini dilakukan dengan cara menanam bijinya yang sudah cukup masak. Sebelumnya biji itu disemai dan ditanam di plastik (polybag). Saat masih kecil, tanaman pinang bisa digunakan sebagai penghias di dalam rumah. Ketika batangnya sudah makin besar, sebaiknya ditanam di luar rumah. Pinang memiliki


(41)

nama yang berbeda di sejumlah daerah. Di daerah Jawa Barat, orang menyebutnya jambe, penang atau wohan. Di daerah Sumatera, ada yang mengenalnya sebagai pinang, pineng, pineung, batang mayang, batang bongkah, batang pining, batang pinang, dan boni.18

Tanaman Pinang (Areca catechu L.) telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu, khususnya buahnya yang digunakan untuk campuran makan sirih dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Orang yang makan buah pinang diyakini memiliki gigi yang kuat meski usia telah lanjut. Pengobatan dengan buah tanaman ini sudah cukup terkenal sejak zaman dulu. Biji pinang bisa untuk mengobati beri-beri, cacingan, perut kembung, luka, diare, batuk berdahak, sakit gigi, bisul, eksema, sariawan, menguatkan gigi (digunakan bersama daun sirih dan kapur), juga sebagai obat sakit kulit, disentri, batu ginjal, menghindari penyakit gigi dan vitalitas seksual.13 Daunnya bisa untuk menambah nafsu makan dan mengobati sakit pinggang. Daun pohon pinang juga banyak dimanfaatkan untuk bungkus makanan. Buah pinang muda bisa digunakan untuk mengobati luka akibat kecelakaan (benturan, gesekan, tusukan, teriris atau terbakar). Caranya, daging buah pinang yang masih muda ditumbuk hingga halus, lalu ditempelkan pada bagian tubuh yang terluka, sedangkan jus pinang muda bisa digunakan sebagai obat luar penyakit rabun mata. Anak yang menderita cacingan bisa disembuhkan dengan tanaman ini. Caranya, siapkan 30 gram serbuk biji pinang lalu rebus dengan 2 gelas air hingga mendidih. Air didihan ini kemudian dibiarkan hingga dingin lalu disaring. Air ini lalu diminumkan pada penderita cacingan sekaligus sebelum sarapan pagi. Menurut penelitian Titin Yulineri (2006) ekstrak biji dan akar pinang juga efektif dalam menurunkan jumlah bakteri streptococcus mutans. Bahkan setelah dibandingkan dengan obat kumur komersial yang ada di pasaran saat ini, ekstrak biji dan akar pinang tersebut terbukti lebih efektif dalam menghasilkan zona hambat bakteri

streptococcus mutans, sehingga ekstrak biji pinang cocok untuk digunakan sebagai obat kumur alami. Hasil penelitian Ni Kadek menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam dan 8 jam paling efektif


(42)

dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans sehingga ekstrak biji pinang ini cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan15,17,18,30,31

2.6 Mekanisme Pengaruh Ekstrak Biji Pinang Terhadap Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Ekstrak biji pinang mengandung alkaloid seperti arekolin, arekolidine, guvakolin, guvasine, isoguvasine dan proantosidine, yaitu tanin yang termasuk dalam golongan flavonoid. Tanin tidak hanya untuk efek pengelat tetapi juga digunakan untuk perlindungan dan mempunyai daya antiseptik.10 Senyawa antijamur umumnya dijumpai pada golongan senyawa saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan alkaloid dimana biji pinang mengandung senyawa-senyawa tersebut sehingga biji pinang memiliki sifat desinfektan.18

Flavonoid merupakan golongan fenol. Apabila fenol berkontak dengan resin akrilik akan menyebabkan kerusakan resin akrilik polimerisasi panas secara kimiawi. Fenol yang terkandung dalam larutan mengalami penetrasi ke dalam lempeng resin akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik sehingga mengakibatkan beberapa hal yaitu ikatan antara molekul menurun, perusakan secara kimia, retak atau crazing, penurunan kekerasan dan penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.6 Shen (1989) menyatakan bahwa akan terbentuk mikroporositas pada permukaan resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik direndam dalam suatu larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5% kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan transversal yang signifikan.12,32


(43)

2.7 Landasan Teori

Basis Gigi Bahan Pembersih

Logam Non Logam

Termoplastik Termoset

RAPP

Definisi Komposisi Sifat-sifat Manipulasi Keuntungan

d k i

Fisis Mekanis

Kekuatan Transversal

Syarat Cara

Kimiawi Biologis

Mekanis Kems M k i Kemis

Enzim Desinfektan

Efervesen Peroksida Alkalin Hipokolit Asam

Sintetis Tradisional

Daun Sirih Ektrak Biji Pinang

Ekstrak Lerak

Apakah ada pengaruh perendaman ekstrak biji pinang terhadap


(44)

2.8 Kerangka Konsep

Resin Akrilik polimerisasi panas Bahan Pembersih Gigitiruan

Sifat-sifat

Mekanis

Kekuatan Transversal

Desinfektan

Ektrak Biji Pinang

Fenol

Mendenaturasi ikatan protein pada membran sel candida albicans

retak atau crazing

perusakan secara kimiawi ikatan antara molekul menurun penyerapan ke dalam resin akrilik

pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik

penurunan kekuatan transversal

Menembus intisel

Sel menjadi lisis candida albicans


(45)

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada perbedaan kekuatan transversal antara basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam, dan 8 jam.

2. Ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal


(46)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan.1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan pilihan utama untuk membuat basis gigitiruan.2 Lebih dari 95% basis gigitiruan dibuat dari resin akrilik.3 Resin akrilik terdiri dari 3 jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, swapolimerisasi dan polimerisasi panas.1 Bahan basis gigitiruan yang sering dipakai adalah resin akrilik polimetil metakrilat jenis polimerisasi panas karena memiliki kelebihan yaitu murah, mudah pembuatannya dan mudah diperbaiki.4 Tetapi disamping kelebihan tersebut resin akrilik juga memiliki kelemahan yaitu mudah patah bila jatuh pada permukaan yang keras atau akibat kelelahan bahan karena lama pemakaian serta mengalami perubahan warna setelah beberapa waktu dipakai di dalam mulut.5 Resin akrilik polimerisasi panas memiliki sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis yaitu memiliki berbagai variasi shade (warna) dan opasitas sehingga cocok untuk penderita berbagai ras, dapat sebagai isolator terhadap suhu panas atau dingin. Sifat mekanik yaitu cenderung memiliki crazing atau retak-retak halus dan dapat menyebabkan perubahan warna.6

Masalah fraktur pada basis gigitiruan masih merupakan masalah yang belum terselesaikan, hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus fraktur gigitiruan yang terus bertambah. Menurut survei yang dilakukan oleh National Health Service, dari tahun 1948 hingga 1990 terdapat 34,9 juta gigitiruan yang fraktur. Fraktur pada basis gigitiruan dihasilkan dari dua kekuatan berbeda yaitu kekuatan impak dan kekuatan transversal. Kekuatan transversal merupakan gabungan dari kekuatan kompresi, kekuatan tarik dan kekuatan geser.7

Permukaan resin akrilik yang menghadap ke jaringan rongga mulut biasanya terdapat celah antara basis gigitiruan dengan rongga mulut. Dengan adanya saliva dapat membentuk pelikel dan menyebabkan sisa makanan, plak, mikroorganisme,


(47)

dan Candida terutama Candida albicans mudah menempel pada gigitiruan. Pemakaian gigitiruan merupakan salah satu faktor utama yang memungkinkan terjadinya oral kandidiasis sebab pemakaian gigitiruan dapat mengganggu keseimbangan flora normal rongga mulut sehingga menyebabkan pertumbuhan

Candida albicans yang berlebihan dan akan mengakibatkan terjadinya infeksi

Candida yang disebut denture stomatitis. Infeksi ini berkaitan dengan faktor lokal, seperti pemakaian gigitiruan di malam hari, oral hygiene yang buruk, dan juga faktor sistemik yang mempengaruhi, misalnya diabetes mellitus.8 Hal tersebut dapat dicegah dengan memberi instruksi setelah pemasangan kepada pasien agar membersihkan gigitiruan untuk menjaga kebersihan gigitiruan dan rongga mulut. Pembersihan gigitiruan dapat dilakukan secara mekanis, kemis ataupun keduanya. Secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan sikat. Pembersihan secara kemis dilakukan dengan merendam gigitiruan ke dalam bahan kimia. Terdapat lima kelompok bahan pembersih kemis yaitu efferversen peroksida, alkalin hipoklorit, asam, desinfektan dan enzim. Penggunaan pembersih secara kemis dan mekanis berupa alat ultrasonik dengan ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan gabungan kemis dan mekanis.9

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, serta untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, golongan alkaloid, golongan halogen dan golongan fenol.9

Bahan alami herbal saat ini dijadikan alternatif pengobatan karena mudah didapat dan relatif murah. Selain itu efek samping lebih sedikit bila dibanding dengan obat farmasetik.10 Penelitian Erika Yulistia dan Hary Agustina (2011) menemukan bahwa fenol dalam ekstrak Anredera corodifolia yang bersifat desinfektan yang digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan dapat menurunkan kekuatan resin akrilik polimerisasi panas.11 Menurut Penelitian Feni Wulandari (2012) fenol dalam


(48)

penurunan yang signifikan terhadap kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.12 Penelitian Wahyu Susilaningtyas dkk (2011) mendapatkan bahwa setelah direndam dalam ekstrak rosela (Hibiscus sabdariffa) yang mengandung fenol terdapat penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas .6 Penelitian Dian Damai (2011) mendapatkan bahwa fenol dalam minuman teh hijau tidak mempengaruhi kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.13

Tanaman pinang (Areca catechu L) mudah tumbuh di Indonesia, biasanya tanaman ini ditanam di pekarangan rumah, taman atau di pinggir sungai. Tanaman ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan, termasuk bijinya yang digunakan di Jawa, biji pinang ditumbuk halus digunakan untuk menyembuhkan luka, baik pada manusia atau hewan.9 Secara tradisional, biji pinang digunakan dalam ramuan untuk mengobati sakit diare berdarah, sakit gigi, bisul, sariawan, menguatkan gigi (digunakan bersama daun sirih dan kapur) juga sebagai penyembuh penyakit cacingan, obat sakit kulit, disentri, batu ginjal, menghindari penyakit gigi dan vitalitas seksual.14 Biji pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine serta proantosianidin, yaitu suatu tanin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid. Tanin tidak hanya berefek untuk pengelat tetapi juga digunakan untuk perlindungan karena mengandung daya antiseptik.10 Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang mengandung senyawa bioaktif yaitu flavonoid di antaranya tanin yang dapat menguatkan gigi. Biji pinang dapat dimakan bersama sirih dan kapur yang berkhasiat untuk menguatkan gigi. Air rebusan biji pinang juga digunakan sebagai obat kumur dan penguat gigi. Senyawa antijamur biasanya terdapat pada golongan senyawa saponin, fenolat, flavonoid, terpenoid, steroid dan alkaloid. Diduga bahwa tanaman pinang mengandung sejumlah komponen utama senyawa berbasis selenium sebagai antibakteri. Penelitian Titin dkk (2006) menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dan akar pinang berpotensi sebagai antiseptik obat kumur karena efektivitas ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans menghasilkan zona hambat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tiga buah jenis obat kumur komersial.15 Penelitian Sumarni (2010)


(49)

mendapatkan bahwa Ekstrak biji Pinang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Staphilococcus Aureus.16 Penelitian Lalitha P dkk (2010) menyatakan bahwa ekstak biji pinang memiliki efek antimikroba.17 Ni Kadek S (2011) melakukan penelitian terhadap resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang (Areca catechu L) yang bersifat desinfektan karena memiliki sifat antibakteri dan antijamur dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam, dan 8 jam. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dalam waktu 2 jam, 6 jam dan 8 jam paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans sehingga ekstrak biji pinang ini cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan.18 Areca catechu mengandung flavonoid. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Pengaruh senyawa fenol terhadap

Candida albicans adalah dengan cara mendenaturasi ikatan protein sel, sehingga membran sel menjadi lisis. Penelitian Regezi dan Sciubba (1989) menyatakan bahwa

Candida albicans adalah spesies yang sensitif terhadap senyawa fenol tetapi disamping itu fenol yang terkandung dalam ekstrak biji pinang dapat menyebabkan penurunan kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas. Pendapat ini didukung oleh penelitian Shen dkk (1989) yang menunjukkan bahwa fenol yang berkontak dengan resin akrilik polimerisasi panas dapat menyebabkan perusakan secara kimiawi pada permukaan lempeng resin akrilik polimerisasi panas.12 Fenol yang terkandung dalam larutan mengalami penetrasi ke dalam lempeng resin akrilik dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik sehingga mengakibatkan beberapa hal yaitu perusakan secara kimia, retak atau crazing, penurunan kekerasan dan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas. 3,6 Shen (1989) juga menyatakan bahwa akan terbentuk mikroporositas pada permukaan resin akrilik yang direndam dalam suatu larutan yang mengandung fenol 5%. Bila resin akrilik direndam dalam suatu larutan yang memiliki konsentrasi fenol lebih rendah dari 5% kemungkinan mikroporositas tidak akan terbentuk sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan transversal yang signifikan.12


(50)

1.2 Permasalahan

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek (2011) mendapatkan bahwa setelah dilakukan perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas di dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terbukti efektif dalam menurunkan jumlah koloni candida albicans pada basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Menurut beberapa penelitian dikatakan bahwa bahan pembersih gigitiruan yang mengandung fenol dapat memberikan efek terhadap kekuatan transversal pada resin akrilik polimerisasi panas karena menimbulkan perusakan kimiawi pada resin akrilik polimerisasi panas sehingga menyebabkan

crazing dan retak-retak.3,6 Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian apakah ekstrak biji pinang sebagai bahan pembersih gigitiruan mempunyai pengaruh terhadap kekuatan transversal dari basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, diperoleh rumusan masalah yaitu:

1. Berapakah kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam?

2. Apakah ada perbedaan kekuatan transversal antara basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam?

3. Apakah ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal?


(51)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam

2. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal antara bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam.

3. Untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan atau kontribusi untuk penelitian selanjutnya.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang prostodonsia.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan informasi bagi masyarakat tentang bahan pembersih gigitiruan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien pemakai gigitiruan mengenai efek menggunakan larutan pembersih gigitiruan alami (ekstrak biji pinang)


(52)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2014

Haifa Izzatur Rahmah

Pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang (Areca Catechu L.) terhadap kekuatan transversal

xii + 51 halaman

Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) sebagai bahan basis gigitiruan yang menghadap ke jaringan rongga mulut biasanya terdapat celah sehingga menyebabkan sisa makanan dan mikroorganisme mudah menempel. Hal tersebut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan gigitiruan seperti merendam dalam larutan pembersih. Bahan alami herbal saat ini dijadikan alternatif untuk pengobatan karena mudah didapat dan relatif murah selain itu juga karena efek sampingnya lebih sedikit dibanding dengan obat farmasetik. Ekstrak biji pinang dapat menjadi salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena memiliki senyawa fenol. Akan tetapi, fenol yang terkandung dalam biji pinang dapat menurunkan kekuatan transversal RAPP, sehingga peneliti ingin meneliti tentang pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control design. Penelitian ini dilakukan pada sampel RAPP yang direndam dalam akuades dan ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2, 6 dan 8 jam dengan ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal. Jumlah total sampel sebanyak 30 yang terdiri dari 5 sampel untuk masing-masing kelompok. Setiap sampel dilakukan pengujian kekuatan transversal lalu dilakukan perhitungan kekuatan transversal dengan menggunakan rumus kemudian dilakukan uji t-independen untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan RAPP pada perendaman ekstrak biji pinang dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam, lalu dilakukan uji ANOVA satu


(53)

arah untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada basis gigitiruan RAPP yang direndam dalam ekstrak biji pinang dan kontrol selama 2 jam dengan p = 0,060 (p > 0,05), selama 6 jam dengan p = 0,083 (p > 0,05), selama 8 jam dengan p = 0,079 (p > 0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada pengaruh waktu yang signifikan pada waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,523 (p > 0,05) Dari hasil penelitian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal. Ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% yang mengandung fenol cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena fenol memiliki efek dapat menurunkan jumlah koloni candida albicans tetapi fenol dalam ekstrak biji pinang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.


(54)

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN

RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM

EKSTRAK BIJI PINANG (

ARECA CATECHU L.

)

TERHADAP KEKUATAN TRANSVERSAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

HAIFA IZZATUR RAHMAH NIM: 100600105

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(55)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2014

Haifa Izzatur Rahmah

Pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang (Areca Catechu L.) terhadap kekuatan transversal

xii + 51 halaman

Resin akrilik polimerisasi panas (RAPP) sebagai bahan basis gigitiruan yang menghadap ke jaringan rongga mulut biasanya terdapat celah sehingga menyebabkan sisa makanan dan mikroorganisme mudah menempel. Hal tersebut dapat dicegah dengan menjaga kebersihan gigitiruan seperti merendam dalam larutan pembersih. Bahan alami herbal saat ini dijadikan alternatif untuk pengobatan karena mudah didapat dan relatif murah selain itu juga karena efek sampingnya lebih sedikit dibanding dengan obat farmasetik. Ekstrak biji pinang dapat menjadi salah satu bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena memiliki senyawa fenol. Akan tetapi, fenol yang terkandung dalam biji pinang dapat menurunkan kekuatan transversal RAPP, sehingga peneliti ingin meneliti tentang pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control design. Penelitian ini dilakukan pada sampel RAPP yang direndam dalam akuades dan ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2, 6 dan 8 jam dengan ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 2,5 mm untuk uji kekuatan transversal. Jumlah total sampel sebanyak 30 yang terdiri dari 5 sampel untuk masing-masing kelompok. Setiap sampel dilakukan pengujian kekuatan transversal lalu dilakukan perhitungan kekuatan transversal dengan menggunakan rumus kemudian dilakukan uji t-independen untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan RAPP pada perendaman ekstrak biji


(56)

arah untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kekuatan transversal yang signifikan pada basis gigitiruan RAPP yang direndam dalam ekstrak biji pinang dan kontrol selama 2 jam dengan p = 0,060 (p > 0,05), selama 6 jam dengan p = 0,083 (p > 0,05), selama 8 jam dengan p = 0,079 (p > 0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan tidak ada pengaruh waktu yang signifikan pada waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal dengan nilai p = 0,523 (p > 0,05) Dari hasil penelitian dapat disimpulkan tidak ada pengaruh waktu perendaman basis gigitiruan RAPP dalam ekstrak biji pinang terhadap kekuatan transversal. Ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% yang mengandung fenol cocok digunakan sebagai bahan pembersih gigitiruan karena fenol memiliki efek dapat menurunkan jumlah koloni candida albicans tetapi fenol dalam ekstrak biji pinang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas.


(57)

PENGARUH WAKTU PERENDAMAN BASIS GIGITIRUAN

RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM

EKSTRAK BIJI PINANG (

ARECA CATECHU

)

TERHADAP KEKUATAN TRANSVERSAL

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Oleh:

HAIFA IZZATUR RAHMAH NIM: 100600105

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(58)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skirpsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juli 2014

Pembimbing : Tanda tangan

M. Zulkarnain, drg., M.Kes ... NIP : 195709191986011002


(59)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 23 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) ANGGOTA : 1. M. Zulkarnain, drg., M.Kes

2. Ariyani, drg., MDSc 3. Siti Wahyuni, drg


(60)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua tercinta yaitu Ayahanda (R.Atim Supriatna) serta Ibunda (Tri Dewi Liastya) yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, doa, semangat dan dukungan baik moral maupun materi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini. Ucapan terima kasih juga yang sebesar-besarnya penulis sampaikan untuk seluruh kakak-kakak tercinta serta keponakan tercinta yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besanya kepada:

1. M. Zulkarnain, drg., M.Kes selaku pembimbing penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

2. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort, Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Haslinda Z.Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator Skripsi dan ketua tim penguji yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(1)

2.2.4.2 Sifat Mekanis ... 12

2.3 Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 13

2.4 Bahan Pembersih Gigitiruan ... 13

2.4.1 Pengertian ... 13

2.4.2 Syarat ... 14

2.4.3 Klasifikasi ... 14

2.4.3.1 Mekanis ... 14

2.4.3.2 Kemis ... 14

2.4.3.3 Mekanis-Kemis ... 16

2.5 Biji Pinang ... 16

2.6 Mekanisme Pengaruh Ekstrak Biji Pinang Terhadap Kekuatan Transversal Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 19

2.7 Landasan Teori ... 20

2.8 Kerangka Konsep ... 21

2.9 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 23

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 23

3.2.1 Sampel Penelitian ... 23

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 23

3.3 Variabel Penelitian ... 24

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 24

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 24

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 24

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 24

3.3.2 Definisi Operasional ... 25

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.4.1 Tempat Pembuatan Ekstrak Biji Pinang ... 26

3.4.2 Tempat Pembuatan Sampel ... 26

3.4.3 Tempat Pengujian Sampel ... 27

3.4.4 Waktu Penelitian ... 27

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 27

3.5.1 Alat Penelitian ... 27

3.5.1.1 Alat yang Digunakan Untuk Menghasilkan dan Merendam Sampel ... 27

3.5.1.2 Alat yang Digunakan Untuk Menguji Sampel ... 28

3.5.1.3 Bahan Penelitian ... 28

3.6 Cara Penelitian ... 28

3.6.1 Persiapan Pembuatan Sampel ... 28

3.6.1.1 Pembuatan Mold ... 29

3.6.1.2 Pengisian Resin Akrilik Pada Mold ... 30

3.6.1.3 Kuring ... 30

3.6.1.4 Penyelesaian Akhir ... 31


(2)

3.6.3 Perendaman Sampel ... 32

3.6.4 Pengukuran Kekuatan Transversal ... 32

3.7 Analisis Data ... 33

3.8 Kerangka Operasional ... 35

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam ... 36

4.2 Perbedaan Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Pada Perendaman dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% dan Kontrol Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam ... 37

4.3 Pengaruh Waktu Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Terhadap Kekuatan Transversal ... 38

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1 Metodologi Penelitian ... 40

5.2 Hasil Penelitian ... 40

5.2.1 Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam ... 40

5.2.2 Perbedaan Kekuatan Transversal Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% dan Kontrol Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam ... 42

5.2.3 Pengaruh Waktu Perendaman Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas dalam Ekstrak Biji Pinang dengan Konsentrasi 20% Selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam Terhadap Kekuatan Transversal. ... 44

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 47

6.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 ... D

efinisi operasional variabel bebas ... 25 2 ... D

efinisi operasional variabel terikat ... 25 3 ... D

efinisi operasional variabel terkendali ... 25 4 ... K

ekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20%

selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam beserta kontrol ... 37 5 ... P

erbedaan kekuatan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada perendaman dalam ekstrak biji pinang

dengan konsentrasi 20% dan kontrol selama 2 jam, 6 jam dan 8 jam .... 38 6... P

engaruh waktu perendaman basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dalam ekstrak biji pinang dengan konsentrasi 20% selama 2

jam, 6 jam dan 8 jam terhadap kekuatan transversal ... 39


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 ... B

uah pinang ... 17 2 ... U

kuran batang uji kekuatan transversal ... 23 3 ... V

ibrator ... 29 4 ... M

old pembuatan sampel resin akrilik polimerisasi panas ... 29 5 ... P

ress hidrolik ... 30 6 ... W

aterbath ... 31 7 ... A

lat uji kekuatan transversal ... 33 x


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Analisis statistik

2 Surat keterangan penelitian Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU

3 Surat keterangan penelitian Laboratorium Departemen Prostodonsia FKG USU 4 Surat keterangan penelitian Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA USU


(6)