29 pada suhu 5
o
C Lay, 1994.
3.8.4 Pembuatan stok kultur
Biakan bakteri Staphylococcus aureus dari strain utama diambil dengan jarum ose lalu diinokulasikan pada permukaan media nutrient agar miring dengan
cara menggores, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35±2
o
C selama 18-24 jam Ditjen POM, 1995. Hal yang sama dilakukan pada biakan bakteri
Escherichia coli .
3.8.5 Penyiapan inokulum
Dari stok kultur bakteri yang telah tumbuh diambil dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung yang berisi 10 ml larutan nutrient broth.
Kemudian diukur kekeruhan larutan dengan menggunakan alat spektrofotometer visible pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 Ditjen
POM, 1995.
3.8.6 Pembuatan larutan uji ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air daun sintrong dengan berbagai konsentrasi
Ekstrak etanol daun sintrong ditimbang sebanyak 1 g kemudian dilarutkan dalam dimetilsulfoksida DMSO dicukupkan sampai 2 ml. Konsentrasi ekstrak
adalah 500 mgml kemudian dibuat pengenceran. Larutan tersebut diencerkan kembali dengan pelarut DMSO dengan konsentrasi 400, 300, 200, 100, 75, 50, 25,
12,5 dan 6,25. Hal yang sama dilakukan terhadap fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air.
3.8.7 Pengujian aktivitas antibakteri secara in vitro
Sebanyak 0,1 ml inokulum 10
6
CFUml dimasukkan ke dalam cawan petri steril, setelah itu dituang media NA yang telah dicairkan sebanyak 20 ml
dengan suhu 45-50
o
C dihomogenkan sampai media dan bakteri tercampur rata,
Universitas Sumatera Utara
30 kemudian dibiarkan sampai media memadat. Pada media yang telah padat di
letakkan kertas cakram yang telah direndam terlebih dahulu di dalam larutan bahan uji dan blanko DMSO, kemudian diinkubasi pada suhu 35±2
o
C selama 18-24 jam. Diukur diameter daerah hambat disekitar larutan bahan uji dengan
menggunakan jangka sorong. Hal yang sama dilakukan terhadap larutan bahan uji fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air. Percobaan ini dilakukan sebanyak
tiga kali pengulangan Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI Bogor,
menunjukkan bahwa
bahan tumbuhan
adalah daun
sintrong, jenis
Crassocephalum crepidioides Benth. S. Moore, suku Compositae. Dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 42.
4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun sintrong Crassocephalum crepidioides
Benth. S. Moore, yaitu daun dengan ujung runcing, tepi berlekuk menyirip tak teratur, panjang
12 cm, lebar 4 cm, berwarna hijau kecoklatan, bau khas aromatik, dan rasa kelat. Dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 44.
Hasil mikroskopik serbuk simplisia daun sintrong memperlihatkan adanya stomata tipe anomositik, rambut penutup multiseluler dan berkas pembuluh
bentuk spiral xylem. Dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 45. Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun sintrong terlihat pada Tabel
4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun sintrong
No. Penetapan
Hasil 1.
Kadar air 2,97
2. Kadar sari larut air
29,63 3.
Kadar sari larut etanol 24,41
4. Kadar abu total
16,70 5.
Kadar abu tidak larut asam 2,57
Universitas Sumatera Utara