Periode Koleksi Data Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

harinya sesaat sebelum ternak diberi pakan kembali untuk mengetahui konsumsi pakan ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan penelitian diberikan waktu untuk adaptasi lingkungan dan penyesuaian terhadap perlakuan pakan selama 10 hari. Pemberian Obat-obatan Ternak domba sebelum pelaksanaan penelitian terlebih dahulu diberikan obat cacing Nemasol dengan dosis 1 tablet50 berat badan untuk menghilangkan parasit dalam saluran pencernaan. Tahapan Penelitian: a. Periode Pendahuluan Pada periode ini ternak diberi pakan yang dicobakan sedikit demi sedikit untuk menggantikan pakan awal sampai sapi mengkonsumsi pakan perlakuan seluruhnya. Adaptasi pakan dilakukan dengan cara memberikan pakan hijauan dan pakan perlakuan serta air minum secara ad libitum. Manfaat dari periode ini adalah membiasakan ternak untuk berada dalam kandang dan membiasakan pada pakan yang dicobakan. Periode adaptasi dilakukan selama 1 minggu, pada akhir periode adaptasi dilakukan penimbangan bobot badan ternak. Periode ini ternak diberi pakan perlakuan sampai konsumsinya konstan.

b. Periode Koleksi Data

Mengambil sampel pemberian sebanyak 5 dari berat total pemberian setiap hari saat diberikan pada ternak lalu dikeringkan dibawah sinar matahari. Pada hari berikutnya apabila terdapat sisa pakan maka diambil sampel dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Pada akhir periode koleksi, sampel pakan pemberian dan sisa dikomposit diambil untuk dimasukkan ke dalam oven 60 C selama 24 jam untuk penentuan BK udara, kemudian diambil sub sampel secara proporsional dan digiling, selanjutnya dianalisis kandungan BK, BO dengan cara : Universitas Sumatera Utara - Koleksi sampel feses Koleksi feses dilakukan secara harian selama 1 minggu sebelum dengan cara sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel feses dilakukan dengan cara mengoleksi total feses yang diekskresikan setiap hari 24 jam kemudian ditampung dalam bak penampung. 2. Untuk mencegah pembusukan pada feses dilakukan penimbangan pada feses segar dan dilakukan penjemuran untuk mengurangi kadar air pada feses. 3. Pada akhir koleksi feses ditimbang untuk mengetahui berat totalnya. Feses diaduk sampai rata kemudian diambil sampel sebanyak 10 dari berat total koleksi feses hari tersebut. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Serat Kasar Rataan konsumsi serat kasar selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 7. Konsumsi serat kasar selama penelitian gekorhari Perlakuan Ulangan Rataan 1 2 3 4 P0 76.11 86.42 76.67 76.57 78.94+4.99 A P1 78.71 78.10 83.09 80.02 79.98+2.22 A P2 71.62 69.07 61.32 65.71 66.93+4.45 B P3 46.92 60.05 60.05 72.66 59.92+10.51 B Keterangan : superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata P0.01 . Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai rataan konsumsi serat kasar tertinggi pada perlakuan P1 yaitu 79.98+2.22 gekorhari dan terendah pada perlakuan P3 yaitu sebesar 59.92+10.51gekorhari. Berdasarkan analisis ragam bahwa pemberian ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit yang diolah dengan perlakuan fisik, biologi, kimia dan kombinasinya memberi pengaruh sangat nyata P0.01 terhadap konsumsi serat kasar. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan P0 dan P1 memberi pengaruh yang sama terhadap konsumsi serat kasar tetapi berbeda kepada perlakuan P2 dan P3 yang lebih rendah konsumsinya, hal ini disebabkan oleh pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kimia amoiasi dan kombinasi aromanya menyegat dan kurang disukai ternak hal ini sesuai dengan pernyataan Thomaszewska., et al yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh koefisien cerna, kualitas pakan, fermentasi dalam rumen sertastatus fisiologi ternak. Konsumsi Protein Kasar Konsumsi protein kasar selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Konsumsi protein kasar selama penelitian gekorhari Universitas Sumatera Utara Perlakuan Ulangan Rataan 1 2 3 4 P0 37.81 42.92 38.08 38.03 39.21+2.48 B P1 58.50 58.05 61.75 59.48 59.45+1.65 A P2 42.65 41.13 36.52 39.13 39.86+2.65 B P3 35.34 45.23 45.23 54.73 45.13+7.92 B Keterangan : superscrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata P0.01 Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai rataan konsumsi protein kasar tertinggi pada perlakuan P1 yaitu 59.45+1.65gekorhari dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar 39.21+2.48gekorhari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsumsi protein kasar berpengaruh sangat nyata P0.01 dan hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 memberi pengaruh yang sama terhadap konsumsi protein kasar tetapi berbeda dengan perlakuan P0. Perlakuan P1 konsumsi protein kasar lebih tinggi disebabkan perlakuan tersebut memiliki kandungan protein kasar lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan fisik terhadap pelepah daun kelapa sawit, hal ini sesuai dengan pernyataan Putra dan Puger 1995 yang menyatakan bahwa protein pakan berkorelasi positif dengan konsumsi bahan kering, bahan organik, protein dan energi. Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat kasar pakan dapat dihitung dengan cara serat kasar dari konsumsi dikurangi serat kasar feses dibagi serat kasar konsumsi dikalikan seratus persen. Hasil Rataan kecernaan serat kasar tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Rataan kecernaan serat kasar tiap perlakuan selama penelitian Perlakuan Ulangan Rataan 1 2 3 4 P0 50.23 55.67 46.78 48.50 50.29+3,8 C P1 65.16 60.07 67.60 64.68 64.38+3,1 B P2 58.85 61.93 57.30 61.63 59.93+2,2 B P3 66.40 71.73 69.61 68.13 68.97+2,2 A Keterangan : superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata P0.05 Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai rataan kecernaan serat kasar tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 68.97+2,2 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar 50.29+3,8. Perbedaan nilai rataan ini dapat disebabkan karena kecernaan serat kasar dipengaruhi oleh kandungan serat kasar pakan tersebut P0;22.87, P1;20.33, P2;20.94, P3;19.98. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman et al., 1981 yang menyatakan bahwa Serat kasar mempunyai pengaruh terbesar terhadap daya cerna. Selulosa dan hemiselulosa yang sukar dicerna terutama bila mengandung lignin. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologi, kimia dan kombinasi berpengaruh nyata P0.05 terhadap kecernaan serat kasar. Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa kecernaan serat kasar terndah terdapat pada perlakuan fisik P0 yang diikuti berturut-turut oleh perlakuan biologi P1 dan perlakuan kimia P2, terlihat pada P1 dan P2 tidak berbeda nyata, sedangkan yang tertinggi terdapat pada perlakuan kombinasi P3. Kecernaan yang paling baik terdapat pada perlakuan P3 pelepah daun kelapa sawit yang diolah secara kombinasi, hal ini disebabkan oleh kandungan serat kasar pada perlakuan P3 lebih rendah lampiran 5. Menurut Despal 2000 kandungan serat kasar memiliki hubungan yang negatif dengan kecernaan. Semakin Universitas Sumatera Utara rendah serat kasar maka semakin tinggi kecernaan ransum. Mcdonald et al., 2002 menyatakan bahwaserat kasar yang terkandung pada pakan tiap perlakuan sangat penting pengaruhnya terhadap daya cerna serat kasar ternak terhadap pakan tersebut. Kecernaan pakan didefenisikan dengan cara menghitung bagian zat makanan yang tidak dikeluarkan melalui feses dengan asumsi zat makanan tersebut telah diserap oleh ternak, biasanya dinyatakan berdasarkan bahan kering dan sebagai suatu koefisien atau persentase. Selisih antara nutrient yang dikandung dalam bahan pakan dengan nutiren yang ada dalam feses merupakan bagian nutrient yang dicerna. Kecernaan Protein Kasar Kecernaan protein kasar juga berhubungan dengan protein kasar. Protein kasar adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi dengan peranan yang sangat banyak dan berbeda-beda dalam tubuh Anggorodi, 1994. Hasil Rataan kecernaan protein kasar selama penelitian dari tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan kecernaan protein kasar tiap perlakuan selama penelitian Perlakuan Ulangan Rataan 1 2 3 4 P0 71.10 74.61 69.27 70.26 71.31+2.3 B P1 81.48 76.96 81.44 80.01 79.97+2.1 A P2 78.72 80.22 78.01 80.34 79.32+1.1 A P3 79.59 82.76 81.42 80.35 81.03+1.3 A Keterangan : superscrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata P0.01 Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai rataan kecernaan protein kasar tertinggi pada perlakuan P3 yaitu 81.03+1.3 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar 71.31+2.3. Perbedaan nilai rataan kecernaan protein kasar akan berpengaruh terhadap produksi ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Van Universitas Sumatera Utara Soest 1994 yang menyatakan bahwa rendahnya tingkat produktivitas ternak antara lain disebabkan rendahnya kualitas bahan pakan. Rendahnya nilai nutrisi bahan pakan tersebut ditunjukkan dengan rendahnya nilai protein, tingginya kandungan serat kasar dan rendahnya nilai biologis bahan makanan tersebut. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pakan pelepah daun kelapa sawit berpengaruh sangatnyata P0.01 terhadap kecernaan protein kasar.Hasil uji lanjut BNT menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 sama pengaruhnya terhadap kecernaan protein kasar tetapi berbeda terhadap perlakuan P0. Perlakuan P3 memiliki kecernaan protein kasar lebih tinggi, hal ini disebabkan kandungan protein kasar lebih tinggi karena adanya perlakuan kombinasi terhadap pelepah daun kelapa sawit sehingga kecernaan protein kasarnya meningkat.Hal ini sesuai dengan pernyataan Boorman 1980 yang menyatakan bahwa proses pemanfaatan protein salah satunya dipengaruhi oleh jumlah protein yang dikonsumsi. Konsumsi protein dipengaruhi oleh level pemberian pakan. Pemberian pakan yang tidak dibatasi melebihi hidup pokok akan meningkatkan tingkat konsumsi protein karena ternak mempunyai kesempatan untuk makan lebih banyak Haryanto dan Djajanegara, 1993. Peningkatan konsumsi protein juga dipengaruhi oleh kandungan protein dalam pakan yaitu semakin tinggi kandungan protein semakin banyak pula protein yang terkonsumsi Boorman, 1980.Tingginya protein terkonsumsi diharapkan dapat meningkatkan jumlah protein yang teretensi dalam tubuh ternak dan dimanfaatkan ternak untuk memenuhi hidup pokok dan berproduksi.Pemanfaatan protein selain terkait dengan level pemberian pakan juga terkait dengan bobot badan ternak. Ternak yang berbobot badan rendah dan masuk masa pertumbuhan Universitas Sumatera Utara membutuhkan protein lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa yang telah masuk masa penggemukan Orskov, 1992. Fungsi protein dalam tubuh adalah membangun dan menjaga atau memelihara protein jaringan dan organ tubuh, menyediakan asam-asam amino makanan, menyediakan enegi dalam tubuh, menyediakan sumber lemak badan,menyediakan sumber gula darah, sumber glikogen darah, sumber enzyme tubuh, sumber beberapa hormon dalam tubuh, menyediakan bangunan dasar untuk setidak-tidaknya satu vitamin B komplek, menyediakan komponen tertentu dari DNA, RNA dan ATP Tillman et al., 1991. Rekapitulasi Penelitian Rekapitulasi hasil penelitian dari pemberian ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan berbagai perlakuan fisik, biologi, kimiawi dan kombinasi pada domba dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian dari pemberian ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan berbagai perlakuan fisik, biologi, kimiawi dan kombinasi pada domba terhadap kecernaan serat kasar dan protein kasar pada domba jantan lokal lepas sapih. Perlakuan Konsumsi SK gekorhari Konsumsi PK gekorhari Kecernaan SK Kecernaan PK P0 78.94+4.99 A 39.21+2.48 B 50.29+3,8 C 71.31+2.3 B P1 79.98+2.22 A 59.45+1.65 A 64.38+3,1 B 79.97+2.1 A P2 66.93+4.45 B 39.86+2.65 B 59.93+2,2 B 79.32+1.1 A P3 59.92+10.51 B 45.13+7.92 B 68.97+2,2 A 81.03+1.3 A Ket ABC : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata Rekapitulasi rataan hasil penelitian konsumsi serat kasar, konsumsi protein kasar, kecernaan serat kasar dan kecernaan protein kasar hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat konsumsi serat kasar pakan yang tertinggi adalah terdapat pada perlakuan P1 sebesar 79.98 gekorhari Universitas Sumatera Utara dan yang terendah terdapat pada perlakuan P3 sebesar 59.92gekorhari. Konsumsi protein kasar yang tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 59.45 gekorhari dan yang terendah pada perlakuan P0 sebesar 39.21 gekorhari. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa kecernaan serat kasar tertinggi terdapat pada P3 sebesar 68.97 sedangkan kecernaan terendah terdapat pada perlakuan P0 sebesar 50.29 dan kecernaan protein kasar tertinggi terdapat pada perlakuan P3 sebesar 81.03 sedangkan kecernaan terendah terdapat pada P0 sebesar 71.31. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian ransum yang mengandung pelepah daun kelapa sawit dengan perlakuan fisik, biologi, kimia dan kombinasinya meningkatkan kecernaan serat kasar dan protein kasar pada domba. Saran Disarakan dalam pemberian pelepah daun kelapa sawit perlu dilakukan pengolahan pelepah daun kelapa sawit secara fermentasi, amoniasi dan kombinasi keduanya. Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ternak Domba Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki karakteristik yang sama. Domba adalah golongan atau kerajaan kingdom hewan yang termasuk Phylum : Chordata, kelas : Mamalia, ordo : Artiodactyla, famili : Bovidae, genus : Ovis aries Blackely dan Bade, 1998. Williamson dan Payne 1995 menyatakan domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil domestikasi yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yakni : a. Mouflon Ovis muximon, merupakan jenis domba liar yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia. b. Argali Ovis ammon, merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia Tengah dan memiliki tubuh besar. c. Urial Ovis vignei, merupakan jenis domba liar yang berasal dari Asia. Menurut Sodiq dan Abidin 2002, beberapa kelebihan domba yang dapat diperoleh, antara lain : 1 Reproduksinya efisien, yang dapat ditingkatkan dengan jalan usaha perbaikan tatalaksana pemeliharaan. 2 Pada waktu laktasi, penggunaan energi untuk produksi air susu dapat lebih efisien dibandingkan dengan ternak lain. 3 Daya adaptasi ternak domba terhadap lingkungan yang keras cukup tinggi, sehingga dapat mengkonsumsi lebih banyak jenis pakan hijauan. 4 Domba memiliki daya seleksi yang lebih efektif dalam kondisi penggembalaan dibandingkan dengan jenis ternak lain. 5 Domba lebih tahan terhadap penyakit, terutama Tryponoso miosis dibandingkan dengan ternak lain. Universitas Sumatera Utara Pakan Ternak Domba Menurut Kartadisastra 1997 kebutuhan ternak terhadap pakan jumlahnya setiap hari tergantung pada jenis, umur ternak, fase pertumbuhan dewasa, bunting dan menyusui. Kondisi tubuh normal atau sakit dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot badannya. Bahan pakan berserat seperti hijauan merupakan bahan pakan sumber energi dan secara alamiah ternak domba lebih menyukai bahan pakan berserat daripada konsentrat. Hijauan pada umumnya merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi. Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan yang umumnya mengandung selulosa yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme di dalam rumen. Makin tinggi populasinya akan semakin tinggi pula kemampuan mencerna selulosa Siregar, 1994. Kebutuhan harian zat makanan untuk domba dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan PakanDomba BB Kg BK Energi Protein Ca g P g Kg BB ME Mcal TDN Kg Total g DD 5 10 15 20 25 30 0,14 0,25 0,36 0,51 0,62 0,81 - 2,50 2,40 2,60 2,50 2,70 0,60 1,01 1,37 1,80 1,91 2,44 0,61 1,28 0,38 0,50 0,53 0,67 51 81 115 150 160 204 41 68 92 120 128 163 1,91 2,30 2,80 3,40 4,10 4,80 1,40 1,60 1,90 2,30 2,80 2,30 Sumber: NRC 1995 Menurut Parakkasi 1995 pakan merupakan semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk kehidupannya seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Universitas Sumatera Utara Pakan yang di berikan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi Widayati dan Widalestari, 1996. Hijauan Pada umunya pakan domba berasal dari hijauan yang terdiri atas berbagai rumput dan daun-daunan. Hijauan merupakan bahan pakan yang kandungan serat kasarnya relatif tinggi yang termasuk kelompok bahan pakan hijauan segar yaitu hay dan silase. Ternak domba merupakan hewan yang memerlukan hijauan dalam jumlah yang besar kurang lebih 90 Sugeng, 1995. Ransum Domba Ransum adalah bahan makanan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam. Ransum terdiri dari bermacam-macam hijauan dan bermacam-macam bahan selain hijauan makanan ternak. Ransum yang diberikan kepada ternak hendaknya dapat memenuhi beberapa persyaratan berikut: a. Mengandung gizi yang lengkap, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral. Makin banyak ragam bahan makin baik. b. Digemari oleh ternak. Ternak suka melahapnya. Untuk ini ransum hendaknya sesuai dengan selera ternak atau mempunyai cita rasa yang sesuai dengan lidah ternak. c. Mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit atau gangguan yang lain. d. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan. e. Harganya murah dan terdapat di daerah setempat Basuki, 1994. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak setiap harinya tergantung jenis ternak, umur, fase, pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh normal, sakit dan lingkungan tempat hidupnya temperatur, kelembapan, nisbi udara Universitas Sumatera Utara serta berat badannya.Jadi setiap ekor ternak berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda Kartadisastra, 1997. Bahan Penyusun Ransum Domba Bungkil Inti Sawit Menurut Devendra 1997 bungkil inti sawit adalah limbah hasil ikutan dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik, tapi karena serat kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi ternak monogastrik, melainkan lebih cocok bagi ternak ruminansia. Kandungan nilai gizi dalam bungkil inti sawit dapat dilihat padaTabel 2. Tabel 2. Kandungan nilai gizi bungkil sawit Uraian Kandungan Protein kasar 15,4 a TDN 81,0 b Serat kasar 16,9 a Lemak kasar 2,4 a Bahan kering 92,6 a Ca 0,10 c P 0,22 c Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak FP USU 2005. b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor 2000. c. Siregar 2003. Dedak Padi Dedak merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal ini yanng mempengaruhi tinggi rendahnya kandungan serat kasar dedak Rasyaf, 1992. Universitas Sumatera Utara Dedak mempunyai harga yang relatif rendah tetapi kandungan gizinya cukup mengandung energi dan protein, juga kaya akan vitamin. Hal tersebutlah yang menyebabkan dedak dapat diggunakan sebagai campuran formula ransum atau sebagai makanan tambahan Rasyaf, 1990. Kandungan nutrisi pada dedak padi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan nilai gizi dedak padi Uraian Kandungan Bahan kering 89,6 Protein kasar 13,8 Lemak kasar 7,2 Serat kasar 8,0 TDN 67,0 Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU 2005. Molases Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat, protein dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan ternak walaupun sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molases terletak pada aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa memperbaiki aroma dan rasa ransum Widayati dan Widalestari, 1996. Tabel 4. Kandungan nilai gizi molases Uraian Kandungan Bahan kering Protein kasar Lemak kasar Serat kasar TDN 92,6 3-4 0,08 0,38 81,00 Sumber: Laboratorium Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU 2000. Universitas Sumatera Utara Urea Tillman et al 1991 melaporkan bahwa pemberian Nitrogen Non-Protein NPN pada makanan sapi dalam batas tertentu, seperti penggunaan urea cukup membantu ternak untuk mudah mengadakan pembentukan asam amino esensial.Penggunaan urea tidak bisa lebih dari setengah persen dari jumlah bahan kering dan lebih dari 2 gram untuk setiap bobot badan 100 kg ternak. Garam Garam atau biasanya dikenal dengan NaCl dapat merangsang sekresi saliva. Terlalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan demam. Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan hebivora dari pada hewan lainnya, hal ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam. Gejala defisiensi garam adalah nafsu makan hilang, bulu kotor, makan tanah, keadaan badan tidak sehat, produksi mundur sehingga menurunkan bobot badan Anggorodi, 1990. Ultra Mineral Mineral adalah zat anorganik, yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik. Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang, gigi, pembentukan darah, pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim yang berperan dalam proses metabolisme di dalam sel. Penambahan mineral dalam pakan ternak dilakukan untuk mencegah kekurangan mineral dalam pekan Setiadi dan inouno, 1991. Universitas Sumatera Utara Potensi Pelepah Daun Kelapa Sawit Sebagai Pakan Ternak Kelapa sawit di Indonesia saat ini telah menjadi salah satu komoditas yang berperan sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, serta pengembangan perekonomian rakyat dan daerah. Pada tahun 2002 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 4,1 juta ha dengan produksi minyak sawit crude palm oil lebih dari 9 juta ton Elisabeth dan Ginting, 2003. Produk samping industri kelapa sawit yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal adalah pelepah daun, lumpur sawit, dan bungkil inti kelapa sawit khususnya sebagai bahan dasar ransum ternak ruminansia. Pola integrasi atau diversifikasi tanaman dan ternak khususnya ternak ruminansia diharapkan merupakan bagian dari integrasi dari usaha perkebunan. Oleh karena itu, pemanfaatan produk samping industri kelapa sawit seperti pelepah pada wilayah perkebunan sebagai pengadaan bahan pakan ternak, khususnya ruminansia diharapkanbanyak memberikan nilai tambah, baik secara langsung maupun tidak langsung Jalaludin et al.,1991. Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi pakan lengkap dengan metode processing menurut Wahyono 2000 terdiri atas : 1. Perlakuan pencacahan Chopping untuk merubah ukuran partikel dan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien. 2. Perlakuan pengeringan Drying dengan panas matahari atau dengan alat pengeringan untuk menurunkan kadar air bahan. 3. Proses pencampuran Mixing dengan menggunakan alat pencampuran Mixer dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer mill dan terakhir proses pengemasan. Universitas Sumatera Utara Tanaman kelapa sawit menghasilkan 3 jenis limbah utama yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yaitu pelepah daun kelapa sawit, lumpur minyak sawit dan bungkil inti sawit. Limbah ini cukup berlimpah sepanjang tahun, namun penggunaannya sebagai ransum ternak belum maksimal, apalagi pada peternakan rakyat. Pelepah daun kelapa sawit merupakan hasil sampingan dari pemanenan buah kelapa sawit. Bila dilihat dari segi ketersediaannya maka pelepah dan daun kelapa sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak.Sesuai pernyataan Devendra 1990. Menurut Hassan dan Ishida 1992, dari daun kelapa sawit didapat hijauan segar yang dapat diberikan langsung ke ternak baik yang berbentuk segar maupun yang telah diawetkan seperti dengan melakukan silase maupun amoniasi. Perlakuan dengan silase memberi keuntungan, karena lebih aman dan dapat memberi nilai nutrisi yang lebih baik dan sekaligus memanfaatkan limbah pertanian. Keuntungan lain dengan perlakuan silase ini adalah pengerjaannya mudah dan dapat meningkatkan kualitas dari bahan yang disilase. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit berdasarkan hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan gizi pelepah daun kelapa sawit Sumber : a. Wartat Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2003. b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU 2003. c. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor 2000 Zat nutrisi Kandungan Bahan kering Protein kasar Lemak kasar BETN TDN Ca P Energi MCalME Serat kasar 26,07a 5,02b 1,07a 39,82a 45,00a 0,96a 0,08a 56,00c 36,94a Universitas Sumatera Utara Pengolahan Pelepah Daun Kelapa Sawit a. Pengolahan Secara Fisik Pengolahan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk merombak struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun dinding sel. Pengolahan secara fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan menghilangkan kandungan antinutrisi bahan. Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, peleting, penghancuran dan lain-lain.

b. Pengolahan Secara Biologis Fermentasi Aspergillus niger

Dokumen yang terkait

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

4 45 63

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 11

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 2

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 3

Kecernaan Lemak Kasar Dan TDN (Total Digestible Nutrient) Ransum yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Kimia, Biologis Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 13

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 2

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 3

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 14

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 4

Kecernaan Serat Kasar Dan Protein Kasar Ransum Yang Mengandung Pelepah Daun Kelapa Sawit Dengan Perlakuan Fisik, Biologi, Kimia Dan Kombinasinya Pada Domba

0 0 8