Strategi DOTS Directly Observed Treatment Short Course

Secara umum menurut PDPI pada tahun 2011 resitensi terhadap obat anti tuberkulosis dibagi menjadi : a. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan b. Resistensi initial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah c. Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan Prinsip Umum Pengobatan TB-MDR menurut WHO adalah : a. Penggunaan paling tidak 4 obat-obatan sangat mungkin tidak efektif b. Jangan menggunakan obat yang mempunyai resitensi silang cross resistance c. Singkirkan obat yg tidak aman untuk pasien. d. Harus siap mencegah, memantau dan menangulangi efek samping obat e. Gunakan obat dari grup 1-5 dengan urutan yang berdasarkan kekuatannya. Strategi yang digunakan untuk pengobatan TB MDR dikenal dengan strategi DOTS PLUS. Hierarki pengobatan dengan strategi DOTS-PLUS adalah dengan memberikan OAT lini pertama yaitu, ZE HR karena efek dan toleransinya bagus.

2.10. Strategi DOTS Directly Observed Treatment Short Course

Organisasi kesehatan dunia WHO mengatakan bahwa keberhasilan program penanggulangan TB adalah dengan menerapkan strategi DOTS yang juga telah diterapkan di Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan baik. Strategi ini, merupakan strategi yang efektif untuk memastikan kepatuhan berobat dan kelengkapan pengobatan. Menurut Kemenkes RI dalam Strategi Nasional Universitas Sumatera Utara Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014, probabilitas terjadinya resistensi obat TB lebih tinggi di rumah sakit dan sektor swasta yang belum terlibat dalam program pengendalian TB nasional sebagai akibat dari tingginya ketidakpatuhan dan tingkat drop out pengobatan karena tidak diterapkannya strategi DOTS yang tinggi. Komponen DOTS terdiri dari : 1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional 2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopis 3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung dikenal dengan istilah Directly Observed Therapy 4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan 5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baku standar Selain itu ada 6 elemen kunci dalam strategi stop TB yang direkomendasikan WHO : 1. Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh pasien terutama pasien tidak mampu. 2. Memberikan perhatian khusus pada TB-HIV, MDR-TB dengan aktivitas gabungan TB-HIV, DOTS-PLUS, dan pendekatan lain yang relevan. 3. Kontribusi pada sistem kesehatan dengan kolaborasi bersama program kesehatan yang lain dan pelayanan umum. 4. Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan nonpemerintah dengan pendekatan berdasarkan public primary mix untuk mematuhi International Standars of TB Care. 5. Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengaruh untuk berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan yang efektif. 6. Memungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat baru, alat diagnostik, dan vaksin. Untuk mencapai tersebut, hal yang penting adalah adanya PMO. Dimana sebelumnya pasien sudah diberi penjelasan perlunya ada PMO, PMO juga harus Universitas Sumatera Utara hadir di poliklinik untuk mendapatkan penjelasan tentang DOT. PMO tersebut adalah orang yang sukarela membantu pasien sampai sembuh dan diutamakan petugas kesehatan. Tetapi dapat juga kader kesehatan, kader dasawisma, kader PPTKI, PKK, atau anggota keluarga yang disegani pasien. Selain itu melalui strategi DOTS diadakan penyuluhan tentang TB. Baik penyuluhan perorangan dapat dilakukan di unit rawat jalan, di apotik dan penyuluhan kelompok . Di Indonesia pengendalian TB dengan strategi DOTS menyatakan bahwa laju penurunan prevalensi dan mortalitas TB belum cukup cepat untuk menjadi setengah pada tahun 2015 sesuai target Millenium Development Goals MDGs. Keberhasilan strategi DOTS diukur dengan angka kesembuhan minimal 85 . Angka kesembuhan tersebut menyatakan persentasi penderita TB paru BTA positif yang sembuh setelah pengobatan selesai dari jumlah penderita TB paru yang tercatat. Di Sumatera Utara angka keberhasilan penobatan dengan strategi DOTS sudah mencapai 89 Kemenkes,2013. Hal itu menunjukkan keberhasilan yang baik pada pengobatan TB paru BTA positif.

2.11. Hasil Akhir Pengobatan