Prevalensi dan Tipe Trauma Dental Atlet Mahasiswa di Lingkungan Kesimpulan

terdapat erosi gigi klas 2, dan tidak ada atlet yang mengalami erosi gigi klas 3. Tabel 5 Tabel 5. Prevalensi dan tingkat keparahan erosi atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara n=112 Erosi n Erosi Ada Klas 1 ringan Klas 2 sedang Klas 3 berat Tidak ada 18 17 1 94 16,07 15,18 0,89 0,00 83,93

4.5 Prevalensi dan Tipe Trauma Dental Atlet Mahasiswa di Lingkungan

Universitas Sumatera Utara Prevalensi atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara yang pernah mengalami trauma dental sebanyak 22,32. Sebanyak 77,68 atlet tidak pernah mengalami trauma dental. Tipe trauma dental yang paling banyak terjadi adalah fraktur enamel tidak kompleks sebanyak 9,82, diikuti retak mahkota, laserasi, dan tanpa keterangan masing-masing sebanyak 2,69, fraktur enamel-dentin dan abrasi masing-masing sebanyak 1,77 dan subluksasi sebanyak 0,89. Tabel 6 Universitas Sumatera Utara Tabel 6. Prevalensi dan tipe trauma dental atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara n=112 Trauma Dental n Trauma dental Ada Retak mahkota Fraktur enamel tidak kompleks Fraktur enamel-dentin Subluksasi Laserasi Abrasi Tanpa keterangan Tidak ada 25 3 11 2 1 3 2 3 87 22,32 2,69 9,82 1,77 0,89 2,69 1,77 2,69 77,68

4.6 Prevalensi, Kategori, dan Skor Rata-rata Gingivitis Atlet Mahasiswa

di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini, skor rata-rata gingivitis atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 0,39±0,43. Sebanyak 58,00 atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara mengalami gingivitis dan hanya sebanyak 42,00 saja yang tidak mengalami gingivitis. Kategori keparahan gingivitis yang paling banyak adalah ringan 48,21, diikuti sedang 9,79, dan tidak ada atlet yang mengalami gingivitis berat. Tabel 7 Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Prevalensi dan kategori gingivitis atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara n=112 Gingivitis n Gingivitis n=112 Ada Ringan Sedang Berat Tidak ada 65 54 11 47 58,00 48,21 9,79 0,00 42,00 Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Frekuensi atlet mahasiswa yang mengonsumsi sport drink yang paling banyak adalah tidak tentu yaitu sebanyak 83,05. Hal ini mungkin disebabkan atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara tidak mendapat sponsor dari produsen perusahaan sport drink sehingga konsumsi sport drink tidak dilakukan secara teratur, sedangkan pada penelitian Mathew, dkk. yang dilakukan pada atlet mahasiswa di Ohio State University, USA mungkin mendapat sponsor dari produsen sport drink tertentu sehingga konsumsi sport drink lebih memungkinkan dilakukan secara teratur. 13 Jenis minuman sport drink yang paling sering dikonsumsi pada penelitian ini adalah minuman tidak berkarbonasi sebanyak 74,11 dan minuman berkarbonasi sebanyak 25,89. Hal ini sesuai dengan anjuran Kannan, dkk., yang mana jenis minuman tidak berkarbonasi lebih dianjurkan daripada minuman berkabonasi. 49 Minuman berkabonasi dapat menurunkan kekerasan permukaan enamel dan dentin sehingga laju reaksi pelepasan kalsium dari enamel semakin tinggi menyebabkan demineralisasi akan semakin cepat terjadi. 14,50 Hasil penelitian yang dilakukan Kannan, dkk. menunjukkan nilai indeks erosi relatif lebih rendah pada responden yang mengonsumsi minuman tidak berkarbonasi daripada responden yang mengonsumsi minuman berkarbonasi. 49 Sport drink berkarbonasi juga berhubungan dengan kehilangan yang parah pada enamel gigi, terutama jika dikonsumsi pada saat laju aliran saliva yang rendah seperti setelah aktivitas olahraga berat. 51 Prevalensi karies pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara yaitu sebanyak 89,25. Hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azodo, dkk. pada atlet mahasiswa yang berpartisipasi di Nigerian University Games yaitu diperoleh prevalensi sebesar 53,1. 4 Perbedaan ini mungkin disebabkan jumlah dan usia sampel yang berbeda. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diteliti adalah 112 orang dan usia atlet mahasiswa berkisar antara Universitas Sumatera Utara 17-24 tahun, sedangkan penelitian Azodo, dkk. jumlah sampel adalah 226 orang dengan usia berkisar antara 20 tahun-40 tahun. 4 Skor rata-rata DMFT atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 4,67±2,16 dengan decay rata-rata yaitu 3,53±1,94, lebih tinggi daripada missing indicated yaitu 0,21±0,56, missing extracted yaitu 0,40±0,82, dan filling rata- rata yaitu 0,53±0,78. Tingginya skor decay mungkin disebabkan makanan atau minuman berkarbohidrat yang dikonsumsi para atlet untuk menjaga cadangan karbohidrat atau glikogen dalam tubuh sehingga enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies. 11,26 Prevalensi erosi gigi pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah sebanyak 16,07. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Mathew, dkk. pada atlet mahasiswa di Ohio State University yaitu sebanyak 36,5. 13 Perbedaan ini mungkin disebabkan jumlah sampel dan indeks erosi yang digunakan berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 112 atlet mahasiswa dan indeks yang digunakan adalah indeks Ecless, sedangkan penelitian Mathew, dkk. dilakukan pada 304 atlet mahasiswa dan indeks yang digunakan adalah indeks Lussi. 13 Tingkat keparahan erosi gigi pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah klas 1 enamel sebanyak 15,18 dan klas 2 13 dentin sebanyak 0,89. Keparahan erosi gigi pada atlet sering dipengaruhi oleh laju aliran saliva yang rendah akibat dehidrasi selama berolahraga. Erosi pada dentin dilaporkan lebih sering terjadi pada atlet yang mengalami penurunan laju aliran saliva dibandingkan atlet dengan laju aliran saliva yang normal. 34 Penurunan laju aliran saliva akan mengurangi kapasitas saliva untuk menetralisir asam yang umumnya berasal dari minuman sport drink yang dikonsumsi sehingga pH tetap berada dalam keadaan asam untuk periode yang lebih lama. 29,34 Prevalensi atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara yang pernah mengalami trauma dental sebanyak 22,32. Hasil ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Andrade, dkk. yang dilakukan pada atlet yang Universitas Sumatera Utara berpartisipasi dalam 33 cabang olahraga pada Pan American Games yaitu 49,6. 52 Perbedaan ini mungkin disebabkan usia, jumlah sampel, dan cabang olahraga yang diteliti berbeda. Pada penelitian ini, responden merupakan atlet mahasiswa sehingga usia atlet berkisar antara 17-24 tahun dan jumlah sampel yang diteliti adalah 112 orang dari cabang olahraga basket, bela diri, bulu tangkis, futsal, sepak bola, tenis meja, tenis lapangan, dan voli, sedangkan pada penelitian Andrade, dkk. usia atlet berkisar antara 13-46 tahun dan jumlah sampel yang diteliti adalah 409 orang dari cabang olahraga gulat, tinju, basket, karate, judo, sepak bola, renang, triathlon, team handball, polo air, menyelam, fencing, hockey, baseball, taekwondo, track and field, rowing, menembak, synchronized swimming, voli, angkat beban, aquatic marathon, memanah, artistic gymnastic, bulu tangkis, voli pantai, sepeda, figure skating, rafting, rhythmical gymnastics, sailing, squash, tenis meja, tenis, dan ski air. 52 Tipe trauma dental yang paling banyak terjadi adalah fraktur enamel tidak kompleks sebanyak 9,82, diikuti retak mahkota, laserasi, dan tanpa keterangan masing-masing sebanyak 2,69, fraktur enamel-dentin dan abrasi masing-msing sebanyak 1,77 dan subluksasi sebanyak 0,89. Hal ini mungkin disebabkan karena atlet terjatuh atau terkena pukulan benda keras dengan kecepatan tinggi berupa peralatan olahraga seperti raket atau bola yang mengenai area wajah ataupun karena terjadi benturan antar atlet. 38 Prevalensi gingivitis pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 58. Hasil penelitian ini berbeda dengan prevalensi gingivitis yang diteliti oleh Needleman, dkk. yang mana dijumpai gingivitis 76 pada atlet yang berpartisipasi dalam 25 cabang olahraga pada Olympic Games. 7 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel dan indeks gingivitis yang digunakan berbeda. Penelitian ini dilakukan pada 112 atlet mahasiswa dengan menggunakan indeks gingivitis Loe dan Silness, sedangkan penelitian Needleman, dkk. dilakukan pada 278 atlet dengan menggunakan indeks basic periodontal examination. 7 Skor rata-rata gingivitis atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 0,39±0,43. Skor yang relatif rendah pada penelitian ini mungkin disebabkan frekuensi mengonsumsi sport drink atlet mahasiswa yang paling banyak Universitas Sumatera Utara adalah tidak tentu sebanyak 83,05. Apabila konsumsi sport drink tinggi pada penelitian ini, maka skor rata-rata yang diperoleh mungkin akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan sport drink mengandung karbohidrat yang tinggi dalam bentuk gula. 6 Konsumsi gula yang lebih besar dapat meningkatkan inflamasi yang mengakibatkan pendarahan saat probing, meningkatkan kedalaman probing dan level perlekatan sehingga akan memperparah penyakit periodontal. 23 Kategori keparahan gingivitis atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara paling banyak yaitu ringan sebanyak 48,21 dan sedang sebanyak 9,79. Kategori ringan pada penelitan ini lebih banyak diperoleh mungkin disebabkan frekuensi mengonsumsi sport drink atlet mahasiswa pada penelitian ini paling banyak adalah tidak tentu sebanyak 83,05. Apabila konsumsi sport drink tinggi pada penelitian ini, maka hasil penelitian yang diperoleh mungkin akan tinggi pada kategori sedang atau berat. Hal ini disebabkan sport drink mengandung karbohidrat yang tinggi dalam bentuk gula. 6 Konsumsi gula yang lebih besar dapat meningkatkan inflamasi yang mengakibatkan pendarahan saat probing, meningkatkan kedalaman probing dan level perlekatan sehingga akan memperparah penyakit periodontal. 23 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Prevalensi karies pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 89,25. DMFT rata-rata atlet adalah 4,67±2,16, terlihat decay rata-rata yaitu 3,53±1,94, lebih tinggi daripada missing indicated yaitu 0,21±0,56, missing extracted yaitu 0,40±0,82, dan filling rata-rata yaitu 0,53±0,78. 2. Prevalensi erosi pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 16,07, dengan erosi klas 1 ringan sebanyak 15,18, diikuti erosi klas 2 sedang 0,89, dan tidak ada atlet yang mengalami erosi gigi klas 3. 3. 22,32 atlet menyatakan pernah mengalami trauma dental dan tipe trauma dental yang paling sering dijumpai pada atlet adalah tipe trauma dental yang paling banyak terjadi adalah fraktur enamel tidak kompleks sebanyak 9,82, diikuti retak mahkota, laserasi, dan tanpa keterangan masing-masing sebanyak 2,69, fraktur enamel-dentin dan abrasi masing-masing sebanyak 1,77 dan subluksasi sebanyak 0,89. 4. Prevalensi gingivitis pada atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 58, yang mana 48,21 mengalami gingivitis ringan, 9,79 mengalami gingivitis sedang, dan tidak ada atlet yang mengalami gingivitis berat. Skor rata-rata gingivitis atlet mahasiswa di lingkungan Universitas Sumatera Utara adalah 0,39±0,43.

6.2 Saran