22 pekerjaan tertentu dan semakin mudah memperoleh tenaga-tenaga yang berbakat.
Selain itu aglomerasi akan mendorong didirikannya perusahaan jasa pelayanan masyarakat yang sangat diperlukan oleh industri, misal : listrik, air minum, maka
biaya dapat ditekan lebih rendah. Disamping keuntungan skala ekonomis tersebut, aglomerasi mempunyai
keuntungan lain yaitu menurunnya biaya tarnsportasi. pemusatan industri pada suatu daerah akan mendorong didirikannya perusahaan jasa angkutan dengan
segala fasilitasnya. Dengan adanya fasilitas tersebut, industri-industri tidak perlu menyediakan atau mengusahakan jasa angkutan sendiri.
Menurut Tarigan 2004, aglomerasi terjadi karena adanya hubungan saling membutuhkan produk diantara berbagai industri, seperti tersedianya
fasilitas tenaga listrik, air, perbengkelan, jalan raya, pemondokan, juga terdapat tenaga kerja terlatih.
2.1.7 Hubungan Aglomerasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Richardson dalam Tarigan 2005:55-56, berpendapat bahwa dengan adanya persaingan antar industri maka akan meningkatkan harga bahan
baku dan faktor produksi, dan mengakibatkan biayaper unit yang berdampak relokasi aktivitas ekonomi ke daerah lain yang belum mencapai skala produksi
maksimum. Dengan adanya aglomerasi ekonomi di suatu wilayah tersebut karena akan tercipta efisiansi produksi, sedangkan wilayah lain yang tidak sanggup untuk
bersaing akan mengalami kemunduran dalam pertumbuhan ekonominya. Dan menurut Jamie Bonet 2006:63, menjelaskan bahwa aglomerasi
pemusatan kegiatan produksi digunakan sebagai salah satu variabel untuk
Universitas Sumatera Utara
23 mengetahui kesenjangan wilayah. Aglomerasi produksi dapat mempengaruhi
kesenjangan wilayah secara langsung, yaitu pada saat terjadinya hambatan mobilitas tenaga kerja antar wilayah, atau saat terjadi surplus tenaga kerja dalam
perekonomian. Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aglomerasi merupakan sekumpulan kluster wilayah yang merupakan konsentrasi dari kegiatan
ekonomidan disebabkan oleh adanya penghematan yang terjadi di lokasi yang saling berdekatan sehingga dapat berpengaruh dalam berkontribusi baik untuk
wilayah sekitar maupun di luar wilayah sekitar serta pada pendapatan wilayah tersebut yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
2.1.8 Potensi Wilayah 2.1.8.1 Keunggulan Komperatif
Istilah Comperative Advantage keunggulan komperatif mula-mula dikemukakan oleh David Ricardo 1971 sewaktu membahas perdagangan antara
dua negara. Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan untuk mengekspor barang yang
mempunyai keunggulan komperatif maka negara tersebut akan beruntung. Pemikiran Ricardo tentang keunggulan komperatif tidak hanya berlaku pada
perdagangan internasional saja tetepi juga pada ekonomi regional. Keunggulan komperatif suatu daerah dapat digunakan untuk menentukan
kebijakan yang mendorong perubahan struktur perekonomian daerah ke arah sektor yang mengandung keunggulan komperatif. Comperative advantage
keunggulan komperatif adalah kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah atau luar negeri bahkan pasar global. Dalam keunggulan
Universitas Sumatera Utara
24 komperatif dapat dilihat apakah suatu daerah dapat menjual produknya diluar
negeri secara menguntungkan, tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu negara dengan negara lain, melainkan membandingkan potensi
komoditi suatu negara terhadap komoditi negara pesaingnya di pasar global. Menurut Tarigan 2005 suatu daerah memiliki keunggulan komperatif
comperative advantage karena salah satu faktor atau gabungan dari beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat membuat suatu wilayah memiliki keunggulan
komperatif dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi akhirnya wilayah tersebut memiliki
keunggulan untuk menghasilkan produk tertentu. 2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir menemukan hal-hal baru atau
jenis produk tertentu. 3. Masyarakatnya menguasai keterampilan khusus.
4. Wilayah itu dekat dengan pasar. 5. Wilayah dengan aksesibilitas yang tinggi.
6. Daerah konsentrasisentral dari suatu kegiatan sejenis. 7. Daerah aglomerasi dari berbagai kegiatan.
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia jumlah yang cukup serta didukung oleh keterampilan memadai dan mentalitas yang mendukung.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan. 10. Kebijakan pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
25
2.1.8.2 Kuesion Lokasi Location Quosient
Kuesion Lokasi Location Quosient disingkat dengan LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau komoditi di suatu daerah
kabupatenkota terhadap peranan sektor atau komoditi di daerah yang lebih yinggi provinsinasional. Dengan kata lain LQ menghitung share output sektor I
di kabupaten dengan share output sektor I di provinsi. Dengan rumus:
LQi =
���� ��
=
��� ���
Keterangan:
LQi = Nilai LQ pada sektor i di Kabupaten Deli Serdang
Si = PDRB sektor i Kabupaten Deli Serdang
Ni = Total PDRB dari seluruh sektor perekonomian Kabupaten Deli Serdang
S = PDRB sektor i Sumatera Utara
N = Besaran total dari seluruh kegiatan sektor perekonomian Sumatera Utara
Apabila LQ 1 artinya peranan sektor atau komoditi tersebut di daerah itu lebih menonjol dibandingkan dengan peranan sektor atau komoditi secara
nasional atau lebih luas. Apabila nilai LQ 1, artinya peranan sektorkomoditi tersebut di daerah itu lebih kecil dibandingkan peranan sektorkomoditi secara
nasional. Apabila LQ = 1, artinya peranan sektor tersebut hanya dapat memnuhi kebutuhan wilayah itu sendiri.
Ada bebrapa keuntungan meggunakan metode LQ antara lain: 1. Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung.
2. Metode LQ sederhana serta dapat digunakan untuk data historis untuk mengetahui trend.
Universitas Sumatera Utara
26 Analisis LQ sesuai dengan rumusannya memang sederhana dan apabila
digunakan dalam bentuk one shot analysis, manfaatnya juga tida begitu besar, yaitu hanya melihat apakah LQ berada di atas 1 atau tidak. Akan tetapi, analisis
LQ dapat dibuat menarik apabila digunakan dalam bentuk time-seriestrend, artinya dianalisis dalam kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ
bisa dilihat untuk suatu sektor pada kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan. Hal ini dapat memancing analisis lebih lanjut, misalnya
apabila naik maka dapat dilihat faktor-faktor yang membuat daerah tersebut tumbuh lebih cepat dari rata-rata nasional, demikian juga sebaliknya. Adapun
faktor-faktor yang membuat potensi sektor di suatu wilayah lemah, perlu dipikirkan apakah perlu ditanggulangi atau dianggap tidak prioritas. Robinson
Tarigan, 2005.
2.1.8.3 Analisis Shift-Share Shift-Share Analysis
Analisis shift-share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor di daerah dengan wilayah nasional. Menurut Tambunan 2005 metode
analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset pembangunan pedesaan. Analisis ini
juga digunakan untuk menganalisis sumbangan share kecamatan ke kabupaten dan sektor yang mengalami kemajuan selama pengukuran. Hasil analisis ini juga
dapat menunjukkan keunggulan kompetitif suatu wilayah. Suatu wilayah dianggap memiliki keunggulan kompetitif bila komponen
differensial shift bernilai positif karena secara fundamental masih memiliki
Universitas Sumatera Utara
27 potensi untuk terus tumbuh meskipun faktor-faktor eksternal komponen share
dan proportional share tidak mendukung. 1. Komponen Pertumbuhan Nasional National Share
Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi atau kesempatan kerja suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau
kesempatan kerja nasional, perubahan kebujakan ekonomi nasional dan perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional Proportional shift component Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor
dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan
price support serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Differential shift component
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan
dengan wilayah lainnya.
2.1.9 Teori-teori Ketenagakerjaan 2.1.9.1 Teori Klasik Adam Smith
Adam smith 1729-1790 merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam
Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal fisik
baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain,
Universitas Sumatera Utara
28 alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu necessary
condition bagi pertumbuhan ekonomi. Teori Malthus Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus 1766-1834 dalam Tarigan 2004 dianggap sebagai
pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang
jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan
produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti
mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut adalah melakukan kontrol atau pengawasan
pertumbuhan penduduk. Beberapa jalan keluar yang ditawarkan oleh malthus adalah dengan menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak.Jika hal ini
tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan dan sebagainya.
2.1.7.2 Teori Keynes
John Maynard Keynes 1883-1946 dalam Tarigan 2004 berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan
klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja labor union yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat
upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya
pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli
Universitas Sumatera Utara
29 masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara
keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga. Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas
marjinal labor marginal value of productivity of labor yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan
harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari
jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis
pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.
2.1.7.3 Teori Harrod-domar
Teori Harod-domar 1946 dalam Tarigan 2004 dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini investasi tidak hanya menciptakan permintaan,
tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun.
Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.
2.1.10 Teori Produktivitas
Perkataan produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 dalam suatu masalah yang disusun oleh sarjana ekonomi Perancis bernama “Quesnay” pendiri
aliran phisiokrat mengatakan bahwa roduktivitas adalah pandangan manusia yang
Universitas Sumatera Utara
30 mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas akan tetapi harus lebih mampu
dalam mengembangkan diri, dan meningkatkan kemampuan kerja, oleh karena itu di dalam usaha mencapai apa yang diinginkannya hendaknya terlebih dahulu
harus ada upaya yang bersifat pengorbanan, sehingga di dalam arti yang sederhana dan teknis, pengertian produktivitas adalah perbandingan antara hasil
yang dikeluarkan dengan sumber-sumber dayanya yang ada pada kurun waktu tertentu. Tetapi menurut Walter Aigner, spirit tentang produktivitas adalah
keinginan serta upaya untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas di segala bidang Dinas Perburuan Jatim, dalam Rokhedi P S, 2000:40.
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judullokasipeneliti Variabel dan
Metode Analisis Kesimpulan
1 Aglomerasi dan
Pertumbuhan Ekonomi :
Peran Karakteristik Regional di Indonesia
Lokasi : Indonesia Tahun : 2007
Jenis : Jurnal Peneliti : Didi
Nuryadin dan Jamzani Sodik
Tujuan : Menganalisis dampak
dari aglomerasi pada pertumbuhan ekonomi
regional Aglomerasi,
tenaga kerja, tingkat inflasi,
keterbukaan ekonomi,
Sumber Daya Manusia.
Metode GLS
General Least Square
dengan polling data.
Pertumbuhan ekonomi regional 1993 – 2003 dipengaruhi oleh
tenaga kerja, tingkat inflasi dan keterbukaan ekonomi, variabel
Sumber Daya Manusia dan Aglomerasi tidak berdampak
pada pertumbuhan ekonomi regional.
2 Analisis Aglomerasi
dan Faktor – Faktor YangMempengaruhin
ya Lokasi : Kota Tegal
aksesibilitas, jumlah
perusahaan, angkatan kerja
dan PDRB. Variabel aksesibilitas, jumlah
perusahaan dan angkatan kerja memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif secara statistik.
Universitas Sumatera Utara