Kualitas Pelayanan Pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Dan Kesiapannya Dalam Pelaksanaan Permanency Planning Di Panti Sosisal Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger

(1)

PERMANENCY PLANNING

DI PANTI SOSISAL ASUHAN ANAK (PSAA)

PUTRA UTAMA 3 CEGER

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

SAIYIDAH NAFISAH

1112054100025

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

1112054100025

Kualitas Pelayanan Pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan Kesiapannya dalam Pelaksanaan Permanency Planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger

Menurut Save The Children bahwa anak-anak yang tinggal di panti adalah anak yang tidak mendapat pengasuhan dari orang tua atau keluarganya dan 90% masih memiliki kedua orang tua dan dikirim dengan alasan utama untuk melanjutkan pendidikan karena orang tua/ keluarganya tidak mampu. PSAA PU 3 Ceger adalah tempat pengasuhan pelayanan bagi anak yang mengalami masalah sosial dan butuh perlindungan agar dapat hidup layak. Setelah anak mendapatkan pelayanan pengasuhan, solusi terakhir dalam penempatan anak untuk mendapatkan pengasuhan berkelanjutan yaitu dengan perencanaan permanensi sebagai bentuk dari tindak lanjut anak.

Perumusan masalah skripsi ini adalah bagaimana kualitas pelayanan pengasuhan anak lembaga kesejahteraan sosial anak panti sosial asuhan anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger dan bagaimana kesiapan pelaksanaan permanency planning lembaga kesejahteraan sosial anak panti sosial asuhan anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 ceger. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara terhadap pegawai panti, pekerja sosial, anak asuh dengan teknik Purposive Sampling dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dan disajikan lalu penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara melakukan triangulasi dan uraian rinci.

Hasil penelitian menunjukkan PSAA PU 3 Ceger memberikan pelayanan pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) sesuai dengan Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 30/HUK/2011

yaitu memenuhi 18 indikator dari 20 indikator standar pelayanan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Dua indikator yang tidak terlaksana yaitu dalam melakukan pelayanan bimbingan keseharian anak dan perlindungan anak dari tindakan kekerasan karena pengasuh mengalami kendala menghadapi anak yang susah diatur, kondisi keuangan panti saat ini menurun dan sedang mengalami kekurangan SDM serta PSAA PU 3 Ceger belum siap melakukan

permanency planning sebagai solusi pengasuhan pasca anak keluar dari panti.

Kata Kunci: kualitas, Pelayanan, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak,


(6)

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan nikmat yang banyak, terutama nikmat sehat wal afiat sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada Qudwah Hasanah

kita, Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir zaman dan yang membawa ajaran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin

Peneliti menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan baik dari segala materi, maupun pembahasan, dan tata bahasa. Hal ini disebabkan kemampuan peneliti yang masih perlu belajar ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi peneliti demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan para staf yang membantu Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M. Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial dan dosen pembimbing skripsi dengan kesabarannya membimbing penulis dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

angkatan 2012 yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Para dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan PSAA PU 3 Ceger, terima kasih karena sudah membantu memberikan referensi buku untuk skripsi penulis.

6. Ibu Khomsiatun, S. Sos, selaku satuan pelaksana tugas sosial di PSAA PU 3 Ceger yang telah memberikan izin dan informasi kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di PSAA PU 3 Ceger.

7. Ibu Ningrum, Ibu Lasmi, Ibu Ola, Ibu Gura, Ka Angger dan teman-teman di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger yang telah membantu memberikan informasi dan data-data untuk peneliti dalam mengerjakan skripsi.

8. Terima kasih kepada kedua orangtuaku tercinta, Drs. Erfan Gunandar dan Ummi Yesiana Yuslich, yang penuh kasih sayang serta perhatiannya telah memberikan dukungan moral dan materi, serta do’a terbaiknya yang senantiasa dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita peneliti.


(8)

Muflih, Abu Bakar Shiddiq dan Muhammad Hilmi Al-‘abqori, terima kasih karena selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. 10.Terima kasih kepada keluarga besar Hasnah Satiri yang selalu mendoakan

tanpa henti agar peneliti menjadi orang yang sukses dan berhasil serta selalu dimudahkan dalam setiap menjalani pekerjaan.

11.Terima kasih ibu Siti Rosyihat SE dan bapak Fachrizal yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis agar dimudahkan dalam menulis skripsi ni.

12.Terima kasih kepada keluarga besar Bapak H. Data S. Pd dan Ibu Hj. Juariah, S. Pd yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat setia penulis, Fatimah Az Zahrah, Ananda Nur Fauziyyah, Shefira Salsabila, Baniyatul Husna, Imaturrusyda, Azizah Aktaviani Dwarte, Kasyifa Fikriyah, Salimah Zahro, Rifdah Afifah, Faradilla Andriani, Ira Rahmawati, dan Ulfah Zakiyah Mubarok yang selalu ada untuk membantu, memotivasi dan memberikan semangat disaat penulis mengalami kesusahan dan kebingungan dalam mengerjakan skripsi. Serta dengan adanya canda dan tawa dari mereka membuat hati penulis terhibur sehingga mengurangi rasa penat penulis saat penyusunan skripsi ini.

14.Teman-teman seperjuang di Kesejahteraan Sosial angkatan 2012 terimakasih atas dukungan, semangat dan juga kesempatan menjadi teman dan keluarga selama kurang lebih empat tahun di UIN dan semoga


(9)

15.Serta keluarga besar LDK Syahid yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi.

16.Terima kasih kepada keluarga kecil Asma binti Abu Bakar yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

17.Teman-teman praktikum I PSBR Rosidah, Rani, Mala, Garsha, dan Irvan yang telah bekerjasama dalam menyelesaikan tugas hingga penulis mendapatkan banyak manfaat selama praktikum.

18.Serta teman-teman praktikum II Cianjur Selatan Desa Warga Asih Nur Intan Saputri, Rosidah, Annisa Dian NMS, Widya Ayu, Angga Setio M, M. Hikmah Nikmatullah, Fanhari dan Fajri Yanuar yang telah memberikan warna dengan perjuangan menempuh tugas praktikum selama 1 bulan sehingga penulis dapat mengambil pelajaran selama praktikum.

19. Terakhir kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya, namun telah ikut berpartisipasi membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan tak mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih.

Demikianlah skripsi ini peneliti buat dan peneliti persembahkan. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan semua pembaca pada umumnya terutama dalam memajukan Bidang Kesejahteraan Sosial. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah


(10)

Ciputat, 26 September 2016

Saiyidah Nafisah 1112054100025


(11)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Manfaat Akademis ... 10

2. Manfaat Praktis ... 11

D. Metodologi Penelitian ... 11

1. Pendekatan Penelitian ... 11

2. Jenis Penelitian ... 13

3. Tempat dan Waktu ... 14

4. Teknik Pengumpulan Data ... 15

a. Observasi ... 15

b. Wawancara ... 16

c. Studi Dokumentasi ... 16

5. Teknik Pemilihan Informan ... 17

6. Macam Data ... 18

7. Teknik Analisis Data ... 18

8. Keabsahan Data ... 19

9. Teknik Pencatatan Data ... 20

E. Tinjauan Pustaka ... 20

F. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II LANDASAN TEORI A. Pelayanan Pengasuhan Anak ... 24


(12)

a. Tujuan Standar ... 26

b. Pendekatan yang Mendasari Standar ... 27

3. Standar Pelayanan Pengasuhan Berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ... 31

4. Standar Pelaksana Pengasuhan ... 57

5. Standar Evaluasi serta Pengakhiran Pelayanan dan Pengasuhan untuk Anak ... 63

B. Perencanaan Permanensi ... 64

1. Pengertian Perencanaan Permanensi ... 64

2. Pentingnya Perencanaan Permanensi ... 66

3. Teori-teori Perencanaan Permanensi ... 68

4. Pedoman Perencanaan Permanensi ... 76

C. Prosedur Perencanaan Permanensi ... 77

1. Memulai Perencanaan Permanensi ... 78

2. Menilai Kasus untuk Perencanaan Permanensi ... 80

3. Menentukan Pilihan Ketetapan Lainnya ... 80

BAB III GAMBARAN UMUM A. Profil PSAA PU 3 Ceger ... 82

1. Identitas, Sejarah, Visi dan Misi, Maksud dan Tujuan ... 82

2. Pendanaan PSAA PU 3 Ceger ... 86

3. Sumber Daya Manusia ... 86

4. Sarana dan Prasarana ... 87

B. Profil Anak PSAA PU 3 Ceger ... 90

C. Struktur dan Organisasi ... 93

D. Sasaran dan Persyaratan PSAA PU 3 Ceger ... 94

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Pelayanan Pengasuhan Anak yang diberikan PSAA PU 3 Ceger ... 99


(13)

E. Perencanaan Permanensi ... 166 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 171 B. Saran ... 173 DAFTAR PUSTAKA ... 175 LAMPIRAN


(14)

Tabel 2 Data Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 86

Tabel 3 Sarana dan Prasarana Ruangan ... 87

Tabel 4 Sarana dan Prasarana Peralatan ... 88

Tabel 5 Data Anak Asuh Berdasarkan Latar Belakang Keluarga ... 90

Tabel 6 Data Anak Asuh Berdasarkan Usia ... 91

Tabel 7 Data Anak Asuh Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 92


(15)

Tabel 2 Data Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 86

Tabel 3 Sarana dan Prasarana Ruangan ... 87

Tabel 4 Sarana dan Prasarana Peralatan ... 88

Tabel 5 Data Anak Asuh Berdasarkan Latar Belakang Keluarga ... 90

Tabel 6 Data Anak Asuh Berdasarkan Usia ... 91

Tabel 7 Data Anak Asuh Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 92


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan anak menjadi perhatian besar dari sejak lama. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2006, jumlah anak Indonesia usia di bawah 18 tahun mencapai 79.898.000 jiwa, dan mengalami peningkatan menjadi 85.146.600 jiwa pada tahun 2008. Sementara itu, Kementerian Sosial melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), sejak tahun 2005 sampai 2013, rata-rata baru bisa menangani 3,7% atau sekitar 170.000 anak/tahun.1

Jumlah anak terlantar semakin meningkat, sebanyak 5,4 juta anak. Jumlah anak jalanan juga tidak sedikit yakni sekitar 420.000 anak seluruh Indonesia. Meningkatnya jumlah anak telantar dan anak jalanan di Indonesia disebabkan oleh himpitan kemiskinan yang mendera para orangtua sehingga memaksa anak-anak mereka untuk dieksploitasi, bekerja di jalanan demi menafkahi keluarga. Dengan demikian pemerintah dituntut untuk lebih serius membenahi masalah kesejahteraan sosial anak.2

Dengan meningkatnya jumlah anak terlantar dan anak jalanan di Indonesia, Kementerian Sosial bermitra dengan seluruh Dinas Sosial tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kementerian Sosial juga memiliki

1

Mulia Astuti, dkk, Kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak. Studi Kasus: Evaluasi Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Provinsi DKI Jakarta, DI. Yogyakarta dan Provinsi Aceh (Jakarta: P3KS Press, 2013), h. 1.

2

Indonesia.ucanews.com, 5,4 juta anak Indonesia terlantar, diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul 14.31


(17)

12 Tim Reaksi Cepat (TCR) dan 28 Lembaga Perlindungan Anak (LPA). Tercatat 175.611 anak menerima bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan sebanyak 5.127 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) memperoleh dukungan finansial dan peningkatan kapasitas untuk melayani anak.3

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.4

Menelantarkan dan menyia-nyiakan anak sangat dilarang agama, dalam Al-Qur’an Allah berfirman:5































Artinya:

“Sungguh rugi mereka yang membunuh anak-anaknya karena kebodohan tanpa pengertahuan, dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk” (QS. Al-An’am: 140).

Dari ayat tersebut anak merupakan amanah Allah untuk diasuh, dididik dan dibimbing menjadi anak yang saleh dan saleha. Rasulullah

3

Indonesia.ucanews.com, 5,4 juta anak Indonesia terlantar, diakses pada tanggal 27 Januari 2016 pukul 14.31

4

Undang-Undang No. 11 tentang Kesejahteraan Sosial

5


(18)

SAW adalah orang yang sangat perhatian pada anak-anak dan cucu-cucunya dengan memberikan curahan kasih sayang kepada mereka. Oleh karena itu, memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anak adalah sebuah kewajiban. Kasih sayang bukan berarti memberikan kecukupan materi tetapi lebih penting dari itu adalah mendengarkan suara dan tuntunan mereka serta mendampinginya dalam proses tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa.6

Dalam konteks tersebut, Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger Jakarta Selatan menjadi salah satu tempat penampungan anak yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap anak dari keterlantaran, agar mereka dapat tumbuh kembang secara wajar dan mengembalikan anak dari ketelantaran ke dalam kehidupan yang layak dan normatif. Sehingga dengan berdirinya panti ini anak-anak yang mengalami masalah sosial dapat teratasi.

Upaya yang dilakukan Panti Sosial Asuhan Anak adalah memberikan pelayanan sosial berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan kepada anak terlantar (tidak mempunyai orang tua, ayah, ibu atau keluarga serta tidak mampu secara ekonomi), sehingga dengan memberikan pelayanan, maka anak-anak terlantar memiliki IPTEK, IMTAQ, sehat jasmani dan rohani serta dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan dapat hidup layak secara normatif.7

6

Ibnu Ansori, Perlindungan Anak menurut Perspektif Islam (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 2007), h. 3.

7


(19)

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger sebagai lembaga perlindungan anak memiliki stuktur organisasi yang terdiri dari Kepala Panti, Kasubag TU, Kepala Identifikasi dan Asesmen, Kepala Bimbingan dan Penyaluran, Pekerja Sosial, Ibu Asrama, Psikolog, Petugas Keamanan, dan Petugas Dapur. Dana operasional panti berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya untuk pendanaan pendidikan, kesehatan, permakanan dan program pelayanan.8

Upaya Panti Sosial Asuhan Anak dalam menyiapkan Anak Asuh untuk dapat hidup layak adalah dengan memberikan bentuk pelayanan kesejahteraan sosial, diantaranya pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan konseling, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan keterampilan, pelayanan keagamaan, pelayanan rekreasi dan hiburan, pelayanan transportasi, pelayanan tabungan, dan pelayanan bimbingan lanjut.9

Namun beberapa masalah pengasuhan yang dilakukan oleh LKSA ditemukan oleh penelitian Save the Children bekerjasama dengan Departemen Sosial RI dan Unicef, yaitu:10

a. Panti Sosial Asuhan Anak lebih berfungsi sebagai lembaga yang menyediakan akses pendidikan kepada anak dari pada sebagai lembaga alternatif terakhir pengasuhan anak yang tidak dapat diasuh oleh orangtua atau keluarganya.

8

Ibid 9

Ibid 10


(20)

b. Anak-anak yang tinggal di panti umumnya (90 persen) masih memiliki kedua orangtua dan dikirim ke panti dengan alasan utama untuk melanjutkan pendidikan.

c. Berdasarkan tujuan panti ke arah pendidikan, anak-anak harus tinggal lama di panti sampai lulus SLTA dan harus mengikuti pembinaan dari pada pengasuhan yang seharusnya mereka terima. d. Pengurus panti tidak memiliki pengetahuan memadai tentang

situasi anak yang seharusnya diasuh di dalam panti, dan pengasuhan yang idealnya diterima anak.

Data di atas menunjukkan sebagian besar orangtua anak terlantar masih ada, terutama ibu yang paling berperan dalam pengasuhan, namun karena faktor kemiskinan mereka sibuk bekerja di luar rumah baik di sektor pertanian, jasa maupun perdagangan. Keluarga miskin ini pada umumnya pendidikannya juga rendah. Sehubungan dengan itu kapasitasnya dalam pengasuhan anak masih rendah. Untuk memperoleh akses pendidikan sebagian mereka menitipkan di panti sosial asuhan anak, baik milik masyarakat maupun pemerintah. Panti sosial pun belum fokus pada peran pengasuhan secara ideal hanya dalam hal pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal, akses pendidikan, dan kesehatan.11

Sebagai respon terhadap hasil penelitian tersebut tentang masalah pengasuhan anak di dalam panti atau lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA), Kementerian Sosial Republik Indonesia telah menetapkan standar pengasuhan melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia

11


(21)

Nomor 30/HUK/2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial. Peraturan menteri ini mengatur tentang prinsip-prinsip utama pengasuhan alternatif untuk anak, standar penentuan respon yang tepat bagi anak (standar peran LKSA dalam pelayanan bagi anak dan standar perencanaan pengasuhan), standar pelayanan pengasuhan (standar pendekatan awal dan penerimaan rujukan, standar pelayanan pengasuhan oleh LKSA, standar pelayanan berbasis LKSA, standar pelaksana pengasuhan dan standar evaluasi dan pengakhiran pelayanan), standar kelembagaan yang mencakup visi, misi, perizinan, dan fasilitas.12

Materi yang terkandung dalam Standar Nasional Pengasuhan berbasis LKSA tersebut merupakan cermin dari perubahan paradigma pengasuhan dari yang berbasis panti ke arah pengasuhan yang berbasis non panti.

Anak sebagai penerima manfaat dari Panti Kesejahteraan Sosial Anak memiliki jaminan dari pemerintah untuk memperoleh edukasi, informasi, dan layanan agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab. Ketentuan tersebut dilaksanakan berdasarkan pertimbangan moral, nilai, dan agama.

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3Ceger Jakarta Timur berdiri pada tahun 1993 dengan luas tanah 12.000 m² dan luas bangunan 2.300 m². Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan

12


(22)

sosial berupa perawatan, pengasuhan dan pembinaan bagi anak-anak yang mengalami masalah sosial.

Sejak berubahnya nama panti menjadi Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger pada tahun 1996, panti ini belum memiliki akreditasi dari Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS) karena PSAA PU 3 dibawah UPT Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dan belum terdaftar di BALKS. Proses untuk terdaftar di BALKS membutuhkan waktu dan prosedur yang lama sesuai dengan tahapan-tahapannya.13

Kondisi anak asuh di PSAA PU 3 Ceger dari tahun ke tahun mengalami fluktuatif atau turun naik. Jumlah anak yang lulus dan kembali kepada orang tua paling banyak terjadi pada tahun 2011 sebanyak 21 anak dan pada tahun 2013 sebanyak 28 anak. Sedangkan pada tahun 2016 hanya 18 anak yang lulus dan kembali kepada orang tua, 6 anak ditarik pihak keluarga dan 4 anak dirujuk ke instansi lain.14

Seperti yang sudah dibahas di atas, anak memiliki masa atau waktu terbatas selama mereka ada di panti, PSAA Putra Utama 3 Ceger menyediakan fasilitas pembinaan sampai lulus masa pendidikannya yaitu tingkat SMA/SLTA. Setelah menyiapkan anak asuh dengan berbagai macam pelayanan, mereka akan dikembalikan kepada keluarga masing-masing yang disebut dengan reunifikasi. Kembalinya anak kepada orang tuanya memiliki beberapa tahapan yaitu 1) Bimbingan kesiapan kembali

13

Wawancara pribadi dengan Kak Angger Pambudi (Pekerja Sosial di PSAA PU 3 Ceger) Jakarta, 5 Juli 2016

14

Wawancara pribadi dengan Ibu Ningrum (Bimbingan dan Penyaluran di PSAA PU 3 Ceger) Jakarta, 5 Juli 2016


(23)

ke keluarga. Bimbingan ini merupakan kegiatan dimana anak segera dikembalikan ke keluarga mereka. Persiapannya berupa persiapan psikologi, mental, sosial dan finansial. 2) Penyaluran ke lapangan kerja. 3) Bimbingan lanjut. Setelah anak selesai menempuh pendidikannya, PSAA PU 3 Ceger tidak dilepas begitu saja, anak diberi bimbingan lanjut dengan berbentuk pemberian motivasi hidup mandiri.15 Namun, tidak semua anak mempunyai orang tua atau keluarga yang siap menerima mereka kembali, akhirnya anak dirujuk ke panti lain. Padahal masih ada solusi untuk anak yang tidak bisa kembali kepada orang tua atau keluarganya yaitu

Permanency Planning.16

Perencanaan permanensi adalah proses sistematis, dalam periode waktu yang singkat, guna melaksanakan satu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu anak-anak hidup dalam keluarga yang menawarkan kesinambungan hubungan dengan orangtua atau pemberi asuhan yang merawat serta kesempatan untuk membangun hubungan seumur hidup.17

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan permanensi adalah sebuah proses atau perencanaan yang sistematis atau teratur guna membantu anak mendapatkan pengasuhan permanen pasca keluar dari panti sebagai bentuk dari tindak lanjut anak.

Sejak terbitnya standar pelayanan pengasuhan tahun 2011 sayangnya, belum ada sosialisasi terkait standar pelayanan pengasuhan ke

15

Wawancara pribadi dengan Ibu Junita (sekretaris di PSAA PU 3 Ceger) Jakarta, 13 Januari 2016

16

Selanjutnya disebut Perencanaan Permanensi

17

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 30/HUK/2011, Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, h. 15.


(24)

Dinas Sosial DKI Jakarta. Dinas Sosial membuat standar pelayanan sendiri dan standar pelayanan yang diterapkan dari masing-masing panti berbeda-beda tergantung sasaran pantinya.18 Namun demikian, Kementerian Sosial kerap melakukan Training dan Pelatihan yang mengundang perwakilan dari LKSA-LKSA dalam rangka mengukuhkan pengesahan paradigma tersebut di atas, oleh karena itu, penelitian ini hendak melihat kembali kualitas pelayanan pengasuhan di PSAA PU 3 Ceger pasca perubahan paradigma tersebut dengan berdasarkan pada standar pelayanan pengasuhan berbasis LKSA.

Berkaitan dengan hal tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan Kualitas Pelayanan Pengasuhan Anak Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan Kesiapannya dalam Pelaksanaan

Permanency Planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger Jakarta Timur.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka masalah yang akan penulis angkat pada penelitian ini dibatasi hanya pada Kualitas Pelayanan Pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan Kesiapannya dalam Pelaksanaan Permanency Planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger Jakarta Timur. 2. Rumusan Masalah

18

Wawancara pribadi dengan Kak Angger Pambudi (Pekerja Sosial di PSAA PU 3 Ceger) Jakarta, 5 Juli 2016


(25)

Berdasarkan pembatasan masalah serta pengkajian permasalahan dalam latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah pada:

a. Bagaimana kualitas pelayanan pengasuhan anak lembaga

kesejahteraan sosial anak panti sosial asuhan anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger?

b. Bagaimana kesiapan pelaksanaan permanency planning lembaga kesejahteraan sosial anak panti sosial asuhan anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan kualitas pelayanan pengasuhan anak lembaga kesejahteraan sosial anak yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger terhadap anak asuh.

b. Untuk mendeskripsikan kesiapan pelaksanaan permanency

planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelayanan pengasuhan lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger dan kesiapannya dalam pelaksanaan permanency planning. b. Manfaat Praktis


(26)

1) Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga pelayanan kesejahteraan anak untuk meningkatkan mutu pelayanan kesejahteraan anak terlantar.

2) Merupakan masukan untuk peneliti-peneliti lebih lanjut, khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan perencanaan permanensi terhadap anak-anak terlantar.

3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan

Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan perencanaan permanensi atau kestabilan pelayanan pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger.

4) Merupakan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di pekerjaan sosial terkait pelayanan tindak lanjut anak terlantar di Panti Sosial Anak Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dan menganalisa data.19 Sumber yang didapat akan digunakan untuk menjawab permasalahan yang peneliti teliti.

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 8


(27)

adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada

generalisasi.20

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik.21

Pendekatan kualitatif dapat diartikan juga sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.22

Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti.23

Menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah proses menjaring informasi yang menghasilkan gambaran fenomena yang diteliti. Pertimbangan penulis

20Ibid, hal. 9 21

Prof. Dr. I Wayan Koyan, Metode Penelitian Kualitatif (Singaraja: UNDIKSHA, ), h. 2

22

Nurbani Ulfah, Evaluasi Program Art Therapy bagi Pasien Dual Diagnosis di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 14

23


(28)

menggunakan pendekatan kualitatif, penulis berharap dapat menyajikan data yang akurat dan menggambarkan kondisi sebenarnya dengan jelas. Adapun data yang dikumpulkan dari metode deskriptif ini adalah kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melakukan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 24

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan

metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah diteliti.25 Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini akan menggambarkan tentang kualitas peyalanan pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan kesiapannya dalam pelaksanaan Permanency Planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger Jakarta Timur.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

24

Lexy J. Moleong, M.A. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 11

25


(29)

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger Jakarta Timur. Lokasinya di Jalan Bina Marga RT 02/RW 04 Nomor 57 Kelurahan Ceger, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Untuk penelitian di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger penulis harus meminta izin kepala kesatuan bangsa dan politik (kesbangpol) Jakarta Timur di Walikota Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung pada bulan April 2016 sampai dengan bulan September 2016.

Menurut penulis pelayanan pengasuhan yang dilakukan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) menarik untuk diteliti karena belum ada yang pernah meneliti tentang kualitas peyalanan pengasuhan anak Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan penelitian ini berdasarkan Standar Nasional Pengasuhan Anak untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) yang di atur oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dalam hal ini penulis meneliti kualitas pelayanan pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan kesiapannya dalam pelaksanaan

Permanency Planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger. Selain itu, lokasi penelitian mudah dijangkau oleh penulis.


(30)

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam dan dokumentasi.26

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yaitu suatu pengamatan kepada objek penelitian untuk mencari informasi tentang gejala-gejala yang timbul dari masalah yang sedang diteliti dengan harapan memperoleh sebuah data.27

Observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan catatan. Dalam observasi ini peneliti menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, peristiwa, proses atau perilaku.28

Dalam observasi yang dilakukan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger, penulis menggunakan observasi tidak berstruktur yang merupakan observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat hal yang menarik, melakukan analisis dan membuat kesimpulan.

26

Ibid, h. 12

27

Ibid, h. 13

28

Faisal Sanapiah, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi (Malang: YA3, 1999), h. 79.


(31)

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal yang memiliki tujuan dan karakteristik yang khas, dengan kata lain wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.29

Wawancara yang dilakukan penulis adalah dengan

menggunakan wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaan yang akan diajukan telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam bentuk catatan.

c. Studi Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, kalender agenda dan sebagainya. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, foto dan lain-lain.30

Dokumen yang terdapat di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger dan penulis jadikan sumber penelitian adalah dokumen internal berupa brosur, leaflet, artikel dan lain-lain.

d. Tehnik pemilihan informan atau wawancara

29

Ibid, h. 189.

30

Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 206.


(32)

Tehnik pemilihan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik purposive sampling yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang diambil karena ada pertimbangan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.31

Penulis dalam memilih informan Warga Binaan Sosial (WBS) berdiskusi dengan pekerja social mengenai anak-anak yang bisa dijadikan informan. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang Satuan Pelaksana Tugas Sosial, 2 orang Bimbingan dan Penyaluran, 3 orang Pekerja Sosial dan 5 orang WBS. Berikut tabel rancangan informan:

Tabel 1

Rancangan Informan

No. Informasi Yang Dicari Informan Jumlah

1. Pelayanan pengasuhan di

PSAA PU 3 Ceger, peran

PSAA PU 3 Ceger,

perlindungan anak

Satuan

Pelaksana Tugas Sosial

1 Orang

2. Perkembangan anak,

identitas anak, relasi anak, partisipasi anak

Pekerja Sosial 3 Orang

3. Kegiatan anak, akses

pendidikan dan kesehatan, privasi anak, makanan dan pakaian

Bimbingan dan Penyaluran

2 Orang

4. Kegiatan anak partisipasi

anak, relasi anak,

perlindungan anak

WBS 5Orang

e. Macam Data

1) Data Primer adalah berbagai informasi dan keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu para pihak yang

31


(33)

dijadikan informan penelitian. Data primer ini diperoleh melalui pengamatan, dan wawancara informan.

2) Data sekunder adalah sumber data dari berbagai teori dan informasi yang diperoleh tidak langsung dari sumbernya Data dapat berupa buku harian, laporan, notulen rapat, catatan kasus dan juga data lainnya yang relevan dengan kebutuhan.32

5. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif sudah dilakukan secara bersamaan pada saat peneliti mengumpulkan data, caranya dengan memilah-milah data yang sesuai untuk menjawab fokus yang diteliti.

Artinya, dalam penelitian kualitatif analisis data memang seharusnya dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai dikerjakan.33

Analisis data mencakup kegiatan dengan data,

mengorganisasikannya, memilih, mencari pola-pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan dipaparkan kepada orang lain. Ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu:34

1. Reduksi data

32

Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2011), h. 71

33

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 211

34


(34)

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya.

2. Paparan data

Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdaasarkan hasil analisis data. Berdasarkan analisis

interactive model, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses siklus dan interaktif.

6. Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:35

a) Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

b) Uraian rinci, teknik ini dilakukan dengan cara uraian rinci. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti mungkin dan secermat mungkin. Dalam

35


(35)

penelitian ini peneliti membuat uraian rinci dalam bentuk sebuah laporan akhir yang disebut skripsi.

7. Teknik Pencatatan Data

Pencatatan data yang sering dilakukan peneliti adalah catatan lapangan. Di lokasi penelitian peneliti melakukan pengamatan dan membuat cacatan lapangan. Isi dari catatan tersebut berupa coretan penting mengenai fokus penelitian yang diteliti. Catatan lapangan ini merupakan apa yang didengar, apa yang dilihat, dan apa yang dipikirkan dalam rangka pengumpulan data kemudian refleksi data.

6 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka pada skripsi yang berjudul:

Nama : Pipit Febrianti

NIM : 1110054100013

Judul Skripsi : Pelayanan Kesejahteraan Sosial Terhadap Anak Terlantar di Panti Sosial Anak Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet Jakarta Selatan

Jurusan : Kesejahteraan Sosial

Tahun : 1436 H/ 2014 M

Skripsi tersebut menjelaskan pelayanan kesejahteraan sosial terhadap anak terlantar di PSAA Putra Utama 3 Tebet. Melakukan tinjauan pustaka pada skripsi tersebut merupakan ketertarikan penulis dalam kualitas pelayanan pengasuhan anak lembaga kesejahteraan sosial anak


(36)

(LKSA) dan kesiapannya dalam pelaksanaan permanency planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger Jakarta Timur.

Penelitian tentang kualitas pelayanan pengasuhan anak lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) dan kesiapannya dalam pelaksanaan

permanency planning di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger untuk memposisikan skripsi ini sebagai kelanjutan dari penelitian sebelumnya.

Penulis juga melakukan tinjauan pustaka pada jurnal nasional dan internasional, diantaranya:

1. Information Sheet Permanency Planning dengan alamat di

https://www.dcp.wa.gov.au/Resources

Penulis menggunakan jurnal ini untuk menjelaskan pengertian

perencanaan permanensi. Menurut Government of Western

Australia Department for Child Protection and Family Support

bahwa lembaga anak berperan untuk membantu anak-anak kembali ke rumah dalam jangka waktu yang disepakati atau untuk menetapkan opsi jangka panjang alternatif untuk anak.

2. Effective Permanency Planning for Children in Foster Care

dengan alamat sebagai berikut

http://sw.oxfordjournals.org/content/35/3/220.short

Jurnal ini penulis gunakan untuk menambah referensi terkait

permanency planning terutama untuk anak-anak di lingkungan panti.


(37)

3. Permanency Planning Guidelines dengan alamat di

www.googlescholar.com

Penulis menggunakan jurnal pada skripsi ini dengan berjudul

Permanency Planning Guidelines dengan pembahasan pentingnya perencanaan permanensi, penulis menyimpulkan bahwa kebutuhan anak akan pengasuhan, rasa aman, kondusif, dilayani dan

dibimbing oleh keluarga menjadi faktor utama dalam

perkembangan anak.

4. Permanency Planning in Foster Care: A Research Review and

Guidelines For Practitioners di alamat

http://journalsonline.tandf.co.uk

Penulis menggunakan jurnal ini untuk menjelaskan pengertian dari Permanency Planning. Menurut jurnal ini perencanaan permanensi bukan hanya tentang penempatan tetapi tentang hubungan, identitas dan rasa memiliki.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dalam skripsi ini, penulis menyusunnya ke dalam bab-bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Merupakan bab yang diawali dengan

menjelaskan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metedologi Penelitian serta Sistematika Penelitiian.


(38)

BAB II : Tinjauan Teoritis. Menjelaskan kerangka teoritis yang melandasi pemikiran teori-teori yang berkaitan dengan pelayanan pengasuhan lembaga kesejahteraan sosial anak dan perencanaan permanensi terhadap anak asuh.

BAB III : Gambaran Umum Lembaga. Bab ini menggambarkan

sejarah berdirinya panti, visi dan misi panti, struktur organisasi panti, kerjasama panti dan yang berkaitan dengan lembaga.

BAB IV : Temuan dan Analisa Hasil Penelitian yang merupakan gabungan dari hasil pengumpulan data dengan beberapa konsep yang dipergunakan dalam penelitian ini.

BAB V : Penutup. Bab ini terdiri dari kesimpulan peneliti tentang

kualitas pelayanan pengasuhan anak lembaga

kesejahteraan sosial anak dan kesiapannya dalam pelaksanaan permanency planning di panti sosial asuhan anak (PSAA) Putra Utama 3 Ceger dan saran-saran untuk perbaikan pelayanan pengasuhan kedepan bagi panti, peneliti, fakultas atau jurusan kesejahteraan sosial.


(39)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pelayanan Pengasuhan Anak

1. Pengertian Pelayanan Pengasuhan Anak

Pelayanan pengasuhan adalah berbagai jenis pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan anak akan pengasuhan, terpenuhinya hak-hak anak baik dalam keluarganya maupun keluarga pengganti.1

Pengasuhan anak dalam kerangka hak anak, keluarga adalah tempat pengasuhan yang utama. Selain itu dalam kerangka hak anak, pengasuhan bukan karena anak adalah properti/milik orangtua, tetapi lebih karena duty (kewajiban). Dalam kerangka hak anak, pengasuhan tidak hanya ada di tangan orangtua yang melahirkannya, tetapi bisa dilakukan oleh “orangtua” yang lain yang bisa menjamin anak akan tumbuh dan berkembang dengan layak.2

Pelayanan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.3

1

Mulia Astuti, dkk, Kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak. Studi Kasus: Evaluasi Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) di Provinsi DKI Jakarta, DI. Yogyakarta dan Provinsi Aceh (Jakarta: P3KS Press, 2013), h. 8.

2

Ibid, h. 8.

3

Farid Ahmad, Pedoman Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) 2011, h. 9. Diakses pada tanggal 26 Juni 2016 pukul 10.30 www.sribd.com


(40)

Pelayanan diartikan juga sebagai tindakan nyata atau aktivitas yang dilakukan oleh individu, kelompok, masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.4

Dasar-dasar pengasuhan anak menurut al-Quran tercermin dalam firman Allah swt. yang berikut:5





































Artinya:

“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).

Dari ayat di atas menjelaskan bahwa pendidikan anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir dan faktor empiris, yakni pola pengasuhan sejak lahir mencapai kematangan dan kedewasaan.6

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengasuhan anak adalah upaya pemberian layanan yang ditujukan kepada anak asuh untuk membantu memenuhi hak dasar anak, terpenuhinya segala kebutuhan anak serta perkembangan dan pertumbuhannya.

4

Pipit Febrianti, Pelayanan Kesejahteraan Sosial terhadap Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3 Tebet h. 32.

5

Mushaf al Quran (al Quran dan Terjemahnya, Islam House) page 558

6

Asep Usman Ismail, Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial (Tangerang, Lentera Hati: 2012), h. 155.


(41)

Pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan alternatif terakhir dari pelayanan pengasuhan alternatif untuk anak-anak yang sudah tidak bisa diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat atau keluarga pengganti.7 Penempatan anak di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan solusi sementara sambil mengupayakan solusi pengasuhan alternatif berbasis keluarga pengganti.

2. Standar Pelayanan Pengasuhan a. Tujuan Standar

Standar pelayanan pengasuhan merupakan salah satu kebijakan untuk memperbaiki kualitas pelayanan panti asuhan dan bagian dari upaya mendorong transformasi peran panti asuhan.8 Penulis berpendapat bahwa standar pelayanan pengasuhan adalah tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan pengasuhan dan acuan penilaian kualitas pelayanan.

Standar pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak ini bertujuan untuk:9

1) Memperkuat pemenuhan hak anak untuk mendapatkan

pengasuhan dalam keluarganya

2) Memberikan pedoman bagi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dalam melaksanakan perannya sebagai alternatif terakhir dalam pengasuhan anak

7

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 30/HUK/2011, Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, h. 22.

8

Ibid, h. 5.

9


(42)

3) Mengembangkan pelayanan langsung untuk mendukung

keluarga yang menghadapi tantangan-tantangan dalam

pengasuhan anak

4) Mendukung pengasuhan alternatif berbasis keluarga melalui orang tua asuh, perwalian, dan adopsi

5) Memfasilitasi instansi yang berwenang untuk mengembangkan sistem pengelolaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarganya, termasuk dalam hal pengambilan keputusan tentang pengasuhan, perijinan pendirian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, monitoring dan evaluasi kinerja Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

b. Pendekatan yang mendasari Standar

1) Pendekatan Ekologi dan Psikososial, Perspektif Kekuatan serta Perlindungan Hak Anak

Standar dikembangkan dengan memanfaatkan pendekatan ekologi, psikososial, perspektif kekuatan dan perlindungan anak. Dengan memadukan pendekatan-pendekatan tersebut, anak diposisikan sebagai aktor dalam lingkungan sosialnya yang dipengaruhi oleh dan mempengaruhi berbagai sistem, baik keluarga, komunitas, masyarakat maupun kebijakan-kebijakan yang mendukung kehidupan anak. Posisi ini pula yang memungkinkan anak dihargai secara individual,


(43)

terpenuhinya hak-hak mereka sebagai anak yang membutuhkan perlindungan.10

 Pendekatan Ekologi dan Psikososial

Pendekatan ekologi mendasarkan pada sinergi berbagai pihak agar dapat bekerja demi kepentingan terbaik anak. Berdasarkan pemikiran tersebut, penyusunan standar dilakukan dengan mempertimbangkan situasi anak dan keluarga, serta kondisi komunitas dimana anak berada. Sejalan dengan hal itu pula, respon terhadap kebutuan anak dan keluarganya harus disesuaikan dengan konteks kehidupan serta latar belakang anak dan keluarga.11

Di sisi lain, pendekatan psikososial memungkinkan pihak-pihak yang kompeten dan berkepentingan untuk melakukan asesmen yang akurat terhadap anak dan keluarganya. Hasil asesmen sangat penting bagi pengambilan keputusan pengasuhan anak dan dukungan yang perlu diberikan baik bagi anak maupun keluarganya. Melalui pendekatan ini, standar merekomendasikan dilakukannya asesmen terhadap aspek fisik (bio), psiko, sosial dan spiritual anak, orang tua atau anggota keluarga lainnya dan calon keluarga pengganti.12

10

Ibid, h. 8.

11

Ibid, h. 8.

12


(44)

 Perspektif Kekuatan

Pendekatan ini terfokus pada kekuatan dan sumber daya yang dimiliki anak, keluarga juga komunitas di sekitar mereka. Kinerja tenaga profesional dibutuhkan sebatas untuk membantu memaksimalkan kekuatan dan sumber daya ini, guna menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anak dan keluarganya serta mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber di sekitar mereka. Pelayanan melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang di dalamnya melibatkan tenaga profesional dimaksudkan untuk memfasilitasi dan memampukan anak, keluarga, dan komunitas dalam mengatasi permasalahan melalui berbagai sumber daya yang menjadi kekuatan, untuk

kemudian bersama-sama mencapai tujuan yang

diharapkan.13

 Perlindungan Hak Anak

Perlindungan terhadap hak anak menjadi basis bagi pendekatan sebelumnya (pendekatan ekologi, psikososial dan perspektif kekuatan). Hal ini juga yang menjadi fondasi bagi keseluruhan kerangka kerja yang digunakan dalam memberikan pelayanan bagi anak dan keluarga.

13


(45)

Empat prinsip dalam perlindungan hak anak yang menjadi dasar bagi rumusan standar, yaitu:14

 Non diskriminasi. Semua bentuk pelayanan berkaitan dengan pengasuhan baik di dalam keluarga, keluarga pengganti maupun melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dilaksanakan tanpa diskriminasi, dari sisi usia, jenis kelamin, ras, agama dan budaya, dan bentuk diskriminasi lainnya.

 Kepentingan terbaik anak. Kepentingan terbaik anak menjadi prioritas dalam pelayanan yang dilakukan oleh semua pihak yang bekerja dalam pengasuhan anak.

 Keberlangsungan hidup dan perkembangan. Upaya

untuk mencari solusi pengasuhan dilakukan dengan memperhatikan perkembangan anak sesuai usia mereka masing-masing

 Partisipasi. Keputusan tentang pengasuhan anak dilakukan semaksimal mungkin dengan melibatkan partisipasi anak, sesuai dengan kapasitas mereka dan kapan pun anak mau.

14


(46)

 Pendekatan legal

Standar menggunakan acuan perundang-undangan dan kebijakan lainnya yang terkait yaitu:15

 Konveksi Hak Anak, Ratifikasi Pemerintah Indonesia Tahun 1990 dengan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-Hak Anak)

 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak

 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak

 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial

 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 107/HUK/2009 tentang Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial

 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 108/HUK/2009 tentang Sertifikasi bagi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial.

3. Standar Pelayanan Pengasuhan Berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

Standar pelayanan pengasuhan berbasis LKSA merupakan alternatif pengasuhan yang bersifat sementara untuk anak-anak yang

15


(47)

tidak bisa diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat atau keluarga pengganti. Ada beberapa standar pelayanan yaitu standar pendekatan awal dan penerima rujukan, standar pelayanan pengasuhan oleh LKSA, standar pelayanan berbasis LKSA, standar pelaksana pengasuhan dan standar evaluasi serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan untuk anak. Berikut ini, sebagai acuan atau kerangka pemikiran penelitian ini akan diuraikan standar pelayanan berbasis lembaga kesejahteraan sosial anak:16

a. Pelayanan pengasuhan dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Anak yang ada di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak merupakan anak yang tidak mendapatkan pengasuhan dari keluarga, kerabat, atau keluarga pengganti, maka alternatif terakhir adalah pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.17 b. Peran panti sebagai pengganti orang tua

1) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus berperan sebagai pengganti orang tua untuk sementara bagi anak-anak yang ditempatkan di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan bertanggung jawab untuk memenuhi pemenuhan hak-hak mereka.18

2) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memahami bahwa setiap aspek hak anak tidak dapat dipisahkan dan pemenuhan hak-hak anak harus dilakukan secara menyeluruh.19

16

Ibid, h. 54.

17

Ibid, h. 54.

18

Ibid, h. 54.

19


(48)

c. Martabat anak sebagai manusia

Berikut indikator pelayanan berdasarkan Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak:20

1) Setiap anak harus diakui, diperlakukan dan dihargai sebagai individu yang utuh, memiliki karakter yang unik, memiliki perndapat, pilihan dan kapasitas serta kemampuan masing-masing.

2) Setiap anak harus dihargai martabatnya sebagai manusia. 3) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menjamin bahwa

anak terhindar dan terlindungi dari semua bentuk perlakuan, termasuk perkataan dan hukuman yang dapat mempermalukan atau merendahkan martabat mereka.

4) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menjamin setiap anak terhindar dari segala bentuk diskriminasi, antara lain berdasarkan jenis kelamin, status sosial, etnisitas, budaya, agama, atau kecacatan, baik dari orang dewasa maupun antar anak sendiri.

d. Perlindungan anak

1) Perlindungan dari segala bentuk tindak kekerasan dan hukuman fisik21

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak melarang

digunakannya segala bentuk kekerasan dan hukuman fisik

20

Ibid, h. 55.

21


(49)

dengan alasan apapun termasuk untuk penegakkan disiplin.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak memiliki kebijakan dan prosedur tertulis untuk mencegah, melaporkan, dan merespon segala tindakan kekerasan pada anak yang didiseminasikan kepada setiap pengurus, petugas, dan relawan yang bekerja atau memiliki kontak dengan anak dan kepada anak.

 Dalam mencegah dan merespon kekerasan dan hukuman fisik, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memperhatikan isu spesifik yang terkait dengan usia, gender, dan kecacatan.

2) Mekanisme pelaporan22

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menyediakan mekanisme pelaporan yang aman da rahasia yang memungkinkan anak melaporkan kekerasan atau tindakan yang tidak senonoh pada pihak yang berwenang.

 Anak harus memperoleh informasi dan penjelasan tentang bagaimana mereka dapat menggunakan mekanisme tersebut untuk melaporkan kecurigaan atau kasus yang mereka alami, lihat, atau dengar pada instansi yang berwenang.

22


(50)

3) Kapasitas pengurus, petugas, dan relawan dalam merespon kekerasan23

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memastikan bahwa setiap pengurus, petugas, dan relawan yang bekerja tidak memiliki catatan kriminal, sejarah kekerasan atau perilaku tidak pantas terhadap anak.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memastikan bahwa semua pengurus, petugas, dan relwan menerima pelatihan, dan kegiatan komunikasi, informasi, dan pendidikan lainnya untuk mencegah dan memberi respon yang efektif dan tepat terhadap kekerasan.

Review terhadap kinerja pengurus, petugas, dan relawan harus dilakukan dengan melihat kapasitas mereka untuk bekerja secara pantas dan memadai bersama anak, termasuk mempertimbangan umpan balik dari anak dalam proses review.

4) Prosedur pemberian hukuman disiplin

 Prosedur pemberian hukuman disiplin harus dijalankan

untuk pengurus, petugas, dan relawan Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak yang telah dilaporkan melakukan kekerasan terhadap anak, termasuk berhenti

23


(51)

sementara selama investigasi jika dibutuhkan untuk memastikan perlindungan bagi anak.24

 Setiap kecurigaan atau kasus harus dicatat dan dilaporkan kepada instansi/Dinas Sosial dan ketika kasus tersebut digolongkan sebagai tindak kriminal, harus dilaporkan kepada pihak Kepolisisan dan Kementerian Sosial RI.25  Jika pengurus, petugas dan relawan terbukti melakukan

tindakan kekerasan, maka prosedur penegakan disiplin harus berjalan sesuai tingkat keseriusan dari kasus tersebut, mulai dari peringatan tertulis, larangan melaksanakan tugas sampai ada keputusan lebih lanjut, dan pemecatan.26

5) Lingkungan yang aman dari kekerasan dan hukuman fisik27  Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menjamin

lingkungan yang kondusif dan aman bagi keselamatan anak untuk mencegah terjadinya kekerasan dan hukuman fisik melalui peraturan, prosedur dan mekanisme yang berlaku di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, kegiatan pelayanan dan sarana dan prasarana.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memfasilitasi keterlibatan masyarakat untuk secara aktif mencegah, merespon, dan melaporkan kekerasan dan hukuman fisik.

24

Ibid, h. 58.

25

Ibid, h. 59.

26

Ibid, h. 59.

27


(52)

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memiliki mekanisme untuk mendiskusikan kasus kekerasan dan hukuman fisik pada anak di lingkungan sekolah dengan

pihak yang memiliki kewenangan dalam bidang

pendidikan.

6) Pencegahan dan respon terhadap kekerasan dan hukuman fisik antar anak28

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus

memberlakukan kebijakan untuk mencegah dan merespon terhadap segala bentuk tindakan kekerasan dan hukuman fisik antar anak, termasuk pemerasan, ancaman, dan

bullying.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus melakuakn berbagai upaya pencegahan melalui membangkitkan kesadaran akan dampak dari kekerasan dan hukuman fisik, membangun kapasitas untuk menyelesaikan konflik tanpa menggunakan kekerasan dan berbagi pengetahuan tentang hak asasi manusia dan perlindungan anak.

7) Kerahasiaan laporan tentang kekerasan

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menyediakan mekanisme pelaporan yang aman dan rahasia untuk anak melaporkan kekerasan pada pihak yang berwenang.29

28

Ibid, h. 60.

29


(53)

8) Pemahaman pekembangan anak

Pengasuh harus memahami tahapan perkembangan anak sehingga dapat memberikan respon yang tepat terhadap kebutuhan anak sebagai individu, termasuk kebutuhan untuk berpartisipasi sesuai kematangan anak.30

e. Perkembangan anak31

1) Anak perlu didukung keterlibatannya dalamberbagai kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan percaya diri dan membangun konsep diri yang baik.

2) Anak perlu memperoleh tanggung jawab sesuai kematangan usia mereka, sehingga diakui kapasitasnya untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan.

3) Kegiatan dan pendekatan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus dilakukan dengan pemahaman bahwa masa remaja adalah kunci bagi tahapan sosialisasi sehingga remaja perlu memperoleh ruang dan kesempatan yang fleksibel untuk bersosialisasi secara aman dan bertanggung jawab.

f. Identitas anak

1) Kelengkapan identitas anak32

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memastikan bahwa setiap anak memiliki identitas legal yang jelas,

30

Ibid, h. 61.

31

Ibid, h. 63.

32


(54)

termasuk akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu mendukung keluarga untuk melengkapi akta kelahiran, kartu keluarga dan KTP.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dilarang mengganti identitas asal anak, termasuk nama, agama dan etnisitas. 2) Identitas anak33

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu menjaga

keakuratan dan memperbarui data yang terkait dengan keluarga anak setiap saat untuk memastikan anak tidak kehilangan identitas dan kontak dnegan keluarga.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu mendukung anak untuk memiliki pemahaman yang baik tentang identitas diri dan latar belakang keluarganya melalui berbagai media untuk mengekspresikan identitas diri mereka seperti lewat penulisan life history, juga pengumpulan foto atau gambar.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus melakukan penelusuran dan reunifikasi untuk kasus anak yang mengalami keterpisahan dari keluarganya.

 Anak perlu didukung untuk mengekspresikan identitas, budaya, bahasa, etnisitas serta agama mereka dengan

33


(55)

mendukung penggunaan simbol-simbol identitas dan praktek berbagai kegiatan untuk memahami dan bersikap toleran terhadap keragaman identitas agama dan budaya tersebut.

g. Relasi anak

1) Dukungan relasi antara anak dengan keluarga/kerabat34

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memfasilitasi komunikasi sesering mungkin antara anak yang tinggal di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dengan orang tua/keluarga/ kerabat dan teman-teman dari lingkungan rumah.

 Dukungan bagi anak untuk berelasi dengan orang

tua/keluarga/kerabat dan teman dari lingkungan rumah perlu diberikan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan terbaik anak.

2) Kunjungan anak kepada orangtua/keluarga/kerabat/teman Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu memfasilitasi anak untuk mengunjungi orang tua/keluarga/kerabat/teman di rumah sesering mungkin, minimal satu kali per bulan untuk menjaga keeratan relasi anak dengan lingkunganasal dan untuk menyiapkan anak kembali ke rumah.35

34

Ibid, h. 64.

35


(56)

3) Kunjungan oleh keluarga/kerabat/teman36

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memfasilitasi keluarga/kerabat/teman untuk berkunjung sesering mungkin untuk menjaga keeratan relasi dengan anak, juga untuk mengetahui perkembangan anak dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung terjalinnya hubungan yang erat antara anak dan calon keluarga pengganti untuk anak yang sama sekali tidak memiliki keluarga, dengan mengunjungi atau dikunjungi oleh calon keluarga pengganti sesering mungkin.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu menunjukkan penerimaan yang ramah, menyediakan lingkungan yang nyaman, dan tidak membatasi kunjungan supaya orang tua/keluarga/kerabat dan teman merasa nyaman saat berkunjung.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu emfasilitasi pertemuan bersama antara anak dan keluarga untuk membahas situasi anak dan keluarga supaya anak memahami pentingnya makna keluarga.

4) Kedekatan antara anak dan keluarga/kerabat/masyarakat Anak harus ditempatkan dekat dengan tempat tinggal keluarganya/komunitas dan tidak dipindahkan jauh dari

36


(57)

lingkungan tersebut untuk menjaga relasi yang erat antara anak dan lingkungannya.37

5) Relasi antar anak di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak38

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung

relasi persaudaraan diantara ank-anak dengan

memperlakukan setiap anak secara adil dalam pemenuhan hak dan tanggung jawab, membiasakan untuk saling berbagi dan menghargai, juga untuk saling berdiskusi dan membuat keputusan bersama.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menghindari hubungan kekuasaan yang tidak sehat antara anak, termasuk memberi wewenang pada anak yang lebih tua untuk melaporkan pelanggaran dan mendisiplinkan anak yang lebih muda.

6) Relasi yang positif dan pantas antara laki-laki dan perempuan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menjadi lingkungan yang positif untuk mendukung anak mendiskusikan aspek positif dan aman dari relasi antara laki-laki dan perempuan serta membangun pemahaman untuk melakukan pilihan yang bertanggung jawab dari relasi tersebut.39

37

Ibid, h. 67.

38

Ibid, h. 68.

39


(58)

7) Relasi dengan pengasuh/pengurus

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung terbangunnya relasi individul antara anak dengan pengasuh sebagai pengganti orang tua sehingga anak mendapat perhatian secara individual dari pengasuh, dapat menemui pengasuh jika memerlukan dukungan ketika menghadapi masalah atau sekedar ingin berbicara secara pribadi.40

8) Relasi dengan pihak di luar lembaga (guru, teman dari sekolah dan lingkungan sekitar)41

 Anak harus didukung untuk menjalin relasi yang baik dan positif dengan pihak lain di luar lembaga termasuk guru, teman sekolah, dan lingkungan sekitar dengan mendorong

anak untuk terlibat dalam berbagai kegiatan

ekstrakurikuler di sekolah dan kegiatan di lingkungan masyarakat.

 Anak harus didukung untuk menjalin relasi dengan guru/teman sekolah/teman dari komunitas, dengan membuka akses untuk berkomunikasi secara pribadi melalui surat, telepon serta untuk mengunjungi dan dikunjungi oleh mereka.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menyediakan lingkungan yang positif agar guru/teman sekolah/teman

40

Ibid, h. 69.

41


(59)

dari lingkungan sekitar merasa nyaman saat berkunjung ke Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.

 Semua kesempatan anak untuk berelasi dengan pihak luar Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak diberikan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan terbaik anak. h. Partisipasi anak

1) Suara anak

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendorong anak untuk menyampaikan pendapat dan ikut serta dalam membahas berbagai hal penting yang menyangkut kepentingan mereka, antara lain dalam penyusunan dan pelaksanaan aturan untuk penegakan displin, memberikan masukan bagi pelayanan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, serta dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pengasuhan, termasuk berapa lama anak akan tinggal dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak dan tujuan dari penempatan anak.42

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus menyediakan kesempatan, informasi dan lingkungan yang aman dan kondusif agar anak dapat menyampaikan pendapat dan ikut serta dalam pembahasan-pembahasan berbagai hal penting tersebut.43

42

Ibid, h. 71.

43


(60)

 Keputusan yang diambil dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, baik yang terkait dengan kehidupam sehari-hari anak harus mencerminkan suara, ide dan pendapat anak.44

2) Pilihan anak

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung kapasitas anak dalam menentukan pilihan untuk berbagai keputusan dalam hidup mereka, sesuai dengan usia

perkembangan anak, sebagai bagian dari fungsi

pengasuhan dan pelaksanaan peran orang tua yang harus direfleksikan dalam pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.45

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mampu

mendukung kapasitas anak untuk berpikir dan membuat alasan, memahami pilihan-pilihan yang mereka ambil dan konsekuensi dari pilihan tersebut.46

i. Makanan dan pakaian

1) Makanan47

 Pola makan

 Anak harus mengkonsumsi makanan yang terjaga kualitas gizi dan nutrisinya sesuai kebutuhan usia dan tumbuh kembang mereka selama tinggal di dalam

44

Ibid, h. 72.

45

Ibid, h. 72.

46

Ibid, h. 73.

47


(61)

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, dalam jumlah dan frekuensi yang memadai – makanan utama minimal 3 kali dalam sehari dan snack minimal 2 kali dalam sehari.

 Makanan harus disediakan dengan memperhatikan selera anak dan dilakukan secara teratur dengan waktu yang fleksibel sesuai situasi anak etrkait waktu kepulangan anak dari sekolah atau kegiatan lainnya.

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak menjamin anak dengan kebutuhan nutrisi khusus, antara lain karena sakit mendapat makanan khusus sesuai kebutuhan mereka.

 Anak dapat mengakses air minum matang dengan bebas bahkan di malam hari sekalipun.

 Situasi Makan

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak perlu

menciptakan situasi makan yang menyenangkan agar anak bisa makan dengan santai, baik didampingi maupun tanpa didampingi oleh pengasuh, sehingga saat makan dapat menjadi sarana bagi anak untuk menjalin komunikasi dan relasi yang erat layaknya dalam keluarga.48

48


(62)

 Untuk mencapai tujuan tersebut, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak juga harus menghindari diskriminasi atas dasar apapun, baik berdasarkan jenis kelamin, usia maupun kecacatan dalam menyediakan pelayanan makan bagi anak, misalnya dengan membuat aturan untuk anak laki-laki atau anak yang lebih tua untuk makan lebih dahulu.49

 Anak tidak boleh terlibat dalam penyiapan makan kecuali dalam bentuk pembekalan keterampilan hidup yang bersifat tambahan bagi petugas masak dan dilakukan pada waktu dan cara yang tidak mengganggu waktu belajar dan istirahat anak.50

 Review menu dan kebutuhan nutrisi

Menu dan penyiapan makan harus direview bersama pihak yang memiliki kewenangan dalam bidang kesehatan secara reguler minimal 6 bulan sekali, untuk memastikan terpenuhinya standar gizi dan kesehatan bagi anak dengan tetap bersifat fleksibel terhadap ketersediaan produk lokal.51

2) Pakaian

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memenuhi kebutuhan pakaian untuk setiap anak secara memadai, dari

49

Ibid, h. 75.

50

Ibid, h. 76.

51


(63)

segi jumlah, fungsi, ukuran dan tampilan yang memperhatikan keinginan anak.52

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus

mengalokasikan anggaran untuk memenuhi kebutuhan pakaian anak.53

j. Akses terhadap pendidikan dan kesehatan 1) Akses terhadap pendidikan

 Kondisi dan akses terhadap pendidikan

Pendidikan formal, non formal/vokasional dan informal yang diterima anak yang tinggal dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak adalah bagian dari rencana pengasuhan anak sehingga harus disesuaikan dengan jenis pengasuhan dan jangka waktu anak tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, baik dalam pengasuhan darurat (maksimal 3 bulan), pengasuhan jangka pendek (3 sampai 18 bulan) dan pengasuhan jangka panjang (lebih dari 18 bulan).54

 Seleksi dan pilihan pendidikan

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus

mendukung anak untuk memperoleh akses pada pendidikan formal, non formal dan informal sesuai perkembangan usia, minat, dan rencana pengasuhan

52

Ibid, h. 77.

53

Ibid, h. 77.

54


(64)

mereka selama tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.55

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus

mendukung tercapainya tujuan akademis pendidikan bagi anak selama mereka tinggal di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, dengan memfasilitasi penyediaan berbagai fasilitas penunjang pendidikan seperti peralatan belajar, sarana transportasi, bimbingan belajar dan fasilitas lainnya.56

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak mendukung

anak untuk melakukan pilihan yang terkait dengan pendidikan mereka selama tinggal di dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, dengan memberikan informasi memadai dan pertimbangan bagi pilihan anak, memfasilitasi diskusi untuk membahas berbagai alternatif pilihan.57

 Lembaga harus mendukung tercapainya fungsi sosial pendidikan bagi anak selama tinggal dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, melalui keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan dalam kegiatan sosial lain yang diselenggarakan oleh lembaga

55

Ibid, h. 79.

56

Ibid, h. 79.

57


(65)

pendidikan sekurang-kurangnya dengan pemberian ijin, fleksibilitas waktu dan dukungan dana.58

 Review perkembangan pendidikan anak59

 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memberi perhatian pada perkembangan pendidikan anak, dengan melakukan review secara berkala bersama dengan penyelenggara pendidikan dimana anak bersekolah minimal 3 bulan sekali.

 Pengurus dan petugas Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus membuka diri untuk dihubungi sewaktu-waktu oleh pihak penyelenggara pendidikan untuk mendiskusikan perkembangan dan hambatan terkait dengan pendidikan anak.

 Keterlibatan orang tua dan keluarga dalam pendidikan anak

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus

melibatkan orang tua/wali dan anak dalam membuat berbagai keputusan tentang pendidikan anak.60

2) Akses terhadap kesehatan

 Kondisi dan akses pelayanan kesehatan anak

 Kondisi kesehatan atau kecacatan anak tidak boleh menjadi pertimbangan bagi Lembaga Kesejahteraan

58

Ibid, h. 79.

59

Ibid, h. 80.

60


(1)

29

11) Disini ada jadwal rekreasi gak sih?

Ada, kadang ke snow bay, terus tahun kemarin juga ke jogja 12)Kalo temen-temen kamu boleh main ke panti gak?

Boleh ka, anak sekolah sering pada main di atas di saung biasanya pada main pada kumpul

13)Kalo panti lagi bikin peraturan anak suka diajak gak sih?

Sebenarnya gak semua anak, yang sering diajak bikin peraturan ya anak osisnya. Nama osisnya OPS disini.

14)Disini ada kotak saran gak sih?

Ada ka, di depan kantor cuma gak pernah dipake 15)Kalo masak disini siapa ya? Enak gak masakannya?

Ada bu kokom, bu ratin dan bu jengker. Enak kak masakannya. Saya paling suka menu ayam, kalo yang gak saya suka itu daging. 16)Nyaman gak tinggal disini? Kalo makan bareng pengasuh nyaman

gak?

Nyaman ka, makan ada atau nggak ada pengasuh juga nyaman 17)Setiap anak punya jadwal individu gak?

Ada yang punya ada yang nggak ka tergantung sama diri masing-masing kalo saya sendiri punya jadwal kegiatan individu

18)Apa aja yang gak boleh dilakukan selama di panti?

Manjat tembok, gak boleh tawuran. Pernah ada yang ikutan tawuran terus sama panti dikasih kesempatan sekali kalo ikutan tawuran lagi dikeluarin.

19)Menurut kamu pengasuhan disini udah bagus belum sih?

Ya kalo dibilang udah bagus sih belum gitu ka, gak terlalu ketat pembinaannya. Pokoknya ngerasa kurang lah pengasuhannya disini. Pengasuh juga punya keluarga sendiri jadi waktu bareng kita disini sedikit.

20)Disini dijamin gak anak-anak terlindung dari kekerasan dan tindakan diskriminasi?

Ya kalo itu kan di jamin disini ka, semua ada peraturannya juga ka 21)Kalo ada tindakan kekerasan biasanya kamu lapor ke siapa sih?

Ya pertama kita beresin dulu dari pihak anaknya kalo terbukti pengasuh yang salah dan emosian baru lah kita lapor dibantu temen-temen osis

22)Disini suka dikasih pakaian gak?

Iya suka dikasih baju sekolah, celana maen dll. Ada juga baju bawa dari rumah ada juga yang kita beli

23)Kalo sakit suka diurusin gak?

Kalo sakit kalo cuman panas paling ditengok terus berobat ke puskesmas

24)Kamu terbuka gak sama pengasuh?

Iya saya terbuka, kalo ada masalah saya cerita ka tipenya 25)Panti suka ngasih hadiah gak buat anak yang berprestasi?

Iya ka suka ngasih hadiah, cuman saya belum pernah dapet belum pernah juara di kelas


(2)

30

Ya bangun tidur suka ada yang bangunin kalo pagi, terus diurusin persiapan mau sekolah, beres-beres kamar, kerja bakti buat yang masuk siang. Kalo sore dibimbing sesuai jadwal

27)Kesannya apa selama di panti?

Hm fasilitas udah tercukupi, harapan ke depannya panti lebih baik lagi, generasi anak-anaknya lebih baik lagi.

PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI

No. Materi Dokumentasi

1. Buku catatan kasus anak Ada

2. Catatan harian (case record) Ada

3. Catatan kesehatan Ada

4. Papan tata tertib panti Ada


(3)

HASIL OBSERVASI

Observasi Lokasi PSAA PU 3 Ceger

Tanggal: 13 Januari 2016

Penulis melakukan survei tempat penelitian di PSAA PU 3 Ceger, disana penulis bertemu dengan sekretaris panti bu Junita di kantornya. Penulis menanyakan prosedur izin penelitian di panti tersebut, lalu penulis diarahkan ke Kesbangpol di Kantor Wali Kota Jakarta Timur. Setelah mendapatkan surat izin dari Kesbangpol penulis ke kelurahan ceger untuk memberikan surat izin tersebut sebagai bukti telah diizinkan untuk mengadakan penelitian di PSAA PU 3 Ceger.

Penulis kembali ke panti dan menghadap Satpel Pelayanan Sosial yaitu Ibu Atun, disana penulis memberikan surat izin dari Kesbangpol dan kelurahan Ceger untuk mendapatkan disposisi dari surat tersebut. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Panti penulis melakukan pendekatan dengan pegawai panti dan melihat-lihat fasilitas yang tersedia di PSAA PU 3 Ceger. Menurut penulis fasilitas di panti sudah lengkap tinggal anak asuh yang ada di panti merawat dengan baik. Ruangan pun lengkap, ada ruang makan, ruang tidur, mushola, lapangan, tempat nyuci baju, halaman belakang, kantor, ruang komputer dll.

Observasi Kegiatan Sore di PSAA PU 3 Ceger

Tanggal: 26 Agustus 2016

Penulis melakukan observasi kegiatan anak asuh pada sore hari, saat itu terlihat para pengasuh menggiring anak asuhnya ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan senam. Instruktur senam juga terlihat antusias dalam memimpin senam


(4)

anak-anak asuh di panti. Ada sebagian anak asuh yang baru pulang sekolah mengisi kegiatan mereka dengan bersih-bersih diri dan kamarnya, ada juga yang langsung mengerjakan tugasnya dibantu dengan pengasuh dan guru bimbelnya.

Kegiatan panti memang dimulai pada sore hari saat nak asuh pulang sekolah, terlihat para pengasuh sibuk mengurusi anak asuhnya. Namun ada juga yang terlihat seperti sedang mendisiplinkan anak asuhnya karena melanggar aturan panti seperti tidak mengikuti kegiatan rutin. Saat adzan maghrib anak asuh sudah siap untuk melaksanakan shalat maghrib dan isya, setelah itu disambung dengan makan malam di ruang makan.


(5)

Foto-foto Kegiatan

Ini adalah koridor panti ke arah aula dan kantor PSAA PU 3 Ceger, di sebelah kanan aula ada lapangan dan saung yang disediakan untuk siapa saja yang ingin menikmati tempat sejuk di bawah pohon. Ruang aula selain menjadi tempat acara anak-anak juga sering digunakan untuk case conference para pengasuh dalam membahas perkembangan anak asuhnya.

Salah satu kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh PSAA PU 3 Ceger adalah senam di sore hari setelah anak pulang sekolah dipimpin oleh instruktur senam serta ditemani oleh para pengasuh di barisan belakang dan kerja bakti membersihkan lingkungan asrama saat anak libur sekolah.


(6)

Fasilitas yang diberikan oleh PSAA PU 3 Ceger dalam mendukung kegiatan pelayanan pengasuhan yaitu panti menyediakan fasilitas ruang makan, ruang dapur, ruang tidur, koridor, televisi, mushola dan lapangan di depan asrama.

Gambar di atas ini adalah jadwal kegiatan anak asuh setiap harinya, ada jadwal anak asuh yang masuk pagi dan ada jadwal anak asuh yang masuk siang. Semuanya rata