19 dibangun oleh orang-orang Belanda cenderung berbentuk simetris menyerupai
salib † . Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali terdapat gereja-
gereja tua yang dalam arsitektur mengalami perpaduan budaya Eropa dan Indonesia, antara lain 1 Gereja Puhsarang di Kediri tahun 1936 yang menyerupai
gunung, 2 Gereja Tri Tunggal Maha Kudus di Bali tahun 1937 yang menyerupai pura, dan 3 Gereja Ganjuran di Yogyakarta tahun 1924.
30
Beberapa gereja tersebut memiliki arsitektur tradisional yang diterapkan dalam peribadatan agama
Katolik. Bagi masyarakat Jawa, arsitektur gereja yang menyerupai rumah tradisional membuat mereka lebih nyaman dan lebih sakral dalam melakukan
upacara religinya
G. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1 pemilihan topik, 2 pengumpulan sumber, 3 verifikasi, 4 interpretasi, 5
penulisan.
31
a. Pemilihan Topik
Pemilihan topik adalah langkah awal dalam setiap penulisan sejarah. Topik yang dipilih penulis haruslah bernilai. Syarat terpenting dalam pemilihan topik
yaitu kedekatan intelektual dan kedekatan emosional. Kedekatan intelektual yaitu
30
Cornelis van De Ven, Ragi Carita : Sejarah Gereja di Indonesia 1860an-Sekarang, Jakarta, BPK GUNUNG MULIA, 1993, hlm. 414-418.
31
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Bentang Pustaka, 2005, hlm. 89.
20 penulis memiliki kemampuan yang memadai untuk membahas topik yang akan
ditulis. Sedangkan kedekatan emosional adalah ketertarikan penulis pada topik yang diambil. Apabila penulis memiliki kompetensi yang memadai dan tertarik
pada topik tersebut sangat tinggi, maka penelitian sejarah yang dilakukan akan terasa menyenangkan.
Penulis memiliki kedekatan intelektual dan emosional pada topik “Karakter Kejawaan Arsitektur Gereja Katolik Ganjuran Tahun 1924-2013”.
Penulis memilih topik tersebut karena penulis merasa tertarik atas arsitektur kejawaan yang sangat kental pada Gereja Ganjuran. Arsitektur yang dimiliki oleh
Gereja Ganjuran tersebut semakin berkembang seiring perkembangan umat dan perkembangan jaman. Perkembangan tersebut bukan ke arah arsitektur yang
semakin modern melainkan menuju arsitektur yang tradisional dan megah. Dalam pemilihan topik juga harus memiliki nilai, topik yang akan diteliti harus
memberikan makna dan kesan tersendiri bagi para pembaca kelak dan harus berdasarkan pengalaman manusia yang dianggap penting dan dapat membawa
perubahan. b.
Pengumpulan Sumber Heuristik Setelah pemilihan topik yang dilakukan, tahap berikutnya adalah
pengumpulan sumber
heuristik. Heuristik
berasal dari
kata Yunani, heuriskein, artinya menemukan. Heuristik, maksudnya adalah tahap
untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan sumber-sumber berbagai data. Pengumpulan data tersebut agar dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau
kejadian sejarah masa lampau yang relevan dengan topik atau judul penelitian dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21 berbagai jenis sumber yaitu sumber tertulis, sumber lisan, benda tinggalan, dan
sumber kuantitatif.
32
Pada penelitian ini penulis menggunakan sumber yang berupa buku-buku dan dokumen yang terkait dengan topik yang akan dibahas.
c. Kritik Sumber Verifikasi
Verifikasi adalah penilaian terhadap sumber-sumber sejarah. Verifikasi atau kritik sumber dalam sejarah memiliki arti pemeriksaan terhadap kebenaran
laporan tentang suatu peristiwa sejarah. Yang dimaksud dengan kritik adalah kerja intelektual dan rasional yang mengikuti metodologi sejarah untuk mendapatkan
objektivitas suatu kejadian.
33
Data-data yang diperoleh melalui tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring sehingga diperoleh fakta-fakta yang
seobjektif mungkin. Kritik tersebut berupa kritik tentang otentitasnya kritik ekstern maupun kredibilitasisinya kritik intern, dilakukan ketika dan sesudah
pengumpulan data berlangsung. Sumber sejarah yang telah dikritik menjadi data sejarah.
d. Interpretasi
Interpretasi yang biasa disebut juga sebagai penafsiran data. Data yang telah terkumpul dari berbagai sumber kemudian ditafsirkan atau diinterpretasikan.
Terdapat dua macam interpretasi yakni analisis menguraikan dan sintesis menyatukan. Analisis digunakan untuk menguraikan fakta-fakta yang ada dan
sintesis digunakan untuk menyatukan seluruh data yang telah dikumpulkan. Sintesis data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian dikelompokkan
32
Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hlm. 24.
33
Ibid., hlm. 35.
22 berdasarkan relevansinya sehingga dapat diuji kebenarannya. Dengan demikian
tujuan interpretasi data yakni memperkuat data berdasarkan data yang relevan.
e. Penulisan Sejarah Historiografi
Penulisan sejarah memiliki tiga bagian penting yang harus diperhatikan yaitu pengantar, hasil penelitian dan kesimpulan. Dalam pengantar dijelaskan latar
belakang topik yang diteliti. Dari latar belakang tersebut kemudian dalam hasil penelitian akan dijelaskan hasil penelitian yang diperoleh oleh penulis dan
kesimpulan yaitu melakukan generalisasi dari bab-bab sebelumnya.
2. Pendekatan Penelitian
Sejarah sebagai ilmu sosial tidak bisa berdiri tanpa bantuan ilmu sosial lainnya. Maka dari itu sejarah meminjam ilmu sosial yang lainnya digunakan
dalam pendekatan. Dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial yang lain maka penelitian sejarah akan lebih jelas. Pendekatan menjadi sangat penting, sebab dari
pendekatan yang mengambil sudut pandang tertentu akan menghasilkan kejadian tertentu.
34
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan pendekatan arsitektur dan budaya.
Pendekatan arsitektur merupakan pendekatan yang berorientasi pada jenis- jenis arsitektur bangunan. Pendekatan arsitektur ini digunakan untuk melihat
acuan-acuan bangunan khususnya bangunan Gereja Ganjuran. Pendekatan arsitektur ini juga digunakan untuk melihat perkembangan bangunan Gereja serta
beberapa ornamen pelengkap arsitektur Gereja Ganjuran.
34
Suhartono W. Pranoto, 2010, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 37.
23 Pendekatan budaya merupakan pendekatan yang berorientasi pada karakter
budaya Jawa yang melekat pada Gereja Ganjuran. Budaya Jawa sendiri sangat identik dengan ragam hias tertentu. Ragam hias atau ornamen yang berasal dari
budaya Jawa dipadukan dengan ajaran-ajaran Katolik menghasilkan sebuah inkulturasi, memperkaya budaya tersebut. Budaya Jawa inilah yang nampak
dalam perkembangan Gereja Ganjuran dari masa ke masa.
H. Sistematika Penulisan