Latar Belakang Masalah Pola pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Cipayung Jakarta Timur

pemerintah mau tidak mau memang harus menyisihkan anggaran untuk membayar utang dan memperbaiki kinerja perekonomian jauh lebih banyak daripada anggaran yang disediakan untuk fasilitas kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial anak-anak. 4 Sesuai dengan UU RI No. 23 Thn 2002 Tentang Perlindungan Anak bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak terlantartanpa asuhan orang tua 6-18 tahun meliputi anak yang mengalami perlakuan salah dan diterlantarkan oleh orang tuakeluarga atau anak kehilangan hak asuh dari orang tuakeluarga. 5 Pada dasarnya pengasuhan dan perlindungan anak yang terbaik ialah anak yang diasuh dan dibesarkan bersama orang tua. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan danatau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan ini adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir UU Perlindungan Anak pasal 14. Alasan pemisahan anak dikarenakan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. 4 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak Jakarta: Kencana, 2010, h. 213. 5 Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia, Panduan Umum Program Kesejahteraan Sosial Anak, Jakarta: Departemen Sosial RI, 2010, h. 7. Pengasuhan yang paling tepat ialah pengasuhan yang diberikan oleh orang tua maupun keluarga terdekat. Namun, pada saat ini masih banyak anak yang tidak mendapatkan pengasuhan tersebut karena keadaan yang membuat orang tua maupun keluarga tidak dapat mengasuh anak secara optimal. Anak yang tidak mendapatkan pengasuhan secara optimal dari orang tua biasanya cenderung berbeda dengan anak-anak yang mendapatkan pengasuhan yang dilakukan orang tua di dalam keluarga. Pengasuhan anak dalam keluarga yang harmonis merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada masa- masa kritis, yaitu usia 0-8 tahun. Kehilangan pengasuhan yang baik, misalnya perceraian, kehilangan orangtua, baik untuk sementara maupun selamanya, bencana alam, dan berbagai hal yang bersifat traumatis lainnya sangat mempengaruhi kualitas kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual anak. Hal ini sejalan dengan penegasan Rasulullah saw. bahwa menceraikan istri merupakan perbuatan halal yang paling dimurkai Allah. Dalam hadits riwayat dari Ibn Umar ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perbuatan halal yang paling dimurkai oleh Allah adalah talak” HR.Abu Daud dan Ibn Majah. Maksudnya, bahwa Allah menghalalkan talak atau perceraian, tetapi Allah membencinya, karena dampaknya yang sangat buruk bagi pertumbuhan mental anak-anak. 6 6 DR. H. Asep Usman Ismail, Al-Quran dan Kesejahteraan Sosial : Sebuah Rintisan Membangun Paradigma Sosial Islam yang Berkeadilan dan Berkesejahteraan Tangerang: Lentera Hati, 2012, h.164. Konsep pengasuhan anak di Indonesia didasarkan pada pendekatan yang mengharuskan negara dan masyarakat untuk bekerja sama, UU Kesejahteraan Anak thn 1979 dengan jelas mengatur tentang upaya pemenuhan kebutuhan anak dimana dalam UU tersesbut menyatakan bahwa untuk kebutuhan fisik, psikologis dan sosial anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Selain itu, UU tersebut juga menyatakan bahwa anak yang tidak memiliki orang tua memiliki hak untuk diasuh oleh negara atau lembaga lain. Saat ini panti sosial merupakan alternatif terakhir dalam menangani permasalahan anak terlantar. Dengan adanya panti sosial, anak terlantar bisa mendapatkan pelayanan-pelayanan sosial berupa pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya. Panti sosial yang berfungsi menggantikan peran orang tua dalam melakukan pengasuhan merupakan titik awal bagi mereka untuk membentuk identitas diri. Panti asuhan juga bisa dikatakan sebagai tempat kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak-anak terlantar. Mulai anak masuk panti asuhan sampai masa adopsi atau sampai usia 18 tahun. Proses pengasuhan sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Pengasuhan yang dilakukan bukan hanya sekedar memberi makan dan pengetahuan, tetapi juga meliputi kegiatan perawatan, pemeliharaan, bimbingan, pembinaan dan pendidikan. 7 7 Direktorat Pelayanan Sosial Anak Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009, h.63. Dalam menangani permasalahan ini telah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mendirikan organisasi atau lembaga khusus untuk menanggulangi permasalahan sosial dengan mendirikan panti-panti sosial. Salah satunya Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan pelayanan, pembinaan dan pengasuhan anak terlantar adalah Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger PSAA PU 4. Tujuan pokok dan fungsi PSAA PU 4 ini memberikan pelayanan, kepada anak terlantar yaitu anak yang tidak memiliki orang tua, ayah, ibu, keluarga atau keluarga terdekat dan tidak mampu secara ekonomi yang bertujuan guna untuk anak terlantar memiliki IPTEK, IMTAQ, sehat jasmani dan rohani serta dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan dapat hidup layak secara normatif. Masalah yang terdapat di PSAA PU 4 Ceger ialah anak-anak yang hampir terlantar bahkan terlantar. Terlantar bukan hanya tidak mempunyai orang tua atau keluarga terdekat, tetapi juga terlantarnya kebutuhan fisik, mental, sosial dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar seperti kebutuhan pendidikan, kesehatan, tumbuh kembang anak, perlindungan, kesejahteraan, dan partisipasi anak. Dengan adanya PSAA PU 4, anak terlantar bisa mendapatkan kebutuhan dasar mereka yang meliputi perlindungan, tumbuh kembang, kesehatan serta pendidikan. Salah satu isu prioritas yang menyebabkan anak dititipkan di panti adalah akibat krisis kepercayaan pada arti penting sekolah, di lingkungan komunitas masyarakat miskin sering terjadi kelangsungan pendidikan anak cenderung diterlantarkan. 8 Dikarenakan orang tua tidak mampu untuk membiayai sekolah anak mereka sehingga PSAA merupakan jalan terakhir untuk dapat menyekolahkan anak mereka sampai lulus atau selesai tingkat SMK. PSAA PU 4 memfasilitasi akses terhadap pendidikan mulai dari biaya sekolah, perlengkapan sekolah sampai dengan transportasi mereka dengan syarat mereka mau tinggal di panti sampai mereka menyelesaikan sekolah mereka. 9 Terkait masalah di atas, penulis tertarik ingin mengkaji permasalahan ini secara lebih mendalam dalam bentuk penelitian skripsi yang berjudul “Pola Pengasuhan Anak Terlantar Di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan penulis analisis pada tulisan ini dan penulis membatasi hanya pada pengasuhan anak terlantar di panti sosial asuhan anak putra utama 4 ceger. 2. Rumusan Masalah Agar dapat mempermudah penjelasan permasalahan anak terlantar, maka penulis merumuskan masalah pada : 8 Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, h. 219. 9 Direktorat Rehabilitasi Sosial, Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Jakarta: Kementerian Sosial RI, 2011, h. 36. 1. Bagaimana gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar oleh PSAA PU 4 Ceger ? 2. Bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui gambaran umum pola pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger. b. Mengetahui bagaimana pola asuh pengasuh terhadap anak terlantar di dalam PSAA PU 4 Ceger . 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis - Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menambah informasi bagi pengembang Ilmu Kesejahteraan Sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger. - Penelitian ini juga diharapkan menjadikan atau memberikan sumber pengetahuan bagi kompetensi pekerja sosial dalam pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger. b. Manfaat Praktis - Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan Kesejahteraan Sosial yang berkaitan dengan pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger. - Merupakan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya di pekerjaan sosial terkait pengasuhan anak terlantar di PSAA PU 4 Ceger.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam memperoleh data dan menganalisa data. Sumber yang diperoleh dapat menjadi bahan dalam menjawab permasalahan yang peneliti teliti. Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpulan, analisis, serta interpretasi yang dikemukakan peneliti dalam kerja penelitiannya. 10 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualititatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. 11 Dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendeskripsikan tentang pengasuhan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur. 10 M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012., h. 737. 11 Drs. Dadang Kuswana, M.Ag. Metode Penelitian Sosial Bandung: CV Pustaka Setia, 2011, h. 278 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain- lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang telah di teliti. 12 3. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Ceger Jakarta Timur. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan teknik kondisi yang alami, sumber data primer, dan lebih banyak pada teknik observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentasi. 13 12 Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A. Metode penelitian kualitiatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007., h. 11. 13 M.Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012, h. 164.