TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN KREDIT

83

BAB IV TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN KREDIT

PEMILIKAN RUMAH KPR DAN PENNYELESAIANNYA PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA PERSERO TBK CABANG MEDAN A. Hak dan kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan Perjanjian dalam hukum perdata Indonesia diatur dalam Bab III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata, yakni Pasal 1313 KUHPerdata memberikan pengertian tentang perjanjian, yaitu: “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Berdasarkan bunyi Pasal 1313 KUHPerdata tersebut, bahwa hubungan antara dua orang tersebut adalah suatu hubungan hukum dimana hak dan kewajiban di antara para pihak tersebut dijamin oleh hukum. 92 Hubungan antara 2 dua orang tersebut adalah suatu hubungan hukum dimana hak dan kewajiban diantara para pihak tersebut dijamin oleh hukum. Sebuah perjanjian dapat menimbulkan perikatan yang dalam bentuknya berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara 2 dua orang atau 2 dua pihak berdasarkan dimana pihak yang 1 satu berhak menuntut untuk menuntut sesuatu hal dari pihak lain, dan pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pihak yang berhak menuntut sesuatu disebut kreditur, sedangkan yang memenuhi tuntutan tersebut adalah debitur. 93 Hukum perjanjian merupakan sebagai suatu perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian mengakibatkan lahirnya hak dan kewajiban para pihak yang melakukan perikatan tersebut. 94 92 H. R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 175 93 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 2010, hal. 1 94 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2002, hal. 65 Universitas Sumatera Utara Hak dan kewajiban sebagaimana disebutkan diatas merupakan suatu konsekuensi dari apa-apa yang disepakati dalam perjanjian, dimana satu pihak bersedia untuk memberikan pinjaman sejumlah uang untuk keperluan tertentu kepada pihak lainnya, dan dipihak lainnya berkewajiban untuk mengembalikan dan menggunakan pinjaman tersebut seperti apa yang telah disepakati dalam perjanjian. Sesuai dengan kesepakatan yang telah dituangkan dalam perjanjian kredit pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, maka masing- masing pihak akan memperoleh hak dan kewajibannya. Apa yang menjadi hak bagi debitur adalah merupakan kewajiban bagi pihak bank, dan apa yang menjadi kewajiban debitur adalah merupakan hak bagi pihak bank. Pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, bahwa dengan ditandatanganinya perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan antara pihak bank dengan debitur, maka pada saat itu juga telah terjadi kesepakatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, yaitu pihak debitur dengan pihak bank. Dengan adanya kesepakatan maka akan mempunyai kekuatan mengikat secara hukum sehingga akan timbul hak dan kewajiban bagi pihak-pihak. 95 Dengan adanya ketentuan hak dan kewajiban dari pihak debitur maka dengan sendirinya debitur harus melaksanakan tanggung jawab atas pelunasan kredit pemilikan rumah tersebut, yaitu berkewajiban untuk melunasi angsuran tiap bulan secara rutin sampai batas waktu yang ditentukan dalam perjanjian dalam hal 95 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara ini pihak debitur harus menjamin kelancaran dalam membayar angsuran tersebut, untuk itu debitur harus menyerahkan jaminan berupa sertifikat dan surat-surat mengenai rumah kepada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan sehingga konsekuensi dari adanya perlindungan hukum ini adalah debitur berhak untuk menggunakan, menempati dan memiliki rumah beserta tanahnya tanah dan bangunan rumah Kredit Pemilikan Rumah KPR-BTN dan berkewajiban melunasi sisa pembayaran angsuran sampai selesai. 96 Dengan kata lain, bahwa kedua pihak yaitu pihak kreditur yaitu PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan dengan pihak debitur yaitu dalam hal ini adalah masyarakat selaku nasabah, masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban, yaitu: 97 1. Bagi PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan berkewajiban memberikan kredit kepada debitur dan berhak menerima kembali pelunasan kredit yang dilepaskan. 2. Bagi debitur berkewajiban melunasi kredit tersebut dengan cara mengangsur kepada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan tiap bulannya sampai batas waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian dan mentaati segala ketentuan-ketentuan yang telah dibuat oleh bank. Sedangkan hak dari debitur yaitu berhak menerima kredit dan memiliki serta menempati rumah berserta tanahnya. 96 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 97 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara Adapun hak-hak dari debitur yang merupakan kewajiban bagi pihak bank berdasarkan dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR PT. Bank Tabungan Negara Persero Cabang Medan adalah: 1. Menggunakan jumlah pokok kredit untuk keperluan pembelian rumah, hal ini terdapat pada Pasal 1 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 2. Mengajukan keberatanklaim kepada bank apabila pembukuan pencatatan bank atas pembayaran angsuran tidak benar, hal ini terdapat pada Pasal 8 ayat 9 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 3. Melakukan pembayaran ekstra, pembayaran dimuka dan atau pelunasan dipercepat, hal ini terdapat pada Pasal 10 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 4. Dalam hal telah dilunasi semua utang oleh debitur maka ia berhak memperoleh surat pernyataan lunas dari pihak bank untuk keperluan roya atas hak tanggungan yang dibebankan pada barang agunan, hal ini terdapat pada Pasal 21 ayat 2 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 5. Menerima pengembalian bukti-bukti kepemilikan rumah dari bank apabila kredit telah dinyatakan lunas, hal ini terdapat pada Pasal 11 ayat 5 dan Pasal 21 ayat 3 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. Universitas Sumatera Utara 6. Memberikan kuasa kepada pihak lain untuk mengambil surat-surat dan dokumen-dokumenyang berkaitan dengan barang agunan, hal ini terdapat pada Pasal 21 ayat 5 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. Sedangkan kewajiban-kewajiban dari debitur yang merupakan hak-hak yang diperoleh oleh pihak bank berdasarkan dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR PT. Bank Tabungan Negara Persero Cabang Medan adalah: 1. Membayar biaya-biaya yang dikeluarkan guna keperluan Kredit Pemilikan Rumah KPR, seperti: provisi, premi asuransi. Hal ini sebagaimana tertuang pada Pasal 5 dan Pasal 13 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 2. Melakukan pembayaran kredit secara angsuran sesuai dengan kesepakatan, hal ini terdapat pada Pasal 8 ayat 1 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 3. Menyimpan semua bukti pembayaran angsuran, hal ini terdapat pada Pasal 8 ayat 8 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 4. Menyerahkan barang agunan berikut dengan dokumen-dokumen kepemilikan barang agunan kepada bank, hal ini terdapat pada Pasal 11 ayat 1 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. Universitas Sumatera Utara 5. Memberikan agunan tambahan bila diperlukan, hal ini terdapat pada Pasal 12 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 6. Menutup asuransi terhadap barang agunan dan membayar premi asuransi tersebut, hal ini terdapat pada Pasal 13 ayat 2 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 7. Menempati, memelihara, dan memperbaiki rumah atas biaya sendiri, hal ini terdapat pada Pasal 14 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 8. Membayar rekening listrik, PAM, telepon dengan tertib dan teratur, hal ini terdapat pada Pasal 14 ayat 4 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 9. Membayar Pajak Bumi dan Bangunan serta pungutan-pungutan lainnya, hal ini terdapat pada Pasal 14 ayat 4 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 10. Membuat dan memberikan surat kuasa kepada bank dalam rangka memenuhi ketentuan dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah, hal ini terdapat pada Pasal 22 Perjanjian Kredit PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. Dilihat dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan yang tersebut diatas, bahwa kewajiban bagi debitur yang menjadi hak-hak bagi pihak bank terlihat lebih Universitas Sumatera Utara dominan sedangkan hak bagi debitur yang menjadi kewajiban bagi pihak bank tidak begitu dimunculkan dalam perjanjian tersebut. B. Penyebab terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR di PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan Masalah yang sering terjadi oleh PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan dalam memberikan pinjaman kredit melalui Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah merupakan masalah wanprestasi. Dikatakan wanprestasi ialah apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian, sedangkan prestasi adalah sesuatu yang wajib harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. 98 Wanprestasi menurut hukum perdata di Indonesia tersebut dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yakni bahwa si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit bermasalah, yaitu: 99 1. Faktor internal perbankan yang meliputi kelemahan dalam analisis kredit, kelemahan-kelemahan kredit, agunan, sumber daya alam, teknologi, dan kecurangan petugas bank, diantaranya: a. Kelemahan dalam analisis kredit, yaitu: 1 Analisis kredit tidak berdasarkan data akurat. 2 Informasi kredit tidak lengkap. 3 Kredit terlalu sedikit. 4 Kredit terlalu banyak. 98 Wirjono Prodjodioro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Penerbit Sumur Bandung, Bandung, 1993, hal. 54 99 Mahmoedin, Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004, hal. 51 Universitas Sumatera Utara 5 Jangka waktu kredit terlalu lama. 6 Jangka waktu kredit terlalu pendek. b. Kelemahan dalam dokumen kredit, yaitu: 1 Data mengenai kredit tidak didokumentasi dengan baik. 2 Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan dengan baik. c. Kelemahan dalam supervise kredit, yaitu: 1 Bank kurang pengawasan atas usaha nasabah secara kontinyu dan teratur. 2 Terbatasnya data dan informasi yang berkaitan dengan penyelamatan dan penyelesaian kredit. 3 Tindakan perbaikan tidak diterapkan secara dini dan tepat waktu. 4 Jumlah nasabah terlalu banyak. 5 Nasabah terpencar. d. Kecerobohan petugas bank, yaitu: 1 Bank terlalu kompromi. 2 Bank tidak mempunyai kebijakan perkreditan yang sehat. 3 Petugas bank terlalu menggampangkan masalah. 4 Persaingan antar bank. 5 Pengambilan keputusan yang tidak tepat waktu. 6 Terus memberikan pinjaman pada usaha yang siklusnya menurun. 7 Tidak diasuransikan. e. Kelemahan kebijaksanaan kredit, yaitu: prosedur kredit terlalu panjang. f. Kelemahan bidang agunan, yaitu: 1 Jaminan tidak dipantau dan diawasi secara baik. 2 Nilai agunan tidak sesuai. 3 Agunan fiktif. 4 Agunan sudah dijual. 5 Pengikatan agunan lemah g. Kelemahan sumber daya manusia, yaitu: 1 Terbatasnya tenaga yang ahli dibidang penyelamatan penyelasaian kredit. 2 Pendidikan dan pengalaman pejabat kredit sangat terbatas. 3 Kurangnya tenaga ahli hukum untuk mendukung pelaksanaan penyelesaian dan penyelamatan kredit. 4 Terbatasnya tenaga ahli untuk analisis kredit. h. Kelemahan teknologi, yaitu: 1 Terbatasnya sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pekerjaan teknis. Universitas Sumatera Utara 2 Keterbatasan bank dalam hal teknis, seperti : manajemen secara baik, pengawasan secara kontinyu, administrasi yang rapi. i. Kecurangan petugas bank, yaitu: 1 Petugas bank terlibat kepentingan pribadi. 2 Disiplin pejabat kredit dalam menerapkan system dan prosedur kredit rendah. 2. Faktor internal nasabah yang meliputi kelemahan karakter nasabah, kemampuan nasabah, musibah yang dialami nasabah, kecerobohan nasabah, dan manajemen nasabah. a. Kelemahan karakter nasabah, yaitu: 1 Nasabah tidak mau tahu atau memang tidak beritikad baik. 2 Nasabah kalah judi. 3 Nasabah menghilang. b. Kelemahan kemampuan nasabah, yaitu: tidak mampu mengembalikan kredit karena terganggunya kelancaran usaha, yakni; 1 Kemampuan usaha nasabah yang kurang. 2 Teknik produksi yang sudah ketinggalan zaman. 3 Kemampuan pemasaran tidak memadai. 4 Pengetahuan terbatas. 5 Pengalaman terbatas. 6 Informasi terbatas 3. Faktor eksternal seperti situasi ekonomi yang negatif, politik dalam negeri yang merugikan, politik negara lain yang merugikan, situasi alam yang merugikan, dan peraturan pemerintah yang merugikan. a. Situasi ekonomi yang negatif, yaitu: 1 Globalisasi ekonomi yang berdampak negatif. 2 Perubahan kurs mata uang. b. Situasi politik dalam negeri yang merugikan, yaitu: 1 Pergantian pejabat tertentu. 2 Hubungan diplomatik dengan negara lain. 3 Adanya gejolak sosial. c. Politik Negara lain yang merugikan, yaitu: 1 Proteksi oleh negara lain. 2 Adanya pemogokan buruh diluar negri. 3 Adanya perkembangan politik diegara lain. 4 Kebijakan dari industri luar negri dengan menjatuhkan harga barangnya sehingga memukul harga produk dalam negri. d. Situasi alam yang merugikan, yaitu: 1 Faktor alam yang berakibat negatif. 2 Habisnya sumber daya alam. Universitas Sumatera Utara e. Peraturan pemerintah yang merugikan, yaitu: 1 Membatasi jumlah supermarket atau mall di daerah tertentu. 2 Menutup usaha tertentu untuk melindungi pengusaha kecil. 4. Faktor kegagalan bisnis senantiasa muncul di luar kemampuan para pihak seperti aspek hubungan, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek keuangan, dan aspek sosial ekonomi. 5. Faktor ketidakmampuan manajemen adalah pencatatan tidak memadai, informasi biaya tidak memadai, modal jangka panjang tidak cukup, gagal mengendalikan biaya, overheadcost yang berlebihan, kurangnya pengawasan, gagal melakukan penjualan, investasi berlebihan, kurang menguasai teknis, dan perselisihan antara pengurus. Selain faktor-faktor yang sebagaimana telah diuraian diatas, adapun beberapa penyebab lainnya yang merupakan kesalahan pihak kreditur, yaitu: 100 1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan. 2. Terlalu mudah memberikan kredit yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan. 3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi. 4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staff bagian kredit yang berpengalaman. 5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staff bagian kredit. 6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank. 7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi arah perkembangan arus kas cashflow debitur lama. 8. Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima deditur yang kurang bermutu. Selain faktor-faktor diatas yang menjadi penyebab kredit bermasalah, berikut adalah sumber-sumber penyebab terjadinya kegagalan dalam 100 Siswanto Sutojo, Menangani Kredit Bermasalah Konsep, Teknik dan Kasus, Damar Mulia Pustaka, Jakarta, 2000, hal.19 Universitas Sumatera Utara pengembalian kredit oleh nasabah atau penyebab terjadinya kredit bermasalah pada bank dapat dikemukakan sebagai berikut, yaitu: 101 1. Self dealing Self dealing terjadi karena adanya interest tertentu dari pejabat pemberi kredit terhadap permohonan kredit yang diajukan nasabah, kemudian memberikan kredit yang tidak layak kepada nasabahnya dengan harapan mendapatkan kompensasi berupa imbalan dari nasabahnya. 2. Anxiety for income Pendapatan yang diperoleh melalui kegiatan perkreditan merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar bank sehingga ambisi ataupun nafsu yang berlebihan untuk memperoleh laba bank melalui penerimaan bunga kredit sering menimbulkan pertimbangan yang tidak sehat dalam pemberian kredit. 3. Compromise of credit principles Pelnggaan terhadap prinsip-prinsip kredit oleh pimpinan bank yang menyetujui pemberian kredit yang mengandung resiko yang potensial menjadi kredit yang bermasalah. 4. Incomplete credit information Terbatasnya informasi seperti data keuangan dan laporan usaha, disamping informasi lainnya seperti penggunaan kredit, perencanaan, ataupun keterangan mengenai sumber pelunasan kembali kredit. 5. Failure to obtain or enforce liquidation agreements Sikap ragu-ragu dalam menentukan tindakan terhadap suatu kewajiban yang telah diperjanjikan, meskipun nasabah mampu dan wajib membayarnya, juga merupakan penyebab timbulnya kredit- kredit yang tidak sehat dan mengakibatkan kredit bermasalah bagi bank. 6. Complacency Sikap memudahkan suatu masalah dalam proses kredit akan mengakibatkan terjadinya kegagalan atas pelunasan kembali kredit yang diberikan. 7. Lack of supervising Karena kurangnya pengawasan yang efektif dan berkesinambungan setelah pemberian kredit, kondisi kredit berkembang menjadi 101 Ibid. Universitas Sumatera Utara kerugian karena nasabah tidak memenuhi kewajibannya dengan baik. 8. Technical incompetence Tidak adanya kemampuan teknis dalam menganalisis permohonan kredit dari aspek keuangan maupun aspek lainnya akan berakibat kegagalan dalam operasi perkreditan suatu bank. Para pejabat kredit harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tugasnya dan jangan memberikan kredit kepada usaha atau sektor yang tidak dikenal dengan baik. 9. Poor selection of risks Resiko tersebut dapat dijelaskan dibawah ini: a. Pejabat kredit mampu mendeteksi kemampuan nasabah dalam membiayai usahanya, selain yang diperoleh dari bank. b. Pejabat bank harus mampu menghitung berapa kebutuhan nasabah yang sesungguhnya. c. Pejabat kredit harus mampu menghitung nilai jaminan yang mengcover kredit yang diberikan. d. Pejabat kredit harus mampu memperhitungkan kemungkinan resiko yang dihadapi dengan pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan. e. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi resiko pemberian kredit yang mungkin secara kemampuan cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi bank. f. Pejabat kredit harus mampu mendeteksi kualitas jaminan yang akan menimbulkan masalah dikemudian hari. 10. Overlending Overlending adalah pemberian kredit yang besarnya melampaui batas kemampuan pelunasan kredit oleh nasabah. 11. Competition Competition merupakan resiko persaingan yang kurang sehat antar bank yang memperebutkan nasabah yang berakibat pemberian kredit yang tidak sehat. Pada praktik di bank, seorang debitur dianggap wanprestasi apabila ia tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya atau memenuhi tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan dalam akad perjanjian yang telah dibuat sebelumnya, dimana kelalaian atau wanprestasi tersebut harus dinyatakan terlebih Universitas Sumatera Utara dahulu secara resmi dalam suatu pernyataan lalai dengan cara memperingatkan somasi pihak yang lalai untuk melaksanakan kewajibannya. 102 Pada umumnya, sebab terjadinya wanprestasi kelalaian atau kealpaan seseorang nasabah dapat berupa 4 empat macam, yaitu: 103 1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya. 2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan. 3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Wanprestasi merupakan suatu keadaan ketika debitur tidak dapat melaksanakan prestasinya karena kesalahannya dan si debitur telah ditegur disomatie. Adapun bentuk-bentuk wanprestasi dapat dikelompokkan menjadi 5 lima kategori, yaitu: 104 1. Debitur sama sekali tidak memenuhi prestasinya. 2. Debitur memenuhi sebagian prestasi. 3. Debitur terlambat didalam melakukan prestasinya. 4. Debitur keliru didalam melaksanakan prestasinya. 5. Debitur melaksanakan sesuatu yang dilarang di dalam akad. Didalam KUHPerdata Pasal 1234 disebutkan bahwa prestasi yang diperjanjikan itu ialah untuk menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Suatu perjanjian adalah merupakan kesepakatan antara 2 dua pihak atau lebih yang berjanji untuk melaksanakan prestasi tertentu. Akibat hukum dikarenakan wanprestasi dalam suatu perjanjian pada umumnya konsekuensinya yang diberikan adalah memberikan sanksi kepada 102 Dewi Nurul Mustjari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah. Pratama Publishing, Yogyakarta, 2012, hal. 144 103 Tim Redaksi Pustaka Dunia . Op. Cit., halaman 501 104 Ibid., halaman 186 Universitas Sumatera Utara pihak yang mengingkari perjanjian tersebut, yang telah mengakibatkan timbulnya kerugian. Pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cang Medan merupakan perjanjian dengan prestasi untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Kesemua prestasi itu tercakup dalam isi perjanjian tersebut. Oleh karena itu, kemungkinan untuk terjadinya wanprestasi dapat terjadi disebabkan oleh debitur maupun pihak bank. Terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR pada PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Medan yang disebabkan dari debitur misalnya diantaranya adalah sebagai berikut: 105 1. Debitur mengalami musibah Adanya musibah yang dialami oleh debitur, seperti: sakit atau meninggal dunia, akan tetapi pihak keluarga tidak memberikan informasi kepada bank. hal ini bisa menghambat ketepatan waktu pembayaran angsuran kredit dan menyebabkan bank mengalami kerugian. 2. Kelemahan manajemen usaha yang dijalankan oleh debitur Merupakan kelemahan debitur dalam melakukan perencanaan pengorganisasian serta pengontrolan kegiatan usaha yang dilakukan. Sehingga tujuan usaha tersebut tidak bisa dicapai secara efektif pada akhirnya kegiatan usaha debitur tersebut mengalami kerugian. 105 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara 3. Ketidakjujuran dalam mengelola kredit Apabila debitur melakukan penyelewengan terhadap dana kredit yang didapatkannya, seperti: ketika dalam pengajuan kredit, debitur mengajukan kredit untuk pemilikan rumah tetapi dalam praktiknya setelah dana dicairkan digunakan untuk modal kerjausaha. 4. Debitur mengalami pemutusan hubungan kerja PHK Contohnya: seorang debitur yang bekerja pada suatu perusahaan swasta terkena pemutusan kerja sehingga tidak mempunyai penghasilan guna memenuhi kewajiban kreditnya. 5. Itikad yang tidak baik dari debitur Contohnya: debitur melarikan diri tanpa sepengetahuan dari pihak perusahaan dan bank, sehingga kewajiban pembayaran gaji oleh pihak perusahaan kepada debitur terhenti, yang menyebabkan pembayaran angsuran kredit jadi terhambat. Terjadinya wanprestasi pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR disebabkan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan pada umumnya dikarenakan faktor-faktor: 106 1. Analisa yang tidak tepat yang dilakukan pihak analisis kredit Hal ini terjadi apabila pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan pada bagian penilaian kredit yang kurang teliti, dan tidak disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan yang akhirnya 106 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara menyebabkan penilaian terhadap debitur tidak optimal sehingga mengakibatkan kurang selektifnya memilih calon debitur. 2. Perubahan mendadak dalam manajemen Terjadinya perubahan manajemen secara mendadak, apalagi jika ada masalah yang tidak diketahui oleh manajemen yang baru maka perlu di cermati dan diamati. Jika perubahan itu menjurus kepada hal yang positif, maka hal itu pasti pula memberikan akibat positif bagi kredit bank. Tetapi perubahan mendadak karena adanya pergeseran, dapat memberikan akibat berubahnya berbagai kebijakan perusahaan yang telah disepakati antara bank dan nasabah. Berdasarkan dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan disebutkan dalam Pasal 15 ayat 1 bahwa tindakan debitur yang mengakibatkan debitur wanprestasi, adalah sebagai berikut: 1. Debitur tidak membayar angsuran ataupun jumlah angsuran yang dibayarnya kurang dari jumlah yag ditetapkan dalam perjanjian kredit dan atau tidak melunasi kewajiban angsuran menurut batas waktu yang ditentukan dalam Pasal 8 Perjanjian Kredit ini. 2. Debitur melakukan penunggakan atas kewajiban angsuran sebanyak 2 dua kali angsuran. 3. Debitur melanggar ketentuan-ketentuan dan atau tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana disepakati pada Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 Perjanjian Kredit ini. Universitas Sumatera Utara 4. Debitur tidak memenuhi dengan baik kewajiban-kewajibannya atau melanggar ketentuan-ketentuan didalam perjanjian kredit satu dan lain semata-mata menurut penetapan atau pertimbangan bank. C. Upaya penyelesaian wanprestasi atas perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR di PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. Masalah wanprestasi dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR merupakan persoalan yang sudah sering dihadapi oleh PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. Persoalan wanprestasi dalam perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR yang sering adalah wanprestasi oleh pihak nasabah, dimana pihak nasabah tersebut tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya sebagai penerima Kredit Pemilikan Rumah KPR yang diberikan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan. 107 Seorang nasabah debitur dikatakan wanprestasi oleh pihak bank, apabila tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya dalam kesepakatan perjanjian kredit, yaitu tidak membayar angsuran sampai batas waktu jatuh tempo pembayaran bahkan sudah diperingatkan sebelumnya. Untuk mengatasi masalah tersebut pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan selaku kreditur kemudian berupaya untuk mengadakan konfirmasi dan menghubungi debitur yang menunggak, baik menggunakan alamat pada saat memohon kredit maupun alamat rumah Kredit Pemilikan Rumah KPR-BTN yang wajib dihuni. 108 107 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 108 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara Berkat upaya yang dilakukan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, maka debitur yang menunggak dapat dihubungi dan mendapat surat panggilan untuk datang ke Kantor PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, bertujuan untuk menyelesaikan masalah tunggakan tersebut secara musyawarah. 109 Mengenai akibat-akibat hukum bagi debitur yang wanprestasi, maka harus lebih dulu ditetapkan apakah debitur nasabah melakukan wanprestasi atau lalai. Dalam hal ini, kriteria atau penilaian untuk menentukan nasabah telah melakukan wanprestasi di PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan adalah apabila seorang debitur tidak membayar maka telah dianggap wanprestasi. 110 Pendeteksian terhadap kredit mengalami kesulitan dalam pelunasannya, PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan menetapkan kriteria atau penilaian pengggolongan kualitas kredit adalah dengan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 72PBI2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, maka kualitas kredit dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu: 1. Lancar pass, apabila memenuhi kriteria: a. Pembayaran angsuran pokok danatau bunga tepat waktu; dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral. 109 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 110 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara Dalam kategori kredit lancar, maka pada kriteria ini tidak terdapat tunggakan, baik angsuran pokok maupun bunganya, pembayaran tepat pada waktunya, tidak ada tunggakan, serta sesuai dengan persyaratan kredit. 111 2. Dalam Perhatian Khusus special mention, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru. Dalam hal kriteria dalam perhatian khusus ini pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan akan memberikan surat pemberitahuan pada nasabah. 112 3. Kurang Lancar Substandard, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi rekening relatif rendah; atau d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau e. Terdapat indikasi masalah keuangan debitor; atau 111 H.R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 304 112 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara f. Dokumentasi pinjaman lemah. Dalam kategori kredit kurang lancar lancar, maka pada kriteria ini terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui 1 satu bulan dan belum lan melampaui 2 dua bulan bagi kredit dengan masa angsurannya kurang dari 1 satu bulan, atau melampaui 3 tiga bulan dan belum melampaui 6 enam bulan bagi kredit yang masa angsurannya 2 dua bulanan atau 3 tiga bulanan, atau melampaui 6 bulan dan belum melampaui 12 dua belas bulan bagi kredit yang masa angsurannya 6 enam bulan atau lebih. 113 Dalam kategori kredit kurang lancar lancar, pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan akan memberikan surat pemeritahuan dan undangan pada nasabah. 114 4. Diragukan doubtful, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. Kriteria diragukan doubtful merupakan kredit yang apabila tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar yang berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai 113 H.R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 304 114 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara sekurang-kurangnya 75 tujuh puluh lima persen dari hutang peminjam, termasuk bunganya atau kredit tidak dapat diselamatkan, tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100 seratus presen. 115 Dalam hal kriteria diragukan ini pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan akan memberikan surat undangan dan dengan mengirimkan petugas bank datang ke nasabah untuk melakukan negosiasi tentang solusinya. 116 5. Macet loss, apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Dalam kirteria kredit macet ialah suatu kredit yang apabila tidak memenhi kriteria lancar, kurang lancar, dan memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 dua puluh satu bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit. 117 Dalam hal kreteria macet ini pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan akan menjual agunan yang dijaminkan dan memberi daftar nasabah tersebut akan di Black List daftar hitam. 118 115 H.R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 305 116 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 117 H.R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 305 118 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara Pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan jika terjadi wanprestasi, bahwa seluruh pejabat bank terutama yang terkait dengan masalah perkreditan diharapkan dapat menangani, bahkan jika mungkin diharapkan untuk berusaha mencegah timbulnya kredit yang bermasalah itu wanprestasi. 119 Bentuk tindakan oleh PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan dalam menangani adanya tanda-tanda gejala kredit yang diragukan atau macet, maka pihak bank melakukan tindakan berupa: 120 1. Penjadwalan kembali rescheduling Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran atau jangka waktunya. 2. Persyaratan kembali reconditiong Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat kredit, yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, dan persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. 3. Penataan kembali retructuring Yaitu perubahaan syarat-syarat kredit yang menyangkut: a. Penambahan dana bank. b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru. 119 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 120 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara c. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan, yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan persyaratan kembali. Jika bank selaku kreditur telah memutuskan untuk melakukan tindakan penyelamatan rescue, tentu saja tergantung dari kesulitan yang dihadapi oleh nasabah, maka pilihan tindakan yang dapat diambil adalah: 121 1. Penjadwalan kembali Rescheduling Kebijaksanaan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga keringanan yang dapat diberikan adalah: a. Memperpanjang jangka waktu kredit b. Memperpanjang jarak waktu angsuran, contoh semula angsuran ditetapkan setiap bulan selama 8 delapan tahun, menjadi setiap bulan selama 10 sepuluh tahun c. Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu kredit. 2. Penyesuaian kembali Reconditioning Dalam hal ini, bantuan yang diberikan adalah berupa keringanan atau perubahan persyaratan kredit, antara lain: a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok sehingga nasabah untuk waktu tertentu tidak perlu membayar bunga, tetapi nanti hutang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui. Ini berarti bahwa fasilitas kredit perlu ditingkatkan. Disamping itu, atas bunga tersebut dihitung bunga bunga majemuk yang pada dasarnya akan lebih memberatkan nasabah. Cara ini ditempuh dalam hal prospek usaha nasabah baik. b. Penundaan pembayaran bunga, yaitu bunga tetap dihitung, tetapi penagihan atau pembebanannya kepada nasabah tidak dilaksanakan sampai nasabah mempunyai kesanggupan. Atas bunga yang terutang tersebut tidak dikenakan bunga dan tidak menambah plafon kredit. c. Penurunan suku bunga, yaitu dalam hal nasabah dinilai masih mampu membayar bunga pada waktunya, tetapi suku bunga yang dikenakan terlalu tinggi untuk tingkat aktifitas dan hasil usaha pada waktu itu. Cara ini ditempuh jika hasil operasi nasabah memang menunjukkan surpluslaba dan likuiditas memungkinkan untuk membayar bunga. 121 Thomas Suyatno, Op. Cit., hal. 115 Universitas Sumatera Utara d. Pembebasan bunga, yaitu dalam hal nasabah memang dinilai tidak sanggup membayar bunga karena usaha nasabah hanya mencapai tingkat kembali pokok break even. Pembebasan bunga ini dapat untuk sementara, selamanya, ataupun seluruh utang bunga. e. Pengkonversian kredit janka pendek menjadi kredit jangka panjang dengan syarat yang lebih ringan. 3. Penataan kembali Restructuring Jika kesulitan usaha nasabah disebabkan oleh factor modal, maka upaya penyelamatannya adalah dengan meninjau kembali situasi dan kondisi permodalan, baik modal dalam arti dana untuk keperluan modal kerja maupun modal berupa barang-barang modal mesin, peralatan, manajemen. Tindakan yang dapat diambil dalam rangka restructuring adalah: a. Tambahan kredit injectionnursery operation Apabila nasabah kekurangan modal kerja, maka bank selaku kreditur perlu mempertimbangkan tambahan kredit untuk penanaman modal kerja, demikian juga dalam hal investasi, baik perluasan maupun tambahan investasi. b. Tambahan equity Apabila tambahan kredit memberatkan nasabah sehubungan dengan pembayaran bunganya, maka dipertimbangkan tambahan modal yang berupa: 1 Tambahan modal dari pihak bank dengan cara: a Penambahanpenyetoran uang fresh money b Konversi utang nasabah, baik utang bunga, utang pokok, atau keduanya. 2 Tambahan dari pemilik Jika debitur adalah Perseroan Terbatas, maka tambahan modal ini dapat berasal dari pemegang saham maupun pemegang saham baru atau kedua-duanya. Terjadinya wanprestasi dikarenakan oleh kesalahan debitur, maka debitur harus: 122 1. Mengganti kerugian. 122 Purwahid Patrik, Dasar-dasarHukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.11 Universitas Sumatera Utara 2. Benda yang dijadikan objek dari perikatan sejak saat itu dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab dari debitur. 3. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat meminta pembatalan pemutusan perjanjian. Disamping debitur harus bertanggung gugat tentang hal-hal tersebut diatas, maka apa yang dapat dilakukan oleh kreditur menghadapi debitur yang wanprestasi itu, kreditur dapat memutuskan salah satu dari 5 lima kemungkinan sebagai berikut: 123 1. Dapat menuntut pembatalanpemutusan perjanjian. 2. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian. 3. Dapat menuntut pengganti kerugian. 4. Dapat menuntut pembatalan dan pengganti kerugian. 5. Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian. Adapun langkah-langkah yang kiranya akan dilakukan oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan dalam mengatasi permasalahan jika terjadi wanprestasi antara lain adalah: 124 1. Pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan kiranya tidak membiarkan atau bahkan menutupi adanya kredit yang bermasalah baik itu untuk kepentingan bank selaku kreditur maupun pihak debitur. 2. PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan akan melakukan pendekatan kepada debitur untuk menanyakan alasan atau sebab mengapa debitur tidak memenuhi kewajibannya serta mengingatkan debitur untuk membayar kewajibannya, yaitu berupa angsuran pokok, beserta bunganya. 123 Ibid., hal 12 124 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara 3. Apabila PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan telah melakukan usaha tersebut dan tidak memperoleh tanggapan dari pihak debitur, maka pihak bank akan mengeluarkan dan mengirimkan surat peringatanteguran guna membicarakan masalah tersebut. 4. Tahap selanjutnya adalah pihak PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan melakukan kunjungan survey ke debitur, biasanya ini dilakukan oleh bagian collector. 5. Apabila tidak mendapatkan tanggapan dari debitur maka PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan mengambil tindakan jalan terakhir yang akan ditempuh untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan melakukan eksekusi terhadap rumah tersebut. Terhadap eksekusi yang merupakan upaya terakhir yang ditempuh oleh PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, maka nasabah wajib membayar harus dengan seketika dan sekaligus melunasi sisa hutang yang ditagih oleh bank. Apabila setelah mendapat peringatan dari bank tetapi nasabah tidak dapat melunasi seluruh sisa utang yang seketika ditagih oleh bank, maka bank berhak memerintahkan kepada nasabah untuk mengosongkan rumah berikut tanahnya yang telah dijaminkan selambat-lambatnya dalam jangka waktu tiga puluh hari terhitung sejak tanggal perintah bank, tanpa syarat-syarat dan ganti rugi apapun juga. 125 125 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara Nasabah wanprestasi tidak dapat melunasi sisa utang atau sudah melakukan pengosongan rumah, bank berhak untuk melakukan tindakan-tidakan sebagai berikut: 126 1. Melaksanakan eksekusi terhadap barang jaminan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2. Melaksanakan penjualan terhadap barang jaminan berdasarkan surat kuasa untuk menjual yang dibuat oleh nasabah. 3. Menetapkan harga penjualan dengan harga yang dianggap baik oleh bank. Tindakan selanjutnya adalah bank menggunakan haknya untuk menagih pelunasan sekaligus atas utang nasabah dan nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya untuk membayar pelunasan tersebut walaupun telah mendapat peringatan-peringatan dari bank, maka bank berhak untuk setiap saat melaksanakan hak eksekusinya dengan melakukan penjualan rumah jaminan yang dipegangnya menurut cara dan dengan harga yang diangap baik oleh bank termasuk dan tidak terkecuali bank berhak sepenuhnya mengambil cara mencarikan nasabah baru untuk mengambil alih atau mengalihkan utang nasabah. 127 Upaya terakhir dengan cara melakukan eksekusi yang sebagaimana disebutkan di atas, maka PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan juga dapat melakukan eksekusi penyelesaian wanprestasi terhadap nasabahnya melalui litigasi, cara penyelesaian wanprestasi yang dilakukan dengan 126 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 127 Hasil wawancara Fachruddin Zaylani Simamora, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 21 November 2015 Universitas Sumatera Utara secara litigasi, yaitu meminta eksekusi penyelesaian kredit macet melalui pengadilan baik itu pengadilan negeri atau pengadilan niaga. Upaya litigasi dapat dilakukan, apabila upaya penyelesaian dengan cara damai non-litigasi yang telah dilakukan sebelumnya tidak berhasiltidak tercapai. 128 Penyelesaian kredit macet yang dilakukan dengan litigasi, pada prakteknya dilakukan dengan melakukan pengajuan gugatan atau langsung meminta eksekusi kepada lembaga pengadilan negeri, pengadilan niaga, ataupun Panitia Urusan Piutang Negara PUPN bagi bank-bank milik pemerintah BUMNBUMD. 129 Penanganan perkara kredit macet atau kredit bermasalah pada lembaga peradilan dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain: 130 1. Melalui pengajuan gugatan Prsoses penanganan perkara dilakukan secara terbuka dan kedua belah pihak diperlakukan sama dan tidak memihak. Kedua belah pihak diberi kesempatan yang sama untuk diberi kesempatan untuk memberi pendapatnya dan didengar keterangannya. Setiap argumen yang dikemukakan oleh para pihak mengenai pokok sengketa tentunya harus didukung oleh alat-alat bukti yang ditentukan menurut hukum acara perdata yang berlaku. Pada akhirnya setelah cukup proses jawab- menjawab antara para pihak yang didukung oleh bukti-bukti yang diajukan, maka pengadilan menjatuhkan putusan dengan memuat alasan- alasan putusan yang dijadikan dasar untuk mengadili. 2. Permohonan eksekusi grosse akta Permohonan eksekusi grosse akta ke pengadilan dilakukan atas dasar dan kekuatan surat perjanjian kredit yang disepakati oleh para pihak grosse akta pengakuan hutang. Pada groose akta tersebut memuat jaminan yang diserahkan debitur kepada kreditur pihak bank, atas terjadinya wanprestasi oleh debitur maka pihak bank dapat memohon meminta sita eksekusi atas jaminan melalui pengadilan. 128 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 11 Januari 2016 129 H.R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 336 130 Ibid. Universitas Sumatera Utara Khusus berkenaan dengan penyelesaian permasalahan wanprestasi atas Kredit Pemilikan Rumah KPR di pengadilan oleh PT. Bank Tabungan Negara Pesero Tbk Cabang Medan, maka penyelesaian sengketa kredit macet dapat diselesaikan pengadilan dengan 2 dua cara, yaitu: 131 1. Bank menggugat nasabah karena telah melakukan wanprestasi atas perjanjian kredit yang telah disepakati. Bank dapat menggugat debitur yang melakukan wanprestasi dengan tidak membayar utang pokok maupun bunga ke pengadilan. Pengadilan dalam hal ini akan memproses gugatan tersebut dengan mempertimbangkan bukti-bukti dan sanggahan- sanggahan yang diajukan oleh kedua belah pihak. Apabila proses pemeriksaan selesai dilakukan, Pengadilan akan mengeluarkan putusan. Putusan tersebut dilaksanakan dengan sita eksekusi atas agunan yang diberikan untuk kepentingan pelunasan kredit. 2. Bank meminta penetapan sita eksekusi terhadap barang agunan debitur yang telah diikat secara sempurna. Terhadap barang agunan yang telah diikat secara sempurna, seperti dengan cara hipotik maupun hak tanggungan atau credietverband, maka bank dapat langsung mengajukan permohonan penetapan sita eksekusi barang agunan untuk dapat memperoleh pelunasan piutangnya tanpa harus melalui proses gugatan biasa di pengadilan. Dari hasil uraian-uraian yang telah disebutkan di atas, dalam upaya penyelesaian terhadap kredit macet oleh pihak PT. Bank Tabungan Negara 131 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 11 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara Pesero Tbk Cabang Medan lebih mengutamakan upaya penyelesaian wanprestasi secara mediasi kepada debitur non-litigasi, yaitu penyelesaian melalui cara rescheduling, recoditioning, rectructuring, dan tindakan selanjutnya pihak bank menggunakan hak eksekusinya berdasarkan sesuai dengan perjanjian kredit yang disepakati untuk menagih pelunasan sekaligus atas utang nasabah, apabila nasabah masih juga tidak dapat memenuhi kewajibannya maka pihak bank melakukan eksekusi dengan cara-cara melakukan penjualan rumah jaminan yang dijaminkan menurut cara dan dengan harga yang diangap baik oleh bank termasuk dan tidak terkecuali bank berhak sepenuhnya mengambil cara mencarikan nasabah baru untuk mengambil alih atau mengalihkan utang nasabah. 132 PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, penyelesaian wanprestasi terhadap nasabah melalui jalur litigasi penyelesaian melalui proses pengadilan jarang dilakukan bahkan tidak pernah dipergunakan karena dinilai tidak menguntungkan baik bagi pihak bank maupun pihak debitur dikarenakan sebab biaya untuk proses litigasi pengadilan sangat cukup tinggi, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. 133 132 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 11 Januari 2016 133 Hasil wawancara Zunaidi Hutagalung A. Md, Pegawai PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk Cabang Medan, tanggal 11 Januari 2016 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN