33
4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Hasil pemeriksaan skrining fitokimia serbuk simplisia, ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air daun sintrong terlihat pada Tabel
4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia
No Golongan senyawa Hasil
Serbuk Ekstrak
etanol Fraksi
n- heksana
Fraksi etilasetat
Fraksi air
1. Alkaloid
- -
- -
- 2.
Flavonoid +
+ -
+ +
3. Glikosida
+ +
- +
+ 4.
Tanin +
+ -
+ -
5. Saponin
- -
- -
- 6.
Steroidtriterpenoi d
+ +
+ -
- Keterangan :
+ positif = mengandung golongan senyawa
- negatif = tidak mengandung golongan senyawa
Pada serbuk simplisia, ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air daun sintrong setelah ditambahkan serbuk Mg dan asam klorida,
akan terbentuk warna jingga kemerahan, menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Penambahan pereaksi molish dan asam sulfat pekat akan terbentuk cincin
berwarna ungu pada batas cairan menunjukkan adanya senyawa glikosida. Penambahan FeCl
3
1 memberikan warna hijau kehitaman yang menunjukkan adanya senyawa tanin. Penambahan pereaksi Liebermann-Bauchard memberikan
warna merah ungu dan hijau biru, yaitu adanya steroidtriterpenoid.
4.4 Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi
Hasil ekstraksi dari 350 g simplisia daun sintrong dengan pelarut etanol 96, diperoleh 50,766 g ekstrak. Hasil ekstraksi cair-cair dari 25 g ekstrak
Universitas Sumatera Utara
34 etanol diperoleh fraksi n-heksana 2,892 g, fraksi etilasetat 4,249 g dan fraksi air
14,215 g.
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-Heksana, Fraksi Etilasetat dan Fraksi Air Daun Sintrong
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air daun sintrong dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Aktivitas suatu zat antibakteri
dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme tergantung pada konsentrasi dan jenis bahan antimikroba tersebut Tim Mikrobiologi FK
Brawijaya, 2003. Konsentrasi ekstrak semakin tinggi maka semakin besar diameter hambat, karena semakin banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
tersebut Dwijoseputro, 1978.
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi
etilasetat dan fraksi air daun sintrong dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus terlihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 berikut ini:
Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Escherichia coli No.
Konsentrasi mgml
Diameter daerah hambat mm Ekstrak
etanol Fraksi
n -heksana
Fraksi etilasetat
Fraksi air
1 500
22,20 9,13
24,43 12,03
2 400
20,38 8,43
23,05 11,15
3 300
19,25 8,12
21,48 10,23
4 200
17,98 7,27
20,20 9,25
5 100
16,48 6,58
18,33 8,17
6 75
14,26 -
17,03 -
7 50
12,33 -
16,37 -
8 25
8,05 -
12,70 -
9 12,5
- -
11,10 -
10 6,25
- -
9,47 -
11 Blanko
- -
- -
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter daerah hambatan pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus No.
Konsentrasi mgml
Diameter daerah hambat mm Ekstrak
etanol Fraksi
n -heksana
Fraksi etilasetat
Fraksi air
1 500
23,26 10,40
25,38 13,57
2 400
22,41 9,12
24,32 12,17
3 300
20,46 8,30
21,18 10,28
4 200
17,40 7,60
20,28 9,15
5 100
16,30 7,07
19,05 8,23
6 75
14,36 -
18,23 -
7 50
13,02 -
17,13 -
8 25
9,18 -
14,38 -
9 12,5
- -
10,30 -
10 6,25
- -
9,47 -
11 Blanko
- -
- -
Keterangan : = Hasil rata-rata tiga kali pengukuran
- = Tidak ada hambatan
Blanko = DMSO dimetilsulfoksida
Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan memperlihatkan bahwa fraksi etilasetat daun sintrong memberikan aktivitas antibakteri yang
terkuat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 50 mgml memberikan diameter daerah hambat 16,37 mm dan Staphylococcus
aureus pada konsentrasi 25 mgml memberikan diameter daerah hambat 14,38
mm dan diperoleh KHM pada konsentrasi 6,25 mgml masing-masing memberikan hasil yang sama 9,47 mm, hal ini dapat disebabkan oleh komponen
senyawa kimia yang terkandung lebih banyak seperti flavonoid, tanin, glikosida sehingga kandungan metabolit sekunder yang berperan sebagai antibakteri.
Pada ekstrak etanol daun sintrong efektif untuk menghambat bakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 75 mgml memberikan diameter daerah hambat 14,26 mm dan 14,36 mm dan diperoleh
KHM pada konsentrasi 25 mgml masing-masing 8,05 mm dan 9,18 mm akan tetapi aktivitas antibakterinya lebih lemah dibandingkan fraksi etilasetat, hal ini
Universitas Sumatera Utara
36 dapat disebabkan oleh komponen senyawa kimia yang terkandung lebih banyak
seperti flavonoid, tanin, steroidtriterpenoid, glikosida sehingga tidak adanya kerja yang sinergis antara kandungan metabolit sekunder yang berperan sebagai
antibakteri. Pada fraksi n-heksana tidak memiliki efektivitas menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 500 mgml dengan diameter hambat 9,13 mm dan 10,40 mm dan
KHM pada konsentrasi 100 mgml dengan diameter hambat 6,58 mm dan 7,07 mm. Aktivitas antibakteri pada fraksi n-heksana dipengaruhi oleh senyawa
steroidtriterpenoid Robinson, 1995. Hasilnya kurang efektif dibandingkan fraksi etilasetat dan ekstrak etanol.
Pada fraksi air kurang efektif menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 500 mgml dengan diameter hambat 12,03 mm dan 13,57 mm dan KHM pada konsentrasi 100 mgml
dengan diameter hambat 8,17 mm dan 8,23 mm, hal ini disebabkan karena adanya komponen senyawa kimia seperti flavonoid dan glikosida dalam jumlah yang
sedikit. Pada pengujian ini, aktivitas kedua bakteri memberikan hasil yang
berbeda, yaitu aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus memberikan zona hambat lebih besar dari pada bakteri Escherichia coli pada berbagai konsentrasi,
hal ini dapat disebabkan karena kedua bakteri tersebut memiliki komponen penyusun dinding sel yang berbeda. Pada dinding sel bakteri gram negatif
mengandung peptidoglikon 90 dan memiliki ketebalan 15-30 nm, sedangkan dinding gram positif lebih tipis dengan ketebalan 10-15 nm Irianto, 2006,
Universitas Sumatera Utara
37 dengan demikian senyawa antibakteri akan lebih mudah masuk kedalam dinding
sel bakteri Staphylococcus aureus Gram positif dari pada dinding sel bakteri Escherichia coli
Gram negatif. Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah membentuk
senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga dapat merusak membrane sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler
Ngajow, dkk., 2013. Tanin termasuk dalam golongan senyawa polifenol sehingga tanin memiliki aktivitas antibakteri. Senyawa fenol dan turunannya
merupakan antibakteri yang bekerja dengan mengganggu fungsi membran sitoplasma. Pada konsentrasi rendah senyawa fenol dapat merusak membran
sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting yang mengaktifkan sistem enzim bakteri, sedangkan pada konsentrasi tinggi mampu merusak
membran sitoplasma dan mengendapkan protein sel. Senyawa steroidtriterpenoid menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan terhadap
sintesis protein karena terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen- komponen penyusun sel bakteri. Senyawa terpenoid mudah larut dalam lipid, sifat
inilah yang mengakibatkan senyawa ini mudah menembus dinding sel bakteri gram positif dan sel bakteri gram negatif Azmi, 2013.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN