Invisible Hand Mengatur Pasar Bebas
UMKM dan Globalisasi Ekonomi
ditemukan dalam bibit-bibit pemikiran masyarakat feodal yang berkembang di Babilonia, Mesir, Yunani dan Kekaisaran Roma. Para ahli ilmu sosial
menamai tahapan kapitalisme purba ini dengan sebutan commercial capital- ism. Kapitalisme komersial berkembang ketika pada jaman itu perdagangan
lintas suku dan kekaisaran sudah berkembang dan membutuhkan sistem hukum ekonomi untuk menjamin fairness perdagangan ekonomi yang
dilakukan oleh para pedagang, tuan tanah, kaum rohaniwan. Bahkan Max Weber pernah menyatakan bahwa akar kapitalisme berawal
dari sistem Codex Iuris Romae sebagai aturan main ekonomi yang kurang lebih universal dipakai oleh kaum pedagang di Eropa, Asia Barat serta Asia
Timur Jauh dan Afrika Utara. Aturan main ekonomi ini sebetulnya dimanfaatkan untuk memapankan sistem pertanian feodal. Dari aturan ini
pula muncul istilah borjuis yang mengelompokkan sistem feodalisme yang disempurnakan dengan sistem hukum ekonomi itu. Kelompok borjuis dipakai
untuk menyebut golongan tuan tanah - bangsawan dan kaum rohaniwan yang biasa mendiami biara yang luas dan besar.
Perkembangan selanjutnya adalah perkembangan kapitalisme yang dikenal sebagai tata cara dan “kode etik” yang dipakai oleh kaum merkantilis. Kaum
pedagang yang banyak berkumpul di bilangan pelabuhan Genoa, Venice dan Pisa. Kaum merkantilis memakai kapitalisme sebagai tahap lanjutan sistem
sosial ekonomi yang dibentuk. Tatanan ekonomi dan politik yang berkembang memerlukan hukum dan etika yang disusun dengan relatif
mapan. Hal ini disebabkan terjadi perkembangan kompetisi dalam sistem pasar, keuangan, tata cara barter serta perdagangan yang dianut oleh para
merkantilis abad pertengahan. Para merkantilis mulai membuka wacana baru tentang pasar. Ketika mereka berbicara tentang pasar dan perdagangan, mau
tidak mau mereka mulai bicara tentang barang dagang komoditas dan nilai lebih yang nantikan akan banyak disebut sebagai the surplus value nilai lebih.
Dari akar penyebutan inilah, wacana tentang keuntungan dan profit menjadi bagian integral dalam kapitalisme sampai abad pertengahan.
2 Kapitalisme Industri Pandangan merkantilis dan perkembangan pasar berikut sistem keuangan
Mukti Fajar ND.
telah mengubah cara ekonomi feodal yang semata-mata bisa dimonopoli oleh para tuan tanah, bangsawan dan kaum rohaniawan. Ekonomi mulai bergerak
menjadi bagian dari perjuangan kelas menengah dan mulai menampakkan pengaruh pentingnya. Ditambah lagi, rasionalisasi filosofis abad modern yang
dimulai dengan era renaissance dan humanisme mulai menjalari bidang ekonomi juga.
Setidaknya penulis akan menyebut tiga tokoh atau ikon ilmuwan filsafat sosial yang cukup memberikan pengaruh yang dramatis terhadap
perkembangan kapitalisme industri modern. Mereka adalah Thomas Hobbes dengan pandangan egoisme etisnya, yang pada intinya meletakkan sisi ajaran
bahwa setiap orang secara alamiah pasti akan mencari pemenuhan kebutuhan dirinya. Yang lain adalah John Locke. Dia menekankan sisi liberalisme etis,
di mana salah satu adagiumnya berbunyi bahwa manusia harus dihargai hak kepemilikan personalnya. Tokoh lainnya adalah Adam Smith dan David
Ricardo yang mencoba menukikkan pandangan dua tokoh sebelumnya dengan filsafat laissez faire dalam prinsip pasar dan ekonomi. Pandangan
klasik Adam Smith menganjurkan permainan bebas pasar yang memiliki aturannya sendiri. Persaingan, pekerjaan dari invisible hands akan menaikkan
harga kepada tingkat alamiah dan mendorong tenaga kerja dan modal beralih dari perusahaan yang kurang menguntungkan kepada yang lebih mengun-
tungkan. Tiga tokoh kapitalsme Hobbes, Locke dan Adam Smith mendapatkan
legitimasi rasionalnya. Akselarasi perkembangan kapitalisme rasional ini memicu analisa dan praktek ekonomi selanjutnya. Akselarasi kapitalisme
semakin terpicu dengan timbulnya “revolusi industri”. Kapitalisme mendapatkan piranti kerasnya dalam pencapaian tujuan
utamanya, yaitu akumulasi kapital modal. Industrialisasi di Inggris dan Perancis mendorong adalah industri-industri raksasa. Perkembangan raksasa
industri mekanis modern ini memicu kolonialisme dan imperialisme ekonomi. Tidak mengherankan apabila dalam konteks ini terjadi exploita-
tion l’homme par l’homme . Situasi penindasan yang ada menimbulkan reaksi
alamiah dari orang-orang yang kebetulan mempunyai kepedulian sosial – kolektif yang mengalami trade-off dalam era industri. Salah satu orang itu
UMKM dan Globalisasi Ekonomi
adalah Karl Marx. Dia mereaksi ada sistem yang tidak beres dalam kapitalisme yang cenderung menafikkan individu dalam konteks sosial.
Meski sosialisme sudah menjadi “budaya tanding” tetap saja kapitalisme maju dan semakin mapan dalam percaturan kehidupan manusia. Max We-
ber menganalisa bahwa kemapanan kapitalisme selain didukung dengan faktor sekular juga mendapatkan legitimasi religiusnya. Weber beranggapan
bahwa ada kaitan antara bangkitnya kapitalisme dengan Protestanisme. Kapitalisme merupakan bentuk sekular dari penekanan Protestanisme pada
individualisme dan keharusan mengusahakan keselamatannya sendiri. Nilai- nilai religi Kristiani terutama Aliran Calvinisme memberikan kontribusi yang
tidak sedikit dalam perkembangannya 3 Kapitalisme Lanjut
Kapitalisme lanjut merupakan fase lanjutan dari kapitalisme industri. Kapitalisme industri memicu agregasi akumulasi modal bersama yang
dikumpulkan melalui pembaruan perusahaan nasional dan multinasional. Dalam fase ini, kapitalisme bukan semata lagi hanya mengakumulasi modal
tapi lebih dari itu, yaitu investasi. Dalam arti ini, kapitalisme tidak hanya bermakna konsumsi dan produksi belaka, tapi menabung dan menanam
modal sehingga mendapatkan keuntungan berlipat dari sebuah usaha adalah usaha yang terus ditumbuhkan. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya
didasarkan pada soal faktor produksi tapi juga faktor jasa dan kestabilan sistem sosial masyarakat. Oleh sebab itu, kapitalisme lanjut dengan refleksi
sosialnya terus mengembangkan bagaimana mereka tetap berkembang mendapatkan keuntungan tapi tetap menyediakan lahan pendapatan yang
cukup bagi para konsumen sebagai sekaligus faktor utama pasarnya. Kapitalisme tahap ini mencapai puncak aktualisasinya melalui proses
kewirausahaan ekonomi yang mencoba mengkombinasikan kembali peran pasar bebas dalam bidang ekonomi dengan intervensi negara dalam bidang
politik. Faktor modernisasi dalam wacana kapitalisme lanjut ini tidak terjebak
pada dikotomi kapitalis sebagai pemilik modal dan buruh sebagai faktor produksi melainkan berlanjut pada wacana bagaimana akhirnya pekerja
Mukti Fajar ND.
dihadapkan pada masalah kepemilikan bersama share holder dalam sebuah proses kapitalisasi yang tetap saja memberikan ruang pada keuntungan dan
proses akumulasi investasi. Debat pembangunan kapitalisme dalam konteks sistem dunia juga
menambah kompleksitas proses kapitalisme sebagai raksasa ekonomi yang tak terelakkan. Debat lanjutan kapitalisme dalam konteks globalisme tidak
cenderung menempatkan pada kekuatan sosialisme dan kapitalisme belaka melainkan relasi interdependen antar pelaku ekonomi yang justru meluas.
Bahkan Anthony Giddens pernah menyatakan bahwa dinamika kapitalisme sebagai resultante yang saling terhubung dan tersinergi dalam kapitalisme itu
sendiri, industrialisasi, pengawasan dan kekuatan militer. Kapitalisme yang dijiwai oleh semangat mencari untung menjadi sumber
dinamisme luar biasa, dan ketika bergandengan dengan industrialisme menghasilkan tahap global sekarang ini. Dunia yang kita huni sekarang juga
dalam pengawasan yang terus-menerus, mulai di tempat kerja dan merambat pada masyarakat. Negara meniru pabrik. Gugus institusi ini masih ditambah
dengan munculnya kekuatan militer sebagai penjamin stabilitas ekonomi sebagai syarat mutlak pasar yang bebas dan tenang. Kapitalisme lanjut
semakin matang dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin merangsek kekuatan-kekuatan konvensional pasar tradisional yang ada
Inti dari semua model kapitalisme diatas adalah kekuatan modal. Kepemilikan modal menjadi paling utama dan akumulasi modal adalah salah
satu jurus ampuh untuk memenangkan kompetisi dalam pasar bebas. Dari sini hak kepemilikan menjadi suatu yang sangat penting untuk
dipertahankan dan dilindungi. Tanpa hak kepemilkan maka status modal menjadi tidak berarti bagi si empunya. Untuk itu, seperti yang kita ketahui,
para buruh yang bekerja pada majikannnya, para petani penggarap sawah juragan tanah dan lainya tidak akan lebih baik nasibnya dibanding dengan si
juragan pemilik modal. Seperti yang dikatakan Simonde de Simondi, seorang ekonom Swiss di
abad 19, bahwa kapital adalah sebuah nilai tetap yang berkembang biak dan tak akan binasa.
Begitu pula yang dikatakan Adam Smith bahwa kapital adalah sejumlah aset yang diakumulasikan untuk tujuan produktif. Pengusaha dapat
UMKM dan Globalisasi Ekonomi
menggunakan akumulasi sumber daya mereka untuk mendorong bekerjanya perusahaan dalam memproduksi barang-barang dan mereka jual belikan.
Semakin banyak modal yang terakumulasi, semakin besar pula tingkat produktifitas masyarakat
66
. Dengan kata lain Semakin banyak modal yang dimiliki maka semakain
banyak pula kemungkinan keuntungan yang akan didapat. Semakin kecil modal semakin kecil keuntungan.