Perkembangan Pelabuhan Ajibata LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN PENYEBERANGAN

4. Pola Pikir Tidak semua pihak masyarakat Ajibata yang mendukung didirikannya Pelabuhan Ajibata. Salah satu isu yang dimunculkan adalah akan terjadi kerusakan lingkungan apabila tetap dilangsungkannya pendirian Pelabuhan tersebut. Pada masa tersebut memang belum ada peraturan yang mengikat tentang menjaga lingkungan sekitar yang ada di Ajibata. Masyarakat dipengaruhi oleh isu yang timbul dan sebagian menolak dibangun pelabuhan tersebut Kemudian dari luar daerah Ajibata, yaitu Tigaraja, yang sudah terlebih dahulu membangun sebuah pelabuhan penyeberangan ke Pulau Samosir. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial bagi pengelola maupun pemuda Tigaraja, karena akan terbagi dua pusat perekenomian pada masa tersebut. Pada tahun 1997 pernah terjadi bentrok antara pemuda Ajibata dan pemuda Tigaraja tentang perebutan lahan terminal salah satu bus yang ada di Parapat.

3.4 Perkembangan Pelabuhan Ajibata

Perkembangan Pelabuhan Ajibata dimulai dari pembangunan pelabuhan Ajibata-Tomok. Banyak penumpang yang diarahkan ke pelabuhan Ajibata- Tomok jika mereka ingin menyeberang menikmati destinasi yang ada di Danau Toba. Para awak kapal mempertimbangkan kualitas kapal dan keindahan kapal supaya penumpang merasa nyaman di kapal yang mereka tumpangi. Kapal yang Universitas Sumatera Utara digunakan sebagai transportasi penumpang diupayakan menarik dan senyaman mungkin. Supaya pelabuhan ini tidak kalah saing dengan pelabuhan Tigaraja-Tomok yang sudah berkembang lebih awal. Pelabuhan melakukan perkembangan tersebut didukung oleh Pelabuhan Ferri yang di buka pada tahun 1981 di Ajibata. Hal ini memberikan perkembangan yang pesat terhadap kecamatan Ajibata. 3.4.1 Keadaan Fisik Pelabuhan Ajibata 1972-1992 Pelabuhan didefinisikan sebagai tempat yang terdiri atas daratan dan perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat masyarakat untuk melakukan kegiatan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat barang berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan kegiatan penunjang pelabuhan. Pelabuhan Ajibata ditujukan sebagai tempat bersandarnya kapal pribumi. Dalam kenyataannya secara perlahan, peranan pelabuhan telah menjadi multifungsi, selain sebagai pelabuhan juga telah menjadi pusat perekonomian masyarakat pedagang yaitu dengan menjadikan pelabuhan sebagai tempat melakukan aktifitas dagang. Dengan adanya pelabuhan secara otomatis memberikan dampak besar bagi kemajuan dan perkembangan Ajibata. Tanpa Universitas Sumatera Utara pelabuhan maka masyarakat tidak memiliki sarana pendukung perekonomian pada masa tersebut. Pelabuhan kapal dirasa sangat berarti bagi masyarakat Toba Samosir secara umum, karena memberikan dampak besar bagi mereka ketika mereka akan berdagang ke Pulau Samosir maupun ke Simalungun. Begitu juga bagi masyarakat yang ingin berkunjung ke Nainggolan,Balige,dan Onan Runggu akan dimudahkan pula dengan adanya pelabuhan sebagai transit kapal. Pada tahun 1972 di Tapanuli Utara terlebih di Ajibata terjadi perombakan secara besar-besaran. Ajibata yang dulunya hanya berupa tanah kosong telah dirombak dan secara keseluruhan menjadi bangunan papan yang atapnya telah dibuat dengan menggunakan ijuk sebagai pelindung dan sebagai tempat berjualan para pedagang. Akan tetapi bentuk fisik bangunannya masih tergolong sederhana, luas lapak masing-masing tidak merata. Ada beberapa yang luasnya 4x6 meter, dan ada pula yang luasnya hanya 2x3 meter. Pada tahun itu hanya ada 28 bangunan sebagai tempat berjualan para pedagang. Pelabuhan Ajibata dikendalikan oleh petugas pasar PERPAS, akan tetapi tidak semua kegiatan yang ada di Onan pasar dikendalikan oleh para petugas tersebut, ada juga peran serta masyarakat pedagang yang menggantungkan hidupnya di Onan pasar Ajibata. Para pedagang yang mengelola Onan pasar Ajibata adalah para pedagang yang berjualan menetap di mana telah memiliki Universitas Sumatera Utara lapaktempat berjualan yang tidak berpindah dan telah menandatangani kontrak atas sewa areal dagang. Sistem pengelolaan Pelabuhan Ajibata adalah sistem yang bersifat kekeluargaan, di mana pemerintah menetapkan harga sewa di samping berdasarkan pada tingkat kemakmuran ekonomi masyarakat. Selanjutnya setelah semua pembangunan selesai diadakan lagi upacara adat untuk meresmikan pelabuhan tersebut karena sudah menjadi adat dan kebiasaan masyarakat sekitar 21 Pengelola lahan yang dulunya kosong dilakukan oleh CV.Garoga . Pasar tradisional merupakan pusat aktifitas sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan sosial lainnya. Keberadaan pasar tradisional terus mengalami perkembangan dan semakin banyak pula masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari keberadaan pasar tradisional tersebut. Dalam hal pengelolaan, Pelabuhan Ajibata lebih bersifat pelayanan kepada masyarakat yang dikelola oleh pemerintah daerah setempat. 3.4.2 Manajemen 22 21 Wawancara dengan Op.Herti br Manik di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Tanggal 20 November 2016. 22 Wawancara dengan Garoga Rumahorbo, Anak dari pemilik CV.Garoga, alm R.Rumahorbo , mereka melihat adanya sumber pendapatan yang cukup menjanjikan di daerah tersebut. Dengan bermodalkan pinjaman dari pemerintah Tapanuli Utara pada Universitas Sumatera Utara masa itu, CV.Garoga mulai mendatangkan alat-alat berat menuju daerah kecamatan Ajibata. Mereka memulai dengan pembuatan dasar berbagai bangunan untuk masyarakat Ajibata. Sehingga banyak penduduk yang mulanya tinggal ditepian daerah Ajibata mulai membangun rumah di sekitar Ajibata. Dengan bahan-bahan bangunan yang seadaanya CV.Garoga membentuk Ajibata menjadi sebuah kota pelabuhan. Setelah pembangunan lahan selesai, maka masyarakat pun melakukan musyawarah untuk mendiskusikan dibangunnya Onan pasar untuk penduduk di Ajibata maupun dari daerah-daerah yang berada di dekat kawasan Ajibata. Berdasarkan hasil keputusan musyawarah, maka Onanpasar pun didirikan dengan kerjasama antara masyarakat, pemerintah dan pihak pengelola lahan Ajibata. Sehingga masyarakat tidak menuju ke Tigaraja untuk berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari. Terminal bus pun dibangun sebagai sarana transportasi penduduk yang ingin melalukan perjalanan ke Pematang Siantar, Medan, Tarutung dan lainnya. Pasar yang berada di kawasan Pelabuhan Ajibata dikelola oleh Petugas Peraturan Pasar PERPAS. Tugas pokok dari PERPAS adalah menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan administrasi dan teknis pembinaan dan bimbingan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan pasar yang meliputi pendapatan serta sarana kebersihan, keamanan, dan ketertiban. Petugas PERPAS Pelabuhan Ajibata adalah mengelola segala kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas di pasar. Pengelolaannya meliputi pembangunan bangunan fisik pasar, Universitas Sumatera Utara pelayanan kebersihan dengan menyediakan tong sampah yang bekerjasama dengan dinas kebersihan, pemungutan pajak sewa bangunan, dan pelaksana keamanan dan ketertiban di area pasar. Pajak atau sewa bangunan selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak Kecamatan Lumban Julu yang mengurusi masalah keuangan dan pendapatan kecamatan. 3.4.3 Kapal-kapal Yang Berlabuh Pelabuhan Ajibata adalah salah satu jalur transportasi lokal yang menghubungkan Ajibata dengan berbagai destinasi di Danau Toba, seperti Tomok, Nainggolan, Onan Runggu dan Balige. Pada tahun 1980, perkembangan perdagangan maupun pariwisata semakin berkembang di Ajibata. Semakin banyak pedagang maupun pendatang yang berasal dari berbagai daerah, karena wilayah Ajibata merupakan wilayah yang strategis untuk pembangunan suatu pelabuhan perairan darat. Hal ini ditunjukan dengan intensitas rute kapal yang semakin meningkat dengan berbagai tujuan. Beberapa kapal-kapal yang berlabuh di Pelabuhan Ajibata: 1. Rodame 2. Dosroha Matio 3. Rudy Star Universitas Sumatera Utara 4. Roganda 5. Leo Star 6. Dosroha 7. Tio 8. Gloria Pada masa itu, jadwal keberangkatan kapal masih belum teratur. Kapal tersebut berangkat jikalau penumpang sudah penuh. Karena penumpang ramai jika ada Onanpasar di Ajibata maupun di daerah tujuan dimana kapal tersebut berangkat. Hal ini menimbulkan keresahan bagi penumpang, karena transportasi kapal di Ajibata tidak hanya di gunakan untuk kegiatan perdagangan. Ada saat darurat kapal tersebut digunakan. Misalnya acara keluarga yang harus dihadiri segera tidak dapat terpenuhi jika penumpang-penumpang yang ada di kapal tersebut belum penuh 23 Oleh karena itu, perlu diadakan sebuah rute yang bisa mengatur arus keluar masuknya kapal dari Pelabuhan Ajibata. Dengan berbagai pertimbangan dan kebutuhan masyarakat pada masa tersebut, pembuatan rute atau trayek kapal angkutan pun dibuat oleh pemilik dan pengelola kapal. Rute ini beroperasi dalam satu hari kurang lebih 15 jam yaitu, mulai dari pukul 06:00 WIB - 19:00 WIB. . 23 Wawancara dengan Kasa Rumahorbo warga Desa Pardomuan Ajibata Universitas Sumatera Utara Pelabuhan Ajibata menyatu dengan terminal transportasi darat yang menghubungkan Ajibata ke berbagai daerah, sehingga membuat jalur melalui menjadi lebih strategis. Kapal penumpang yang beroperasi dalam satu hari di jalur ini terdiri dari 8 kapal sehingga kurang lebih setiap 50 menit sekali kapal akan menyeberang dari kedua pelabuhan yakni, dari Pelabuhan Ajibata mulai pukul 7:00 WIB – 21:00 WIB dan sebaliknya dari Pelabuhan Tomok mulai dari pukul 6:00 WIB – 19:00 WIB. Para penumpang kapal yang terdiri dari berbagai kalangan baik masyarakat maupun wisatawan yang ingin menyeberang dari Ajibata ke Tomok atau sebaliknya, tidak lagi terburu-buru untuk mengejar jam keberangkatan kapal. Para penumpang lebih bebas memilih waktu keberangkatan karena setiap 50 menit kapal akan menyeberang dari kedua pelabuhan seperti yang telah di uraikan sebelumnya. Dengan demikian penumpang tidak lagi khawatir akan ketinggalan kapal pada jalur Ajibata – Tomok. Lain halnya dengan di beberapa jalur 24 24 Jalur Ajibata-Lontung, Ajibata-Nainggolan, Ajibata-Horsik, Ajibata-Onan Runggu, Ajibata- Sirungkungon dan di beberapa jalur transportasi air yang lain yang berada di Danau Toba. yang hanya beroperasi 1 atau 2 kali dalam sehari pada jam tertentu yang membuat penumpang sangat terburu-buru untuk mengejar jam keberangkatan kapal yang telah ditentukan. Apabila penumpang terlambat, maka penumpang tersebut tidak Universitas Sumatera Utara akan bisa menyeberang karena ketinggalan kapal pada hari tersebut. Hal ini membuat mereka harus menunggu keesokan harinya pada jam yang telah ditentukan setiap harinya pada jalur tersebut. Baik di pelabuhan maupun di dalam kapal sangat banyak kegiatan- kegiatan yang terjadi dan menjadi sebuah kebiasaan sehari-hari baik antara penumpang, pihak kapal, masyarakat yang berada disekitar pelabuhan, pihak transportasi darat yang menyatu dengan dermaga yang dimana satu sama lain melakukan interaksi sosial untuk kebutuhan atau tujuan tertentu yang pada umumnya berhubungan dengan penyeberangan Ajibata menuju Tomok dan sebaliknya. Universitas Sumatera Utara

BAB IV DAMPAK PELABUHAN PENYEBERANGAN AJIBATA TERHADAP