Pengertian UMKM Dari Semut Berubah Menjadi Gajah: Yang Besar Tetap Harus Menang

UMKM dan Globalisasi Ekonomi 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian dalam BAB VII tentang MODAL dalam pasal Pasal 41 1 Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. 2 Modal sendiri dapat berasal dari: a. simpanan pokok; b. simpanan wajib; c. dana cadangan; d. hibah. 3 Modal pinjaman dapat berasal dari: a. anggota; b. Koperasi lainnya danatau anggotanya; c. bank dan lembaga keuangan lainnya; d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; . Jika argumen ini yang dijadikan dasar maka Koperasi dapat saja menjadi alernatif bentuk perusahaan yang dapat digunakan oleh UMKM, sebatas masuk kriteria yang telah ditentukan. Dari uraian diatas sesngguhnya tidak perlu diperdebatkan lebih jauh. Sebab justru yang lebih penting kita pikirkan mengenai bentuk perusahaan yang dapat digunakan oleh UMKM disesuaikan saja menurut kebutuhan, dan bidang gerak, serta budaya yang ada didalamnya. Misalnya apabila bisnis masih relatif kecil dan dapat dijalankan sendiri maka perusahaan perseorangan cukup efektif. Jika bidang usaha UMKM lebih menekankan layanan jasa, maka bisa saja Perusahaan Firma menjadi pilihan. Jika untuk produk barang persekutuan Komanditer CV dapat digunakan. 35 Tetapi apabila status badan hukum lebih diutamakan maka bentuk Perseroan Terbatas dapat dipilih. Sementara jika pendirian UMKM pada awalnya didahului dengan asas kekeluargaan dengan kerjasama orang orang maka tak ada salahnya jika Koperasi menjadi pilihannya. Selain hal tersebut diatas, ada persoalan lain yang perlu mendapatkan perhatian berkait dengan bentuk perusahaan dari UMKM, karena banyak Mukti Fajar ND. perusahaan UMKM yang tidak mempunyai formalitas dan memenuhi aspek legalitas perusahaan. Meraka sering disebut dengan pengusaha sektor infor- mal. 36 Mereka ini seperti pedagang kaki lima, penjual asongan, tukang bakso, pengusaha warung tegal, industri rumah tangga dan lain sebagianya. Bagi mereka formalitas hukum tidak pernah terpikirkan. Tetapi jumlah mereka cukup banyak dan berserakan di setiap pojok jalanan. Tentunya hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah, sebab bisa saja pada kondisi tertentu mereka berbenturan dengan masalah hukum. Misalnya menimbulkan kerugian bagi konsumen, bentuk badan hukum yang dpersyaratkan untuk mengikuti proses tender atau outsoursing persoalan pajak dan masalah hukum lainnnya 37 . 3. Mengapa UMKM Perlu Dilindungi? Dalam perkembangan UMKM di Indonesia, sudah sejak lama Pemerintah melakukan pembinaan terhadap UMKM. Pembinaan terhadap kelompok usaha ini semenjak kemerdekaan telah mengalami beberapa perubahan. Dahulu pembinaan terhadap koperasi dipisahkan dengan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah. Yang satu dibina oleh Departemen Koperasi sedangkan yang lain dibina oleh Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan. 38 Setelah melalui perubahan beberapa kali maka semenjak beberapa tahun terakhir pembinaan terhadap usaha kecil, menengah dan koperasi dilakukan satu atap di bawah Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. Dari sini kita bisa melihat adanya upaya- upaya yang serius dari pemerintah untuk memperhatikan UMKM Namun mengapa UMKM perlu mendpatkan perhatian yang dan mendapatkan perlindungan khusus dari pemerintah?. Setidaknya ada dua hal yang menjadi pokok persoalan, yaitu: 1 besarnya jumlah pengusaha UMKM di Indonesia dan 2 Adanya berbagai kelemahan atau kekurangan UMKM ketika masuk dalam sistem persaingan pasar bebas. Kedua hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. a. Besarnya Jumlah Pengusaha UMKM di Indonesia Perkembangan jumlah UMKM periode 2005-2007 mengalami peningkatan sebesar 6 yaitu dari 47.022.084 unit pada tahun 2005 menjadi UMKM dan Globalisasi Ekonomi 49.845.016 unit pada tahun 2007. Sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ; 2 Perdagangan, Hotel dan Restoran; 3 Industri Pengolahan; 4 Pengangkutan dan Komunikasi ; serta 5 Jasa-jasa dengan perkembangan masing- masing sektor tercatat sebesar 52,48, 28,12, 6,49, 5,54 dan 4,60. Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terkecil secara berturut-turut adalah sektor 1 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 2 Pertambangan dan Penggalian ; 3 Bangunan; serta 4 Listrik, Gas dan Air Bersih dengan perkembangan masing-masing tercatat sebesar 1,87, 0,53, 0,35 dan 0,02. Hasil pengukuran dan analisa ekonomi tahun 2007 menunjukkan bahwa secara sektoral populasi UMKM banyak bergerak pada unit usaha yang berbasis sumber daya alam. Seperti di sektor Pertanian, pada tahun 2007 jumlah UMKM yang bergerak di sektor ini mencapai 26,16 juta unit 52,5 dari total populasi UMKM. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2005 dengan jumlah 26,26 juta unit 55,9 dari total populasi UMKM. Namun demikian, tercatat bahwa sebanyak 637 unit usaha mikro dan kecil mengalami kenaikan omset sehingga berpindah kategorinya menjadi usaha menengah. Dalam kurun waktu 2005-2007, kontribusi UMKM terhadap penciptaan PDB, nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja dan investasi menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangannya dapat dilihat pada tabel di samping: Dari jumlah UMKM pada tahun 2007 yang hampir mencapai 50 Juta unit dan menyerap tenaga kerja hamper 95 juta orang, adalah suatu angka statistik yang signifikan. JIka dibandingkan dengan Usaha Besar yang hanya berjumlah dibawah 5000 unit dan hanya menyerap 2,5 juta tenaga kerja, maka perlu kiranya UMKM mendapat perhatian secara khusus. Dalam hal ini berarti tidak boleh dipandang sebelah mata. Meski UMKM menjadi harapan hidup masyarakat banyak yang terus tumbuh, namun dalam perkembangannya mempunyai banyak masalah, yaitu 40 : 1 Rendahnya jangkauan pasar untuk menjual produk yang dihasilkannya, Mukti Fajar ND. Perkembangan Data UMKM 39 2 kurangnya pelayanan dalam bentuk regulasi dan dukungan negara serta aparaturnya, 3 keterbatasan kapasitas sumberdaya manusia untuk mengelolanya, 4 kurang memadainya kecukupan barang input dan teknologi