Kultur yang Membentuk Kalus Kultur yang Membentuk Tunas dan Akar

18 pembentukan tunas pada kultur salak. Hasil penelitian Hibbert dan Green 1982 menyatakan bahwa asam amino lisin dan treonin dapat menghambat pertumbuhan tunas, tetapi pada penelitian Vijayan et al. 1998 didapatkan bahwa penambahan L-lisin dalam media memberikan efek positif dalam induksi tunas mulberry.

4.2.1 Kultur yang Membentuk Kalus

Kalus diamati secara visual pada akhir pengamatan. Hasil kultur merupakan hasil dari subkultur pada perlakuan yang sama. Subkultur bertujuan untuk mendapatkan kalus friabel dan noduler yang berkembang menjadi kalus embriogenik Gambar 4.2. Gambar 4.2. Kalus Embriogenik yang Terbentuk pada Akhir Pengamatan. Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa terbentuknya kalus terjadi pada bagian luka bekas irisan, kemudian berlanjut dengan pertumbuhan kalus sebagai akibat dari proliferasi sel-sel penyusun kalus, sehingga menutup sebagian permukaan bekas irisan. Pada pengamatan ditemukan dua macam kalus yang terbentuk dalam media, yaitu 1 kalus embriogenik dan 2 kalus non embriogenik. Kalus embriogenik adalah kalus yang mempunyai potensi untuk beregenerasi menjadi tanaman melalui embriogenesis. Kalus non embriogenik adalah kalus yang mempunyai kemampuan sedikit atau tidak mempunyai kemampuan untuk beregenerasi menjadi tanaman. Kalus embriogenik mempunyai struktur kompak, membentuk nodul berwarna putih, bergranul dan pertumbuhan relatif lambat. Menurut George 1996, lisin merupakan salah satu asam amino yang menjadi faktor penunjang untuk induksi pembentukan dan pertumbuhan kalus. Kalus Embriogenik Eksplan Universitas Sumatera Utara 19

4.2.2 Kultur yang Membentuk Tunas dan Akar

Hasil kultur yang membentuk tunas dan akar seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2 yaitu perlakuan L konsentrasi 0 mgL menghasilkan 2 tunas dan disusul oleh perlakuan L 1 konsentrasi 10 mgL. Akar yang tumbuh pada media kultur berjumlah 4 yang masing-masing pada perlakuan L 1 , L 2 , L 4 dan L 5 konsentrasi 10, 20, 40 dan 50 mgL. Tunas dan akar yang tumbuh dalam media kultur diperlihatkan pada Gambar 4.3. Gambar 4.3. Tunas dan Akar yang Terbentuk pada Akhir Pengamatan. Keterangan: A. Tunas, SK Selubung Kotiledon dan B. Akar. Pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada tunas ditemukan adanya bagian yang dinamakan protophyll. Protophyll yang tumbuh merupakan cikal bakal daun dalam hal ini berbentuk seperti pelepah daun yang menempel pada batang tetapi tidak mempunyai helai daun. Selubung kotiledon mempunyai struktur yang lebih tebal dari protophyll dan biasanya menutup sempurna melindungi bakal calon daun . Pada embrio, akar berkembang dari akar embrio atau akar lembaga radicle. Akar embrio tumbuh menjadi akar utama atau akar primer dan bertambah panjang sebagai akibat pembelahan dan perpanjangan sel di belakang apek akar yang terlindung oleh tudung akar. Tunas dan akar yang muncul merupakan kecambah yang berasal dari embrio. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian Lestyana 2000, bahwa eksplan yang berasal dari biji memiliki potensi untuk berkecambah pada media. Eksplan yang dikulturkan tidak semua dapat membentuk kalus tapi dapat juga Eksplan Phrotophyll Akar SK A B Universitas Sumatera Utara 20 mengalami proses pembentukan organ-organ tanaman seperti akar dan tunas maupun tanaman yang lengkap dari jaringan.

4.3 Data Berat Basah Kultur