23
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
A. Pengertian perjanjian kredit
Berdasarkan Kamus Besar Arti Bahasa Indonesia, bahwa arti dari kata kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara
mengangsur.
11
Kata kredit merupakan bentuk past participle dari kata credere yang berarti to trust atau faith. Kata trust itu sendiri berarti kepercayaan. Dapat
dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur yang memberi kredit dalam hubungan perkreditan debitur nasabah penerima kredit mempunyai kepercayaan
bahwa debitur dalam waktu dengan syarat-syarat yang telah setuju bersama, dan dapat mengembalikan membayar kembali kredit yang bersangkutan.
12
Kredit dilihat dari sudut bahasa berarti kepercayaan, dalam arti bahwa apabila seseorang atau badan usaha mendapatkan kredit dari bank, orang atau
badan usaha telah mendapat kepercayaan dari bank pemberi kredit.
13
Dengan pengertian tersebut dapat dipahami, bahwa kredit merupakan suatu utang atau
peminjaman uang. Kredit yang berarti kepercayaan, maka kredit tanpa kepercayaan tidak
akan terwujud karena kepercayaan merupakan faktor yang mendasar dalam pelaksanaan perjanjian pemberian kredit. Dalam dunia perdagangan kepercayaan
dapat diberikan dalam bentuk uang, barang atau jasa. Untuk perjanjian pemberian
11
Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, CV. Pustaka Agung Harapan: Surabaya, 2003, hal. 343
12
Rudyanti Dorotea Tobing, Op. Cit., hal. 178
13
H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti; Bandung, 2005, hal.123
Universitas Sumatera Utara
kredit mutlak adanya 2 dua pihak yang berhubungan satu sama lain. Di satu piak pemberi kredit dan dipihak lain yang menerima kredit.
Raymond P. Kent dalam buku karangannya Money and Banking mengatakan bahwa “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau
kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-
barang sekarang.”
14
Savelberg menyatakan bahwa kredit mempunai arti antara lain:
15
1. Sebagai dasar dari setiap perikatan dimana seseorang berhak menuntut
sesuatu dari orang lain. 2.
Sebagai jaminan dimana seseorang menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tujuan memperoleh kembali apa yang diserahkan itu
commdatus, depositus, regulare, pignus.
Levy merumuskan arti hukum dari kredit, bahwa kredit ialah “menyerahkan secara sukarela sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas
oleh penerima kredit. Penerima kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan jumlah pinjaman itu
dibelakang hari.”
16
M. Jakile mengemukakan bahwa kredit adalah “suatu ukuran kemampuan
dari seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis sebagai ganti dari janjinya untuk membayar kembali hutangnya pada tanggal tersebut.”
17
Menurut O. P. Simorangkir, bahwa kredit adalah pemberian prestasi misalnya uang, barang dengan balas prestasi kontra prestasi akan terjadi pada
waktu mendatang.
18
14
Thomas Suyatno, dkk. Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 1999, Hal. 12
15
Rudyanti Dorotea Tobing, Op. Cit., hal. 179
16
Ibid.
17
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pengertian kredit pada Pasal 1 angka 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah sebagai berikut:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.” Dari pengertian tentang kredit yang telah disebutkan, maka kredit
merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang yang dilakukan oleh pihak kreditur sebagai penyedia dana dengan nasabah sebagai peminjam dengan pengembalian
berdasarkan dengan jangka waktu dan disertai bunga yang telah ditentukan. Berdasarkan dari beberapa pengertian tentang kredit yang telah
dikemukakan diatas, maka terdapat beberapa unsur kredit yang terkandung, yaitu:
19
1. Kepercayaan
yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan bener-
benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2. Tenggang waktu
yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang,
18
H. R. Daeng Naja, Op. Cit., hal.123
19
M. Djumhana, Kredit Sebagai Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia: Jakarta, 2000, hal. 369.
Universitas Sumatera Utara
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
3. Degree of risk
yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat resikonya. Karena
sejauh-jauhnya kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat
diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur resiko inilah maka timbullah jaminan dalam
pemberian kredit. 4.
Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan
modern sekarang ini didasarkan pada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam
praktek perkreditan. Salah satu dasar yang cukup jelas bagi bank mengenai keharusan adanya
suatu perjanjian kredit adalah sebagaimana disebutkan Pasal 1 angka 12 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
yang menyatakan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan dari pengertian kredit menurut
UU
No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, maka terdapat 2 dua pihak yang terlibat dalam kredit, yaitu pihak yang meminjam disebut
debitur, dan pihak yang membiayaimempunyai dana disebut kreditur. Berdasarkan pengertian kredit yang ditetapkan oleh Pasal 1 angka 11
UU
No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah tersebut diatas, suatu pinjam-meminjam uang akan
digolongkan sebagai kredit perbankan sepanjang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut, yakni:
20
1. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan penyediaan uang. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah penyedia dana dengan menyetujui pemberian sejumlah dana yang kemudian
disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sementara tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik
perbankan misalnya berupa pemberian penerbitan garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit LC.
2. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain. Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam merupakan dasar dari
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
20
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta, 2010, hal. 76
Universitas Sumatera Utara
peyediaan uang tersebut. Persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan
dalam bentuk perjanjian kredit. Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada
ketentuan hukum perikatan dalam hukum positif di Indonesia. Pengaturan tentang perjanjian terdapat dalam ketentuan-ketentuan
KUHPerdata, Buku Ketiga tentang Perikatan, dan ketentuan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sepanjang yang
mengatur tentang larangan pencantuman klausul baku dalam perjanjian.
Perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank dengan debitur lazim disebut perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit, dan
sebutan lain yang hampir sejenis. Perjanjian kredit yang dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku antara lain
memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata merupakan UU bagi bank dan debitur. Ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata menetapkan
suatu perjanjian yang sah berlaku sebagai UU bagi pihak yang berjanji. 3.
Adanya kewajiban melunasi utang. Pinjam-meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam. Peminjam
wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang, dan debitur
wajib melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakati, yang biasanya terdapat dalam
Universitas Sumatera Utara
ketentuan perjanjian kredit. Dengan demikian, kredit perbankan bukan suatu bantuan dana yang diberikan secara cuma-cuma. Kredit
perbankan adalah suatu utang yang harus dibayar kembali oleh debitur. 4.
Adanya jangka waktu tertentu. Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka tertentu. Jangka waktu
tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan debitur. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu
kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesempatan dilunasinya kredit.
Berdasarkan jangka waktu tertentu tersebut dapat disimpulkan bahwa jangka waktu kredit harus ditetapkan secara tegas karena menyangkut
hak dan kewajiban masing-masing pihak. 5.
Adanya pemberian bunga kredit. Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang
ditetapkan adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang diberikannya. Suku bunga merupakan harga
atas uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur. Namun, sering pula disebut sebagai balas jasa atas penggunaan uang
bank oleh debitur. Sepanjang terhadap bunga kredit yang ditetapkan dalam perjanjian kredit dilakukan pembayaran oleh debitur, akan
merupakan salah satu sumber pendapatan yang utama bagi bank.
Universitas Sumatera Utara
B. Bentuk perjanjian kredit