55 nilai budaya tradisional yang sudah mengakar dan terus berkembang di tanah
Ganjuran. Romo Utomo menjadi pemrakarsa candi Hati Kudus Ganjuran sebagai tempat ziarah Hati Kudus se Nusantara. Atas dasar itulah kini kompleks gereja
Ganjuran dinamakan sebagai kawasan Mandala Tyas Dalem. Di tahun 1995 mulai dilaksanakannya pembangunan kompleks peziarah kepada Hati Kudus Tuhan
Yesus HKTY di kompleks Candi Ganjuran. Pada akhirnya, tahun 2000 konbloksasi halaman candi sebagai bukti pengembangan kompleks ziarah tersebut
terselesaikan.
B. Ornamen Kejawaan Bangunan Gereja
Pada tahun 1925, konferensi ke-2 Gereja Katolik se-Hindia Belanda dilakukan di Batavia. Untuk pertama kalinya wakil dewan Gereja dari Pulau
Sumatera hingga Papua Timur berkumpul dan berdiskusi. Konferensi membahas upaya penyatuan agama Katolik pada masing-masing daerah
9
. Diharapkan dengan dilakukannya konferensi menjadi celah sekaligus membuka pintu penyebaran
agama Katolik di Indonesia. Josef Schmutzer yang aktif dalam kegiatan politis karena keterlibatannya
dalam Katholieke Sociale Bond Perkumpulan Sosial Katolik dan Indische Katholieke Partij IKP sejak tahun 1918 semakin tertantang untuk menyanggupi
permasalahan yang ada dalam konverensi ke-2 Gereja Katolik se-Hindia Belanda tersebut. Ia berupaya meneguhkan misi Katolik di tempatnya bernaung, yakni di
desa Ganjuran. Dalam upayanya tersebut, mulai tahun 1922 hingga 1924, Josef dan Julius melakukan kontak dengan pihak-pihak yang memahami budaya Jawa.
9
Video Dokumenter ”Candi Ganjuran Tanah Terjanji”.
56 Mereka bertanya dengan masyarakat lokal, yakni para pegawai pabrik gulanya,
mengenai berbagai macam kebudayaan Jawa yang dapat dipadukan dengan agama Katolik. Celah demi celah berhasil diketahui oleh keluarga Schmutzer.
Konsep Katolik yang berakar dari kebudayaan Jawa pernah diajukan oleh Josef Schmutzer ke tahta Suci di Vatikan. Sayangnya tahta Suci tidak meluluskan
beberapa materi terkait perpaduan tersebut. Dari berbagai materi yang diajukan hanya dua materi saja yang diluluskan, antara lain arca Hati Kudus Yesus dan arca
malaikat yang terletak pada bagian altar gereja.
10
Dalam perwujudannya pembuatan arca, Josef Schmutzer merekrut Iko pemahat tersohor asal kota Cirebon. Bersama Yong Soi Ling dan Adi, Iko
membuat arca khas sinkretisme Jawa. Seluruh arca dan altar yang dibuat dibentuk menggunakan bahan batu putih. Sementara maket arca yang kini
tersimpan di Belanda seluruhnya berasal dari kayu jati.
Gb. 22. Josef, Iko beserta pemahat lainnya sedang membuat arca Sumber: St. Claverbond, Perpustakaan Kolsani
10
Ibid.
57 Upaya pengintegrasian nilai-nilai Kristiani dalam kebudayaan Jawa
sebagai bagian dari inkulturasi yang dilakukan keluarga Schmutzer paling tampak nyata dalam pengggunaan lambang-lambang khas Jawa dalam gereja. Penggunaan
lambang-lambang Jawa dalam konteks keagamaan tersebut paling penting bagi masyarakat Jawa khususnya penduduk Ganjuran. Karena orang Jawa biasanya
dalam beragama mementingkan pengalaman batiniah.
11
Karya inkulturasi utama Schmutzer di dalam gereja Ganjuran adalah altar dan lambang-lambang yang terdapat di sekitar altar. Serupa dengan tempat
pemujaan agama Hindu dan Buddha, dalam tempat peribadatannya mereka menerapkan bangunannya sebagai punden berundak. Punden berundak tersebut
dipahami apabila semakin ke atas tempat peribadatan, tempat tersebut semakin suci. Altar dalam gereja Ganjuran juga dibangun seperti punden berundak dan
menurut konsep tiga dunia dalam agama Jawa agama asli yang banyak dipengaruhi agama Hindu Siwa, yakni dari bawah ke atas antara lain bagian
bhurloka alam bawah, bagian bhuwarloka alam antara dan bagian swarloka alam atas.
12
Alam bawah melambangkan dunia tempat manusia hidup. Alam antara adalah tempat di mana manusia meninggalkan keduniawiannya dan dalam
keadaan suci menemui Tuhannya. Alam atas melambangkan surga, tempat kediaman Tuhan.
13
11
Niels Mulder, 1983, Kebatinan dan Hidup Sehari-hari Orang Jawa, Kelangsungan dan Perubahan Kulturil, Jakarta: Gramedia, hal. 21.
12
Orang Jawa menganggap dunia atau alam raya tersusun dalam tingkatan-tingkatan. Pandangan semacam ini tercimin dalam pembangunan tempat pemujaan terhadap nenek moyang.
13
Soekmono, 1973, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, hal. 83.
58 Bhurloka atau dunia bawah dalam altar di gereja Ganjuran diwujudkan
pada kaki altar.
14
Pada bagian ini terdapat relief-relief yang menggambarkan pepohonan, bunga-bunga, tiga burung pemakan bangkai dan dua rusa yang sedang
minum dari sumber yang memancarkan tujuh aliran air. Pepohonan, bunga- bungaan dan burung pemakan bangkai melambangkan alam semesta yang tidak
kekal. Kedua rusa yang sedang minum melambangkan umat manusia yang memperoleh keselamatan dari Gereja dan ketujuh sakramennya. Manusia yang
dilambangkan sebagai rusa yang minum tersebut ibarat manusia berdosa mendambakan keselamatan dari kuasa Tuhan yang terus mengalir seperti air.
Gb. 23. Relief bhurloka terletak pada bagian kaki altar yang menyimbolkan dunia yang tak kekal Sumber: Dokumen Pribadi
Bagian bhuwarloka atau dunia antara merupakan tempat dimana manusia meninggalkan keduniawiannya dan menghadap Tuhan. Bagian ini terdiri dari
meja altar, tabernakel dan dua malaikat yang sedang menyembah melambangkan Gereja. Dengan melalui ketujuh sakramen Gereja, manusia ikut ambil bagian
dalam misteri Kristus, dalam karya penebusan Kristus. Bagian ini menceritakan bahwa manusia tidak lagi aktif berusaha menghadap Tuhan, melainkan Tuhan
14
Lusia Esti Elihami, op.cit., hlm. 69.
59 yang telah berinisiatif menyelamatkan manusia melalui karya penebusan
Kristus.
15
Karya penyelamatan tersebut masih diteruskan Kristus ditengah-tengah umat manusia melalui Gereja-Nya.
Alam atas atau swarloka diwujudkan dalam bentuk candi kecil yang terletak di atas tabernakel. Bagian ini melambangkan kerajaan surga. Di keempat
sudut kaki candi terdapat relief lain seperti burung garuda, sapi, singa dan kepala bersayap yang melambangkan keempat pengarang Injil. Sedikit melihat ke tengah
candi kecil tersebut ada figur orangtua dan merpati yang dalam satu kesatuan tampak merangkum monstran
16
berisi Sakramen Mahakudus. Relief orang tua biasa ada di setiap candi-candi Hindu yang ada di Pulau Jawa, namun biasanya
dalam rupa kalamekara. Dari berbagai ornamen yang ada di bagian altar gereja tersebut ada bagian
yang mengadopsi disain ornamen dari Barat. Ornamen tersebut ialah arca dengan figur Malaikat yang berada di sisi kiri dan kanan tabernakel. Dalam tradisi
Barat, malaikat biasanya digambarkan sebagai figur anak-anak. Arca dengan figur malaikat yang dibuat oleh Iko lebih mirip ksatria kraton berpangkat tinggi. Arca
malaikat dibuat dengan karakter seorang ksatria Jawa dengan menggunakan ikat pinggang motif kawung dan mahkota. Karakter tersebut direncanakan Josef
karena ia melihat ksatria Jawa merupakan ksatria yang berabdi serta kuat dan taat pada titah rajanya. Hasilnya, kedua malaikat diletakkan di sisi kiri dan
15
Lusia Esti Elihami, op.cit., hlm. 70.
16
Monstran
yang berasal dari bahasa Latin monstrare, artinya “memperlihatkan” atau “mempertunjukkan”. Monstran sendiri merupakan wadah yang digunakan Gereja Katolik untuk
memajang Hosti Ekaristi yang sudah dikonsekrasi dalam upacara Pemberkatan Sakramen Maha Kudus.
60 kanan tabernakel
17
, mengapitnya dalam posisi sembah jangga dan menyembah tabernakel. Posisi sembah jangga merupakan posisi yang biasa dilakukan oleh
abdi raja yang menyembah rajanya atau posisi dimana mereka menyetujui titah raja dan hendak melaksanakannya.
Gb. 24. Kedua Arca Malaikat yang mengapit tabernakel dalam posisi sembah jangga Sumber: Dokumen Pribadi
Selain altar di dalam gereja masih ada dua karya Schmutzer, yakni arca Hati Kudus Yesus dan arca Ibu Maria. Arca Hati Kudus Yesus terletak di sisi kiri
altar gereja, atau tepatnya di sisi Utara altar. Sedangkan arca Ibu Maria terletak di sisi selatan altar. Arca ini, Yesus digambarkan sebagai raja yang bertahta di atas
kursi raja atau singgasananya. Yesus sebagai raja memakai atribut lengkap yang biasa dipakai oleh raja Jawa, dengan mahkota, aksesoris-aksesoris, dan kain batik
bermotif parang rusak. Kain batik bermotif parang rusak merupakan kain batik yang hanya boleh dipakai oleh raja Kraton saja, sedangkan yang tidak memiliki
17
Tabernakel merupakan tempat khusus menyimpan Sakramen yang telah disucikan: tubuh,
darah, jiwa dan keilahian Yesus dalam bentuk roti dan anggur yang digunakan dalam ritus komuni suci.
61 kedudukan sebagai raja dilarang untuk mengenakannya. Busana kerajaan klasik
yang dikhususkan bagi raja juga menghiasi arca Hati Kudus Yesus. Selain penampilannya sebagai raja, arca Hati Kudus Yesus juga
menampilkan martabat ketuhanan-Nya dengan adanya sinar yang melingkupi bagian belakang kepala-Nya dalam tradisi Jawa sinar di belakang kepala
menunjukkan martabat kedewaan.
18
Kaki Yesus beralaskan padmasana atau yang biasa disebut bunga teratai, bunga lambang kesucian dan kesakralan
sekaligus bunga perlambangan kehidupan manusia. Tangan kiri arca Hati Kudus Yesus menyilakkan kain kain pundak-Nya dan tangan kanan-Nya menunjukkan
Gb. 25. Bentuk arca Hati Kudus Yesus Sumber: www.google.com
hati-Nya yang tampak bernyala-nyala. Yesus ingin menunjukkan kepada umat manusia bahwa cinta-Nya kepada manusia begitu besar. Bentuk relief Hati Kudus
Yesus ini pun mengambil inspirasi dari candi-candi di Jawa. Josef Schmutzer, Iko sang pemahat serta Raden Mas Yusuf Purwodiwirjo katekis Jawa yang saat itu
bertugas di Ganjuran mengambil figur Budha Maitrea dari candi Plaosan sebagai
18
Lusia Esti Elihami, op.cit., hlm. 72.
62 bentuk arca. Dalam ajaran Budha Maitrea, dirinya sebagai lambang yang berarti
tidak mengenal kecewa dan penderitaan.
19
Di sisi selatan altar terdaat arca Ibu Maria.
Pada relief
ini Ibu
Maria digambarkan sebagai seorang ratu Jawa.
Atribut kebesaran seorang ratu nampak dalam mahkota, hiasan dada, hiasan tangan
dan kaki yang terukir secara ditail dan indah oleh Iko sang pemahat. Pakaian yang
dikenakan oleh Ibu Maria adalah pakaian panjang khas kraton dengan ikat pinggang
dan kain kawung sebagai lambang derajat keningratan. Arca ini mengambil inspirasi
dari arca Pradnyaparamita atau Ken Dedes dari Singasari. Pengambilan insiprasi Ken
Dedes sebagai Ibu Maria dikarenakan Ken Dedes merupakan sosok ibu cikal bakal dari Kerajaan Singasari yang menaungi
seluruh tanah Jawa. Selain inspirasi dari arca Pradnyaparamita, Josef Schmutzer beserta timnya juga mengambil inspirasi dari relief permaisuri raja Kertarajasa
Jayawardana dari Kerajaan Majapahit yang terdapat pada candi Rimbi.
20
Ibu Maria dalam arca ini digambarkan sedang menggendong Yesus yang masih kecil.
Walaupun masih kecil sebagai raja Yesus sudah berpakaian kebesaran seperti
19
Video dokumenter , loc.cit.
20
Lusia Esti Elihami, op.cit., hlm. 73. Gb. 26. Arca Pradnyaparamita dari
Singasari Sumber: www.google.com
63 layaknya raja Jawa, dengan kain yang bermotifkan parang rusak yang merupakan
busana khas raja Jawa.
Gb. 27. Arca Bunda Maria yang terletak di sisi Selatan altar Sumber: Dokumen Pribadi
Penempatan kedua arca tersebut Arca Yesus berada di utara altar dan Arca Ibu Maria di Selatan altar juga memiliki makna penting dari kebudayaan
Jawa. Bagi masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta, utara merupakan tempat bagi ayah dan selatan tempat bagi ibu. Hal ini terkait dengan mitos dan legenda
gunung Merapi dan Laut Selatan. Gunung Merapi atau Sunan Merapi terletak di utara Yogyakarta, memberikan kesuburan dan pelindungan bagi masyakarat
Yogyakarta. Laut Selatan yang dilegendakan dijaga serta ditinggali oleh Kanjeng Ratu Roro Kidul juga memberikan perlindungan serta berkat bagi masyakarat
sekitar. Telah dibahas sebelumnya beberapa materi yang diajukan oleh Josef
Schmutzer kepada Tahta Suci di Vatikan, berikutnya yaitu adanya relief atau panel jalan salib. Panel jalan salib yang diukir oleh Iko menunjukkan konsep-
konsep motif lokal, baik dari perawakan masyakarat lokal, pakaian, serta akesoris PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64 yang dikenakan pada umumnya oleh Kraton Yogyakarta. Panel yang diakui saat
itu hanyalah panel pertama dan kedua dari ke-14 pemberhentian jalan salib yang ada. Ukiran relief jalan salib yang diukir Iko juga mengambil ide dari salah satu
candi di Jawa Tengah yakni Candi Sewu
21
. Ia mengukir bingkai jalan salib tersebut mengambil contoh dari relung yang ada di Candi Sewu. Untuk mengatasi
permasalahan perizinan dari Tahta Suci, Josef menyuruh beberapa pegawai pabrik ataupun pengajar dari sekolah yang dibuatnya untuk membuat ke-14
pemberhentian jalan salib. Dipilihlah media batik saat itu, karena saat itu batik merupakan salah satu ciri khas masyarakat Jawa. Pada akhirnya gambar-gambar
jalan salib dari batik menghiasi gereja. Relief jalan salib yang terbuat dari batu putih karya Iko, baru ditahun 1997 direalisasikan. Panel yang direalisasikan di
tahun tersebut berjumlah 15. Pemberhentian ke-15 Yesus bangkit dari mati sebagai lambang umat Tyas Dalem yang diutus untuk menjadi berkat bagi sesama.
Peletakan batu pertama Jalan Salib dilakukan oleh Romo Suto Wibowo, Pr.
Gb. 28. Panel jalan salib pemberhentian pertama yang diukir oleh Iko. Sumber: Dokumen Pribadi
21
Video dokumenter , loc.cit.
65
C. Candi Hati Kudus Tuhan Yesus