Defenisi Operasional NO Analisa Data

5. Penyerapan partikel gips ke dalam permukaan gigi 6. Suhu dan kelembaban ruangan penelitian

3.5 Defenisi Operasional NO

VARIABEL DEFENISI OPERASIONAL CARA UKUR SKALA UKUR Variabel Bebas 1 Agen Remineralisasi topikal yang mengandung Fluor Agen remineralisasi yang mengandung Fluor Fluocal solute septodont TM Sesuai petunjuk pabrik. Nominal 2 Agen Remineralisasi topikal yang mengandung CPP- ACP Agen remineralisasi yang mengandung CPP-ACP GC tooth mousse,Recaldent TM Sesuai petunjuk pabrik Nominal NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL CARA UKUR ALAT UKUR SKALA UKUR Variabel Tergantung 1 Kekerasan Enamel gigi Ketahanan permukaan enamel gigi dalam menahan tekanan Dalam satuan kgmm 2 VHN Vickers Leeb Hardness Tester TH160 Interval Universitas Sumatera Utara indentansi Hardness Number 3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian 1. Mikromotor dan Handpiece Marathon Escort III, Korea 2. Diamond disc Dentorium International, USA 3. pH meter Hanna pH meter digital, USA 4. Alat uji kekerasan Leeb Hardness Tester TH160, China 5. Stopwatch Digitimer, China 6. Tisu Paseo 7. Pinset SMIC, China 8. Kuas aplikasi topikal 9. Air Blower pus-pus 10. Wadah Plastik Tupperware, China Gambar 4. Mikromotor dan Handpiece Marathon Escort III Universitas Sumatera Utara Gambar 5. Alat Leeb Hardness Tester TH160

3.6.2 Bahan Penelitian

1. Gigi Premolar 25 buah 2. Topikal aplikasi Fluor Fluocal Gel Septodont, USA 3. Pasta CPP-ACP GC Tooth Mousse produksi recaldent, Tokyo 4. Larutan Demineralisasi Asam asetat 5. Aquadest 6. Larutan Saline 0,9 7. Plaster of paris 3.7 Prosedur Penelitian 3.7.1 Persiapan Gigi a Gigi direndam dalam larutan normal saline 0,9. Bersihkan permukaan mahkota gigi dari kalkulus dan kotoran lainnya. Universitas Sumatera Utara b Gigi dibilas dengan aquadest. Masukkan seluruh gigi ke dalam wadah yang berisi aquadest. Lakukan pengulangan sebanyak 2x, hingga permukaan gigi bersih. c Gigi dikeringkan. Ambil gigi satu persatu dengan pinset, lalu keringkan dengan tisu dan air blower pus-pus. d Akar gigi dipotong menggunakan mikromotor low speed dengan Carborundum Disc, hingga tersisa mahkota. e Sampel yang telah dipotong ditanam dalam balok gips dengan ukuran 2x2 cm. Permukaan bukal gigi menghadap ke atas. Permukaan sampel dibersihkan dengan pumice dengan brush mikromotor selama 3 menit, hingga mendapatkan permukaan yang bersih dari debris. f Bersihkan permukaan sampel dengan aquadest dan keringkan permukaan gigi dengai air blower pus-pus. Gambar 6. Sampel gigi premolar bagian bukal

3.7.2 Pengelompokan Sampel

Sampel dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Bagian tengah balok gips diberi tanda untuk memudahkan pengelompokkan. Universitas Sumatera Utara

3.7.3 Pembuatan dan Pengaplikasian Larutan Demineralisai

Larutan demineralisasi berasal dari asam asetat 0,01 M diencerkan dengan aquadest hingga mencapai pH 4,0. Sampel direndam dalam larutan demineralisasi selama 2 hari pada suhu ruangan suhu 37 C, larutan setiap hari diganti. Gigi yang direndam dalam asam selama 25 jam akan mengalami lesi awal karies non-kavitas. Sehingga dalam penelitian ini, dilakukan perendaman selama 2 hari untuk mendapatkan gigi dengan lesi awal karies non-kavitas pada permukaan gigi basal sub-surface yang adekuat. Kriteria demineralisasi: terlihat secara visual lesi permukaan gigi yang mengalami perubahan warna menjadi lebih putih opaque dari sebelumnya dan dapat dilihat secara jelas setelah gigi dikeringkan. Cara aplikasi larutan demineralisasi: a Sebelum perendaman, gigi dilakukan pengukuran kekerasan enamel dengan alat Leeb Hardness Tester TH160. b Seluruh sampel direndam dalam larutan demineralisasi selama 2 hari. Larutan setiap hari diganti. Perendaman dilakukan didalam wadah plastik yang dapat menampung seluruh sampel. c Sampel dibilas dengan aquadest dan permukaan gigi dikeringkan dengan air blower pus-pus. d Dilakukan pengukuran kekerasan enamel setelah perendaman dengan larutan demineralisasi menggunakan alat Leeb Hardness Tester TH160. e Seluruh sampel kontrol disimpan dalam saliva buatan selama 6 jam. Penyimpanan sampel dalam saliva buatan dilakukan secara terpisah antara satu sampel dengan sampel lainnya. Setelah perendaman dalam saliva buatan dilakukan pengujian kekerasan permukaan enamel. Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Pengukuran pH larutan demineralisasi dengan alat ukur pH meter Hanna Gambar 8. Perendaman sampel dalam larutan demineralisasi dengan pH 4 selama 2 hari Universitas Sumatera Utara Gambar 9. Perendaman sampel kontrol dalam saliva buatan 3.7.4 Pengaplikasian Bahan Remineralisasi 3.7.4.1 Pengaplikasian Bahan Remineralisasi Yang Mengandung Fluor Aplikasikan bahan topikal pada permukaan sampel dengan menggunakan kuas atau alat yang telah disediakan pabrik. Aplikasi bahan secara rata pada permukaan gigi dan biarkan selama 4 menit. Tunggu hingga 30 menit agar interaksi fluor dan gigi berlangsung secara maksimal. Kemudian sampel di cuci dan keringkan. Lakukan hingga 2 kali pengulangan. Fluor bereaksi optimal dengan waktu yang adekuat yaitu 3-4 menit dan dapat berlangsung selanjutnya selama 30 menit kemudian. Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pengulangan pengukuran sebanyak 2 kali dipilih karena pengulangan sebanyak 2x tidak menimbulkan jejas yang berdampak kerusakan pada sampel. Universitas Sumatera Utara Gambar 10. Pengaplikasian fluor topikal pada permukaan sampel

3.7.4.2 Pengaplikasian Bahan Remineralisasi Yang Mengandung CPP-ACP

Aplikasikan pasta topikal pada permukaan sampel dengan menggunakan kuas. Setelah rata biarkan selama 4 menit kemudian tipiskan dan biarkan 30 menit. Kemudian sampel dicuci dan keringkan. Lakukan hingga 2 kali pengulangan. CPP-ACP bereaksi optimal dengan waktu yang adekuat yaitu 3-5 menit dan dapat berlangsung selanjutnya selama 30 menit kemudian. Dilakukan pengulangan sebanyak 2 kali untuk mendapatkan hasil yang akurat dan pengulangan pengukuran sebanyak 2 kali dipilih karena pengulangan sebanyak 2x tidak menimbulkan jejas yang berdampak kerusakan pada sampel. Gambar 11. Pengaplikasian pasta topikal CPP-ACP pada permukaan bukal sampel gigi Universitas Sumatera Utara

3.7.5 Uji kekerasan permukaan enamel gigi

Pengukuran kekerasan dengan sampel berukuran kecil dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan alat yang menggunakan metode pantulan. Semakin tinggi pantulan yang terjadi, semakin keras permukaan sampel yang diuji kekerasannya. Alat yang menggunakan metode pantulan dikenal dengan nama Leeb Hardness Tester TH 160. Alat ini lebih mudah digunakan dan harga dari alat ini lebih murah dibandingkan alat pengukuran kekerasan yang lain. Karena alat ini mudah digunakan dan harganya relatif murah, ketersediaan alat ini lebih banyak dari alat pengukuran kekerasan yang lain. Leeb Hardness Tester TH160 adalah pengukuran kekerasan suatu material dengan nilai kekerasan yang kecil dengan intendensi yang lebih kecil. Beban yang digunakan adalah antara 170 - 960 mg. Dilakukan pengukuran kekerasan permukaan dan dicatat, yang merupakan kekerasan awal sebelum perlakuan, setelah perendaman di larutan demineralisasi dan setelah pengaplikasian bahan remineralisasi. Penghitungan kekerasan permukaan dilakukan sebagai berikut: 1. Balok gips yang telah ditanam gigi dengan permukaan bukal gigi menghadap ke atas kemudian diletakkan diatas alat kalibrasi atau pada meja yang datar. 2. Kalibrasikan alat terlebih dahulu untuk mendapatkan standar pengukuran yang akurat. 3. Dorong selubung bawah pada alat sampai dirasakan kontak dan berbunyi ‘klik’. Lalu biarkan perlahan-lahan kembali ke posisi awal. 4. Tekan tombol pelepas untuk perlakuan tombol impact pada permukaan sampel dengan tegas, dan arah pemberian perlakuan harus tegak lurus atau vertikal terhadap permukaan sampel. 5. Perlakuan pada setiap sampel dilakukan sebanyak 5 kali, dan akan terlihat hasil rata-rata kekerasan permukaan pada monitor alat. Standart deviasi atau bias yang terjadi tidak lebih dari nilai ± 15HL. 6. Prinsip kerja alat ini juga dapat menggunakan rumus : HL = 1000 x VBVA Universitas Sumatera Utara Keterangan: HL : Leeb Hardness Value VB : Rebounding Velocity VA : Impacting Veloucity 7. Hasil dari pengamatan dikonversikan dalam satuan VHN Vickers Hardness Number. 8. Pengukuran dilakukan pada bagian tengah permukaan bukal gigi sampel. Gambar 12. Pengukuran kekerasan dengan alat Leeb Hardness Tester TH160

3.8 Analisa Data

Data dari setiap pemeriksaan dianalisis dengan menggunakan uji statistik yaitu: 1. Uji analisis varians Oneway Repeated ANOVA untuk melihat perubahan pada setiap kelompok pada saat sebelum perlakuan hingga selesai perlakuan dilakukan pada sampel. Universitas Sumatera Utara 2. Uji analisis varians satu arah atau Oneway ANOVA untuk melihat perbedaan kekerasan antar kelompok. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Uji Kekerasan Permukaan Enamel

Dilakukan prosedur pengujian kekerasan enamel pada 25 gigi premolar atas yang dibagi secara random menjadi tiga kelompok perlakuan. Kelompok 1 diaplikasikan dengan agen remineralisasi yang mengandung fluor, kelompok 2 diaplikasikan dengan agen remineralisasi yang mengandung CPP-ACP dan kelompok 3 direndam dalam saliva buatan selama 6 jam,. Seluruh sampel direndam dalam larutan demineralisasi sebelum pengaplikasian agen remineralisasi. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian kekerasan enamel pada sebelum perlakuan, setelah perendaman dalam larutan demineralisasi dan setelah pengaplikasian dengan agen remineralisasi dengan menggunakan alat Leeb Hardness Tester TH160. Data- data hasil penelitian yang diperoleh diuraikan di bawah ini: Tabel 4. Nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel setelah remineralisasi fluor, remineralisasi CPP-ACP dan direndam dalam saliva buatan, kgmm 2 VHN Jenis perlakuan Kelompok I Remineralisasi Fluor X±SD N Kelompok II Remineralisasi CPP-ACP X±SD n Kelompok III Saliva Buatan X±SD n Sebelum Perlakuan 341.80 ± 4.780 10 340.30 ± 1.889 10 343.20 ± 3.114 5 Setelah Perendaman Lar.Deminerlisasi 310.20 ± 3.011 10 308.10 ± 3.178 10 312.60 ± 2.408 5 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Efek Aplikasi Pasta CPP-ACP Pada Mikrostruktur Permukaan Enamel Gigi Setelah Bleaching

4 95 101

Pengaruh Penambahan Kitosan Nanopartikel Pada Casein Phosphopeptid-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP) Terhadap Remineralisasi Gigi

11 106 98

KADAR ION FOSFAT DALAM SALIVA BUATAN SETELAH APLIKASI CPP-ACP (Casein Phosphopeptide - Amorphous Calcium Phosphate)

2 42 16

Kadar Ion Fosfat dalam Saliva Buatan Setelah Aplikasi CPP-ACP (Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium Phosphate) (Phosphate Ion Level in Artificial Saliva After Aplication of CPP-ACP (Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium)

0 7 7

KADAR KALSIUM DALAM SALIVA BUATAN SETELAH APLIKASI CPP-ACP (Casein Phosphopeptides-Amorphous Calcium Phosphate)

2 38 19

Pengaruh aplikasi bahan remineralisasi casein phosphopeptide amorphous calcium phosphate fluoride (CPP-ACPF) terhadap kekerasan email | Wiryani | Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 11250 53863 1 PB

1 2 6

Efek Aplikasi Pasta CPP-ACP Pada Mikrostruktur Permukaan Enamel Gigi Setelah Bleaching

0 0 17

Perbedaan Pengaruh Pemberian Bahan Remineralisasi Yang Mengandung Flour Dengan Casein Phosphopeptide-Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP) Terhadap Kekerasan Permukaan Enamel Gigi

0 0 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Pengaruh Pemberian Bahan Remineralisasi Yang Mengandung Flour Dengan Casein Phosphopeptide-Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP) Terhadap Kekerasan Permukaan Enamel Gigi

0 2 16

Perbedaan Pengaruh Pemberian Bahan Remineralisasi Yang Mengandung Flour Dengan Casein Phosphopeptide-Amorphous Calsium Phosphate (CPP-ACP) Terhadap Kekerasan Permukaan Enamel Gigi

0 0 13