Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang
LAMPIRAN
PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, BPS
PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010
Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, BPS
No Lap.Usaha 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 3.621,22 6.134,94 6.708,38 7.178,48 7.818,19 2 Pertambangan &
Penggalian 309,09 387,66 438,51 472,80 512,32 3 Industri 17.002,51 15.843,48 17.897,80 19.013,99 20.685,45 4 Pengadaan Listrik, Gas,
Air Minum 70,53 82,52 95,42 104,09 107,49
5 Konstruksi 740,20 6.543,22 7.348,55 8.061,37 9.025,98 6 Perdagangan, Hotel,
Restoran 6.793,46 7.063,04 7.879,64 8.702,41 9.757,26 7 Pengangkutan 538,85 2.332,31 2.684,23 3.240,99 6.130,94 8 Jasa Keuangan Dan
Asuransi 820,43 1.334,89 1.566,54 1.684,82 2.034,47 9 Jasa-Jasa 3.842,47 2.889,14 3.241,14 3.616,30 3.971,21 10 PDRB 34.172,49 43.040,01 48.370,56 52.695,59 60.825,74
No Lap.Usaha 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 54.431,19 62.984,34 70.655,87 103.933,11 115.194,75 2 Pertambangan &
Penggalian 3.229,57 3.759,75 4.341,19 4.848,02 6.581,44 3 Industri 55.050,58 63.013,45 70.672,27 86.171,93 93.241,47 4 Pengadaan Listrik, Gas,
Air Minum 2.324,64 2.602,69 2.966,49 1.040,96 1.028,03 5 Konstruksi 14.901,55 17.519,79 20.172,80 51.426,26 60.997,62 6 Perdagangan, Hotel,
Restoran 44.941,66 52.395,32 60.387,52 70.891,92 78.324,82 7 Pengangkutan 21.040,75 24.907,45 28.964,29 37.114,84 43.183,41 8 Jasa Keuangan Dan
Asuransi 15.728,68 18.163,84 21.887,63 13.479,43 15.738,02 9 Jasa-Jasa 24.704,99 29.709,88 34.324,37 48.213,97 55.932,41 10 PDRB 236.353,62 275.056,51 314372,44 417.120,44 470.221,98
(2)
Tenaga Kerja Di Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumatera Utara
Sumber : BPS
Nilai Output dan Input Industri Kabupaten Deli Serdang Tahun Output Input
2009 14217880 10390620 2010 19025800 13796430 2011 21664090 15758090 2012 18852180 20431940 2013 19985330 12669790
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, BPS
Tahun Tenaga Kerja Sektor Industri Sumut
Jumlah Tenaga Kerja
Sumut
Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Deli
Serdang
Tenaga Kerja Deli Serdang
2009 141348 9108738 44018 833767
2010 145349 9520274 47987 853907
2011 147761 8759321 45500 796645
2012 153108 8834317 48311 744133
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Raharjo H. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ari Wibowo, Wisnu. 2013. Pengaruh Faktor Aglomerasi Industri, Angkatan Kerja dan Tingkat Upah Terhadap Pertumbuhan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: STIE YKPN.
_______.Badan Pusat Statistik.2014, diakses dari _______.Badan Pusat Statistik.2015, diakses dari
Didik, N. 2009. Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik Regional di Indonesia, Parallel Session IVA : Urban & Regional 13 Desember 2007, Jam 13.00-14.30 Wisma Makara, Kampus UI – Depok . Diakses dari http :
Drucker, Joshua., & Edward Feser. (2012). Regional industrial structure and agglomeration economies: An analysis of production in three manufacturing industries. Regional Science and Urban Economics, 42, 1-14.
Gujarati, Damodar N. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
LIN, Hui-Lin., Hsiao-Yun LI, & Chih-Hai YANG. (2011). Agglomeration and Productivity: Firm-level evidence from China’s textile industry. China Economic Review, 22, 313-329.
Novalliansyah. 2008. Analisa Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan.Skripsi Tidak Dipublikasi, Univesitas Sumatera Utara.
Porter, E.Michael & Agus M. 1991. Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga.
P.S, Rokedhi. 2000. Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
(4)
Sirojuzilam. 2015. Pembangunan Ekonomi Regional. Medan: USU Press.
Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi : Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Todaro, P. Michael dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
(5)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam mencapai tujuan penelitian. Metode dapat memberikan gambaran pada peneliti mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan dan pemilihan metode yang tepat dapat membantu peneliti dalam memecahkan permasalahannya. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, suatu penelitian bertujuan untuk mengembangkan, membuktikan, menemukan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian desktriptif kuantitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Dengan demikian diharapkan fenomena tentang kesiapan pemerintah kabupaten serta kendala - kendala yang dihadapi di daerah dapat dideskripsikan secara gamblang untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk menarik suatu kesimpulan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Kabupaten Deli serdang, yaitu dengan mengamati pengaruh aglomerasi industri di daerah tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang. Hal tersebut menjadi hal yang menarik untuk menjadi bahan penelitian ini. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah bulan oktober 2015 dimulai dengan pengajuan judul dan pengesahan judul hingga 2016 untuk penyelesaian dan pengesahan skripsi.
(6)
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Alasan peneliti menetapkan batasan operasional adalah untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Tujuan dari batasan operasional adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefenisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasional alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Deli Serdang 2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Deli Serdang (Y)
3. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Aglomerasi (X1), tenaga kerja (X2) dan produktivitas (X3).
3.4 Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah subjek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 3.4.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel terikat (Variabel dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kabupaten Deli Serdang tahun 2009-2013. Data laju pertumbuhan PDRB yang
(7)
digunakan dalam penelitian ini merupakan data laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2010 Per Kabupaten tahun 2009-2013 di Kabupaten Deli Serdang yang diperoleh dari BPS Deli Serdang.
3.4.2 Variabel Independen (X)
Variabel bebas (variabel independen) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
a) Aglomerasi (X1)
Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi dikawasan Kabupaten Deli Serdang karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies ofproximity) di daerah tersebut.
b) Tenaga Kerja (X2)
Tenaga kerja adalah syarat efektif dalam alokasi sumber daya manusia pada proses produksi. Dalam penelitian ini tenaga kerja yang dimaksud ialah tenaga kerja yang tergabung dalam industri yang berada di Kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara.
c) Produktivitas (X3)
Produktivitas merupakan pencapaian dari hasil yang diperoleh dibandingkan dengan input dalam aglomerasi. Input produksi yang dimaksud yakni investasi dan bahan baku. Dalam analisis ini produktivitas yang dimaksud ialah produktivitas yang dicapai dalam industri yang berada di Kabupaten Deli Serdang.
(8)
3.5 Skala Pengukuran 3.5.1 Aglomerasi
Untuk mencari aglomerasi, penelitian ini menggunakan indeks Balassa. Indeks Balassa :
Σij
ΣjEij ΣJEiJ ΣiΣJEiJ
Dimana:
i = Sektor Industri pengolahan E = Tenaga Kerja
j = Kabupaten Deli Serdang J = Provinsi Sumatera Utara
Pembilang dari indeks ini menyajikan bagian wilayah dari total tenaga kerja di sektor industri manufaktur. Semakin terpusat suatu industri, semakin besar indeks Balassanya. Aglomerasi dikatakan kuat bila angka indeks balassa diatas 4, rata – rata atau sedang bila nilainya antara 2 dan 4, lemah bila nilainya diantara 1 sampai 2, sedangkan nilai 0 sampai satu berarti tidak terjadi aglomerasi atau wilayah tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif untuk terjadinya aglomerasi.
3.5.2 Tenaga Kerja
Skala pengukuran tenaga kerja dilihat dari data yang di dapat dari Deli Serdang Dalan Angka.
(9)
3.5.3 Produktivitas
Produktivitas dihitung dengan menggunakan rumus: Produktivitas : Output
Input 3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karaktertistik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. (Sugiyono dalam Sukirno 2007;90). Populasi dalam penelitian ini adalah semua sektor industri yang berada di Kabupaten Deli Serdang dengan 22 kecamatan di dalamnya.
Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tergabung dalam kawasan aglomerasi yakni seluruh industri pengolahan yang berada pada kawasan aglomerasi.
3.7 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. yang diperoleh dari beberapa sumber/instansi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik Deli Serdang, Deli Serdang Dalam Angka dan dari berbagai sumber bacaan yang mendukung lainnya. Berdasarkan kurun waktunya,
(10)
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan kurun waktudari tahun 2009 sampai 2013.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi berupa laju PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009-2013, data jumlah tenaga kerja pada industri besar dan sedang di seluruh perusahaan industri Kabupaten Deli Serdang tahun 2009-2013, data jumlah produktivitas di perusahaan industri Kabupaten Deli Serdang tahun 2009-2013.
3.9 Teknik Analisis
Metode yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama sebagai teknik analisis penelitian ini yaitu analisis Indeks Balassa. Dalam metode ini akan dibahas seberapa besar kontribusi dari kawasan aglomerasi yang ada di Kabupaten Deli Serdang terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang yang dapat dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang. Dan untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua digunakan metode analisis Location Quetion (LQ) untuk melihat potensi dari aglomerasi tersebut atas kontribusi yang diberikan dan metode analisis Shift Share.
3.9.1 Location Quetion (LQ)
Analisis sektor basis dengan pendekataan LQ untuk mengetahui potensi suatu daerah terhadap aktivitas ekonomi utama di dalam lokasi tertentu. Dengan rumusan:
LQi = ��/�� �/�
(11)
Keterangan:
LQi = Nilai LQ pada sektor i di Kabupaten Deli Serdang Si = PDRB sektor i Kabupaten Deli Serdang
Ni = Total PDRB dari seluruh sektor perekonomian Kabupaten Deli Serdang S = PDRB sektor i Sumatera Utara
N = Besaran total dari seluruh kegiatan sektor perekonomian Sumatera Utara
Dari hasil perhitungan LQ tersebut maka ada tiga kondisi yang dapat dicirikan pada suatu wilayah, yaitu:
• Apabila nilai LQ > 1, artinya peranan sektor/komoditi tersebut di daerah itu lebih menonjol dibandingkan peran sektor/komoditi secara nasional atau lebih luas dan sebaliknya.
• Apabila nilai LQ < 1, artinya peranan sektor/komoditi tersebut di daerah itu lebih kecil dibandingkan peranan sektor/komoditi secara nasional. Dalam analisis ini menggunakan data PDRB Kabupaten Deli Serdang atas dasar harga berlaku tahun 2010, mulai tahun 2009 - 2013 dan PDRB atas dasar berlaku tahun 2010 Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2009 – 2013.
• Apabila LQ = 1, artinya peranan sektor tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayah itu sendiri.
3.8.2 Shift Share Analisys (SSA)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan sektor pada perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang. Hasil analisis Shift Share juga mampu menunjukkan keunggulan komperatif sektor perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang melalui kontribusi sektor aglomerasi industri pengolahan dalam PDRB dibandingkan dengan kontribusi industri dalam Sumatera Utara.
(12)
Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan berdasarkan perbandingan tersebut. Jika penyimpangan positif maka daerah tersebut mempunyai keunggulan komperatif dan memiliki potensi untuk pengembangan dan pembangunan.
Analisis shift share ini menggunakan data PDRB Kabupaten Deli Serdang berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2010. Menurut Arsyad (1999) analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya, yaitu:
1. Perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
2. Pergeseran proposional (propotional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian yang dijadikan acuan. 3. Pergerseran diferensiasi (differenial shift) membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing sektor daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah posotif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Secara matematis, Regency Share (RS), Proportional Shift (P), dan Differential Shift (D) dapat diformulasikan sebagai berikut (Tarigan, 2007:88) :
1. Regency Share (RS)
PSitKDS = PDRBKDSt-1 �
PDRBSUMUTt
PDRBSUMUTt −1� – 1
(13)
2. Proportional Shift (P)
PitKDS = PDRBiKDSt-1 �
PDRBKDSt
PDRBKDSt −1−
PDRBTOTSUMUTt
PDRBTOTSUMUTt −1�
3. Differential Shift (D)
DitKDS = PDRBiKDS-1 �
PDRBiKDSt
PDRBiKDSt −1−
PDRBiSUMUTt
PDRBiSUMUTt −1� Dimana:
SUMUT = Sumatera Utara sebagai wilayah referensi yang lebih tinggi
KDS = Kawasan Aglomerasi/Kabupaten Deli Serdang sebagai wilayah analisis PDRB = Nilai PDRB
i = Sektor dalam PDRB
t = Tahun 2013
(14)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Deli serdang
Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari
yang memiliki
keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk yaitu di Perbaungan.
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’ - 99027’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut.
Kabupaten Deli Serdang menempati area seluas 2.497,72 Km2/ 249.772 Ha. Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Selat Malaka Sebelah Selatan : Kabupaten Karo dan Simalungun Sebelah Barat : Kabupaten Langkat dan Karo Sebelah Timur : Kabupaten Serdang Bedagai.
(15)
4.1.2 Kondisi Demografis
Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan Definitif. Berikut 22 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang beserta ibukota dan luas wilayahnya:
Tabel 4.1
No Kecamatan Ibukota Luas Wliayah
(Km2)
1 Gunung Meriah G. Meriah 76,65
2 STM. Hulu Tiga Juhar 223,38
3 Sibolangit Bandar Baru 179,96
4 Kutalimbaru Kutalimbaru 174,92
5 Pancur Batu Pancur Batu 122,53
6 Namo Rambe Namo Rambe 62,30
7 Biru-Biru Biru-Biru 89,69
8 STM. Hilir Talun Kenas 190,50
9 Bangun Purba Bangun Purba 129,95
10 Galang Galang 150,29
11 Tg. Morawa Tg. Morawa 131,75
12 Patumbak Patumbak 46,79
13 Deli Tua Deli Tua 9,36
14 Sunggal Sunggal 92,52
15 Hamparan Perak Hamparan Perak 230,15
16 Labuhan Deli Helvetia 127,23
17 Percut Sei Tuan Tembung 190,79
18 Batang Kuis Batang Kuis 40,34
19 Pantai Labu Pantai Labu 81,85
20 Beringin Beringin 52,69
21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 31,19
22 Pagar Merbau Pagar Merbau 62,89
Jumlah 2497,72
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka 2014
4.1.3 Iklim
Di Kabupaten Deli Serdang dikenal hanya dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin yang bertiup tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus anginyang
(16)
banyak mengandung uap air berhembus sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November.
Menurut catatan Stasiun Klimatologi Sampali, pada tahun 2014 terdapat rata-rata 15 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak rata-rata 170 mm. Curah hujan terbesar terjadi bulan Mei yaitu 427 mm dengan hari hujan sebanyak 23 hari. Sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Februari sebesar 24 mm dengan hari hujan 14 hari.
4.2 Gambaran Perekonomian Kabupaten Deli Serdang
Seiring adanya berbagai kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan berbagai kebijakan pembangunan daerah yang cukup terkendali, membawa dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang. Meskipun perekonomian ekonomi Kabupaten Deli Serdang mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya, namun sampai dengan tahun 2014 kondisi perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang relatif stabil dengan kondisi fluktatif di beberapa tahun terakhir.
Tabel 4.2
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang dan PDB Sumatera Utara (persen) Tahun 2011 s/d 2013.
Sumber : BPS PDRB Deli Serdang 2015
Tahun Deli Serdang Sumatera Utara
2011 5,15 6,66
2012 4,99 6,45
(17)
Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang dan PDB SUMUT (persen) Tahun 2011-2014
Sumber : BPS PDRB Deli Serdang 2015
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang mengalami perubahan pola pertumbuhan yang berbeda dengan Sumatera Utara yaitu mengalami perlambatan pertumbuhan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 dan meningkat di tahun 2013. Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, posisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang berada diatas pertumbuhan Sumatera Utara yaitu 7,67 persen.
4.3 Perindustrian Kabupaten Deli Serdang
Sektor ini mencakup kegiatan untuk mengubah atau mengolah suatu barang organik dan anorganik menjadi barang baru yang mempunyai nilai yang lebih tinggi, sedang pengolahannya dapat dilakukan dengan tangan atau mesin. Kegiatan sektor industri amat beragam dilihat dari komoditi yang dihasilkan dengan cara pengolahannya, sehingga pengelompokkan kegiatan industri antar provinsi yang telah dilakukan oleh BPS didasarkan pada proses pembuatan dan banyaknya tenaga kerja yang terlibat. Di sini dibedakan empat kelompok idustri yang meliputi industri besar, sedang, kecil, dan industri rumah tangga. Industri
0 2 4 6 8 10
2011 2012 2013
Deli Serdang SUMUT
(18)
besar adalah perusahaan yang menggunakan tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang, industri sedang antara 20 sampai dengan 99 orang, industri kecil antara 5 sampai dengan 19 orang, dan industri rumah tangga lebih kecil atau sama dengan 4 orang.
Pengelompokkan lain dari kegiatan industri dibuat berdasarkan jenis komoditi utama yang dihasilkan oleh masing-masing perusahaan. Di sini secara garis besarnya kegiatan industri dikelompokkan menjadi: 1. Industri makanan, minuman, dan tembakau. 2. industri kayu dan barang dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga. 3. Industri kertas dan barang-barang dari kertas. 4. Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,
karet dan plastik
5. Industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batu bata.
6. Industri logam.
7. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya. 8. Industri pengolahan lainnya.
Gambar 4.2 Banyaknya Industri Besar Dan Sedang Tahun 2011-2013
Sumber : BPS Deli Serdang 2015
340 345 350 355
2011 2012 2013
349 351
345
(19)
Dari gambar diatas terlihat bahwa jumlah industri besar dan sedang dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2012 merupakan jumlah industri terbanyak dibanding tahun 2011 dan 2013, dapat dipastikan karena dinilai pada tahun 2012 adalah puncak dari munculnya industri besar dan sedang di Kabupaten Deli Serdang karena sektor industri pengolahan Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari sumbangan sub sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet dan sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau yang di dapat dari Dana Alokasi Khusus Daerah. Namun pada tahun 2013 beberapa tenaga kerja yang berada pada industri besar dan sedang memilih untuk menciptakan industri kecil dan industri rumah tangga, sehingga menurut jumlah pekerja yang berada dalam industri besar dan sedang mengalami perubahan karena pengelompokan golongan industri besar dan sedang dilihat berdasarkan dari jumlah tenaga kerja yang ada.
Gambar 4.3 Persebaran Industri Besar dan Sedang Di Kabupaten Deli Serdang
(20)
Keterangan: Industri Besar Industri Sedang
Dari gambar diatas terlihat bahwa secara geografis terjadi konsentrasi industri di Kecamatan Tanjung Morawa dan sekitarnya. Fenomena inilah yang mempertegas bahwa di Kabupaten Deli Serdang terjadi aglomerasi industri. aglomerasi ini terbentuk bukan atas rancangan pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah melainkan perusahaan industri manufaktur tersebut yang ingin mencari potensi laba yang besar. Hal ini juga dikarenakan adanya pembatasan terkait izin pendirian perusahaan industri pengolahan oleh pemerintah di Sumatera Utara sehingga banyak perusahaan besar dan menengah mendirikan industri pengolahan mereka di Kabupaten Deli Serdang melalui perizinan oleh pemerintah daerah karena dianggap masih dekat dengan pusat kota atau pangsa pasar yang besar. Adapun kecamatan dengan industri yang banyak dan terkonsentrasi ialah Kecamatan Tanjung Morawa sebanyak 104 perusahaan industri, Kecamatan Sunggal sebanyak 131 perusahaan industri, Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 31 perusahaan industri, dan Kecamatan Patumbak sebanyak 25 perusahaan industri, kecamatan lainnya hanya terdapat kurang lebih 10 perusahaan industri dan bahkan ada beberapa kecamatan yang tidak terdapat industri pengolahannya.
4.4 Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 survei angkatan kerja nasional tahun 2013, mengungkapkan bahwa jumlah angkatan kerja yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 754.454 orang. Sekitar 92,45 persen dari mereka telah bekerja dan sebagian lagi tidak bekerja.
(21)
Tabel 4.3
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2011-2013
N o
Lapangan Usaha
Laki-Laki Perempuan
Jumlah
2011 2012 2013 2011 2012 2013
1 Pertanian 57.519 57.562 79.993 27.795 27.795 47.891 298.555
2 Pertambangan
dan Penggalian - - 1.074 - - - 1.074 3 Industri
Pengolahan 564 1.042 57.996 2.698 3.273 42.873 108.446 4 Listrik,
Gas,dan Air Minum
- - 3.166 - - - 3.166
5 Bangunan 19.986 20.643 185.40
7 - - 1.032
227.068
6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
28.451 29.569 63.529 45.969 46.749 78.913 293.180
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
16.375 17.321 40.725 781 1.076 5.419 81.697
8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan
401 443 10.949 - - - 11.793
9 Jasa
Kemasyarakatan 19.086 19.743 67.590 25.011 25.454 67.897
224.781
Jumlah 142.382 146.683 510.429 102.254 104.347 244.025 1.250.120 Sumber : BPS Deli Serdang
Berdasarkan tabel diatas, dapat digambarkan bagaimana kondisi tenaga kerja yang berada di Kabupaten Deli Serdang pada kurun waktu tahun 2011-2013 yang bekerja menurut lapangan usaha utama. Dari tahun ke tahun terlihat bahwa kuantitas penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selalu mengalami peningkatan. Setidaknya sebanyak 1.250.120 orang yang bekerja pada semua sektor dengan 799.494 orang diantaranya adalah laki-laki dan 450.626 orang
(22)
adalah perempuan. Berdasarkan tahun 2013, Lapangan usaha yang paling besar dalam memberi kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja adalah pada bidang bangunan atau konstruksi yaitu sebanyak 186.439 orang. Hal ini dikarenakan besarnya permintaan atas produk usaha yang bergerak dibidang tersebut sehingga menyebabkan tingginya jumlah usaha yang bergerak pada sektor tersebut. Selanjutnya lapangan usaha perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel yaitu sebanyak 142.442 orang, ini sejalan dengan banyaknya bangunan konstruksi yang terdapat di daerah Kabupaten Deli Serdang. Jumlah tenaga kerja terbanyak ketiga setelah perdagangan besar, hotel, dan restoran yaitu tenaga kerja pada sektor jasa kemasyarakatan yaitu sebanyak 135.487 orang, ini dikarenakan terdapat banyaknya lembaga kemasyarakatan di Kabupaten Deli Serdang yang ingin mendorong/membantu dalam hal pendapatan rumah tangga golongan menengah kebawah. Jumlah tenaga kerja terbanyak keempat yaitu terdapat pada sektor pertanian sebanyak 127.884 orang, sebagian besar rumah tangga masih mengganggap pertanian dijadikan mata pencaharian secara turun-temurun. Jumlah tenaga kerja terbanyak kelima ialah sektor industri pengolahan sebanyak 100.869 orang, ini dikarenakan sudah terdapat banyaknya perusahaan industri yang termasuk kedalam wilayah yang disebut aglomerasi. Dan tenga kerja yang terserap selanjutnya ialah pada sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan sebanyak 10.949 orang, lalu pada sektor listrik, gas,dan air minum sebanyak 3.166 orang, dan terakhir pada sektor pertambangan dan penggalian sebanyak 1.074 orang. Namun pada tahun 2011 dan 2012 yang bekerja paling banyak yakni pada sektor pertanian sebanyak 57.519
(23)
dan 57.562 dan disusl dengan Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel sebanyak 28.451 dan 29.569. Sedangkan untuk sektor industri pengolahan hanya 564 dan 1.042 orang. Itulah jumlah tenaga kerja yang terserap pada setiap sektor lapangan usaha di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011-2013 baik jumlah pekerja laki-laki maupun perempuan.
4.5 Keadaan Perhubungan Transportasi Kabupaten Deli Serdang
Jalan merupakan sarana yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningkatkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu tempat ke tempat lain. Panjang jalan seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang mencapai 3.697,695 kilometer. Panjang jalan yang berada di bawah wewenang negara ada 106,500 kilometer, di bawah wewenang provinsi ada 90,960 kilometer dan sisanya di bawah wewenang kabupaten sebanyak 3.500,235 kilometer. Dan ini menjadi sebuah investasi yang baik bagi pemerintahan daerah Kabupaten Deli Serdang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Tabel 4.4
Panjang Jalan Negara, Provinsi Dan Kabupaten Di Kabupaten Deli Serdang Menuut Jenis Permukaan Kondisi Dan Kelas Jalan Tahun 2013 Keadaan Negara Provinsi Kabupaten Jumlah I. JENIS
PERMUKAAN
Aspal 106,500 90,960 1.804,684 2.002,144
Kerikil - - 1.507,305 1.507,305
Batu - - 34,059 34,059
Beton - - 154,187 154,187
Tanah - - - -
Tidak Terperinci
- - - -
(24)
II. KONDISI
Baik 93,500 50,200 2.359,975 2.503,675
Sedang 10,500 29,760 914,639 954,899
Rusak 2,500 3,000 146,516 152,016
Rusak Berat - 8,000 79,105 87,105
Tidak Terperinci
- - - -
Jumlah 106,500 90,960 3.500,235 3.697,975 III TIPE
KELAS
Kelas I - - - -
Kelas II 106,500 - - 106,500
Kelas III - 90,960 3.500,235 3.591,195
Kelas IV - - - -
Kelas V - - - -
Tidak Terperinci
- - - -
Jumlah 106,500 90,960 3.500,235 3.697,975
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, BPS 2014
Dari tabel diatas terlihat bahwa panjang jalan terbesar yang berada di Kabupaten Deli Serdang adalah wewenang pemerintah daerah, dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa ini menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang menggunakan infrastruktur Kabupaten Deli Sedang apabila melebihi kapasitas berat barang yang diangkut dalam perhitungan jembatan timbang akan dikenakan denda dan akan masuk pada pendapatan daerah yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang. Dalam konsep aglomerasi hal utama selain dari target pasar yang ingin strategis, akses jalan atau infrastruktur merupakan salah satu yang menjadi pertimbangan seorang pemilik perusahaan industri untuk mendirikan perusahaannya karna dinilai dapat menghemat biaya dan waktu distribusi input dan hasil produksi.
(25)
4.6 Hasil Analisis dan Pembahasan 4.6.1 Analisis Aglomerasi
Analisis Aglomerasi menggunakan Indeks Balassa, semakin tinggi nilai Indek Balasaa menunjukkan aglomerasi yang semakin kuat. Aglomerasi dikatakan kuat bila angka indeks balassa diatas 4, rata-rata atau sedang bila nilainya antara 2 dan 4, lemah bila nilainya diantara 1 sampai 2, sedangkan nilai 0 sampai 1 berarti tidak terjadi aglomerasi atau wilayah tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif untuk terjadinya aglomeras
Indeks Balassa :
Σij
ΣjEij ΣJEiJ ΣiΣJEiJ Dimana:
i = Sektor Industri pengolahan E = Tenaga Kerja
j = Kabupaten Deli Serdang J = Provinsi Sumatera Utara
Tabel 4.5
Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Kabupaten Deli Serdang tahun 2009-2013
Sumber : BPS Sumatera Utara dan Deli Serdang (diolah)
Tingkat aglomerasi industri besar dan sedang Kabupaten Deli Serdang tahun 2009-2013 tergolong sedang atau bisa dikatakan Kabupaten Deli Serdang
Tahun Indeks Balassa
2009 3,402155 2010 3,680870 2011 3,385768 2012 3,746024 2013 3,378282
(26)
merupakan daerah yang memiliki keunggulan komparatif untuk terjadinya aglomerasi sektor industri dengan tingkat yang lebih tinggi lagi.
4.6.2 Tenaga Kerja di Kabupaten Deli Serdang
Tenaga kerja yang terserap dari lapangan pekerjaan yang tersedia di Kabupaten Deli Serdang baik di sektor industri maupun secara keseluruhan tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Tenaga Kerja yang Terserap di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2013 Tahun Jumlah Tenaga Kerja Sektor
Industri
Jumlah Tenaga Kerja
2009 44.018 833.767
2010 47.987 853.907
2011 45.500 796.645
2012 48.311 744.133
2013 47.459 754.454
Sumber : Deli Serdang Dalam Angka, BPS (diolah)
Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Deli Serdang dari kurun waktu tahun 2009 sampai 2013 mengalami penurunan jumlah tenaga kerja, namun untuk penyerapan tenaga kerja di sektor industri meningkat mulai dari kurun waktu 2009-2010 yang mencapai hingga 48.311 orang meskipun di tahun 2013 jumlah tenaga kerja turun menjadi 47.459. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri ini cukup menjawab bahwa di Kabupaten Deli Serdang terjadi keunggulan komparatif dari aglomerasi industri yang juga berpangaruh baik terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.
4.6.3 Produktivitas
Produktivitas merupakan ukuran yang dapat dilihat dari perhitungan perbandingan nilai output produksi dengan input produksi dari sektor industri Kabupaten Deli Serdang. Produktivitas dihitung dengan menggunakan rumus:
(27)
Produktivitas : Output Input
Berikut adalah hasil dari perhitungan produktivitas industri Kabupaten Deli Serdang tahun 2009-2013, sebagai berikut:
Tabel 4.7
Produktivitas Industri Kabupaten Deli Serdang Tahun Produktivitas
2009 1,3683 2010 1,3790 2011 1,3748 2012 0,9227 2013 1,5774
Sumber : Hasil Olahan Data
Dari hasil perhitungan tabel 4.7 diatas diketahui dari kurun waktu tahun 2009-2013 produktivitas industri Kabupaten Deli Serdang meningkat mencapai 1,58. Ini menyatakan bahwa peningkatan produksi berpengaruh positif atau meningkat terhadap kontribusi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.
4.6.4 Analisis Potensi Industri Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Metode Location Quotient (LQ)
Untuk menganilisis potensi sektor industri di Kabupaten Deli Serdang digunakan metode analisis Location Quetion (LQ). LQ merupakan perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Deli Serdang terhadap besarnya peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Maka dalam perhitungannya dibutuhkan sumbangan PDRB tiap sektor dan PDRB baik di Kabupaten Deli Serdang maupun Provinsi Sumatera Utara.
Dalam penelitian ini, sektor-sektor yang dimaksud dibagi ke dalam sembilan sektor yaitu:
(28)
1. Pertanian
2. Pertambangan dan Penggalian 3.Industri
4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Jasa Keuangan dan Asuransi 9. Jasa-jasa
Dari perhitungan nilai koefisien LQ, maka sektor-sektor aka dikategorikan ke dalam sektor unggulan / keunggulan atau sektor tidak unggul. Suatu sektor yang dikategorikan unggul atau berpotensi apabila sektor terssebut memiliki nilai koefisien LQ > 1. Dengan hasil perhitungan nilai koefisien LQ > 1 maka sekaligus mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang unggul/potensi untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan suatu sektor yang dikategorikan tidak unggul/non basis apabila sektor tersebut memiliki nilai koefisien LQ < 1. Yang mengindikasikan bahwa sektor tersebut kurang potensial untuk dikembangkan dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang.
Berdasarkan rumus LQ tersebut, maka ada tiga kondisi yang dapat diperoleh, yaitu:
(29)
1. Apabila nilai LQ > 1 artinya peranan sektor industri di Kabupaten Deli Serdang lebih menonjol dibandingkan peranan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
2. Apabila nilai LQ < 1 artinya peranan sektor industri di Kabupaten Deli Serdang lebih kecil dibandingkan dengan peranan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
3. Apabila nilai LQ = 1 artinya peranan sektor industri di kabupaten Deli Serdang adalah sama dengan peranan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.
Dalam perhitungan nilai koefisien LQ, penulis menggunakan data PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 menurut lapangan usaha. Hasil perhitungan Location Quetion (LQ) Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu 2009-2013 pada lampiran.
Tabel 4.8
Hasil LQ Analisis Nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2013
LQ 2009 2010 2011 2012 2013
Pertanian 0,460143 0,622483 0,617068 0,546721 0,524673 Pertambangan dan
Penggalian 0,661951
0,658934 0,656499
0,77197 0,601777 Industri 2,136175 1,606819 1,645940 1,746605 1,715029 Listrik, Gas dan Air
Minum 0,209848
0,202622 0,209055
0,791521 0,80831 Bangunan 0,343561 2,386779 2,367548 1,240827 1,143924 Perdagangan, Hotel
dan Restoran 1,045508 0,861487 0,848052 0,971695 0,963039 Pengangkutan dan
Komunikasi 0,17713
0,598421 0,602310
0,691222 1,097553 Jasa Keuangan dan
Asuransi 0,360774
0,469664 0,465164
0,989394 0,999348 Jasa-jasa 1,07575 0,621466 0,613703 0,593716 0,548877
(30)
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.7 nilai Location Quation (LQ) Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu 2009-2013 maka dapat teridentifikasi sektor-sektor basis dan non-basis. Yang termasuk sektor basis di Kabupaten Deli Serdang dengan nilai perhitungan LQ>1 yaitu:
1. Sektor Industri (1,72). Hal ini terkait dengan fungsi kota Medan sebagai pusat pertumbuhan wilayah Sumatera Bagian Utara. Karena di kota Medan lokasi industri sudah dibatasi, sehingga industri baru umumnya mengambil lokasi Deli Serdang. Prospek ini diperkirakan akan terus berlanjut.
2. Bangunan (1,14). Hal ini menjadi semakin baik dibanding tahun 2009 karena semakin banyaknya penambahan bangunan pertokoan baik untuk transaksi hasil industri maupun bukan hasil produksi sehingga peran kabupaten semakin baik atau meningkat.
3. Pengangkutan dan Komunikasi (1,10). Hasil LQ sektor ini terus meningkat dari tahun ke tahun hingga di tahun 2013 mencapai lebih besar dari 1. Ini terkait juga dengan adanya perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang baru di buat oleh pemerintah Kabupaten Deli Serdang yakni salah satunya ialah Bandara Kualanamu dengan akses jalan yang bisa didapat dengan berbagai moda transportasi.
Sedangkan Sektor non basis yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang dengan nilai perhitungan LQ<1 adalah:
1. Sektor Pertanian (0,53). Deli Serdang berbatasan dengan kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Sektor pertanian terutama perkebunan sudah lama terbangun jadi sudah terolah dibanding dengan rata-rata kabupaten lainnya. Namun
(31)
lahan pertanian di Deli Serdang sudah terbatas sedangkan kabupaten lain masih mampu melakukan perluasan areal.
2. Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas, dan Air Minum, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Jasa Keuangan dan Asuransi, Jasa-jasa umumnya rendah. Disebabkan karena pesatnya pertumbuhan sektor ini di pertokoan sehingga peran kabupaten menjadi menurun.
Yang menjadi pokok acuan penulis dalam nilai perhitungan ini yaitu sektor Industri yang termasuk sektor basis dalam upaya peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang yakni bernilai (1,72). Hal inilah yang menyebabkan industri menjadi peluang baik bagi untuk daerah Kabupaten Deli Serdang. Ini didukung juga oleh sektor bangunan atau konstruksi (1,14) yang berada di Kabupaten Deli serdang juga pengangkutan dan komunikasi termasuk infrastruktur (1,10). Sektor basis ini merupakan sektor yang memiliki peranan sangat besar terhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Deli Serdang serta memiliki kekuatan dan potensi untuk dikembangkan. Meskipun demikian sektor non-basis lainnya tidak dapat begitu saja diabaikan karena sektor non-basis tersebut dapat dikembangkan menjadi sektor basis baru.
4.6.5 Analisis Potensi Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Metode Analisis Shift-Share
Kinerja sektor industri Kabupaten Deli Serdang dalam penelitian ini dapat dilihat menggunakan Analisis Shift-share yang dibandingkan dengan kinerja sektor Industri Provinsi Sumatera Utara. Dalam perbandingannya menggunakan Produk
(32)
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2010 berdasarkan lapangan sektor Kabupaten Deli serdang dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2009-2013. Perubahan relatif stuktur ekonomi Kabupaten Deli Serdang dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut ini:
1. Provincial Share (PS) atau pertumbuhan ekonomi provinsi menunjukkan pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap perekonomian Kabupaten Deli Serdang.
2. Proportional Shift (P) atau pergeseran proporsional menunjukkan perubahan relatif naik atau turunnya kinerja sektor industri Kabupaten Deli Serdang terhadap sektor industri Provinsi Sumatera Utara. Apabila P>0, maka artinya pada sektor industri Kabupaten Deli Serdang pada tingkat Provinsi Sumatera Utara mempunyai spesialisasi yang tumbuh relatif cepat/naik. Dan apabila P<0 maka artinya sektor industri Kabupaten Deli Serdang pada tingkat Provinsi Sumatera Utara mempunyai spesialisasi yang pertumbuhan lebih lambat atau sedang turun.
3. Differential Shift (D) atau pergeseran differensial menunjukkan tingkat kekompetitifan kinerja sektor industri Kabupaten Deli Serdang dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Pergeseran ini disebut juga dengan pengaruh daya saing. Apabila D>0, artinya sektor industri Kabupaten Deli Serdang mempunyai daya saing yang baik. Apabila D<0, artinya sektor industri Kabupaten Deli Serdang tidak dapat bersaing / tidak mempunyai daya saing.
PSitKDS = PDRBKDSt-1 �
PDRBSUMUTt
PDRBSUMUTt −1� – 1
PitKDS = PDRBiKDSt-1 �
PDRBSUMUTt
PDRBSUMUTt −1−
PDRBTOTSUMUTt
PDRBTOTSUMUTt −1�
DitKDS = PDRBiKDS-1 �
PDRBiKDSt
PDRBiKDSt −1−
PDRBiSUMUTt
(33)
Tabel 4.9
Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2013 Sektor Provincial
Share (PS)
Proportional Shift (P)
Differential
Shift (D) Total Pertanian 28.892,60 677,30 1.056,61 30.626,51 Pertambangan
dan Penggalian 1.935,00 21,40 127,71 2.084,11 Industri 79.624,00 3.448,78 6.187,28 89.260,06 Listrik, Gas
dan Air Minum 305,30 -111,04 -80,22 114,04 Bangunan 36.695,61 9.521,77 5.720,50 51.937,88 Perdagangan,
Hotel dan Restoran
34.921,73 1.318,03 1.523,38 37.763,14
Pengangkutan dan
Komunikasi
10.556,55 52,67 -3.827,92 6.781,30
Jasa Keuangan
dan Asuransi 5.483,88 -970,43 -1.132,84 3.380,61 Jasa-jasa 16.702,69 555,78 2.988,90 20.247,37
Sumber :Hasil Olahan Data
Dari tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan analisis Shift-Share PDRB Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu 2009-2013 terdapat nilai positif dan negatif. Untuk nilai Proportional Shift (P) positif artinya komponen perekonomian Kabupaten deli Serdang memiliki spesialisasi pada sektor yang sama dan tumbuh cepat dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya, jika nilai proportional shift (P) negatif artinya sektor perekonomian memiliki spesialisasi pada sektor yang sama tumbuh lebih lambat dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Maka dapat dilihat sektor ekonomi yang memiliki komponen pertumbuhan proporsional (P) positif adalah sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa-jasa. Sedangkan sektor yang memiliki komponen pertumbuhan propotional (P) negatif adalah sektor Listrik, Gas, dan Air Minum,
(34)
serta Jasa Keuangan dan Asuransi.
Hasil perhitungan shift-Share PDRB Kabupaten Deli Serdang dalam kurun waktu 2009-2013 nilai Differenial Shift (D) terdapat nilai yang positif dan negatif. Untuk Differential Shift (D) yang bernilai positif artinya terdapat sektor ekonomi pada sektor yang sama tumbuh cepat di Kabupaten Deli Serdang dibandingkan Provinsi Sumatera Utara. Sebaliknya, jika nilai proportional shift (P) negatif artinya terdapat sektor ekonomi yang tumbuh lebih lambat di Kabupaten Deli serdang dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara. Maka dapat dilihat sektor ekonomi yang terdapat di Kabupaten Deli serdang yang mempunyai nilai differential-shift (D) positif yaitu sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Jasa-jasa. Dengan demikian sektor di Kabupaten Deli Serdang tersebut memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi sumatera Utara. Sedangkan sektor ekonomi yang mempunyai nilai differential shift (D) negatif adalah sektor Listrik, Gas dan Air Minum, Pengangkutan dan Komunikasi, serta Jasa Keuangan dan Asuransi. Dengan demikian pertumbuhan setiap sektor ekonomi yang bernilai negatif tersebut berjalan lebih lambat di Kabupaten Deli Serdang dibandingkan dengan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.
4.6.5.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Deli Serdang Pertumbuhan produksi dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan wilayah yang terdiri dari tiga komponen:
(35)
1.Pertumbuhan Regional (Ps) Komponen pertumbuhan regional (Ps) di dapat dari hasil perkalian antara PDRB sektor Industri Kabupaten Deli Serdang tahun awal dengan perbandingan antara PDRB Sumatera Utara tahun akhir dengan PDRB Sumatera Utara tahun awal yang dikurang 1.
Tabel 4.10
Analisis Shift-Share Sektor Industri Kabupaten Deli SerdangBerdsarkan Nasional/regional
Tahun 2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 Pertumbuhan
Regional (Ps) 19.460,86 17.768,14 21.822,10 20.572,90
Sumber :Hasil Olahan Data
Tabel 4.9 menunjukkan tahun 2009-2013 kontribusi sektor industri Kabupaten Deli Serdang mengalami peningkatan. Sektor industri Kabupaten Deli Serdang memiliki nilai Pertumbuhan Nasional/Regional (Ps) positif yang cenderung meningkat di tahun 2009 hingga 2012, meskipun di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 20.572,90. Ini disebabkan besarnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang yang tidak terlepas dari sumbangan sub sektor industri pupuk, kimia dan barang dari karet dan sub sektor industri makanan, minuman dan tembakau.
2. Komponen Perumbuhan Proporsional
Komponen pertumbuhan proporsional didapat dari hasil perkalian antara PDRB sektor industri Kabupaten Deli Serdang dengan perbandingan antara PDRB sektor industri Provinsi Sumatera Utara pada tahun akhir dengan PDRB sektor industri tahun awal yang dikurang dengan perbandingan PDRB Sumatera Utara tahun akhir dengan PDRB Sumatera Utara tahun awal.
(36)
Tabel 4.11
Analisis Shift-Share sektor industri kabupaten deli serdang berdasarkan komponen industri proporsional tahun 2009-2013
Lapangan
Usaha Komponen
Tahun
2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 Sektor
Industri P 324,81 338,97 1.924,33 860,67
Sumber :Hasil Olahan Data
Tabel 4.10 menunjukkan dari tahun 2009-2013 pertumbuhan proporsional yang bernilai positif atau P>0. Pada tahun 2009-2013 sektor industri Kabupaten Deli Serdang memiliki nilai P sebesar (860,67) artinya bahwa industri Kabupaten deli Serdang mempunyai pertumbuhannya lebih cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri Kabupaten Deli Serdang mempunyai peluan besar dalam pengembangan yang diharapkan dapat menambah sumbangan terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang dan lapangan pekerjaan.
3. komponen pertumbuhan pangsa wilayah
Komponen pertumbuhan pangsa Wilayah/Pergeseran Differential (D) merupakan hasil dari perkalian antara PDRB sektor industri Kabupaten Deli serdang tahun akhir dengan PDRB sektor industri Kabupaten Deli Serdang Tahun awal dikurang perbandingan antara PDRB sektor industri Sumatera Utara pada tahun akhir dengan PDRB sektor industri Sumatera Utara tahun awal.
Tabel 4.12
Analisis Shift-Share Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2009-2013
Lapangan
Usaha Komponen
Tahun
2009-2010 2010-2011 2011-2012 2012-2013 Sektor
Industri P
3.618,38
2414 - 128,661883
2.809,109
339 -111,553394
(37)
Tabel 4.11 menunjukkan perkembangan nilai D sektor industri, apabila nilai D>0 artinya sektor industri memiliki daya saing yang baik. Sebaliknya apabila D<0, artinya sektor industri tersebut memiliki daya saing yang kurang baik. Sektor industri Kabupaten deli Serdang yang termasuk ke dalam kategori daya saing baik (D>0) terjadi pada tahun 2009-2010 sebesar (3.618,38) dan tahun 2011-2012 sebesar (2.809,11). Hal ini berarti sektor industri mempunyai potensi daya saing yang tinggi karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan sektor industri Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan industri Kabupaten Deli Serdang yang termasuk ke dalam kategori daya saing kurang baik (D<0) terjadi pada tahun 2010-2011 sebesar (-128,66) dan tahun 2012-2013 sebesar (-111,55).
4.6.5.2 Analisis Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang
Kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kabupaten Deli serdang pada tahun 2013 sebesar 45,98 persen. Dengan demikian sektor industri merupakan sektor terbesar yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan analisis indeks Location Quotient (LQ) kurun waktu 2009-2013 memiliki nilai lebih besar dari satu (LQ>1) yakni sebesar 1,72. Artinya sektor industri Kabupaten Deli Serdang tidak hanya merupakan sektor basis tetapi juga merupakan potensi yang dapat dipertimbangkan untuk pengembangannya.
Tabel 4.13
Analisis Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang No Aspe
k Parameter Makna
1 LQ >1 Sektor Basis
2 P Positif Tumbuh lebih cepat di Provinsi Sumatera Utara 3 D Positif Pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan Provinsi
Sumatera Utara
(38)
Hasil perhitungan Shift-Share nilai komponen P mempunyai nilai positif yang menunjukkan bahwa sektor yang tumbuh lebih cepat di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan nilai komponen D yang positif mempunyai arti bahwa sektor industri Kabupaten Deli Serdang mempunyai potensi daya saing yang tinggi karena pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan uraian diatas maka sektor industri Kabupaten Deli Serdang dapat digunakan ke dalam sektor basis dan sektor unggulan industri Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai potensi daya saing di Provinsi Sumatera Utara.
Dari perhitungan ini juga berdasarkan analisis secara global, diketahui bahwa sektor industri yang banyak menyumbang tambahan lapangan kerjadi Deli Serdang (88,8%) adalah sama dengan sektor industri yang banyak menyumbang tambahan lapangan kerja di Provinsi Sumatera Utara. Deli Serdang memiliki industri yang dalam ukuran Sumatera Utara berkembang pesat. Artinya industri seperti ini agak terkonsentrasi di Deli Serdang dan hal ini menyumbang tambahan lapangan pekerjaan sebesar 6,1%. Ada industri khusus yang memiliki keunggulan komparatif di Deli Serdang dibanding dengan Sumatera Utara dan hal ini menyumbang tambahan lapangan kerja sebesar 5,1%. Analisis dapat juga dibuat per sektor sehingga diketahui komponen apa pada masing-masing sektor yang memberi tambahan lapangan pekerjaan. Dengan bantuan tenaga ahli yang mengetahui sektor-sektor itu secara mendalam (teknis dan pemasaran), dapat ditentukan jenis industri atau kegiatan mana saja yang memiliki keunggulan komparatif dan perlu dipacu pertumbuhannya di masa yang akan datang.
(39)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari uraian dan analisis dalam bab-bab sebelumnya, maka peneliti dapat, mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan alat analisis indeks balassa didapat bahwa tingkat aglomerasi industri besar dan sedang di Kabupaten Deli Serdang termasuk dalam kategori sedang yang bernilai 3,38. Ini berarti bahwa aglomerasi industri yang terjadi masih akan terus naik dan beriringan dengan itu maka kontribusi sektor industri pengolahan yang berada pada wilayah aglomerasi Kabupaten Deli Serdang akan semakin meningkat terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang.
2. Dari perhitungan produktivitas dan data tenaga kerja industri yang diolah didapat bahwa secara umum variabel ini mengalami peningktan yang dapat mempengaruhi peningkatan tehadap kontribusi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang.
3. Berdasarkan hasil perhitungan alat analisis potensi wilayah yaitu indeks Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong dalam sektor yang berpotensi dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Deli Serdang. Karena nilai LQ yang lebih besar dari satu ini merupakan sektor dengan peranan yang lebih menonjol dibandingkan dengan peranan sektor yang sama di Provinsi Sumatera Utara.
(40)
4. Dari hasil perhitungan shift-share untuk kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kabupaten Deli Serdang menunjukkan nilai positif. Yang berarti bahwa sektor industri Kabupaten Deli Serdang memiliki daya saing yang kuat.
5. Dari perhitungan secara keseluruhan juga berdasarkan analisis secara global, diketahui bahwa sektor industri yang banyak menyumbang tambahan lapangan kerjadi Deli Serdang (88,8%) adalah sama dengan sektor industri yang banyak menyumbang tambahan lapangan kerja di Provinsi Sumatera Utara. Deli Serdang memiliki industri yang dalam ukuran Sumatera Utara berkembang pesat. Artinya industri seperti ini agak terkonsentrasi di Deli Serdang dan hal ini menyumbang tambahan lapangan pekerjaan sebesar 6,1%. Ada industri khusus yang memiliki keunggulan komparatif di Deli Serdang dibanding dengan Sumatera Utara dan hal ini menyumbang tambahan lapangan kerja sebesar 5,1%. Dan dari sumbangan lapangan pekerjaan ini maka akan terserap juga tenaga kerja sebesar tambahan yang diberikan yakni 6,1% di daerah aglomerasi atau terkonsentrasi dan 5,1% di daerah lainnya.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan sektor industri Kabupaten Deli Serdang, yaitu:
1. Melihat aglomerasi industri di Kabupaten Deli serdang yang sudah mencapai kategori sedang dan akan mencapai kuat karena semakin memusatnya industri di daerah-daerah tertentu kabupaten maka diharapkan aglomerasi kedepannya
(41)
menambah wilayah aglomerasi dan menyebar disejumlah daerah-daerah yang lainnya di Kabupaten Deli Serdang maupun kabupaten lain di Provinsi Sumatera Utara sehingga sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan semakin meningkat baik di kabupaten maupun di provinsi.
2. Tenaga kerja merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi namun perlu diingat bahwa dalam penelitian ini tenaga kerja merupakan angkatan kerja yang sudah bekerja dan bukan lagi mencari pekerjaan.
3. Melihat potensi tenaga kerja yang sangat menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi, maka diharapkan pemerintah dan perusahaan swasta menyediakan perusahaan padat karya atau industri pengolahan sehingga angkatan kerja yang semakin bertambah diharapkan mampu diserap oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
4. Pemerintah pusat maupun daerah sebaiknya memperhatikan dan mengoptimalkan atau menambah fasilitas penunjang perekonomian di wilayah Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan aglomerasi industri. Mengingat aglomerasi atau pemusatan industri didorong oleh tersedianya fasilitas- fasilitas penunjang kegiatan ekonomi. Fasialitas tersebut bisa berupa akses
jalan yang lancar, fasilitas kesehatan, pendidikan kerajinan, tanah bersubsidi untuk pembangunan pabrik pada suatu lokasi yang optimal di berbagai kabupaten sehingga investor juga akan melihat daerah-daerah lain dan tidak hanya terpusat di Kota-Kota besar saja.
(42)
5. Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Deli Serdang memang tergolong cepat dan meningkat, ini dipandang baik oleh pemerintah. Namun harapannya pemerintah juga dapat mengetahui bahwa pertumbuhan ekonomi di juga harus merata pertumbuhannya pada setiap daerah yang cakupannya kecil sehingga tidak ada daerah yang tertinggal meskipun secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi pada daerah cakupan yang lebih luas mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi atau dalam kategori pertumbuhan ekonomi yang baik.
(43)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi (Sadono, 2004:17).
Pembanguan ekonomi dipandang sebagai kenaikan pendapatan perkapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan menggunakan tingkat pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan penduduk, dimana laju pertumbuhan penduduk yang lebih besar dari PDRB akan mempengaruhi perubahan pendapatan perkapita.
Rodinelli (1961) dalam (Sadono,2004:18) menyatakan pembangunan adalah kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk mengubah cara berpikir, yaitu selalu memikirkan perlunya investasi pembangunan. Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling menghargai antar sesama, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang.
Adapun tujuan pembangunan menurut Gant (1971) dalam (Sadono,2004:20) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakekatnya pembangunan
(44)
bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup dengan bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi
Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun (Sadono,2004:19), sehingga untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan pendapatan nasional dari berbagai tahun yang dihitung berdasarkan harga konstan dan harga berlaku. Perubahan dalam nilai pendapatan nasional hanya disebabkan oleh suatu perubahan dalam suatu tingkat kegiatan ekonomi.
Pertumbuhan harus berjalan beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin dan tertinggal dan tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Strategi ini dikenal dengan istilah “Redistribution with Growth”.
Sedangkan menurut Kuznet (1966) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “Kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang ke pada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan” (Sadono,2004:21).
(45)
2.1.3 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (2001) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad, 1999:116). Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.
2.1.4 Teori Pusat/Kutub Pertumbuhan
Pusat pertumbuhan dapat berfungsi secara fungsional dan geografis. Secara fungional, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi industri yaitu lokasi konsentrasi kelompok usaha aatu cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kegiatan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar. Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction) yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di daerah tersebut, walaupun tidak ada interaksi antar usaha-usaha tersebut (Tarigan, 2004: 115). Menurut Tarigan (2004: 115) ciri-ciri pusat pertumbuhan adalah :
(46)
1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan.
Hubungan internal dimaksudkan sebagai keterkaitan satu sektor dengan sektor lain, sehingga pertumbuhan satu sektor akan mempengaruhi sektor lain. Hal ini akan menciptakan pertumbuhan yang saling melengkapi dan bersinergi untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan.
2. Adanya efek pengganda (multiplier effect)
Keberadaan sektor-sektor yang sling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor atas permintaan dari luar wilayah, produksinya meningkat karena ada keterkaitan membuat produksi sektor lain juga ikut meningkatdan akan terjadi bebrapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan dari luar untuk sektor tersebut (sektor yang pertama meingkat permintaannya). Unsur efek penggandasangat berperan dalam membuat kota itu mampu memacu pertumbuhan belakangnya. Karena kegiatan beberapa sektor dikota meningkat tajam maka kebutuhan kota akan bahan baku/tenaga kerja yang dipasok dari belakannya akan meningkat tajam.
3. Adanya konsentrasi geografis
Konsentrasi geografis dari beberapa sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi diantara sektor-sektor yang membutuhkan juga meningkatkan daya tarik dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi, kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu, tenaga, dan biaya. Hal ini membuat kota itu menjadi lebih menarik untuk dikunjungi dan karena volume
(47)
transaksi yang makin meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisien lanjutan.
4. Bersifat mendorong daerah belakangnya
Hal ini berarti antara kota dan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.
Kegiatan ekonomi di suatu wilayah cenderung beraglomerasi di sekitar titik pusat (Adisasmita, 2005: 44). Teori kutub pertumbuhan terutama bersumber pada ahli ekonomi perancis khususnya Perroux yang berpendapat bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada saat bersamaan, tetapi kehadirannya akan muncul pada beberapa tempat atau pusat pertumbuhan (growth poles) dengan intensitas yang berbeda-beda melalui saluran yang berbeda. Ia mengatakan bahwa kota merupakan suatu “tempat sentral” dan sekaligus merupakan kutub pertumbuhan. Pertumbuhan hanya terjadi dibeberapa tempat, terutama daerah perkotaan, yang disebutu pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda.
Perroux mengatakan bahwa industri unggulan merupakan penggerak utama dalam pembangunan daerah, adanya sektor industri unggulan memungkinkan dilakukannya pemusatan industri yang akan mempercepat pertumbuhan ekonomi, karena pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri disuatu daerah akan mempengaruhi perkembangan daerah lainnya. Perekonomian
(48)
merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat pertumbuhan (Arsyad dalam Kuncoro, 2002: 29-30). 2.1.5 Faktor-Faktor yang Menentekun Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2004 : 429-432) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
1. Tanah dan Kekayaan Alam Lainnya
Kekayaan alam meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan hasil laut yang dapat diperoleh, jumlah dan jenis kekayaan barang tambang yang terdapat. Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk mengembangkan perekonomian, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.
2. Jumlah dan Mutu dari Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan memungkikan untuk menambah produksi. Di samping itu sebagai akibat pendidikan, latihan dan pengalaman kerja, keterampilan penduduk akan bertambah tinggi. Hal ini akan menyebabkan produktivitas bertambah dan selanjutnya menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada pertambahan tenaga kerja, selain dari pertambahan penduduk menyebabkan perluasan pasar.
(49)
3. Barang – Barang Modal dan Tingkat Teknologi
Barang – barang modal penting artinya dalam mempertinggi keefisienan pertumbuhan ekonomi. Pada masyarakat yang kurang maju sekalipun barang – barang modal sangat besar perannya dalam kegiatan ekonomi. Begitu juga dengan kemajuan teknologi, kemajuan teknologi menimbulkan beberapa efek positif dalam pertumbuhan ekonomi, efek yang utama adalah: (i) Kemajuan teknologi dapat mempertinggi keefisienan kegiatan memproduksi sesuatu barang. Kemajuan seperti itu akan menurunkan biaya produksi dan meninggikan jumlah produksi. (ii) Kemajuan teknologi menimbulkan penemuan barang – barang baru yang belum pernah diproduksi sebelumnya. Kemajuan seperti itu menambah barang dan jasa yang dapat digunakan masyarakat. (iii) Kemajuan teknologi dapat meninggikan mutu barang – barang yang diproduksi tanpa meningkatkan harganya.
4. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat
Kondisi sistem sosial dan sikap masyarakat turut menentukan proses pertumbuhan ekonomi. Sebagai contoh di wilayah dengan adat istiadat tradisional yang tinggi dan menolak modernisasi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Juga dimana wilayah yang sebagian besar tanahnya dimiliki oleh tuan – tuan tanah, atau di mana luas tanah yang dimiliki adalah sangat kecil dan tidak ekonomis, pembangunan ekonomi tidak akan mencapai tingkat yang diharapkan. Sikap masyarakat juga dapat menentukan pertumbuhan ekonomi, misalnya sikap masyarakat yang pekerja keras, pantang menyerah, berhemat dengan tujuan investasi dan sebagainya dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
(50)
2.1.6 Aglomerasi
2.1.6.1 Konsep Aglomerasi
Istilah aglomerasi pada dasarnya berawal dari ide Marshall tentang penghematan aglomerasi (agglomeration economies) atau disebut sebagai industri yang terlokalisir (localized industries). Menurut Montgomery dalam (Kuncoro 2002:24), aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen. Sementara Markusen menyatakan bahwa aglomerasi merupakan suatu lokasi yang “tidak mudah berubah” akibat adanya penghematan eksternal yang terbuka bagi semua perusahaan yang letaknya berdekatan dengan perusahaan lain dan penyedia jasa- jasa, dan bukan akibat kalkulasi perusahaan atau para pekerja secara individual (Kuncoro, 2002: 26).
Dari beberapa kutipan definisi diatas dapat ditarik benang merah bahwa suatu aglomerasi tidak lebih dari sekumpulan kluster industri dan merupakan konsentrasi dari aktifitas ekonomi dari penduduk secara spasial yang muncul karena adanya penghematan yang diperoleh akibat lokasi yang berdekatan.
2.1.6.2 Teori Aglomerasi 1. Teori Neo Klasik
Dalam teori ini bahwa aglomerasi muncul karena para pelaku ekonomi berupaya mendapatkan penghematan aglomerasi (agglomeration economies), baik karena penghematan lokalisasi maupun penghematan urbanisasi, dengan mengambil lokasi yang saling berdekatan satu sama lain ( Kuncoro, 2002: 26).
(51)
Aglomerasi ini mencerminkan adanya sistem interaksi antara pelaku ekonomi yang sama: apakah antar perusahaan antara industri yang sama, antar perusahaan antara industri yang berbeda, ataupun antar individu, perusahaan dan rumah tangga. Di lain pihak, kota adalah suatu daerah keanekaragaman yang menawarkan manfaat kedekatan lokasi konsumen maupun produsen.
2. Teori Ekonomi Geografi Baru (The New Economic Geography)
Teori ekonomi geografi baru berupaya untuk menurunkan efek-efek aglomerasi dari interaksi antara besarnya pasar, biaya transportasi dan increasing return dari perusahaan. Dalam hal ini ekonomi aglomerasi tidak di asumsikan tetapi diturunkan dari interaksi ekonomi skala pada tingkat perusahaan, biaya transportasi dan mobilitas faktor produksi.
Teori ekonomi geografi baru (Krugman’s dalam Lin,2011) menekankan pada adanya mekanisme kausalitas sirkular untuk menjelaskan konsentrasi spasial dari kegiatan ekonomi. Dalam model tersebut kekuatan sentripetal berasal dari adanya variasi konsumsi atau beragamnya intermediate good pada sisi produksi. Kekuatan sentrifugal berasal dari tekanan yang dimiliki oleh konsentrasi geografis dari pasar input lokal yang menawarkan harga lebih tinggi dan menyebarnya permintaan. Jika biaya transportasi cukup rendah maka akan terjadi aglomerasi.
Dalam perkembangan teknologi, transfer pengetahuan antar perusahaan memberikan insentif bagi aglomerasi kegiatan ekonomi. Informasi diperlakukan sebagai barang publik dengan kata lain tidak ada persaingan dalam memperolehnya. Difusi informasi ini kemudian menghasilkan manfaat bagi masing-masing perusahaan. Dengan mengasumsikan bahwa masing-masing
(52)
perusahaan menghasilkan informasi yang berbeda-beda, manfaat interaksi meningkat seiring dengan jumlah perusahaan. Karena interaksi ini informal, perluasan pertukaran informasi menurun dengan meningkatnya jarak. Hal ini memberikan insentif bagi pengusaha untuk berlokasi dekat dengan perusahaan lain sehingga menghasilkan aglomerasi.
3. Teori Pemilihan Lokasi Kegiatan Industri
Menurut (Weber dalam Tarigan, 2005), ada 3 faktor yang menjadi alasan perusahaan pada industri dalam menentukan lokasi, yaitu:
a. Perbedaan Biaya Transportasi.
Produsen cenderung mencari lokasi yang memberikan keuntungan berupa penghematan biaya transportasi serta dapat mendorong efisiensi dan efektivitas produksi. Dalam perspektif yang lebih luas, mengemukakan tentang penghematan biaya transaksi (biaya transportasi, biaya transaksi, biaya kontrak, biaya koordinasi dan biaya komunikasi) dalam penentuan lokasi perusahaan. Pada akhir dekade ini biaya tranportasi sedikit berkurang karena inovasi sehingga sekarang lebih sering dijumpai perusahaan berlokasi pada orientasi input lokal daripada berorientasi pada bahan baku.
b. Perbedaan Biaya Upah.
Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang lebih rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Adanya suatu wilayah dengan tingkat upah yang tinggi tinggi mendorong tenaga kerja untuk terkonsentrasi pada wilayah tersebut. Fenomena ini dapat ditemui pada
(53)
daerah-daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Perlu diingat bahwa pedesaan yang relatif tertinggal tingkat upah paling tinggi akan tetap masih rendah dibanding pada daerah yang memiliki tingkat usaha pada bidang industri karena terdapat persyaratan administraif seperti UMR.
c. Keuntungan dari Aglomerasi
Aglomerasi akan menciptakan keuntungan yang berupa penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi. Penghematan lokalisasi terjadi apabila biaya produksi perusahaan pada suatu industri menurun ketika produksi total dari industri tersebut meningkat (terjadi increasing return of scale). Hal ini terjadi pada perusahaan pada industri yang berlokasi secara berdekatan. Penghematan urbanisasi terjadi bila biaya produksi suatu perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan pada berbagai tingkatan aktivitas ekonomi dalam wilayah yang sama meningkat. Penghematan karena berlokasi di wilayah yang sama ini terjadi akibat skala perekonomian, dan bukan akibat skala suatu jenis industri. Penghematan urbanisasi telah memunculkan perluasan wilayah metropolitan (extended metropolitan regions). Marshall menyatakan bahwa jarak yang tereduksi dengan adanya aglomerasi akan akan memperlancar arus informasi dan pengetahuan (knowledge spillover) pada lokasi tersebut (Kuncoro, 2007).
Perusahaan-perusahaan dalam industri yang terkonsentrasi secara spasial tersebut juga terkait dengan institusi-institusi yang dapat mendukung industri secara praktis. Aglomerasi meliputi kumpulan perusahaan dan hal yang terkait dalam industri yang penting dalam kompetisi. Aglomerasi selalu memperluas aliran menuju jalur pemasaran dan konsumen, tidak ketinggalan juga jalur menuju
(54)
produsen, produk komplementer, dan perusahaan lain dalam industri yang terkait, baik terkait dalam keahlian, teknologi maupun input. Aglomerasi menginterprestasikan jaringan yang terbentuk dan menjadi semakin kokoh dengan sendirinya tidak hanya oleh perusahaan dalam aglomerasi tersebut tetapi oleh organisasi yang lain yang terkait sehingga menciptakan kolaborasi dan kompetisi dalam tingkatan yang tinggi untuk dapat meningkatkan daya saing berdasarkan keunggulan komparatif.
2.1.6.3 Keuntungan Aglomerasi
Menurut Perroux terjadinya aglomerasi industri mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu yaitu skala ekonomis (usaha dalam jumlah besar) dan keuntungan penghematan biaya (Arsyad, 1999: 356), yaitu :
1. Keuntungan Internal Perusahaan
Keuntungan ini muncul karena adanya faktor-faktor produksi yang tidak dapat dibagi yang hanya diperoleh dalam jumlah tertentu. Kalau dipakai dalam jumlah yang lebih banyak, biaya produksi per unit akan jauh lebih rendah dibandingkan jika dipakai dalam jumlah yang lebih sedikit.
2. Keuntungan Lokalisasi (Localization Economies)
Keuntungan ini berhubungan dengan sumber bahan baku atau fasilitas sumber. Artinya dengan menumpuknya industri, maka setiap industri merupakan sumber atau pasar bagi industri yang lain.
3. Keuntungan Ekstern (keuntungan urbanisasi)
Aglomerasi beberapa industri dalam suatu daerah akan mengakibatkan banyak tenaga kerja yang tersedia tanpa membutuhkan latihan khusus untuk suatu
(55)
pekerjaan tertentu dan semakin mudah memperoleh tenaga-tenaga yang berbakat. Selain itu aglomerasi akan mendorong didirikannya perusahaan jasa pelayanan masyarakat yang sangat diperlukan oleh industri, misal : listrik, air minum, maka biaya dapat ditekan lebih rendah.
Disamping keuntungan skala ekonomis tersebut, aglomerasi mempunyai keuntungan lain yaitu menurunnya biaya tarnsportasi. pemusatan industri pada suatu daerah akan mendorong didirikannya perusahaan jasa angkutan dengan segala fasilitasnya. Dengan adanya fasilitas tersebut, industri-industri tidak perlu menyediakan atau mengusahakan jasa angkutan sendiri.
Menurut Tarigan (2004), aglomerasi terjadi karena adanya hubungan saling membutuhkan produk diantara berbagai industri, seperti tersedianya fasilitas (tenaga listrik, air, perbengkelan, jalan raya, pemondokan, juga terdapat tenaga kerja terlatih).
2.1.7 Hubungan Aglomerasi dengan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Richardson (dalam Tarigan 2005:55-56), berpendapat bahwa dengan adanya persaingan antar industri maka akan meningkatkan harga bahan baku dan faktor produksi, dan mengakibatkan biayaper unit yang berdampak relokasi aktivitas ekonomi ke daerah lain yang belum mencapai skala produksi maksimum. Dengan adanya aglomerasi ekonomi di suatu wilayah tersebut karena akan tercipta efisiansi produksi, sedangkan wilayah lain yang tidak sanggup untuk bersaing akan mengalami kemunduran dalam pertumbuhan ekonominya.
Dan menurut Jamie Bonet (2006:63), menjelaskan bahwa aglomerasi (pemusatan kegiatan) produksi digunakan sebagai salah satu variabel untuk
(56)
mengetahui kesenjangan wilayah. Aglomerasi produksi dapat mempengaruhi kesenjangan wilayah secara langsung, yaitu pada saat terjadinya hambatan mobilitas tenaga kerja antar wilayah, atau saat terjadi surplus tenaga kerja dalam perekonomian. Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aglomerasi merupakan sekumpulan kluster wilayah yang merupakan konsentrasi dari kegiatan ekonomidan disebabkan oleh adanya penghematan yang terjadi di lokasi yang saling berdekatan sehingga dapat berpengaruh dalam berkontribusi baik untuk wilayah sekitar maupun di luar wilayah sekitar serta pada pendapatan wilayah tersebut yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
2.1.8 Potensi Wilayah
2.1.8.1 Keunggulan Komperatif
Istilah Comperative Advantage (keunggulan komperatif) mula-mula dikemukakan oleh David Ricardo (1971) sewaktu membahas perdagangan antara dua negara. Ricardo membuktikan bahwa apabila ada dua negara saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan untuk mengekspor barang yang mempunyai keunggulan komperatif maka negara tersebut akan beruntung. Pemikiran Ricardo tentang keunggulan komperatif tidak hanya berlaku pada perdagangan internasional saja tetepi juga pada ekonomi regional.
Keunggulan komperatif suatu daerah dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang mendorong perubahan struktur perekonomian daerah ke arah sektor yang mengandung keunggulan komperatif. Comperative advantage
(keunggulan komperatif) adalah kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah atau luar negeri bahkan pasar global. Dalam keunggulan
(1)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat saya karena hanya atas penyertaan-Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulis mengerjakan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kedua Orangtua penulis, Bapak P. Manurung dan Ibu M.H. Sitohang, juga abang dan adik-adik (Ery, Edward, Evin, dan Esar) penulis yang selalu mendoakan serta mendukung penulis baik dukungan moril maupun materi, menjadi motivasi penulis untuk lebih cepat dalam menyelesaikan studi ini.
2. Bapak Prof.Dr. Ramli, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra.Raina Linda Sari, M.Si selaku dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si selaku dosen pembanding I dan Bapak Wahyu Sugeng Imam Sueparno, SE, M.Si selaku dosen pembanding II yang telah meluangkan waktu memberikan saran, kritik dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(2)
8. Seluruh Staf Akademik Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
9. Rekan - rekan mahasiswa stambuk 2012 Program S-1 Reguler Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara khususnya teman sekaligus saudara CAMEO-ELEANOR (Isha, Suci, Fitri, Ruth, Kory) juga adik kelompok Coram Deo (Victor, Lavina, Boyi, Minda, Vandi) dan UKM KMK FEB USU yang telah memberi doa dan dukungannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga skripsi ini dapat memberi kontribusi yang bermanfaat bagi para pembaca dan bidang akademik.
Medan, Oktober 2015
120501105
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... . 10
2.1.1 Pembangunan Ekonomi ... 10
2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 11
2.1.3 Teori Basis Ekonomi ... 12
2.1.4 Teori Pusat/Kutub Pertumbuhan ... 12
2.1.5 Faktor-Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi ... 15
2.1.6 Aglomerasi ... 15
2.1.6.1 Konsep Aglomerasi ... 15
2.1.6.2 Teori Aglomerasi ... 17
2.1.6.3 Keuntungan Aglomerasi ... 21
2.1.7 Hubungan Aglomerasi dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 22
2.1.8 Potensi Wilayah ... 23
2.1.8.1 Keunggulan Komparatif ... 23
2.1.8.2 Kuesion Lokasi (Location Quosient ... 25
2.1.8.3 Analisis Shift-Share (Shift-Share Analysis ... 26
2.1.9 Teori-Teori Ketenagakerjaan ... 27
2.1.7.1 Teori Klasik Adam Smith ... 27
2.1.7.2 Teori Keynes ... 28
2.1.7.3 Teori Harrod-domar ... 29
2.1.10 Teori Produktivitas ... 29
2.2 Penelitian Terdahulu ... 30
2.3 Kerangka Pemikiran ... 31
(4)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
3.3 Batasan Operasional ... 34
3.4 Defenisi Operasional ... 34
3.4.1 Variabel Dependen ... 34
3.4.2 Variabel Independen ... 35
3.5 Skala Pengukuran ... 36
3.5.1 Aglomerasi ... 36
3.5.2 Tenaga Kerja ... 36
3.5.3 Produktivitas ... .... 37
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 37
3.7 Jenis dan Sumber Data ... 37
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.9 Teknik Analisis ... 38
3.9.1 Location Quetion(LQ) ... 38
3.8.2 Shift Share Analisys(SSA) ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang ... 42
4.1.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Deli serdang ... 42
4.1.2 Kondisi Demografis ... 43
4.1.3 Iklim ... 43
4.2 Gambaran Perekonomian Kabupaten Deli Serdang ... 44
4.3 Perindustrian Kabupaten Deli Serdang ... 45
4.4 Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang ... 48
4.5 Keadaan Perhubungan Transportasi Kabupaten Deli Serdang ... 51
4.6 Hasil Analisis dan Pembahasan ... 52
4.6.1 Analisis Aglomerasi ... 52
4.6.2 Tenaga Kerja di Kabupaten Deli Serdang ... 54
4.6.3 Produktivitas ... 54
4.6.4 Analisis Potensi Industri Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Metode Location Quotient (LQ) ... 55
4.6.5 Analisis Potensi Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Metode Analisis Shift-Share ... 59
4.6.5.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 62
4.6.5.2 Analisis Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67
(5)
DAFTAR TABEL
1.1 Perbandingan PDRB Kabupaten Deli Serdang Terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013 ... 4 1.2 Keunggulan Yang Terdapat Di Kabupaten Deli Serdang Dan Provinsi
Sumatera Utara Berdasarkan Kategori ... 5 1.3 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009-2013 (Persen ... 6 2.1 Penelitian Terdahulu ... 30 4.1 22 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang... 43 4.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Deli Serdang dan PDB Sumatera Utara (persen) Tahun 2011 s/d 2013 ... 44 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Utama dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ... 49 4.4 Panjang Jalan Negara, Provinsi Dan Kabupaten Di Kabupaten Deli
Serdang Menuut Jenis Permukaan Kondisi Dan Kelas Jalan Tahun 2013 ... 51 4.5 Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Kabupaten Deli Serdang tahun
2009-2013 ... 53 4.6 Tenaga Kerja yang Terserap di Kabupaten Deli Serdang Tahun
2009-2013 ... 54 4.7 Produktivitas Industri Kabupaten Deli Serdang ... 55 4.8 Hasil LQAnalisis Nilai PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun
2009-2013 ... 57 4.9 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009-2013 61 4.10 Analisis Shift-Share Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang
Berdsarkan Nasional/regional ... 63 4.11 Analisis Shift-Share sektor industri kabupaten deli serdang
berdasarkan komponen industri proporsional tahun 2009-2013 ... 64 4.12 Analisis Shift-Share Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2009-2013 ... 64 4.13 Analisis Sektor Industri Kabupaten Deli Serdang ... 65
(6)
DAFTAR GAMBAR
4.1 Grafik Laju Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang dan PDB SUMUT (persen) Tahun
2011-2014 ... 45 4.2 Banyaknya Industri Besar Dan Sedang Tahun 2011-2013 ... 46 4.3 Persebaran Industri Besar dan Sedang Di Kabupaten Deli Serdang. ... 47