TB MDR Multi Drug Resistance

Tabel 2.5. Cara Kerja OAT Lini Pertama INH Bakterisidal melawan basil intraseluler dan ekstraseluler Rifampisin Bakterisidal intraseluler dan ekstraseluler , dan sterilisasi terutama memetabolisme organism secara perlahan-lahan Pirazinamid Bakterisidal terutama memetabolisme organism secara perlahan-lahan organism intaseluler, Aktif pada suasana pH asam, dan sinergis dengan baik dengan INH dan obat lain Etambutol Bakterisidal dengan melawan basil intaseluler dan ekstraseluler pada dosis 25 mgkg BB dan bakteristatik pada dosis 15 mgkg BB Jenis obat lini kedua: a. Kanamisin b. Kapreomisin c. Amikasin d. Kuinolon e. Sikloserin f. Etionamid dan Para-amini salisilat Kombinasi dari 4 OAT akan mampu mengurangi resitensi kuman TB terhadap obat TB karena kemungkinan penderita kecil untuk memilih salah satu obat untuk diminum Tabrani,2008.

2.9. TB MDR Multi Drug Resistance

Tuberkulosis resisten obat anti tuberkulosis merupakan satu fenomena buatan manusia sebagai akibat pengobatan yang tidak adekuat. TB MDR adalah adalah M. tuberculosis yang resisten minimal terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya. Karena rifampisin dan INH adalah 2 obat yang sangat penting pada pengobatan TB yang diterapkan pada strategi DOTS. TB MDR disebabkan oleh banyak faktor. Dari faktor mikrobiologi, TB MDR disebabkan oleh resisten yang natural, resisten yang didapat, amplifier effect ,virulensi kuman , dan tertular galur kuman –MDR. Dari faktor klinik disebabkan Universitas Sumatera Utara oleh keterlambatan diagnosis, pengobatan tidak mengikuti guideline, penggunaan paduan OAT yang tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya yang kurang atau karena lingkungan tersebut telah terdapat resitensi yang tinggi terhadap OAT yang digunakan misal rifampisin atau INH, tidak ada kurangnya pelatihan TB, tidak ada pemantauan pengobatan , fenomena addition syndrome yaitu suatu obat yang ditambahkan pada satu paduan yang telah gagal. Bila kegagalan ini terjadi karena kuman tuberkulosis telah resisten pada paduan yang pertama maka “penambahan” 1 jenis obat tersebut akan menambah panjang daftar obat yang resisten, dan organisasi program nasional TB yang kurang baik. Selain itu, TB MDR juga disebabkan oleh faktor obatnya. Hal itu dikarenakan pengobatan TB jangka waktunya lama lebih dari 6 bulan sehingga membosankan pasien, obat toksik menyebabkan efek samping sehingga pengobatan kompllit atau sampai selesai gagal, obat tidak dapat diserap dengan baik misal rifampisin diminum setelah makan, atau ada diare, kualitas obat kurang baik misal penggunaan obat kombinasi dosis tetap yang mana bioavibiliti rifampisinnya berkurang, regimen dosis obat yang tidak tepat, harga obat yang tidak terjangkau dan pengadaan obat terputus. Faktor pasien juga dapat menjadi penyebab TB MDR. Hal itu dapat dilihat dari PMO tidak adakurang baik, kurangnya informasi atau penyuluhan, kurang dana untuk obat, pemeriksaan penunjang dll, efek samping obat, sarana dan prasarana transportasi sulit tidak ada, masalah sosial, dan gangguan penyerapan obat. Selain itu, dari faktor programnya, terlihat dari tidak ada fasilitas untuk biakan dan uji kepekaan , program DOTS belum berjalan dengan baik memerlukan biaya yang besar PDPI, 2011. Kasus MDR pengobatannya jauh lebih sukar daripada kasus TB biasa, tidak hanya membahayakan dirinya tetapi juga menular bagi masyarakat sekitarnya. Karena itu kasus tersebut harus diidenfikasi dengan benar dan cepat agar pengobatan dapat dilakukan dengan tepat dan secepatnya. Mengingat bahwa diagnos TB MDR adalah bukanlah diagnosis klinis, maka pemeriksaan uji kepekaan menjadi sangat penting dalam tatalaksana kasus MDR. Apalagi pernyataan kesembuhan juga didasarkan atas hasil pemeriksaan biakan Sjahrurachman, 2010. Universitas Sumatera Utara Secara umum menurut PDPI pada tahun 2011 resitensi terhadap obat anti tuberkulosis dibagi menjadi : a. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan b. Resistensi initial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah c. Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan Prinsip Umum Pengobatan TB-MDR menurut WHO adalah : a. Penggunaan paling tidak 4 obat-obatan sangat mungkin tidak efektif b. Jangan menggunakan obat yang mempunyai resitensi silang cross resistance c. Singkirkan obat yg tidak aman untuk pasien. d. Harus siap mencegah, memantau dan menangulangi efek samping obat e. Gunakan obat dari grup 1-5 dengan urutan yang berdasarkan kekuatannya. Strategi yang digunakan untuk pengobatan TB MDR dikenal dengan strategi DOTS PLUS. Hierarki pengobatan dengan strategi DOTS-PLUS adalah dengan memberikan OAT lini pertama yaitu, ZE HR karena efek dan toleransinya bagus.

2.10. Strategi DOTS Directly Observed Treatment Short Course