Konsep Dasar dan Definisi Matriks Matriks Transpos Determinan Suatu Matriks Invers Matriks

Keterangan : : Nilai Hotelling x ฀ : nilai observasi x ฀ : estimasi mean atau rata-rata observasi : invers matriks varians kovarians S Dengan x ฀ = [ x , x ..., x ] adalah vektor nilai nominal bagi tiap karakteristikkualitas dan adalah matriks kovariansi karakteristik kualitas . Grafik pengendali mempunyai batas atas dan dapat memperoleh titik persentase dari titik persentase distribusi melalui hubungan = 2.12

2.4 Matriks

2.4.1 Konsep Dasar dan Definisi Matriks

Definisi. Matriks ialah suatu susunan berbentuk empat persegi panjang dari elemen-elemen bilangan-bilangan yang terdiri dari beberapa baris dan kolom dibatasi dengan tanda kurung, seperti bentuk : 2.13 Atau disingkat dengan: Universitas Sumatera Utara . Matriks 2.12 disebut matriks tingkat , atau disingkat matriks , karena terdiri dari m baris dan n kolom. Setiap disebut elemen unsur dari matriks itu, sedang indeks dan berturut-turut menyatakan baris dan kolom. Jadi elemen terdapat pada baris ke- , kolom ke- . Pasangan bilangan disebut dimensi ukuran atau bentuk dari matriks itu. Suatu matriks tidak mempunyai harga numerik. Biasanya tanda kurung dapat dipakai seperti atau ‖ ‖ . Pada umumnya matiks disingkat dan dinyatakan dengan huruf besar, sedang elemen-elemen matriks dengan huruf kecil Sianipar, P, 2007.

2.4.2 Matriks Transpos

Definisi. Transpos dari suatu matriks A berorde adalah matriks B berorde yang didefinisikan oleh: = Untuk dan . Jika baris-baris dan kolom-kolom dari suatu matriks dipertukarkan baris pertama dengan kolom pertama dan seterusnya, maka diperoleh suatu matriks yang disebut transpos yang disingkat atau . Jadi bilamana: atau Akibat = .

2.4.3 Determinan Suatu Matriks

Universitas Sumatera Utara Definisi. Determinan suatu matriks berorde , dinyatakan sebagai detA, adalah suatu skalar yang diasosiasikan dengan matriks A dan didefinisikan secara induktif sebagai: DetA : jika n = 1. + jika Di mana =

2.4.4 Invers Matriks

Definisi. Suatu matriks berorde dikatakan taksingular nonsingular atau dapat dibalik invertible jika terdapat matriks sehingga . Matriks disebut sebagai invers perkalian multiplicative inverse dari . Jadi satu matriks memiliki paling banyak satu invers perkalian, dan disebut invers perkalian dari satu matriks taksingular sebagai invers dari dan ditulis sebagai Leon, Steven J., 2001. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan pada Produk Monosodium Glutamat MSG di PT. AJINOMOTO INDO-NESIA, pengendalian kualitasnya baru dilakukan secara kimia dan biologi, sedangkan secara statistik masih dianalisis secara sederhana. Karakteristik kualitas MSG ada empat yaitu pH, Moist, Alpha D dan Cl- , sehingga di dalam penelitian ini akan dilakukan analisis untuk meningkatkan kualitas secara statistik yaitu analisis kapabilitas proses. Analisis kapabilitas proses dilakukan setelah membuat peta kendali Multivariat yaitu T 2 Hotelling dan Generalized Variance GV . Hasil dari analisis kapabilitas proses secara multivariat adalah proses produksi MSG jenis RC periode Bulan Januari sampai Maret 2012 dikatakan belum terkendali dan belum kapabel karena memiliki nilai Cp yang kurang dari satu, yaitu sebesar 0,608867 Kurnia et al. 2013. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian sebelumnya mengenai proses produksi kaca, penelitian menggunakan grafik T 2 Hotelling. Data yang digunakan merupakan data sekunder dari proses produksi kaca di Pabrik Kaca di Kabupaten Kendal pada bulan September 2014 sampai Oktober 2014. Dari sampel data produksi yang diambil, dengan asumsi bahwa hasil proses produksi yang berlangsung tidak berubah dan dapat mewakili populasi hasil produksi hari-hari lainnya. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap dengan menggunakan tiga karakteristik utama dari kualitas yaitu ketebalan, panjang dan lebar. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Pada tahap pertama yang dilakukan adalah memonitor terhadap mean pada proses produksi kaca menggunakan diagram kontrol T 2 Hotelling menunjukkan bahwa proses produksi pada tahap I tidak terkontrol. Hal ini ditunjukkan adanya titik yang keluar dari batas kontrol pada pengamatan ke-3 dan ke-21. Batas kontrol yang didapat dengan menggunakan rumus BKA adalah 7,9428 pada batas kontrol atas dan 0 pada batas kontrol bawah. Pada proses produksi kaca tahap II, yaitu proses produksi bulan Oktober 2014 dengan Batas Kontrol Atas sebesar 7,9925 masih tidak stabil atau tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata proses produksi kaca tahap II belum mendapatkan perbaikan dari perusahaan, sehingga perusahaan harus melakukan perbaikan agar produk dihasilkan bisa berkualitas dan bisa bersaing dengan perusahaan lain Abdullah et al. 2015. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang