Budaya Bahasa GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA TAHUN 1972-1992

Parapat. Sebagian ada juga yang berinisiatif melanjutkan sekolah ke Pematang Siantar.

2.6 Budaya

Ajibata memiliki ragam budaya yang diwariskan para leluhur.Budaya tersebut telah menggambarkan falsafah hidup masyarakat dalam bertindak, bertutur, dan berperilaku. Kekayaan nilai budaya ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri buat masyarakat. Dahulu masyarakat Ajibata masih menganut kepercayaan animisme yang masih kental akan falsafah hidup Adat Toba. Hal ini dapat dilihat pada masa sekarang dengan di berbagai pelestarian adat-istiadat di daerah Ajibata seperti Tortor Tunggal Panaluan merupakan salah satu tortor ritual yang sangat sakral antara manusia dengan Mulajadi Nabolon Tuhan yang Maha Kuasa, yang dahulu kala dipagelarkan dengan tujuan untuk menolak bala, meminta dan menolak hujan. Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual dan upacara adat dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel musik, gondang sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik tradisional yang paling sering dimainkan. Menurut mitologi etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut merupakan milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan permohonan kepada sang dewa.Tarian ini juga akan dipertunjukkan saat akan Universitas Sumatera Utara mengangkat pemimpin yang baru, saat membentuk perkampungan maupun ketika akan melakukan aktifitas lainnya. Setelah berkembangnya waktu, situasi dapat berubah, sebagian budaya tersebut hilang karena menyesuaikan dengan kondisi, akan tetapi sebagian tetap bertahan.

2.7 Bahasa

Berdasarkan variasi dialek bahasa, seluruh Etnik Batak Toba dapat dikategorisasikan ke dalam empat wilayah, yaitu : Silindung, Humbang, Toba, dan Samosir. Mereka secara umum menggunakan Bahasa Batak Toba dengan penekanan dan intonasi yang sedikit berbeda.Variasi dialek dalam bahasa Batak Toba tersebut hanyalah mengandung sedikit perbedaan.Pada umumnya, perbedaan itu mencakup intonasi dimana wilayah Tapanuli Utara termasuk menggunakan pemakaian Bahasa Batak Toba yang lebih “halus”. Berbeda dengan daerah Samosir sebagai daerah yang paling sering di kunjungi para wisatawan. Bahasa Batak Toba yang mereka gunakan sedikit lebih halus dari bahasa yang tigunakan oleh masyarakat Ajibata.Seperti penggunaan kata le, anggia, ito dan bahasa batak yang sopan masih kerap kita dengar pada masyarakat ini. Akan tetapi meskipun ada pengurangan dan penambahan kata-kata yang digunakan di ketiga desa tersebut diatas, di samping perbedaan tersebut Universitas Sumatera Utara penggunaan bahasa yang halus akan kita jumpai misalnya dalam situasi sosial pada aktivitas adat istiadat. 11 Terlepas dari variasi dialek bahasa, bahwa bahasa yang digunakan di dalam kehidupan bermasyarakat di kecamatan Ajibata adalah bahasa ibu, yaitu bahasa Batak Toba selain Bahasa Indonesia.Bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi sehari hari adalah Bahasa Batak Toba.Bahasa Indonesia digunakan ketika ingin berkomunikasi dengan orang yang belum dikenal karena dianggap sebagai orang yang hendak melakukan kunjungan wisata. 12 11 Sopandu Manurung. ”Musik Di Kapal Penumpang Ajibata Tomok: Analisis Repertoar, Konteks dan Fungsi Sosial”, skripsi, belum diterbitkan, Universitas Sumatera Utara,2016. 12 Wawancara dengan Tigor Manurung,di Ajibata, 20 September 2016 Selain itu Bahasa Indonesia digunakan di dalam aktivitas belajar di sekolah Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN