Penduduk Mata Pencaharian GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA TAHUN 1972-1992

luar yang berpotensi sebagai turis. Melihat peluang wisata yang cukup dominan yaitu Danau Toba yang cukup luas. Beberapa rute bisa dilalui jika ingin mengunjungi tempat sekitar Danau Toba. Transportasi yang biasa digunakan adalah transportasi darat dan transportasi danau. Melihat peluang dari segi jarak dan waktu, hal yang paling efektif dan efisien adalah dengan menggunakan rute danau. Selain mengefisienkan waktu para turis lokal maupun mancanegara bisa melihat objek wisata yang terlihat nyata di sekitar Danau Toba, diantara nya adalah objek wisata Batu Gantung Hal ini tentu saja bisa menambah pendapatan masyarakat sekitar.

2.2 Penduduk

Ajibata merupakan kecamatan yang penduduknya beranekaragam suku diantaranya: Batak ,Jawa, Minangkabau ,dan Melayu. Suku Batak adalah suku mayoritas di kecamatan tersebut. Suku Batak terbagi beberapa Etnis yaitu: Toba, Mandailing ,Angkola, Simalungun, Pakpak dan Karo. Suku Batak Toba adalah satu bagian dari Suku mayoritas menetap di kecamatan Ajibata. Suku-suku pendatang adalah Simalungun, Karo dan Mandailing. Kedatangan mereka disebabkan oleh karena usaha untuk mencari lapangan pekerjaan baru. Faktor keterbatasan lahan yang tidak luas dan sekaligus karena kesuburan alam wilayah Simalungun sudah berkurang menyebabkan mereka tertarik untuk migrasi ke Ajibata untuk bekerja atau berusaha. Universitas Sumatera Utara

2.3 Mata Pencaharian

Masyarakat Ajibata sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani. Mereka sangat tergantung pada tanah atau lahan pertanian yang akan dijadikan sebagai usaha untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Pada Periode penelitian, daerah kecamatan Ajibata merupakan daerah yang kurang subur,dan semua hasil pertanian, perkebunan serta peternakan sepenuhnya habis untuk konsumsi oleh keluarga sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi masalah perekonomiannya. Pertumbuhan penduduk lama kelamaan menyebabkan tekanan terhadap lahan pertanian dan tanah yang dimiliki. Sebagian masyarakat melakukan kegiatan perdagangan, karena pada masa tersebut masyarakat Ajibata belum mempunyai pasar sebagai lokasi untuk melakukan kegiatan perdagangan. Mereka juga melakukan semacam Barter 6 untuk memenuhi setiap kebutuhan masyarakat sehari-hari. Seperti masyarakat di Desa Horsik 7 6 membawa beberapa ekor ikan mujahir dan ditukarkan dengan umbi kayu gadong yang dibawa oleh orang desa Motung. Kegiatan ini dilakukan di sekitar tepi danau yang masih seadanya untuk tempat bertemunya https:id.wikipedia.orgwikiBarter ;kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa perantaraan uang 7 Desa Horsik berada di sebelah utara kecamatan Ajibata dan hanya menggunakan kapal kayu kecil sebagai alat transportasi Universitas Sumatera Utara masyarakat Ajibata dan luar Ajibata, dan juga ini menjadi cikal bakal terbentuknya pasar dan pelabuhan di kecamatan Ajibata. 8 Mayoritas penduduk Ajibata beragama Kristen Protestan. Mereka umumnya anggota jemaat di Gereja Huria Kristen Batak Protestan HKBP. Sebagian ada juga yang menjadi jemaat di dalam Huria Kristen Indonesia HKI. Sebagian kecil lainnya beragama Katolik dan Islam. Pada periode penelitian, toleransi antar umat beragama pun dapat terjalin dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kegiatan adat masyarakat yang tidak terpengaruh oleh agama yang mereka anut. Seperti kegiatan Satti-satti

2.4 Religi