3.8 Alat dan Bahan penelitian 3.8.1 Alat Penelitian
1. Master plat berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.
Gambar 5. Master plat 65 mm x 10 mm x 2,5 mm
2. Rubber bowl
dan spatula pengaduk. 3.
Kuvet Smic, China®. 4.
Pot Akrilik. 5.
Alat press manual. 6.
Waterbath Schutzart DIN 40050- IP 20, Germany®.
Gambar 6. Waterbath
7. Gelas ukur yang terbuat dari plastik.
8. Stopwatch
Universitas Sumatera Utara
9. Mikromotor Strong, Korea.
Gambar 7. Mikromotor 10.
Bur Frasser. 11.
Kertas pasir no: 600, 800, 1000. 12.
Emery .
13. Pinset dan Lekron.
14. Inkubator. Memmert
Gambar 8. Inkubator
15. Alat Uji Kekuatan Impak Charpy Amslerotto Walpret Werke GBHM,
Germany
Gambar 9. Alat Uji Kekuatan Impak
Universitas Sumatera Utara
16. Wadah perendaman yang terbuat dari plastik.
17. Plastik selopan.
18. Timbangan Kenmaster, China
19. Lemari pengering dengan suhu 40-50
o
C 20.
Blender Miyako, Japan 21.
Perkolator
Gambar 10. Perkolator
22. Vacuum rotary evaporator
Gambar 11. Vacuum rotary evaporator
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Bahan Penelitian
a. Resin Akrilik Polimerisasi Panas QC-20, England
b. Gips
tipe 2 Super Gips c.
Biji Pinang
Gambar 12. Biji pinang d.
Etanol 96 e.
Aquades
3.9 Prosedur Penelitian 3.9.1 Pembuatan
Master Plat
Master plat dibuat dari logam stainless steel ditempah dengan ukuran 65 mm
x10 mm x 2,5 mm
2,28
sebanyak 3 buah. 3.9.2 Pembuatan
Mould
1. Membuat adonan gips keras dengan perbandingan terhadap air 200 gr : 100 ml.
2. Adonan diaduk dengan spatula dan dipastikan semua tercampur homogen. 3. Adonan gips yang telah homogen dimasukan kedalam kuvet bawah yang
telah disiapkan sambil digetarkan. Gambar 13.a. 4. Master plat yang telah diolesi dengan vaselin diletakan pada adonan dalam
kuvet sampai permukaan master plat dan gips menjadi rata. Gambar 13.b.
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 13. Adonan gips yang telah homogen dalam kuvet bawah a, master plat diletakan sama rata dengan permukaan gips b.
5. Gips dibiarkan mengeras ± 15-20 menit sampai panas gips hilang. 6. Setelah gips mengeras, permukaan atas gips dan master plat diolesi dengan
vaselin. Kuvet bagian atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi dengan adonan gips
perbandingan gips dan air 200 gram : 100 ml, kemudian kuvet ditutup dan dipastikan kuvet atas dan bawah berkontak dengan rapat.
7. Setelah gips pada kuvet atas mengeras, kuvet dibuka dan master plat dikeluarkan dengan perlahan, sehingga didapat hasil cetakan mould yang sesuai
dengan master plat. Gambar 14.a 8. Kuvet dicor dengan menggunakan air panas untuk menghilangkan sisa
vaselin pada permukaan gips.
3.9.3 Pembuatan Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas
1. Mould diolesi dengan could mould seal sebagai separating medium. Gambar 14.b
a b
Gambar 14. Mould a, pengolesan Could mould seal pada mould b.
Universitas Sumatera Utara
2. Polimer dan monomer diaduk perlahan dalam pot akrilik dengan perbandingan polimer 9 gr : monomer 3,6 ml hingga homogen dan mencapai fase
dough . Pada tahap ini adonan tidak akan lengket lagi bila disentuh dengan tangan
ataupun spatula. 3. Setelah mencapai fase dough, adonan dimasukan ke dalam mould,
kemudian tutup dengan plastik selopan dan kuvet atas dipasangkan. Gambar 15.a. 4. Kuvet di-press hingga kencang proof press, kemudian kuvet yang telah
di-press dibuka kembali. Kelebihan akrilik dibersihkan dan dibuang kemudian kuvet ditutup kembali.
5. Kuvet ditekan kembali menggunakan press manual sampai bagian kuvet atas dan bawah berkontak rapat final press. Gambar 15.b.
a b
Gambar 15. Plastik selopan yang diletakan diatas mould yang telah diisi resin akrilik polimerisasi panas a
,
pengepressan kuvet b.
6. Baut kuvet dipasang dan dikunci untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik.
7.Proses curing.
3.9.4 Curing Pemanasan
Proses curing dilakukan dengan memasukan kuvet kedalam waterbath yang berisi air. Pemanasan dimulai pada suhu kamar dan dinaikan terus hingga suhu air di
dalam kuvet yang berisi resin akrilik polimerisasi panas mencapai temperatur 74
o
C dan dipertahankan selama 2 jam, kemudian proses polimerisasi dilanjutkan dengan
menaikan suhu menjadi 100
o
C dan dibiarkan selama 1 jam, setelah itu perlahan suhu
Universitas Sumatera Utara
air di dalam waterbath diturunkan hingga mencapai suhu ruangan agar kuvet yang berisi sampel dapat dikeluarkan dari waterbath. Kemudian kuvet dikeluarkan dari
waterbath dan biarkan dingin dalam suhu ruangan hingga sampel dapat dikeluarkan
dari mould dan dapat dipoles. Proses curing yang tidak baik akan berpengaruh pada sampel yang dihasilkan hingga mempengaruhi uji yang akan dilakukan pada sampel
tersebut.
1
3.9.5 Penyelesaian Akhir Poles
Sample dirapikan menggunakan bur fraser dengan kecepatan 500 rpm dan dipoles dengan menggunakan kertas pasir water proof nomor 600 , 800 dan 1000
masing-masing selama 5 menit dan dilanjutkan dengan kertas emery. Kemudian sampel dicuci dengan air dan diberi nomor menggunakan spidol pada bagian ujung
plat akrilik untuk memberi tanda pada masing-masing sampel sesuai dengan waktu perendaman. Pemolesan ini bertujuan untuk mendapatkan sampel resin akrilik
polimerisasi panas dengan kontur yang rata, licin, mengkilat dan tidak poreus.
Gambar 16. Lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah selesai dipoles
3.9.6 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 3.9.6.1 Pengumpulan Biji Pinang
Pengumpulan biji pinang Areca catechu L diperoleh di desa Suka makmur , Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara dengan memilih biji
pinang berkulit kuning jingga.
Universitas Sumatera Utara
3.9.6.2 Pengolahan Biji Pinang
1. Satu kilogram buah pinang dikupas dan diambil bijinya kemudian dicuci dibawah air mengalir hingga bersih dan tiriskan, lalu ditimbang berat basah, lalu
potong dengan diiris-iris. 2. Kemudian keringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50
C. 3. Biji pinang dianggap kering apabila sudah rapuh, lalu ditimbang berat
kering. Gambar 17.a 4. Selanjutnya diserbukkan dengan menggunakan blender dan didapat serbuk
serbuk halus simplisia sebanyak 250 gr lalu disimpan dalam wadah plastik di tempat yang terlindung dari cahaya sebelum digunakan. Gambar 17.b
a b
Gambar 17. Penimbangan berat kering biji pinang a, Penimbangan simplisia biji pinang b.
3.9.6.3 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 20
1. Simplisia yang dihasilkan tersebut diletakkan di dalam wadah kaca dan direndam di dalam etanol 96 sebanyak 500 ml sampai seluruh permukaan simplisia
menjadi basah. Massa tersebut disimpan dan kemudian dibiarkan sekurang- kurangnya selama 30 menit. Gambar 18.a
2. Kemudian pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator alat penyaring. Cairan etanol 96 dituang secukupnya sampai cairan mulai menetes.
Perkolator ditutup dan cairan dibiarkan menetes selama 24 jam. Cairan ditambahkan berulang-ulang secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan etanol di atas
simplisia. Penyaringan dihentikan hingga diperoleh ekstrak cair sebanyak 2,5 l. Gambar 18.b
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 18. Simplisia diletakkan dalam wadah kaca selama 30 menit a, Perkolasi b
3. Ekstrak cair diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40
o
C dan dikeringkan hingga konsistensinya menjadi kental. Gambar 19.a
4. Untuk mendapatkan ekstrak biji pinang 20 maka dilakukan pegenceran larutan ekstrak pinang dengan aquades sebanyak 20 gr ekstrak biji pinang dilarutkan
aquades sampai dengan 100 ml. Gambar 19.b Ekstrak 20 =
20 ��
100 ��
x 100 gr = 20 gr
a b
Gambar 19. Ekstrak kental biji pinang a, Larutan ekstrak biji pinang 20 b
3.9.7 Perendaman Sampel dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20
1. Kelompok kontrol. Kelompok kontrol tidak direndam terlebih dahulu diuji kekuatan impaknya.
Universitas Sumatera Utara
2. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20 selama 2 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke
dalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20 dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37
ͦC.
Bi
arkan selama 2 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air,
dikeringkan diatas kertas tissue
.
Kemudian dilakukan uji kekuatan impak. 3. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20 selama 4 jam.
Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman . Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan
ekstrak biji pinang 20 dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC.
Bi
arkan selama 4 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air,
dikeringkan diatas kertas tissue. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak. 4. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20 selama 6 jam.
Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan
ekstrak biji pinang 20 dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC.
Bi
arkan selama 6 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air,
dikeringkan diatas kertas tissue. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.
5. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20 selama 8 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke
dalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20 dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37
ͦC.
Bi
arkan selama 8 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air,
dikeringkan diatas kertas tissue, Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.
Universitas Sumatera Utara
a b Gambar 20. Sampel yang diletakan dalam wadah perendaman berisi larutan
ekstrak biji pinang 20 a, wadah perendaman yang dimasukan kedalam inkubator
3.9.8 Uji Kekuatan Impak
Pengukuran kekuatan impak dengan alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test
Gambar 21.a Sampel ditempatkan dengan posisi horizontal dan bertumpu pada kedua ujung alat penguji kemudian lengan pemukul pada alat penguji dikunci.
Setelah itu lengan pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah. Energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan
perhitungan kekuatan impak.
30
Gambar 21.b.
a b Gambar 21. Alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test a, Sampel
diletakkan pada posisinya b
3.10 Analisis Data