Analisa Peranan PT. Bank Tabungan Negara, Tbk Cabang Medan Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah Di Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSION MEDAN

ANALISA PERANAN PT. BANK TABUNGAN NEGARA, TBK CABANG MEDAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan oleh:

060523012 ROMI S GULTOM

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2009


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunianya, sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Analisa Peranan PT. Bank Tabungan Negara, Tbk Cabang Medan dalam Pemberian Kredit Perumahan di Kota Medan” ini dengan baik dan dalam keadaan sehat wal’afiat.

Adapun penyusunan dan penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini tidak luput dari kekurangan disana-sini, baik dari segi susunan, tata bahasa, maupun dari segi ilmiah atau isinya, mengingat keterbatasan yang dimilki oleh Penulis disamping pengetahuan dan pengalaman yang masih kurang, dan juga kurangnya bahan pustaka yang Penulis gunakan dalam penyususnan Skripsi ini.

Selama dari tahap awal hingga sampai penyelesaian Skripsi ini, Penulis banyak melibatkan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis juga telah menerima bantuan berupa moril, spiritual, dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati Penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :


(3)

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Penguji.

3. Bapak Prof. Ir. Syaad Afifuddin, M.Ec selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang ditengah kesibukannya dengan sabar dan penuh perhatian membimbing serta memberikan dukungan sehingga skripsi ini selesai.

4. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Penguji, serta seluruh Staf Akademik dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mendidik selama perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 5. Bapak Pimpinan Bank Tabungan Negara Cabang Medan, beserta seluruh Staf dan

Pegawai yang telah membantu dalam pengumpulan data yang diperlukan penulis. 6. Ayahanda Abdul Razab Gultom dan Ibunda Rupini yang telah mendidik dan

membesarkan serta selalu memberikan semangat, doa dan kasih sayangnya kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

7. Kepada adik-adikku serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis.

8. Kepada teman-teman: Wahyu, Ero Segoro, Sutan, Valino dan Roy Dolpin Pane terimakasi untuk bantuannya dan yang lainya yang bayak memberi aku motifasi dalam kuliah sampai sekarang ini serta Bang Dirman yang banyak memberikan masukan kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.


(4)

9. Kepada teman-teman sepermainan (komunitas dota medan) atau teman-teman desainer (desain grafis): Dony Pajus, Irwanto Pajus dan Rahmat Pajus, Ijal, Taufik (cobra) terimakasih atas bantuannya yang selalu menghibur penulis disela-sela kejenuhan dan mampu memberikan inspirasi bagi Penulis.

10.Semua pihak yang telah membantu baik selama penulis menjalani kuliah maupun saat menulis skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak.

Medan, Maret 2009 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Bank dan Kredit ... 6

2.2 Teori Permintaan ... 7

2.3 Elastisitas Permintaan ... 10

2.4 Perkiraan Permintaan ... 15

2.5 Jenis-jenis Kredit Pemilikan Rumah ... 18

2.6 Persyaratan Pemohon Kredit Pemilkan Rumah ... 28


(6)

2.8 Pengawasan Kredit Pemilikan Rumah ... 31

2.9 Perhitungan Maksimal, Angsuran dan Biaya Proses Kredit ... 32

2.10 Real Cash (R/C) ... 36

BAB III METODE PENELITAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 43

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.3 Pengolahan Data ... 43

3.4 Metode Analisis Data ... 44

3.5 Uji Kesesuaian ... 45

3.6 Uji Asumsi Klasik ... 48

3.7 Defenisi Operasional ... 5

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Berdiri PT. Bank Tabungan Negara ... 51

4.2 Struktur Organisasi PT. BTN Cabang Medan ... 53

4.3 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah ... 61

4.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga ... 63

4.5 Perkembangan Suku Bunga ... 65

4.6 Hasil Analisis Regresi ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75


(7)

5.2 Saran ... 77

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

A. Gambar 2.1 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan ... 8

B. Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Permintaan ... 9

C. Gambar 3.1 Daerah Krisis Pengujian F-test ... 46

D. Gambar 3.2 Daerah Krisis Pengujian t-test ... 47

E. Gambar 4.1 Struktur Organisasi BTN Cabang Medan ... 54

F. Gambar 4.2 Uji F-statistik ... 70

G. Gambar 4.3 Uji t-statistik Variabel DPK ... 71


(9)

DAFTAR TABEL

A. Tabel 2.1 Daftar Suku Bunga Komersial ... 34

B. Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 62

C. Tabel 4.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 64

D. Tabel 4.3 Perkembangan Suku Bunga ... 66


(10)

ABSTRAC

This essay, entitled Analysis of the Role PT. Bank Tabungan Negara, Tbk Cabang Medan of Credit In Housing in the Medan City. Home Ownership is a credit facility to buy a house with a credit in the bank and can be influenced by several economic variables, such Third Party Funds and Interest Rates. In this research explains how the influence of Third Party Funds and Credit Interest Rates on Home Ownership.

The data used in this research is a secondary data, with the type of time series monthly data from January 2005 to December 2008 obtained from the Bank Tabungan Negara cabang Medan. Variables in use are: Third Party Funds and Interest Rates. In this study, researchers using quantitative methods, to discription a problem through analyzing data and issues in the form of figures or formula-calculation formula is used in analyzing a problem that is being examined. The analysis model used is regression analysis model with doubled linier method OLS (Ordinary Least Square).

This analysis proves that the Third Party Funds is positively and significantly to the Home Ownership Loan, and Interest Rate in effect on the negative and significant Credit Home Ownership.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis yang kita lihat dan rasakan pada saat ini mengalami kemajuan seiring dengan berkembangnya bisnis perbankan. Ini tentunya dipengaruhi oleh teknologi yang semakin maju. Untuk itu sistem perekonomian yang dipakai harus pula mengadakan perbaikan untuk mengikuti laju pertumbuhan tersebut.

Berbicara tentang perekonomian, maka bank tidak luput dari perhatian kita. Perbankan pada dewasa ini merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam dunia bisnis, hal ini seiring dengan peningkatan akan kebutuhan masyarakat dapat mempengaruhi permintaan kebutuhan kredit pun akan semakin meningkat.

Peranan bank dalam mendukung kegiatan perekonomian sangatlah besar. Perbankan berusaha agar dapat membantu dan mendorong kegiatan perekonomian dengan menyediakan fasilitas kredit yang dapat dijangkau dan sangat dibutuhkan oleh setiap individu dalam masyarakat. Salah satu fasilitas kredit yang dibutuhkan oleh masyarakat tersebut adalah penyediaan kredit pemilikan rumah, karena setiap individu membutuhkan tempat tinggal, selain sandang dan pangan yang mutlak harus dipenuhi setiap individu, perumahan juga merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap individu dalam masyarakat.

Sebagai bank yang tugas dan usahanya mengarahkan kepada perbaikan ekonomi rakyat dan pembangunan ekonomi nasional, dengan jalan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk


(12)

kredit, jelaslah betapa pentingnya peranan bank dalam memberikan fasilitas kredit pemilikan rumah sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan kredit yang ditujukan untuk ekonomi kelas bawah, menengah dan atas

Semakin tinggi tingkat kebutuhan akan perumahan maka secara otomatis semakin tinggi pulalah permintaan masyarakat akan penyediaan kredit pemilikan rumah. Kegiatan perkreditan merupakan urat nadi dalam kegiatan opersional perbankan, dimana kredit merupakan sumber pendapatan terbesar bagi bank jika dibandingkan sumber pendapatan lain. Oleh karena itu perbankan perlu memberi perhatian yang khusus bagi penyaluran kreditnya, agar perkreditan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Semakin membaiknya perekonomian sepanjang tahun 2007 dan kestabilan yang terjaga di awal tahun 2008 menjadi pendorong pertumbuhan di sektor properti. Secara umum, pertumbuhan sektor properti diprediksi akan mengalami peningkatan di tahun 2008 ini. Hal ini di dorong oleh rendahnya suku bunga kredit, tingkat inflasi yang tetap stabil dan daya beli masyarakat yang terus membaik.

Fakta yang lain, pertumbuhan kredit pemilikan rumah untuk tipe 70 ke atas atau rumah mewah mencapai 32,18 persen di akhir tahun 2007. Padahal, di akhir tahun sebelumnya pertumbuhan kreditnya hanya 2,2 persen. Kenaikan mencapai 1.600 kali lipatnya. Sebaliknya, pertumbuhan kredit pemilikan rumah menengah ke bawah atau tipe 70 ke bawah hanya 6,19 persen, merosot jauh dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang mencapai 35,19 persen.

Kondisi ini menunjukkan adanya fenomena baru dalam bisnis kredit pemilikan rumah yang ditawarkan perbankan. Hal itu menandakan telah terjadi pergeseran


(13)

debitur dari yang sebelumnya didominasi oleh masyarakat menengah bawah, sekarang dikuasai oleh orang-orang kaya.

Bila bicara soal kredit perumahan, tidak afdal rasanya kalau tidak melibatkan Bank Tabuhgan Negara, atau lebih terkenal dengan sebutan Bank BTN. Pasalnya, itulah satu-satunya bank di negeri ini yang memiliki misi dan visi khusus melayani pembiayaan sektor perumahan. Sampai hari ini Bank BTN masih menjadi pemimpin pasar kredit pemilikan rumah (KPR) di Indonesia.

Salah satu terobosan yang dilakukan BTN misalnya dengan memasarkan KPR Platinum dengan dua alternatif pilihan cicilan suku bunga. Masingmasing KPR Platinum dengan cicilan fix sebesar 10,75 persen selama satu tahun masa angsuran pertama dan KPR Platinum dengan cicilan fix 10,95 persen untuk lima tahun masa angsuran pertama. KPR Platinum ini merupakan kredit konsumer perumahan BTN yang ditujukan untuk segmen nasabah menengah atas dengan nominal nilai kredit Rp

150 juta keatas

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mencoba menganalisisnya kedalam skripsi yang berjudul : ” Analisa Peranan PT.

Bank Tabungan Negara, Tbk Cabang Medan Dalam Pemberian Kredit Perumahan Di Kota Medan ”.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(14)

1. Apakah ada pengaruh Suku Bunga KPR terhadap permintaan KPR ? 2. Apakah ada pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap permintaan KPR ?

1.3 Hipotesis

Adapun hipotesis yang muncul dari rumusan permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Adanya pengaruh negatif antara Suku Bunga KPR dengan permintaan KPR. 2. Adanya pengaruh positif antara dana pihak ketiga dengan permintaan KPR.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Suku Bunga KPR dan dana pihak ketiga terhadap permintaan KPR.

2. Untuk mengetahui laju perkembangan atas produk Kredit Perumahan (KPR) yang diberikan oleh Bank Tabungan Negara di kota Medan.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca mengenai perkembangan Kredit Perumahan (KPR) Bank Tabungan Negara di kota medan.


(15)

3. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi penulis dan pembaca mengenai perkembangan Kredit Perumahan (KPR) Bank Tabungan Negara di kota medan.


(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Bank dan kredit

Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.

Bank adalah perusahaan yang bertujuan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan kredit baik dengan modal dan dana-dana yang dipercayakan kepadanya. Maupun dengan mengedarkan alat-alat pembayaran baru dalam bentuk uang kertas maupun uang giral.

Pengertian Kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.


(17)

2.2 Teori Permintaan

Hukum Permintaan merupakan suatu hipotesa yang menjelaskan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah barang-barang yang dibeli konsumen. Jumlah barang yang dibeli konsumen berbanding terbalik dengan harga. Makin tinggi harga suatu barang makin sedikit permintaan akan barang itu. Sebaliknya makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan akan barang tersebut, dimana faktor-faktor lain dianggap tetap, seperti pendapatan masyarakat , Jumlah penduduk, selera masyarakat, tidak ada barang substitusi dan ramalan harga untuk masa yang akan datang tetap (cateris paribus) (Richard H. Lefeich:1998:46 ).

Menurut uraian Ari Sudarman. Jumlah barang yang di minta konsumen berubah secara berlawanan arah dengan perubahan harga, dengan asumsi penghasilan dan harga barang lain tetap (Ari Sudarma :1986:46). Dengan demikian kurva untuk barang mewah (Superior) naik dengan proporsi yang semakin curam. Sedangkan untuk barang kebutuhan pokok, apabila barang rendah (Inferior) naik dengan proporsi yang semakin menurun atau mempunyai slop negatif (Walter Nicolas:1989:73-75).

Harga barang yang saling berhubungan erat seperti barang substitusi dapat mempengaruhi permintaan barang yang digantikannya. Bila barang pengganti bertambah maka barang yang digantinya akan mengalami pengurangan dalam permintaan (Sadono Sukirno:2002:56).


(18)

Permintaan pasar (Market Demand) adalah berbagai jumlah dari suatu barang tertentu yang hendak dibeli oleh semua konsumen pada berbagai kemungkinan harga pada suatu periode waktu tertentu. Jadi permintaan pasar adalah suatu skedule atau daftar yang merupakan penjumlahan dari berbagai skedule permintaan para konsumen individual (H.H Liebhafski:1970:67). Kurva permintaan konsumen

individual untuk hampir semua barang dan jasa berlaku yang negatif antara perubahan harga dengan perubahan jumlah yang diminta, artinya secara normal Kurva Permintaan akan bergeser dari kiri atas ke kanan bawah (Soedyno:1983:20-21).

Gambar 2. 1 Gerakan sepanjang Kurva permintaan.

Harga P2

Q2

Q1

P1

Jumlah D


(19)

Perubahan seperti ini berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi semakin tinggi atau semakin menurun. Ini berarti bahwa permintaan akan meningkat jika harga barang yang bersangkutan turun. Penurunan harga dari P1 ke P2

mengakibatkan permintaan naik dari Q1menjadi Q2: perubahan ini terjadi pada kurva

permintaan yang sama (Gerakan sepanjang Kurva Permintaan).

Kurva permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan kali terdapat perubahan-perubahan atas permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Pergeseran ke kanan dapat disebabkan oleh kenaikan pendapatan, kenaikan barang substitusi dan terjadinya perubahan selera yang lebih menyukai barang tersebut dan kenaikan jumlah penduduk.

Untuk melihat pergeseran kurva permintaan dapat kita lihat pada gambar 2 berikut ini:

Gambar 2.2 Pergeseran Kurva Permintaan

D2 D D1

Harga


(20)

Suatu pergeseran Kurva Permintaan dari DD ke D1D1 menunjukkan kenaikan

permintaan dan pergeseran dari DD ke D2D2 menunjukkan penurunan permintaan.

Kenaikan permintaan berarti lebih banyak yang diminta pada setiap harga.

Kurva Permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri terdapat perubahan permintaan yang disebabkan oleh perubahan pendapatan konsumen, perubahan harga barang klaim perubahan cita rasa dan faktor-faktor lainnya (Sadono Sukirno:2002:60).

2.3 Elastisitas Permintaan

Elastisitas harga adalah Tingkat kepekaan relatif dari jumlah yang diminta konsumen, akibat adanya perubahan harga barang. Dengan kata lain elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari jumlah barang yang di minta dibagi dengan perubahan proporsional harga. Jika harga suatu barang turun maka jumlah yang minta akan naik; artinya ada tanggapan (response) jumlah yang diminta terhadap penurunan harga.

Tanggapan ini berbeda pada masing-masing benda, umpamanya pada garam, jika harga turun, maka jumlah barang yang dibeli tidak begitu berubah, sedang pada barang lain. Jika harga turun, jumlah yang di minta akan naik.

Salah satu sebab dari tanggapan permintaan terhadap perubahan harga setelah ada tidaknya barang subsitusi. Garam dianggap sebagai barang yang essensial yang tidak ada substitusi nya ; karena itu permintaannya inelastis; artinya, meskipun harga naik sekali, orang tetap membelinya. Sebaliknya jika harga televisi turun, orang lebih suka membeli televisi daripada membeli tape recorder yang harganya menjadi relatif


(21)

lebih mahal. Dalam ilmu Ekonomi dikatakan bahwa permintaan terhadap garam adalah inelastis. Sedang permintaan menggambarkan tingkat (degree) ketanggapan permintaan akan suatu benda terhadap perubahan dalam harga.

Elatisitas dapat diukur dengan rumus:

( )

p q q

q

2 1

∆ − ∆

Dimana qi dan p2 kedua-duanya adalah q dan p yang terkecil. Rumus ini berlaku antara tingkat yang tidak jauh harga yang tidak jauh jarak nya. Besarnya elastisitas selalu terdapat dua batas (limits), ialah elastisitas tak terhingga, yang digambarkan dengan kurva permintaan yang lurus horizontal, dan elastisitas=0 (nol), yang digambarkan dengan kurva permintaan yang lurus vertikal. Dalam hal ini kita harus selalu ingat bahwa yang perlu diperhatikan adalah skala pada sumbu vertikal dan horizontal. Dapat dikatakan jika dua kurva permintaan di gambar skala yang sama, maka kurva yang lebih curam (steep) menunjukkan elastisitas yang lebih kecil (lebih inelastis) dari pada yang lain. Dalam menghitung besarnya elastisitas, yang dilihat adalah nilai absolutnya.

Nilai koefisien elastisitas ini menentukan jenis elastisitasnya adalah nol. Elastisitas sempuma nilai koefisien elastisitasnya tidak terhingga. Elastisitas uniter nilai koefisien elastisitasnya adalah satu, tidak elastisitas nilai koefisien elastis nya adalah antara nol dan satu serta elastis nilai koefisien elastis nya adalah lebih besar dari satu.


(22)

Tentu saja koefisien elastisitas harga permintaan bukan satu-satunya koefisien elastisitasnya yang terdapat dalam permintaan. Ada beberapa alat pengukur lain, yaitu elastisitas pendapatan dari permintaan yang didefenisikan sebagai perubahan persentase dalam kuantitas yang diminta di bagi dengan persentase perubahan dalam pendapatan konsumen dan elastisitas silang dari permintaan.

Suatu konsep untuk mengukur derajat kepekaan perubahan permintaan adalah angka elaslisilas. Pada umumnya angka elastisitas dapat didefenisikan sebagai persentase perubahan dalam variabel yang tak bebas( dependent variabel) dibagi dengan persentase perubahan dalam variabel (independent variabel) (Richard A Bilas :1986:105).

Angka elastisitas harga dari jumlah yang diminta atau angka elastisitas harga pennintaan (coefficient of price elasticity of demand) dapat didefenisikan sebagai persentase perubahan harga barang yang bersangkutan (Walter Nicholas:1989:132). Elastisitas permintaan pendapatan (income elasticity of demand) dapat didefenisikan sebagai persentase dalam jumlah yang di minta dengan persentase perubahan dalam pendapatan konsumen.

Elastisitas permintaan bisa mempunyai nilai positif dan juga nilai negatif. Apabila nilainya positif akan mengandung arti bahwa kenaikan pendapatan akan menyebabkan permintaan akan barang yang bersangkutan juga naik. Dan apabila angka elastisitas bertanda negatif dimuka, ini menunjukan bahwa harga naik diikuti oleh permintaan jumlah yang diminta dan sebaliknya harga turun dengan


(23)

kenaikan jumlah yang diminta. Selanjutnya besarnya ini btsa sama dengan satu, lebih kecil atau lebih besar dari satu (Mudbyarto:1985:181).

Permintaan suatu produk elastis atau inelastis terganturg pada beberapa faktor, antara lain (A.M.Hanafiah:1983:8):

• Kemungkinan tentang barang pengganti. Produk dengan sedikit barang pengganti mempunyai permintaan yang lebih inelastis.

• Jumlah kemungkinan penggunaan. Semakin besar penggunaan suatu barang maka makin besar pula elastisitasnya.

• Arti pengeluaran untuk suatu barang dibandingkan dengan pendapatannya. Jika harga (pengeluaran untuk barang) merupakan bagian kecil dari pendapatan, maka permintaan terhadap barang tersebut menjadi titik elastis. • Tradisi. Jika penggunaan suatu barang semakin menjadi tradisi atau kebiasaan

yang tetap, maka permintaan barang tersebut menjadi tidak elastis(inelastis) • Keharusan untuk keperluan hidup. Barang-barang yang menjadi keharusan

hidup mempunyai permintaan yang relatif tidak elastis.

• Tingkat pendapatan. Konsumen dengan pendapatan tinggi lebih inelastis daripada konsumen dengan pendapatan rendah. Perubahan harga tidak akan memberi respon kecil sekali dikalangan konsumen tinggi. Tetapi konsumen yang pendapatannya rendah atau sedang, perubahan harga akan mempengaruhi perubahan besar dalam permintaannya.


(24)

• Mutu barang. Barang-barang yang bermutu baik mempunyai permintaan yang lebih elastis dari pada barang yang bermutu rendah.

• Lokasi daerah produksi terhadap pasar. Permintaan barang di daerah produksi kekurangan (defisit producing areas) dan pasar relatif lebih elastis dari pada di daerah produksi berlebihan dan berjauhan dari pasar. Keadaan yang serupa bahwa permintaan barang yang di pasar eceran lebih elastis daripada di daerah produksi.

Didalam teori ekonomi dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor-faktor yang menentukan permintaan seseorang terhadap suatu barang. Diantaranya faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah (Sadono Sukirno:2002:51):

1. Harga barang itu sendiri 2. Pendapatan konsumen

3. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut

4. Cita rasa atau selera masyarakat 5. Jumlah penduduk

6. Distribusi pendapatan

7. Ramalan masa yang akan datang.

Penghasilan atau pendapatan dart suatu kegiatan ekonomi dapat didefenisikan sebagai suatu pendapatan yang merupakan balas jasa dari faktor- faktor produksi yang diterima oleh setiap anggota rumah tangga atau penduduk, antara lain: upah, gaji, pendapatan dari sewa, pemilikan modal dan lain-lain.


(25)

Pendapatan Rumah tangga juga dapat didefenisikan sebagai jumlah pendapatan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga (Daan Dumare:1982:293).

Konsumsi dapat diartikan sebagai kegiatan memusnahkan atau mengurang guna dalam hal pemenuhan kebutuhan akhir. Benda-benda yang dihasilkan berguna untuk memuaskan kebutuhan, setelah pemuasan kebutuhan benda-benda atau sebagian prestise mereka terpakai (Winardi:1976:51).

Sedangkan konsumsi rumah tangga dapat diartikan sebagai pengeluaran untuk makanan dan bukan makan yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga di dalam atau diluar rumah, baik untuk keperluan pribadi maupun keperluan rumah tangga.

2.4 Perkiraan Permintaan

Menetapkan perkiraan adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Pada akhir-akhir ini banyak di kembangkan teori-teori, misalnya yang mudah saja berdasarkan data yang ada, atau kumpulan data masa lalu dengan rumus-rumus tertentu akan dapat diperkirakan secara kuantitatif berapa besarnya pertumbuhan di masa yang akan datang. Perkiraan tersebut ada yang rnenggunakan teori "time trend" dengan berbagai pengembangannya, ada yang rnenggunakan teori probabilitas ( peluang ) dan sebagai nya.


(26)

Disamping itu ada pula pakar yang meragukan teori tersebut, misalnya Eldon D Smith, pernah menuliskan tentang beberapa kemungkinan tidak tepatnya kemungkinan perkiraan yang menggunakan metode time trend. Karena menurutnya kalau hanya tergantung pada jangka waktu saja, justru sewaktu-waktu secara tidak terduga adanya perubahan yang mendadak.

Selanjutnya berkembang analisa perkiraan permintaan secara ekonometrika yang masing-masing alat perkiraan tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kemudian secara singkat permintaan suatu barang tergantung pada harga barang tersebut, cateris paribus. Antara jumlah permintaan barang (Qd) dengan harga(P), biasanya berhubungan secara fungsional yang berlawana arah (inverse relationship). Dengan perkataan lain jumlah barang tertentu akan bertambah bilamana harga turun dan jumlah permintaan barang tertentu akan berkurang bilamana harga naik.

Secara matematis hubungan tersebut dapat dijadikan sebagai fungsi berikut:

Qd=F (P)

Namun didalam bertingkah laku permintaan tidak sesederhana itu, sebab jumlah permintaan selagi lerganlung dari harga barang tersebut, juga di pengaruhi oleh harga barang substitusi, tingkat pendapatan, selera konsumen atau pengaruh non konsumen lainnya. Dengan demikian hubungan tersebut dapat dibuat secara matematis: Qdx == F(Xl,X2,X3,...Xn)

Setiap perubahan pendapatan konsumen, harga barang selera dan sebagainya, akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang X. Dalam teori perilaku, baik pendekatan Utilitas Marginal maupun pendekatan Kurva Indeferen, konsumen mempunyai tujuan memaksimumkan kepuasan. Pada hakekatnya kurva indeferen


(27)

merupakan perbandingan tingkat konsumsi yang ditujukan pada sualu kurva indeferen untuk kepuasan tertentu dan suatu indeferen untuk berbagai tingkat kepuasan. Secara sederhana permintaan individu adalah fungsi harga yaitu:

O-F(P)

Selanjutnya permintaan pasar adalah kumpulan dari permintaan dalam suatu waktu tertentu, yaitu:

Q=b0-Pbi

Fungsi ini adalah dalam bentuk regresi sederhana yang dapat digambarkan sebagai fungsi garis lurus. Dari persamaan permintaan tersebut dapat diketahui elastisitas konstan, yaitu:

Q=b0-Pbi

bi=elastisitas yang konstan.

Nilai bi itu sendiri akan memberikan arti bagi analisa bidang persamaan. Selanjutnya Kautsoyianis, menguraikan pendekatan analisis permintaan secara pragmatis antara lain melalui pendekatan fungsi elastisitas permintaan konstan dan fungsi pennintaan dinamis.

1. Fungsi Elastisitas permintaan konstan

Fungsi elastisitas permintaan konstan banyak dipakai oleh para peneliti yang Berbentuk elastisitas.

2. Fungsi Elastisitas permintaan dinamis

Model permintaan dengan distribusi adalah hasil penemuan akhir-akhir ini yang selanjutnya di kembang kan oleh Marc Nerlove (1960) dan Horthaker


(28)

dan Taylor yang menetapkan dalam data empiris misalnya permintaan barang konsumsi, permintaan dan penawaran dan sebagainya.

Prinsip yang dianut adalah sebagai benkut:

• Seorang dalam rangka menetapkan permintaan terhadap suatu barang sengat tergantung akan pengalaman di masa lalu.

• Antara masa produksi sampai barang hilang dikenal masyarakat memerlukan jangka waktu tertentu.

Dengan asumsi bahwa tingkah laku adalah juga sebagai cerminan dan masa lalu, maka demikian juga permintaan terhadap komoditas apakah tahan lama/mudah rusak.

Peneliti sebaiknya memasukan sebanyak mungkin variabel yang diperkirakan mempengaruhi permintaan, namun karena keterbatasan dana dan waktu, maka secara intisiatif seorang peneliti dapat saja memilih variabel yang sangat erat dengan kajian penelitian.

2.5 Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah. 1. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

a. KPR Paket A terdiri dari:

 Paket A-I  Paket A-II


(29)

Kapling siap bangun disebut juga "Griya Lahan" yaitu lahan matang yang terencana dalam suatu lingkungan perumahan dengan prasarana lingkungan berupa jarak setapak berkonstruksi sederhana dengan daerah manfaat jalan 2,80 serta dilengkapi dengan utilitas umum dan fasilitas sosial berupa jaringan listrik, air bersih, MCK (makan, cuci , kakus) Untuk umum serta tempat bermain dan warung. 1. Kaplina Siap Bangun (KSB)

KP-KSB adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk membantu anggota masyarakat berpenghasilan rendah guna membeli lahan matang yang terencana salam sualu lingkungan dengan prasarana lingkungan yang lengkap.

Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP- RSS) yang selanjutnya disebut KPR griya Pemula adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat golongan berpenghasilan rendah yang memerlukan bantuan subsidi berapa suku bunga yang relatif rendah untuk membeli rumah sangat sederhana.

2. Rumah Sangat Sederhana (RSS)

B. KPR paket B


(30)

 GRIYA TAMA

 GRIYA TAMA II

2. Kredit Pemilikan Ruko (KP RUKO)

1. Peruntukan

KP RUKO adalah kredit yang digunakan untuk pembelian rumah toko baik yang dibangun/dijual oleh developer/developer perorangan. 2. Maksimal Kredit

Maksimal kredit KP Ruko sebesar 75% dari harga jual setelah dikurangi discount (jika ada ) atau dari harga pasar (apraisal) . Antara harga jual dan harga pasar wajar ( apraisal ) diambil harga yang terendah.

3. Kriteria Rumah Toko :

a. Luas Bangunan :

Konstruksi : Konstruksi bangunan minimal sama dengan standar rumah revisi

b. Lokasi Di wilayah pemukiman yang sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, serta bebas banjir.

c. Fasilitas : Dilengkapi fasilitas listrik dan air minum yang telah berfungsi dengan baik.


(31)

d. Perijinan : Ada 1MB, sekurang-kurangnya Surat Keterangan yang berisi sahnya pendirian bangunan yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Kota.

e. Status Pemilikan Rumah : SHM dan SHGB, dan tidak sedang diikat sebagai agunan atau bahan-bahan apapun untuk kepentingan pihak lain.

4. Jangka Waktu Kredit

Maksimal jangka waktu kredit untuk ruko adalah l0(sepuluh) tahun, dengan ketentuan jangka waktu kredit tidak boleh melebihi sisa jangka waktu Hak atas tanah (SHGB), dan /atau batas usia debitur 65 Tahun. 5. Agunan Kredit

Tanah dan Bangunan yang dibeli melalui fasilitas KP Ruko, dan diikat dengan hak tanggungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6. I.etak/posisi agunan

a. Memiliki kemudahan untuk dijual kembali b. Memiliki kemudahan untuk dijangkau

c. Bagi rumah yang berada di luar kawasan pemukiman, jalan lingkungan di depan rumah yang dijadikan agunan minimal dapat dilalui kendaraan roda empat.


(32)

Bukti kepemilikan /hak atas tanah yang dibeli melalui fasilitas KP Ruko, pada saat akad nikah kredit dapat di atas namakan istri/suami pemohon berdasarkan surat/buku nikah.

8. Suku Bunga KP Ruko

a. 17,5% p.a. : Untuk jangka waktu kredit s/d 5 tahun

b. 18% p.a. : Untuk jangka waktu kredit > 5 tahun s/d 10 tahun c. 18,5% p.a. : Untuk jangka waktu kredit > 10 tahun.

3. Kredit Rumah Produktif/Kredit Criya Multi (KCM)

1. Peruntukan

KGM adalah kredit yang dipergunakan untuk perbaikan (renovasi) rumah tinggal, dan penggunaan lainnya sesuai dengan kebutuhan pemohon (bebas)

2. Maksimal Kredit

a. Untuk agunan rumah tinggal maksimal kredit sebesar 75% dari taksasi pasar wajar (apraisal)

b. Untuk agunan apartemen, rumah usaha/ rumah took (ruko)/ rumah kantor (rukan), maksimal kredit sebesar 60% dari taksasi pasar wajar (aprasial).

3. Kriteria rumah agunan KGM a. Luas bangunan : Bebas b. Luas Tanah : Bebas


(33)

c. Lokasi : Di wilayah pemukiman yang sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan, serta bebas banjir

d. Perijinan : Dilengkapi 1MB

e. Status perniIikan Tanah : SUM dan SHGB dan tidak sedang diikat sebagai agunan atau beban-beban apapun untuk kepentingan pihak lain.

4. Jangka Waktu Kredit

a. Untuk agunan KGM berupa rumah tinggal atau apartemen, maksimal jangka waktu kredit yang dapat di berikan adalah l0 (sepuluh) tahun.

b. Untuk agunan KGM berupa ruko atau rukan, maksimal jangka waktu kredit yang dapat diberikan adalah 5 (lima) tahun.

5. Agunan kredit

Tanah dan rumah/bangunan yang dibangun di atas tanah milik pemohonatau suami/istri pemohon berdasarkan surat/buku nikah.

6. Letak /posisi agunan

a. Memiliki kemudahan untuk dijual kembali. b. Memiliki kemudahan untuk dijangkau.

c. Bagi rumah tinggal yang berada di luar kawasan pemukiman, jalan lingkungan di depan rumah yang dijadikan agunan minimal dapat dilalui kendaraan.


(34)

7. Suku bunga KGM.

a. 18,5% pa. Untuk jangka Waktu kredit s/d 5 tahun

b. 19% pa. Untuk jangka waktu kredit > 5 tahun s/d 1 tahun.

4. Kredit Pembangunan Rumah/Kredit Sewa Griya (KSG)

l. Peruntukan

KSG adalah kredit yang dipergunakan untuk pembiayaan pembangunan rumah di atas tanah yang sudah dimiliki oleh pemohon.

2. Maksimul kredit

Jumlah kredit yang dapat diberikan maksimal 90% dari taksasi bank atas Biaya Pembangunan Rumah (RAB), dengan ketentuan jumlah kredit tersebut tidak akan melampaui 75% dari taksiran bank atas nilai tanah yang telah dimiliki oleh pemohon.

3. Criteria rumah agunan KSG

a. Luas bangunan : Bebas

b. Luas tanah : Bebas

c. Konstruksi : Konstruksi bangunan minimal di atas


(35)

d. Lokasi : Di wilayah pemukiman yang sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan serta bebas banjir.

e. Perijinan : Dilengkapi 1MB, minimal 1MB sementara.

f. Status Pemilikan Tanah : SHM dan SHGB, dan tidak sedang diikat sebagai agunan atau beban-beban apapun untuk kepentingan pihak lain.

4. Jangka Waktu kredit

Maksimal jangka waktu kredit untuk KSG adalah 10 (sepuluh) tahun, dengan ketentuan jangka waktu kredit tidak boleh melebihi sisa jangka waktu hak atas tanah (SHGB), dan/atau batas usia debitur 65 tahun.

5. Agunan Kredit

Tanah dan ruman/bangunan yang dibangun diatas tanah milik pemohon atas suami/istri pemohon berdasarkan surat/buku nikah.

6. Letak/posisi agunan

a. Memiliki kemudahan untuk dijual kembali.


(36)

c. Bagi rumah tinggal yang berada di luar kawasan pemukiman, jalan lingkungan di depan rumah yang dijadikan agunan minimal dapat dilalui kendaraan roda empat.

7. Suku bunga KSG

a. 17, 5% p a . : Untuk jangka waktu kredit s/d 5 tahun b. 1 8 % p a . : Untuk jangka waktu kredit > 5 tahun s/d 1 0 tahun c. 18,5 % p a : Untukjanbgka waktu kredit > 10 tahun.

8. Pola perencanaan kredit. Pola pencarian kredit dibagi dalam 3( tiga) termyin sesuai dcngan progres prestasi di lapangan :

a. Termyin I sebesar 30% dari maksimal kredit. b. Termyin II sebesar 30% dari maksimal kredit. c. Termyin III sebesar 40% dari maksimal kredit.

5. Kredit Rumah Sewa/Kredit Griya Scmbada (KGS)

Kredit Griya Sembada (KGS) adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian atau pengadaan/pembangunan proyek perumahan atau bangunan rumah tinggal guna disewakan.

6. Kredit Perusahaan/KPP

Kredit Perusahaan adalah penyaluran kredit dari Bank tabungan Negara kepada perusahaan untuk penyediaan fasilitas perumahan dinas perusahaan ataupun pemilikan rumah pegawai karyawan -karyawan perusahaan yang


(37)

berlandaskan pada kerjasama jangka panjang antar Bank Tabungan Negara dalam mendukung program perumahan.

7. Kredit Swadana (KSD)

Kredit Swadana (KSD) ialah fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank Tabungan Negara kepada nasabah yang memerlukan dana dengan jaminan/agunan berupa tabungan/deposito yang telah ditanamkan di Bank Tabungan Negara

8. Kredit Konstruksi Perumahan /Kredit Yasa Griya(KYG)

Kredit Yasa Griya (KYG) adalah kredit yang diberikan oleh BTN kepada developer/ koperasi untuk membantu modal kerja pembiayaan pembangunan proyek yang berkaitan dengan perumahan

Tujuan Pemberian Kredit:

Kredit ini diberikan untuk membantu modal kerja developer/kontraktor atau badan usaha yang berfungsi sebagai developer untuk pembiayaan penuh biaya konstruksi mulai dari pematangan tanah sampai finishing, tidak termasuk pembebasan tanah dari perizinan

2.6 Persyaratan Pemohon Kredit Pemilikan Human

l. Warga Negara Indonesia

2. Untuk Paket A dan Paket B, belum mcmiliki rumah sendiri


(38)

4. Berpenghasilan cukup

5. Memiliki masa kerja atau telah menjalankan usaha dalam bidangnya minimal 1 tahun

6. Dalam hal pemohon KPR Paket C masih menjadi debitur KPR, sementara

KPR-nya belum lunas, maka jumlah keseluruhan angsuran bulanan tidak boleh memiliki 1/3 dari penghasilan bulanan pada saat kredit direalisir.

7. Pemohon telah menjadi penabung di BTN.

8. Khusus Untuk KYG

• Developer yang telah menjadi anggota REI/KONTRAKTOR/Koperasi akan membangun proyek perumahan yang telah /akan mendapat dukungan kredit (KPR-BTN) kepada pembeli/ pemesan rumah yang bersangkulan maupun yang (tidak mendapat dukungan KPR-BTN. • Telah menjadi pemegang rekening Giro BTN minimal 3 bulan. 9. Kelengkapan data Pemohon Kredit

• Data pribadi dan keluarga

1. Foto kopi kartu identitas (KTP) suami/istri 2. Pasfoto suami istri ukuran 3x4 cm ( 2 lembar) 3. Foto kopi kartu keluarga

4. Foto kopi surat nikah


(39)

1. Untuk pegawai tetap.

a. NPWP pribadi atau SPT pasal 1 pegawai

(khusus untuk pemohon kredit di atas Rp.50 juta) b. Surat keterangan tempat bekerja

c. Slip gaji/penghasilan debitur.

d. Foto kopi rekening koran tabungan / giro bank BTN dan atau bank lain selama 3 (tiga) bulan terakhir.

e. Surat kuasa pemotongan gaji/pensiun. 2. Untuk wiraswasta

a. Foto kopi SIUP/TDP/SITU/NPWP.

b. Foto kopi akte pendirian perusahaan/ anggaran dasar perusahaan

c. Foto kopi neraca/laba rugi/laporan penjualan

d. Foto kopi rekening koran tabungan/ giro 3 (tiga) bulan terakhir atau deposito

e. Daftar rekanan perusahaan/kontrak-kontrak • Data agunan

a. Foto kopi sertifikat tanah

b. Foto kopi Ijin Mendirikan Bangunan (1MB) c. Foto kopi PBB tahun terakhir

d. Foto rumah /agunan


(40)

• Data Tambahan Khusus KSG

a. Rencana Anggaran Biaya ( RAB)

b. Foto kopi gambar bestek

c. Time schedule pembangunan rumah.

2.7 Syarat Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Untuk memudahkan pihak bank dalam memberikan kredit maka Bank tabungan Negara (BTN) cabang medan menetapkan syarat-syarat atau pedoman dalam pemberian kredit yang disebut 5C:

Adapun 5C adalah sebagai bcrikut: 1.Character

2. Capacity 3. Capital 4. Collateral

5. Condition of Economi

Dari ke-5 persyaratan di atas Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang medan lebih mengutamakan persyaratan Character dan Capacity dalam pemberian kredit. karena menurut pengalaman dari Bank Tabungan Negara (BTN) kredit yang usahanya bagus atau meningkat, kemampuan untuk membayar ada tetap kemauan untuk melunasi hutang kurang atau tidak ada sama sekali.


(41)

2.8 Pengawasan Kredit Pemilikan Rumah

Salah satu fungsi yang penting bagi lembaga keuangan atau bank yaitu tahapan pengawasan, karena kegiatan pengawasan mcrupakan penjagaan dan pengamanan terhadap kekayaan bank yang disalurkan dibidang perkreditan. Upaya yang dilakukan Bank Tabungan Negara Cabang Medan dalam pengawasan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yaitu dengan mengelompokkan nasabah berdasarkan

kelancaran dalam pelunasan kredit yang diambilnya. Dengan cara ini diharapkan dapat diperoleh manfaat yang lebih nyata dalam mengambil keputusan dan kebijaksanaan umum yang ditempuh dalam penyelesaian debitur yang kondisinya tidak baik, misalnya untuk kelompok kredit yang dihapus kan , tidak ada alternatif lain kecuali dihapus kan.

Disamping itu juga bank melakukan pengumpulan data pribadi nasabah untuk mengetahui keadaan diri debitur dan juga keadaan kegiatan usahanya . Tidak hanya itu, untuk mengetahui kebenaran data tersebut bank langsung untuk mengadakan pemeriksaan ke tempat kegiatan usaha nasabah untuk memeriksa kebenaran dari keseluruhan data dan laporan nasabah . Tindakan pengamanan yang dilaksanakan bank ini adalah baik terutama untuk mempertimbangkan pemberian kredit selanjutnya terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

2.9 Perhitungan Maksimal Kredit, Angsuran dan Biaya Proses Kredit


(42)

a. Maksimal kredit dihitung berdasarkan syarat/ketentuan masing-masing jenis kredit, dan tidak boleh melebihi dari ketentuan yang di syarat kan.

b. Untuk kredit komersial plafond kredit minimal Rp. 10.000.000 dan maksimal sesuai dengan persentase agunan dan kemampuan pemohon.

c. Batas kewenangan plafond kredit untuk KC Medan sebesar Rp.500.000.000.

2. Cara Menghitung angsuran.

a. Angsuran kredit dihitung berdasarkan cara anuitas.


(43)

Tabel 2.1 suku bunga komersial

Jangka Waktu Kredit

Suku Bunga kredit dari Fn

19% 19,5% 20%

1 Tahun 1.190000 1.195000 1.200000

2 Tahun 0.646621 1.650581 0.654545

3 Tahun 0.467308 0.471012 0.474725

4 Tahun 0.378991 0.382634 0.386289

5 Tahun 0.327050 0.330708 0.334380

6 Tahun 0.293274 0.296982 0.300706

7 Tahun 0.269855 0.273630 0.277424

8 Tahun 0.252885 0.256737 0.260609

9 Tahun 0.240192 0.244125 0.248079

10 Tahun 0.230471 0.234485 0.238523

11 Tahun 0.222891 0.226985 0.231104

12 Tahun 0.216896 0.221068 0.225265

13 Tahun 0.212102 0216349 0.220620

14 Tahun 0.208235 0.212551 0.216893

15 Tahun 0 205092 0.209475 0.213882

Sumber : Bank Tabungan Negara

c. Rumus Perhitungan Angsuran :

Angsuran = Maksimal Kredit X Anuitas tahunan 12 Bulan


(44)

3. Biaya Proses Kredit

1) Angsuran bulan pertama : Sesuai angsuran

2) Provisi bank : 15% dari maksimal

kredit

3) Biaya notaris : Rp. 150.000

4) Biaya API I I : Sesuai tarif

5) Biaya Penilai /apraisal : Rp,200.000 6) Biaya premi asuransi kebakaran : Sesuai tarif 7) Biaya premi asuransi jiwa : Sesuai tarif 8) Saldo tabungan yang diblokir : Rp.500.000

9) Biaya administrasi : Rp. 100.000

2.10 Real Cash (R/C)

1. Peruntukan

R/C adalah penyediaan dana tunai (credit line) yang dikaitkan (attached) dengan KPR/Kredit perorangan lainnya (KPL) di Bank Tabungan Negara untuk berbagai keperluan dan dapat ditarik sewaktu-waktu, serta dapat dibayar kembali sebesar minimum pembayaran bulanan sampai dengan keseluruhan outstanding yang ada.


(45)

a. Plafond kredit yang diberikan minimum Rp. 2.000.000 maksimal Rp. 50.000.000.

b. Plafond kredit yang diberikan tidak boleh melebihi plafond KPR atau KPL pemohon dikurangi outstanding kredit yang ada pada saat R/C disetujui.

3. Persyaratan khusus R/C a. Warga Negara Indonesia

b. Telah berusia 21 tahun atau telah menikah c. Berpenghasilan cukup

d. Telah menjadi debitur KPR/KPL si Bank Tabungan Negara lebih dari 2 tahun, dan satu tahun terakhir kolektibililas nya lancar.

e. Mengajukan permohonan kredit secara tertulis dengan mengisi permohonan dan bersedia tunduk pada ketentuan R/C yang terdapat pada formulir yang ditandatangani.

4. Jangka Waklu R/C

Jangka waktu maksimal I (satu) tahun dan atas pertimbangan bank dapat diperpanjang sctiap tahun sampai dengan berakhirnya jangka waktu KPR/KPL debitur di bank,

5. SukubungaR/C

a. Suku bunga kredit adalah 2,1 % perbulan. b. Suku bunga kredit dapat berubah sewaklu-waktu

c. Perubahan suku bunga akan diberitahukan kepada debitur melalui kolom khusus pada rekening tagihan, dan memberi kesempatan kepada debitur


(46)

untuk menolak perubahan suku bunga tersebut dengan disertai permintaan penutupan fasilitas R/C. Kesempatan tersebut diberikan 7(tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo tagihan.

6. Perhitungan Bunga R/C

Pengenaan bunga tabungan diperhitungkan secara harian sejak saat debitur melakukan penarikan bunga sebagai berikut :

• Suku Bunga : Suku bunga perbulan yang berlaku

Dimana :

• Hari Bunga : Jumlah hari selama periode penagihan

• Jumlah Penarikan : Jumlah penarikan selama periode tagihan

• 360 : Standart jumlah hari dalam satu tahun

7. Penarikan R/C

1 . Untuk pemohon R/C yang disetujui, bank akan mengeluarkan kartu dan

pemohon menerbitkan PIN untuk melakukan transaksi.

2. Penarikan uang tunai dapat dilakukan :

a. Melalui ATM Bank BTN

Bunga = (Suku bunga * 12) x hari bunga x Jumlah penarikan 360


(47)

b. Malalui A I M Link

c. Melalui loket kantor cabang.

8. Pembayaran R/C

a. Jumlah tagihan adalah besarnya dana yang ditarik jika ada dikurangi pembayaran yang telah dilakukan selama bulan tagihan

b. Pembayaran minimum yang di tagih kepada debitur sebesar 6 % dari jumlah tagihan yang tertera pada rekening tagihan (billing statement), atau sekurang-kurang nya Rp.50.000 mana yang lebih besar.

c. Bank akan mencetak dan mengirim tagihan rekening tagihan setiap bulan ke alamat debitur.

d. Debitur wajib membayar jumlah tagihan sebesar tagihan minimum sesuai

dengan tanggal jatuh tempo yang tercantum pada rekening tagihan.

e. Formula perhitungan minimum pembayaran sebagai berikut:

Nilai minimum pembayaran :

Apabila minimum pembayaran < Rp.50.000 maka minimum pembayaran adalah Rp.50.000.


(48)

Apabila total tagihan < Rp.50.000 maka minimum pembayaran adalah sebesar tagihan.

9. Cara pembayaran R/C

1 . Debitur dapat melakukan pembayaran tagihan dengan alternatif sebagai berikut:

Pembayaran tunai di loket Bank BTN. Transfer antar bank (LLG).

Pembayaran dengan cek / warkal BTN/ Bank lain. Debit rekening debitur di Bank Tabungan Negara.

2. Debitur diberikan tenggang waktu pembayaran tagihan antara tanggal 25 bukan berjalan s/d tanggal 7 bulan berikutnya.

3. Pembayaran setelah tenggang waktu tersebut, akan diberlakukan sebagai keterlambatan pembayaran.

10. Denda keterlambatan R/C

1. Denda dibebankan kepada debitur sebesar Rp. 25.000. Fixed apabila: Debitur tidak membayar tagihan minimum

Debitur terlambat membayar, yaitu membayar setelah tanggal jatuh tempo pembayaran yang ditentukan.

Debitur kurang membayar, yaitu membayar tagihan dalam tenggang waktu pembayaran tetapi jumlahnya kurang dari pembayaran meminjam di tagihkan.


(49)

11.Biaya-biaya

1. Pemohon R/C yang disetujui akan dikenakan iuran tahunan (annual fee) sebesar R p .75.000. Untuk tahun pertama, dan Rp. 150.000 untuk tahun-tahun berikutnya.

2. Selain iuran tahunan, pemohon R?C tidak dipungut biara apapun kecuali biaya materai.

12.Agunan R/C

1 . Agunan R/C adalah rumah dan tanah yang menjadi agunan KPR/KPL pemohon R/C yang ada di Bank.

2. Mengecualikan perjanjian KPR/KPL antara bank dengan debitur perihal ketentuan jaminan, bank hanya akan menyerahkan jaminan kepada debitur apabila KPR/KPL dan R/C debitur telah dinyatakan lunas oleh bank.

13.Plafond dan kelonggaran tarik

1. Formula besarnya plafond R/C : I

H P : hasil perhitungan plafond Keterangan

G B : Gaji bersih (gaji kotor-potongan-angsuran KPR/KPL) HP = GB X 13 X 0,33


(50)

2. Formula kelonggaran tarik R/C :

KT : Kelonggaran tarik Keterangan

PF : Plafond KPR/KPL

OS : Outstanding pokok kredit. KT = PF - FS


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dari pengujian hipotesis. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah bagaimana tingkat suku bunga Kredit Perumahan (KPR) dan dana pihak ketiga mempengaruhi permintaan Kredit Perumahan (KPR) salama kurun waktu 2005 - 2008.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berbentuk angka kuantitatif bulanan dari Januari 2005 sampai dengan Desember 2008, sehingga akan diperoleh jumlah data pengamatan sebanyak 48 observasi. Data tersebut diperoleh dari Bank Tabungan Negara, Tbk cabang medan dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Pengolahan Data

Pengolahan data yang akan digunakan dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan program Eviews 5.


(52)

3.4 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisa pengaruh Bunga KPR dan dana pihak ketiga terhadap permintaan KPR dikota medan adalah dengan menggunakan mode ekonometrika. Sedangkan teknik analisisnya akan menggunakan model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Adapun model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, ) ... (1)

Fungsi di atas dapat dispesifikasikan ke dalam model sebagai berikut :

i 2 2 1

1X X

Y=α+β +β +µ ... (2) Di mana :

Y = Permintaan KPR (rupiah)

= Konstanta

1, 2, = Koefisien regresi

X1 = Suku Bunga KPR (%)

X2 = Dana pihak ketiga (Rupiah)

µ = Term of error

Adapun bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : , 0 1 < X Y

δδ artinya apabila Suku Bunga KPR naik, maka Permintaan KPR akan turun


(53)

, 0 X

Y

2

>

δδ artinya apabila dana pihak ketiga meningkat, maka permintaan KPR akan meningkat (ceteris paribus).

3.5 Uji Kesesuaian

3.5.1 Koefisien Determinan (R Square)

Nilai R2 menunjukan besarnya variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 ≤ R2≤ 1). Semakin besar nila R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independent. Sebaliknya, makin kecil nilai R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi variabel independent. Sifat dari koefisien determinasi adalah :

−R2 merupakan besaran yang non negatif.

−Batasnya adalah ( 0 ≤ R2≤ 1 ). (Damodar Gujarati)

Apabila R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel-variabel independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat garis regresi dalam menggambarkan nilai-nilai observasi.

3.5.2 Uji F

Merupakan pengujian untuk melihat seberapa besar variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Pengujian ini juga dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 %.


(54)

Nilai F hitung dapat diperoleh melalui rumus berikut ini :

( )

(

)

(

)

k n R

k R Fhitung

− −

= 2

2

1

1

Di mana :

R2 = Koefisien determinan k = Jumlah variabel bebas n = Jumlah sampel

Gambar 3.1 : Daerah kriris pengujian F-test

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut : Ho : 1 = 2 = 3 = 0

Ha : 1 = 2 = 3≠ 0 (paling sedikit satu variabel)

Dengan kriteria sebagai berikut : Ho diterima jika F hitung≤ F tabel

Artinya seluruh variabel bebas (Suku Bunga KPR dan dana pihak ketiga) tidak nyata mempengaruhi variabel terikat (permintaan KPR).


(55)

Artinya seluruh variabel bebas (Suku Bunga KPR dan dana pihak ketiga) secara nyata mempengaruhi variabel terikat (permintaan KPR).

3.5.3 Uji t

Merupakan suatu pengujian untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Pengaruh variabel independen yaitu, Suku Bunga KPR dan dana pihak ketiga terhadap permintaan KPR dilakukan pada tingkat kepercayaan 95 %.

Nilai t hitung dapat diperoleh melalui rumus berikut ini :

(

)

1 1

Sb b b

thitung = −

Di mana :

b1 = Koefisien variabel bebas ke 1

b = Nilai hipotesis nol

Sb1 = Simpangan baku dari variabel bebas ke 1

0 t-kritis

t-kritis t-hitung

t-hitung

Ho diterima


(56)

Gambar 3.2 : Daerah kritis pengujian t-test

Berdasarkan Uji t, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Ho : i = 0

Ha : i ≠ 0

Dengan kriteria sebagai berikut : Ho diterima jika t hitung < t tabel

Artinya ada variabel bebas (Suku Bunga KPR dan dana pihak ketiga ) yang tidak nyata mempengaruhi variabel terikat (permintaan KPR).

Ho ditolak jika t hitung > t tabel

Artinya ada variabel bebas (Suku Bunga KPR dan dana pihak ketiga) yang secara nyata mempengaruhi variabel terikat (permintaan KPR).

3.6 Uji Asumsi Klasik 3.6.1 Uji Multikolinieritas

Merupakan pengujian untuk mengetahui apakah adanya hubungan linier yang kuat diantara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi. Multikolinieritas akan mempengaruhi interpretasi hasil regresi model yang diuji. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinier adalah dengan cara membandingkan nilai r2 dengan nilai R2. Jika nilai r2 > R2, maka model regresi tersebut menunjukkan adanya multikolinier. Sedangkan jika nilai r2 < R2, maka model regresi tersebut telah terbebas dari masalah multikolinier.


(57)

3.6.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan yang terjadi antara variabel-variabel dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Dengan kata lain, autokorelasi akan menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi dapat terjadi apabila kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya. Adapun alat penguji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah Lagrange Multiplier Test (LM Test).

Uji ini dikembangkan oleh Breusch-Godfrey, sehingga dikenal juga dengan sebutan The Breusch-Godfrey (BG) Test. Perhatikan model persamaan berikut ini :

t 1 1 0

t X

Y =β +β +µ

Pada uji ini diasumsikan bahwa t mengikuti model otoregresif ordo

p(AR(P))1, dengan bentuk sebagai berikut :

t t 3 t 3 2 t 2 1 t 1

t ρ µ ρ µ ρ µ ... ρ µ ε

µ = − + − + − + + ρ −ρ +

Adapun hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 : 1= 2 = … = = 0

Ha : Tidak demikian

Dengan demikian apabila kita tidak memiliki cukup bukti untuk menolak hipotesis, maka gejala autokorelasi tidak ada.


(58)

3.7 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup variabel yang ada, maka akan dijelaskan defenisi operasional variabel dependen dan variabel independen sebagai berikut :

1. KPR adalah singkatan dari kredit kepemilikan rupah. Ini adalah fasilitas untuk membeli rumah dengan cara kredit pada bank yang dihitung dalam satuan Rupiah.

2. Suku Bunga Kredit Perumahan (KPR) adalah Tingkat Suku Bunga Kredit yang ditentukan oleh pihak Bank berdasarkan Tingkat Suku Bunga Surat Berharga Bank Indonesia (SBI) yang dihitung dalam satuan Persen.

3. Dana pihak ketiga adalah jumlah dari rekening Giro (demand deposit), Tabungan (saving deposit), serta Deposito (time deposit dan sertificate of deposit) yang dihitung dalam satuan Rupiah


(59)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Singkat Berdiri PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar menabung, Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No.27 tgl 16 Oktober 1897 mendirikan POSTSPAARBANK, yang kemudian terus hidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4 (empat) cabang yaitu Jakarta,Medan,Surabaya dan Makasar. Pada tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian keadaan keuangan POSTPAARBANK pulih kembali pada thn 1941.

Tahun 1942 Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Jepang. Jepang membekukan kegiatan POSTPAARBANK dan mendirikan TYOKIN KYOKU sebuah bank bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan.TYOKIN KYOKU hanya mendirikan satu cabang yaitu cabang Yogyakarta. Proklamasi kemerdekaan R.I 17-08-1945 telah memberikan inspirasi kepada Bp.Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilalihan TYOKIN KYOKU dari pemerintah Jepang ke pemerintah R.I dan dia menjadi Direktur yang pertama. Tugas pertama KANTOR TABUNGAN POS adalah melakukan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI).


(60)

Tapi kegiatan KANTOR TABUNGAN POS tidak berumur panjang, karena agresi Belanda (Desember 1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos sehingga tahun 1949. Saat KANTOR TABUNG POS dibuka kembali (1949), nama KANTOR TABUNGAN POS diganti menjadi BANK TABUNGAN RI. Sejak kelahirannya dan sampai berubah nama BANK TABUNGAN POS RI, lembaga ini bernaung dibawah kementrian perhubungan.

Banyak kejadiaan bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya UU darurat nomor 9 thn 1950 tgl 09 Februari 1950 yang mengubah nama “POST PAARBANK IN INDONESIA” berdasarkan Staatsblat No.295 thn 1941 menjadi BANK TABUNGAN POS dan memindahkan induk kementerian dari kementerian perhubungan ke kementerian keuangan dibawah Menteri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU darurat tersebut masih bernama BANK TABUNGAN POS menurut UU darurat tersebut dikukuhkan dengan UU No.36 thn 1953 tgl 18 Desember 1953. Perubahan nama dari TABUNGAN POS menjadi BANK TABUNGAN NEGARA didasarkan pada PERPU No.4 thn 1963 tgl 22 Juni 1963 yang kemudian dikuatkan dengan UU No.2 thn 1964 tgl 25 Mei 1964.

Pengawasan status bank tabungan Negara sebagai bank milik Negara ditetapkan dengan UU No.20 thn 1968 tgl 19 Desember 1968 yang sebelumnya (sejak tahun 1964) BANK TABUNGAN NEGARA menjadi BNI unit V. Jika tugas utama saat pendirian POSTPAARBANK (1987) sampai dengan BANK TABUNGAN NEGARA (1968) adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 BANK TABUNGAN


(61)

NEGARA ditambah dengan tugasnya yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tgl 10 Desember 1976, karena itu tgl 10 Desember diperingati sebagai hari KPR bagi BTN.

Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dengan dikeluarkannya PP No.24 thn 1992 tgl 29 April 1992 yang merupakan pelaksanaan dari UU No.7 thn 1992 bentuk hukum BTN berubah menjadi perusahaan perseroan. Sejak itu nama BTN menjadi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call name Bank BTN. Berdasarkan kajian konsultan independent, price waterhouse coopers, pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat nomor S-544-/M-MBU/2002 tgl 21 Agustus 2002 memutuskan Bank BTN sebagai Bank Umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahaan tanpa subsidi.

4.2 Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Medan

Struktur organisasi perusahaan merupakan pencerminan dari kebijaksanaan yang ditempuh untuk mengkoordinir manusia, peralatan dan fasilitas lainnya yang terlibat didalamnya, guna tercapainya suatu tujuan yang sudah ditetapkan dengan cara yang paling efisien. Dari berbagai jenis struktur organisasi yang ada, PT Bank Tabungan Negara (Persero) cabang Medan dengan jumlah karyawan 144 orang termasuk kategori perusahaan besar dari segi jumlah tenaga kerja, mempunyai sifat hubungan kerja sentralisasi dengan kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta. Seluruh aktivitas yang dilaksanakan kantor kas yang ada di 6 lokasi (Perumnas


(62)

Retail Service Departement Deputy Branch Manager Operation Departement Deputi Branch Manager

Collection & Workout Departement Deputi Branch Manager Internal Control Staff Assistant Manager Teller Service Customer Service Loan Service Transaction Processing Loan Administration General Branch Administration Sub Branch Simalingkar Sub Branch Iskandar Muda Sub Branch Helvetia Collection Supervisor Sub Branch Tebing Tinggi Sub Branch Banda Aceh Sub Branch Lhokseumawe Sub Branch Medan Mall Sub Branch P. Siantar Sub Branch M. Yamin Secretary Branch Manager Branch Risk &

Control Officer

Helvetia, Perumnas Mandala, Perumnas Simalingkar, Pematang Siantar, Banda Aceh dan Lhoksemawe) harus dilaporkan sepenuhnya ke kantor cabang.

Cara structural organisasi PT. Bank tabungan Negara (Persero) cabang Medan dapat digambarkan dalam skema berikut ini :

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Medan


(63)

Berdasarkan struktur organisasi yang digambarkan diatas terlihat bahwa Bank Tabungan Negara Medan dipimpin oleh seorang kepala cabang atau branch manager, yang membawahi 3 orang deputy branch manager (DBM). Di luar struktur kantor cabang tersebut juga terdapat 7 kantor cabang pembantu. Kepala kantor cabang pembantu adalah pejabat setingkat deputy branch manager yang bertanggungjawab langsung kepada kepala cabang.

Untuk kelancaran dan ketertiban administrasi pelaksanaan tugas-tugasnya kepala cabang didukung oleh sekretaris dan staf pembantu tugas-tugas kesekretariatan yaitu:

1) deputy branch manager (DBM) bidang operasional membawahi unit kerja yang termasuk dalam kelompok operasional yaitu:

a) seksi transaction processing b) seksi loan administration

c) seksi general branch administration

2) deputy branch manager retail service membawahi unit kerja yang termasuk dalam kelompok retail service yaitu:

a) seksi teller service b) seksi customer service c) seksi loan service

3) deputy branch manager collection & workout membawahi satu unit kerja yaitu collection supervisor.

4) internal control dan kantor cabang pembantu (kancapem) langsung dibawah kepala cabang.


(64)

Uraian Tugas (Job Description)

Setiap unit kerja yang ada di BTN cabang Medan mengembang tugas yang berbeda-beda namun membentuk mata rantai pekerjaan yang bermuara pada pemberian pelayanan kepada nasabah dengan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Setiap unit kerja tersebut secara umum terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu front office dan back office. Front office adalah unit-unit kerja yang langsung berhubungan dengan nasabah retail yaitu unit kerja teller service, customer service dan loan service, sedangkan back office adalah unit kerja yang tugasnya tidak berhubungan secara langsung dengan nasabah yaitu unit kerja transaction processing, loan administration, general branch administration, internal control. Secara umum pembagian tugas-tugas masing-masing unit kerja:

1. Deputy Branch Manager (DBM) bidang operasional membawahi:

a) unit kerja transaction processing

Secara umum menangani transaksi pemindah bukuan, transaksi dan proses kliring, pemeliharaan likuiditas, pemrosesan transaksi, pemeliharaan sistem komputer (hardware dan software), administrasi transaksi tabungan kantor pos, pemeliharaan ATM dan transaksi pemindah bukuan lainnya, rincian tugasnya adalah:

(1) melakukan proses kliring

(2) memproses transaksi angsuran KPR dan entry data, penelusuran dummy, koreksi klaim, dan pemutahiran master debitur


(65)

(3) mengadministrasikan transaksi kantor pos

(4) administrasi dan pemrosesan nota pembukuan khusus (NKP) dan nota pembukuan umum (NPU)

(5) pemrosesan transaksi pemindah bukuan dana, kredit dan umum (6) pemeliharaan likuiditas dan administrasi perpajakan

(7) pembuatan Laporan likuiditas BI, rekening antar kantor (RAK), pajak, surplus minus tabungan kantor pos

(8) pemrosesan data transaksi melalui sistem komputer (9) perawatan hardware dan software komputer

(10) perawatan dan pemeliharaan mesin ATM

(11) melakukan rekonsiliasi subdiary ledger dan general ledger b) unit kerja loan administration rincian tugasnya adalah :

(1) memproses permohonan kredit, antara lain :

(a) melakukan pemeriksaan dan pembuatan laporan pemeriksaan akhir (LPA)

(b) membuat daftar umum pemohon (DUP)

(c) membuat surat persetujuan kredit, menghitung biaya realisasi (d) mempersiapkan realisasi dan membuat master debitur

(e) pencairan dana realisasi, dana notaris dan biaya apraiser

(f) mengadministrasikan dana jaminan yang ditahan/diblokir sampai KPR dilunasi oleh debitur

(g) mengadministrasikan uang badan pertimbangan perumahan (Bapertarum) bagi PNS


(66)

(h) mengadministrasikan dosier debitur

(i) mengadministrasikan dan memelihara dokumentasi kredit ritel (2) mengadministrasikan kredit umum, antara lain:

(a) menerima form aplikasi kredit umum

(b) mengadministrasikan kredit koran dan closier kredit umum

(c) menerima akta surat pengakuan utang (SPH), melakukan pencairan kredit jasa griya

(d) menghitung, mengkonfirmasikan dan administrasi pembayaran bunga, denda dan pokok

(e) mengadministrasikan dokumen pokok kredit umum

(f) memproses pelepasan dan pemecahan sertifikat hak tanggungan c) unit kerja general branch administration (GBA). rincian tugasnya :

(1) mengadministrasikan dosier masuk dan keluar (2) mengadministrasikan dokumen pokok

(3) melakukan konfirmasi dan pemantauan penyelesaian dokumen kepada notaris

(4) memproses permohonan pinjaman dan dokumen pokok (5) memproses pembebanan hak tanggungan

(6) memproses balik nama sertifikat

(7) mempersiapkan dokumen untuk proses penyelesaian kredit (8) melaporkan penyelesaian dokemen pokok kekantor pusat (9) memproses pelunasan kredit


(67)

2. Bagian Retail Service (membawahi teller service, customer service, loan service)

rincian tugasnya adalah:

a) membuat program kerja untuk unit retail service. b) menjalankan tugas-tugas retail service seperti:

(1) memproses permohonan kredit seperti kredit umum dan KPR (2) membuat analisa atas permohonan kredit

(3) melakukan on the spot

(4) melakukan pembinaan terhadap kredit umum yang menunggak (5) memantau kewajiban pembayaran bunga dan pokok kredit umum (6) mempersiapkan dan melakukan realisasi kredit umum

(7) memproses pencairan kredit umum

(8) memberikan informasi yang memadai tentang fasilitas kredit (9) melakukan penilaian agunan,

(10) membuat SP2K

(11) melakukan pencairan kredit yasa griya (12) mewawancarai calon peminjam

(13) pemantauan terhadap perkembangan pembangunan perumahan

3. Bagian Collection and Workout

rincian tugasnya adalah:

a) melakukan pemungutan terhadap kredit (KPR)


(68)

c) melakukan rekapitulasi hasil pungutan

d) menyampaikan surat peringatan dan melakukan penagihan untuk debitur penunggak

e) membuat catatan/laporan tentang debitur secara berkala f) dan lain-lain

4. Bagian Internal Control Staf

rincian tugasnya adalah:

a) memeriksa kas besar dan kas ATM

b) memeriksa sandi jurnal atau sandi pemindah bukuan dan validasinya c) memeriksa laporan likuiditas

d) membuat laporan dana harian

e) membuat Laporan Mingguan Bank (LMB), Laporan Bulanan Bank Umum (LBBU) dan sistem informasi keuangan ke Bank Indonesia

f) menyelenggarakan dan menindak lanjuti audit intern dan audit koordinasi

g) memeriksa neraca harian dan bulanan

h) mengelola buku besar cabang dan mulai entry bukti transaksi sampai cetak General Ledger (GL) dan mencocokkan dengan listingnya

i) mengelola bukti transaksi

j) membuat nota jurnal transaksi serta periksa buku dasar

k) mengkoordinasikan pencocokan General Ledger (GL) dengan


(69)

l) membuat laporan cabang

m) membuat laporan-laporan mingguan bank dan laporan bulanan bank kekantor pusat

n) membuat laporan Sistem Informasi Kredit (SIK) ke Bank Indonesia o) membuat laporan anus kas dan laporan penerimaan angsuran

p) menerima dan memeriksa laporan manual sistem informasi manajemen cabang

q) mengadministrasikan pelaporan cabang

4.3 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan berbagai lapisan masyarakat permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya keinginan untuk memiliki rumah sendiri. Apabila dilihat dari perkembangan perekonomian dewasa ini, harga rumah dirasakan cukup tinggi. Salah satu jalan yang dapat ditempuh masyarakat adalah dengan cara melakukan kredit kepada pihak bank dalam hal ini Bank Tabungan Negara.

Perkembangan Kredit Pemilikan Perumahan (KPR) selama tahun 2005 hingga tahun 2008 dalam tiap bulannya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :


(70)

Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Bulan Tahun

2005 (Juta Rupiah)

2006 (Juta Rupiah)

2007 (Juta Rupiah)

2008 (Juta Rupiah)

Januari 272,110 292,370 311,307 332,769

Februari 276,884 292,868 312,237 333,782

Maret 280,823 303,051 312,290 336,758

April 284,803 304,328 298,393 342,702

Mei 284,727 304,784 301,767 344,224

Juni 286,437 307,699 304,726 353,466

Juli 288,842 310,119 308,823 367,706

Agustus 292,139 314,497 314,312 385,184

September 298,323 311,409 319,833 425,714

Oktober 302,725 313,571 321,483 438,576

November 301,902 312,299 329,449 457,884

Desember 294,179 311,957 333,520 488,890

Sumber : Bank Tabungan Negara

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 KPR berada diposisi terendah pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 272,110,000,- dan mencapai posisi


(71)

tertinggi pada bulan Oktober yaitu sebesar Rp. 302,725,000,-. Untuk tahun 2006 KPR berada diposisi terendah pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 292,370,000,- dan mencapai posisi tertinggi pada bulan Agustua yaitu sebesar Rp. 314,497,000,-. Untuk tahun 2007 KPR berada diposisi terendah pada bulan April yaitu sebesar Rp. 298,393,000,- dan mencapai posisi tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar Rp. 333,520,000,-. Dan untuk tahun 2008 KPR berada diposisi terendah pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 332,769,000,- dan mencapai posisi tertinggi pada bulan Desenber Rp. 488,890,000,-

Secara umum, dari tahun 2005 sampai 2008 KPR menunjukkan trend peningkatan yang sangat signifikan dimana pada awal tahun 2008 KPR masih berkisar Rp. 272,110,000,- sedangkan pada akhir tahun 2008 KPR sudah meningkat menjadi Rp. 488,890,000,-. Hal ini memperlihatkan permintaan KPR mengalami peningkatan ke arah yang positif.

4.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Kinerja perbankan diukur dari peningkatan dana pihak ketiga yang terhimpun serta dana yang disalurkan kepada masyarakat. Semakin besar dana pihak ketiga yang terhimpun oleh bank maka semakin besar peluang bank untuk menyalurkan nya kembali kepada masyarakat berupa kredit.

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) selama tahun 2005 hingga tahun 2008 dalam tiap bulannya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :


(72)

Tabel 4.2 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Bulan Tahun

2005 (Juta Rupiah) 2006 (Juta Rupiah) 2007 (Juta Rupiah) 2008 (Juta Rupiah)

Januari 396,199 441,249 514,412 442,467

Februari 397,490 415,110 498,068 427,896

Maret 376,397 410,516 363,476 420,254

April 371,269 409,525 359,553 426,429

Mei 385,420 417,765 354,509 427,502

Juni 415,356 416,044 358,558 464,206

Juli 397,125 417,847 363,089 471,584

Agustus 401,494 413,828 355,335 442,018

September 392,361 401,231 354,780 447,659

Oktober 402,675 405,781 352,753 446,916

November 395,110 404,933 364,055 451,137

Desember 458,026 518,981 437,960 457,711

Sumber : Bank Tabungan Negara

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 DPK berada diposisi terendah pada bulan April yaitu sebesar Rp. 371,269,000,- dan mencapai posisi tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar Rp. 458,026,000,-. Untuk tahun 2006 DPK berada diposisi terendah pada bulan November yaitu sebesar Rp. 404,933,000,- dan mencapai posisi tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar Rp. 518,981,000,-. Untuk tahun 2007 DPK berada diposisi terendah pada bulan Oktober yaitu sebesar Rp. 352,753,000,- dan mencapai posisi tertinggi pada bulan Januari yaitu sebesar Rp. 514,412,000,-. Dan untuk tahun 2008 DPK berada diposisi terendah pada bulan Maret yaitu sebesar Rp. 420,254,000,- dan mencapai posisi tertinggi pada bulan Juni Rp. 464,206,000,-


(73)

Secara umum, dari tahun 2005 sampai 2008 DPK menunjukkan trend peningkatan yang sangat signifikan dimana pada awal tahun 2008 DPK masih berkisar Rp. 371,269,000,- sedangkan pada akhir tahun 2008 DPK sudah meningkat menjadi Rp. 464,206,000,000,-. Hal ini memperlihatkan permintaan DPK mengalami peningkatan.

4.5 Perkembangan Suku Bunga

Perkembangan Suku Bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan Kredit Pemilikan Rumah. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit maka semakin berkurang permintaan akan Kredit Pemilikan Rumah.

Perkembangan Suku Bunga selama tahun 2005 hingga tahun 2008 dalam tiap bulannya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :


(74)

Tabel 4.3 Perkembangan Suku Bunga

Bulan Tahun

2005 (%) 2006 (%) 2007 (%) 2008 (%)

Januari 12.5 13 12.75 10

Februari 12.5 13 12.75 10

Maret 12.5 13 12.75 10

April 12.5 13 12.75 10

Mei 12.5 13 12.75 10

Juni 12.5 13 12.75 10

Juli 12.5 13 12.75 10

Agustus 12.5 13 12.75 10

September 12.5 13 12.75 10

Oktober 12.5 13 12.75 10

November 12.5 13 12.75 14

Desember 12.5 13 12.75 14

Sumber : Bank Tabungan Negara

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 Suku Bunga berada diposisi yang tetap yaitu berkisar 12,5 %. Untuk tahun 2006 Suku Bunga berkisar 13 %. Untuk tahun 2007 Suku Bunga kembali turun pada posisi 12,75%. Dan untuk tahun 2008 Suku Bunga berada diposisi terendah sebesar 10 % dan mencapai posisi tertinggi berkisar 14 %.

Secara umum, dari tahun 2005 sampai 2008 Suku Bunga menunjukkan trend peningkatan yang sangat signifikan dimana pada awal tahun 2008 Suku Bunga masih berkisar 12,5% sedangkan pada akhir tahun 2008 Suku Bunga sudah meningkat menjadi 14%. Hal ini memperlihatkan permintaan KPR mengalami perubahan tiap tahunnya.


(75)

4.6 Hasil Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan suatu model yang digunakan untuk menganalisis hubungan persamaan antar variabel. Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat dengan variabel bebas. Permintaan Kredit Perumahan (KPR) merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh Dana Pihak Ketiga dan Suku Bunga sebagai variabel bebas.

Dari hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), diperoleh hasil sebagai berikut :

4.6.1 Interpretasi Model

Hasil estimasi :

Y = 398214,2 + 0,298985X1 – 16213,15X2(t-1)

Standard Error : (97484,07) (0,143969) (50555,575) t Statistic : (4,08491) (2,776736) (-3,206985)

R2 = 0,313549 F-statistic = 10,04891

Adjusted R2 = 0.282347 Prob(F-statistic) = 0,000254 Sumber : data diolah dengan menggunakan program Eviews

Hasil estimasi :

Berdasarkan dari persamaan regresi di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Variabel Dana Pihak Ketiga menunjukkan pengaruh positif terhadap Permintaan Kredit Perumahan. Koefisien regresi sebesar 0,298985


(76)

menunjukkan bahwa, apabila terjadi kenaikan DPK sebesar Rp 1 juta maka KPR akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 0.180329 juta. (ceteris paribus) 2. Variabel Suku Bunga menunjukkan pengaruh negatif terhadap Permintaan

Kredit Perumahan. Koefisien regresi sebesar 16213,15 menunjukkan bahwa, apabila terjadi kenaikan Suku Bunga sebesar 1 % maka KPR akan mengalami penurunan sebesar Rp. 16213,15 juta. (ceteris paribus)

3. Nilai konstanta/intercept sebesar 398214,2 menunjukkan bahwa, apabila kedua variabel diatas (Dana Pihak Ketiga dan Suku Bunga) dianggap tidak ada maka KPR akan mengalami kenaikan sebesar Rp 398214,2 juta. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak disebutkan dalam model diatas.


(77)

4.6.2 Pengujian Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur persentase Permintaan Kradit Perumahan yang dijelaskan oleh model regresi yang digunakan. Dari model di atas diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,313549. Hal ini menunjukkan bahwa variasi Permintaan Kredit Perumahan dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variasi variabel-variabel bebas (DPK dan Suku Bunga) sebesar 31,35 % dan sisanya 68,65% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi yang digunakan.

2. Uji F

Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel DPK dan Suku Bunga mampu secara bersama-sama (serentak) mempengarhui permintaan Kredit Perumahan dikota medan.

1. Hipotesa : Ho : b1 = b2 = 0

Ha : b1≠ b2 ≠ 0

2. V1 = k – 1 = 2 – 1 = 1

V2 = n – k = 47 – 2 = 45

3. = 5 % F-tabel = 7,22 F-statistik = 10,04891 4. Kriteria pengambilan keputusan

Terima Ho jika : F-statistik < F-tabel Terima Ha jika : F-statistik > F-tabel 5. Keputusan :


(78)

Terima Ha, karena F-statistik > F-tabel yaitu 10,04891> 7,22

Artinya variasi dari Dana Pihak Ketiga dan Suku Bunga secara keseluruhan berpengaruh terhadap Permintaan Kredit Perumahan.

6. Gambar

Gambar 4.2 Uji F-statistik

3. Uji t (uji parsial)

Uji t (uji parsial) merupakan pengujian hipotesis secara individual untuk membuktikan nilai koefisien regresi signifikan atau tidak.

a. Variabel Dana Pihak Ketiga (X1)

1. Hipotesa :

Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

0

Ho diterima

Ha diterima


(79)

2. df = n – k – 1 = 47 – 2 – 1 = 44

= 5 % t-tabel =2,012 t-statistik = 2,776736 3. Kriteria pengambilan keputusan

Terima Ho jika : t-statistik < t-tabel Terima Ha jika : t-statistik > t-tabel 4. Keputusan

Terima Ha, karena t-statistik > t-tabel yaitu 2,77> 2,012

Artinya variabel Dana Pihak Ketiga berpengaruh secara signifikan terhadap KPR pada tingkat kepercayaan 95 %.

5. Gambar

Gambar 4.3 Uji t-statistik Variabel Dana Pihak Ketiga

b. Variabel Suku Bunga (X2)

1. Hipotesa :

Ho : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

2. df = n – k – 1 = 47 – 2 – 1 = 44

= 5 % t-tabel = 2,012 t-statistik = 3,206985 3. Kriteria pengambilan keputusan

0 Ho diterima

Ha diterima Ha diterima

-2,01 2,01 2,77


(1)

Ha : ≠ 0, ada gejala autokorelasi

b. = 5 % c. Kesimpulan :

Dari hasil pengujian yang terdapat pada lampiran menunjukkan bahwa nilai

Obs*R-square bernilai 0,862880 dengan nilai Prob. Chi=square(2) adalah

0,649573. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya yang cukup besar (di atas 0,05), sehingga hipotesa nol harus diterima, yaitu tidak terdapat gejala autokorelasi.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, maka sebagai penutup dari skripsi ini penulis mencoba memberikan suatu kesimpulan dan disertai dengan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

Berbagai penelitian mengenai permintaan telah banyak dilakukan. Dan banyak penelitian telah menguraikan analisa permintaan. Faktor-faktor yang paling penting dalam menentukan jumlah permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah Dana Pihak Ketiga dan Suku Bunga.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan-pembahasan yang penulis lakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Permintaan Kredit Perumahan (KPR) selama kurun waktu penelitian mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi dari tahun 2005 – 2008 dalam tiap bulannya. Dana Pihak Ketiga dan Suku Bunga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Medan.

2. Dana Pihak Ketiga (DPK) selama kurun waktu penelitian mengalami fluktuasi. Peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) memberikan pengaruh yang positif terhadap Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).


(3)

3. Sama halnya dengan DPK, Suku Bunga juga mengalami fluktuasi selama waktu penelitian meskipun pada akhirnya dibulan november dan desember pada tahun 2008 mengalami peningkatan berkisar 14%. Peningkatan Suku Bunga memberikan pengaruh negatif terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR).


(4)

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, penulis mencoba memberi saran sebagai uraian terakhir dari penulisan ini :

1. Diharapkan Bank Tabunga Negara (BTN) lebih aktif dan selalu meningkatkan fasilitas maupun pelayanannya dalam upaya menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat agar penyaluran Kredit Kepemilikan Perumahan (KPR) dapan berjalan lebih baik lagi.

2. Dalam menentukan Suku Bunga, pihak bank diharapkan lebih bijaksana supaya masyarakat bisa tertarik dalam menggunakan fasilitas KPR dengan Suku Bunga yang terjangkau.

3. Sebagaimana dengan kegiatan-kegiatan usaha lainya maka Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Medan juga diharapkan pada persaingan-persaingan yang cukup ketat dalam memasarkan kreditnya, apalagi melihat saat sekarang ini semakin banyak bank yang memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan berbagai fasilitas yang menguntungkan. Oleh karena itu agar tetap dapat bersaing dengan bank lain, maka Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang Medan harus dapat bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi, serta harus selalu mampu menciptakan produk-produk atau jasa-jasa yang baru ke masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bilas , A.Richard.1986, Teori Ekonomi Mikro, Erlangga, Jakarta.

Gujarati, Damodar N., 2003. Ekonometrika Dasar, Cetakan Kesebelas. Jakarta: Erlangga.

Diamre, Daan.1982, Pengaruh Pendapatan Rumah Tangga Terhadap Pendidikan, CV. Rajawali, Jakarta.

Hanafiah, A.M dan Saefuddin, A.M.1988, Tata Niaga Hasil Pertanian, UI Press, Jakarta.

Mubyarto. 1983, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta.

Nachrowi, D. Nachrowi, 2006. Ekonometrika. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia. Nicholson, Water. 1989, Teori Ekonomi I, Terjamahan Deliarnov, Drs. M.SC. CV.

Rajawali, Jakarta.

Sudjana. 2002, Metoda Statistik, Edisi keenam, Penerbit Tarsito, Bandung

Sukirno, Sadono. 2002, Pengantar Teori Makroekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudarman, Ari. 1986, Teori Ekonomi Mikro, BPEF UGM, Yogyakarta.

Wahyu, A. P. 2007, Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika, Edisi Pertama, USU Press, Medan.

Winardi. 1987, Pengantar Ekonomi, Tarsito, Bandung

Lain-lain : www.btn.go.id


(6)

Lampiran Hasil Analisa

Dependent Variable: KPR Method: Least Squares Date: 02/12/09 Time: 18:57 Sample(adjusted): 2005:02 2008:12

Included observations: 47 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 398214.2 97484.07 4.084916 0.0002

DPK 0.298985 0.143969 2.776736 0.0437

SB(-1) -16213.15 5055.575 -3.206985 0.0025

R-squared 0.313549 Mean dependent var 324394.3

Adjusted R-squared 0.282347 S.D. dependent var 45730.67

S.E. of regression 38740.46 Akaike info criterion 24.02886

Sum squared resid 6.60E+10 Schwarz criterion 24.14695

Log likelihood -561.6782 F-statistic 10.04891

Durbin-Watson stat 0.276094 Prob(F-statistic) 0.000254

Lampiran Uji Lm Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.382337 Probability 0.684731

Obs*R-squared 0.862880 Probability 0.649573

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/12/09 Time: 18:59

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -3312.147 25037.54 -0.132287 0.8954

DPK -0.001556 0.027759 -0.056070 0.9556

SB(-1) 190.5326 1496.728 0.127299 0.8993

AR(1) -0.007366 0.029636 -0.248546 0.8050

RESID(-1) 0.119298 0.159554 0.747694 0.4590

RESID(-2) 0.066968 0.171843 0.389704 0.6988

R-squared 0.018758 Mean dependent var -4.72E-07

Adjusted R-squared -0.103897 S.D. dependent var 6110.488

S.E. of regression 6420.076 Akaike info criterion 20.49336

Sum squared resid 1.65E+09 Schwarz criterion 20.73187

Log likelihood -465.3472 F-statistic 0.152935