Ide Pembangunan Kembali Gereja

82 ukuran lingkar batang yang cukup besar sehingga mampu digunakan sebagai tiang penyangga rumah . Konstruksi rumah yang dibuat sedemikian rupa dibuat agar mampu bertahan dari gempa-gempa susulan yang ditakutkan dapat merusak gereja yang baru jadi . Dipilihnya pelataran Candi Hati Kudus Yesus sebagai tempat berdirinya gereja sementara karena kompleks Gereja Ganjuran tidak memiliki lahan lain untuk bisa menampung orang banyak, selain itu di Selatan gereja juga masih digunakan sebagai posko bencana alam . Unsur filosofi juga digunakan dalam pemilihan berdirinya gereja sementara tersebut . Posisi altar gereja yang berada di Utara menjadi satu bagian dalam ritual berdoa di Candi Hati Kudus Ganjuran yang selalu menghadap Candi Utara dimana Arca Yesus sebagai Raja diletakkan .

B. Ide Pembangunan Kembali Gereja

Dengan bantuan yang diterima dari berbagai pihak, Umat Katolik Paroki Ganjuran bersama masyarakat sekitar memperbaiki rumah tinggal dan aneka infra struktur yang rusak akibat gempa . Seiring denggan pemakaian gereja darurat di pelataran Candi Hati Kudus Yesus, dibuatlah panitia pembangunan gereja utama sebagai pengganti gereja yang sudah roboh akibat gempa . Proses penyusunan panitia pembangunan berlangsung cukup lama pasca gempa karena masyarakat Ganjuran fokus memulihkan kondisi sosial ekonomi mereka terlebih dahulu . 83 Setahun pasca gempa, tahun 2007, dibuatlah panitia pembangunan gereja untuk membangun sebuah gedung gereja baru . Selagi menunggu kesiapan dari rancangan, serta kondisi masyarakat Ganjuran membaik, panitia mengumpulkan dana dari para donatur serta uang kolekte mingguan untuk mendirikan bangunan gereja permanen . Terhitung sejak Januari 2009 pembangunan gereja Ganjuran dilaksanakan oleh umat Paroki Ganjuran . Ide pembangunan gereja Ganjuran berasal dari beberapa Romo yang telah sekian lama tinggal dan mengabdi di Paroki Ganjuran . mereka telah mengenal berbagai macam dari gereja Ganjuran serta maksud dan tujuan pembangunan gereja pada masa silam seperti yang direncanakan oleh pendiri gereja Ganjuran yaitu keluarga Schmutzer . Panita pembangunan gereja yg dibuat juga melibatkan beberapa orang yang ahli dalam kebudayaan Jawa seperti Romo FX . Wiyana Pr . , Ir . Winarno sebagai arsitek tradisional Jawa, Y . Arditya Samudra sebagai Arsitek Gereja, serta beberapa tim ukir yang diketuai oleh Dalijan dan Bapak Petrus sebagai ahli ukir Jawa – Katolik 5 . Selama pengumpulan ide-ide terkait rancangan gereja bentuk baru, dilakukan beberapa kali rapat . Beberapa kali rapat dilakukan di Kantor Keuskupan Agung Semarang yang dihadiri oleh Bapak Uskup. Dari rapat-rapat itu diperoleh kesepakatan bahwa gereja yang akan dibangun merupakan bangunan Jawa berbentuk Joglo dengan ornamen-ornamen kejawaan yang dapat dipadukan dengan injil dalam ajaran agama Katolik . Perpaduan ini tidak luput dari pemikiran 5 Panitia Pembangunan Gereja Ganjuran, loc.cit. 84 para perancang karena perpaduan kebudayaan dengan agama Katolik inkuturasi sudah menjadi bagian khas yang terdapat dari gereja Ganjuran . Untuk mewujudkan ide-ide yang telah diungkapkan oleh para sesepuh Ganjuran, berbagai macam upaya dilakukan oleh panitia pembangunan gereja . Upaya tersebut antara lain, memanggil arsitek tradisional Jawa, menunjuk tukang- tukang ahli, bahkan hingga meminta izin resmi kepada Sultan Hamengkubuwono X untuk membuat bangunan joglo mewah menyerupai joglo yang dimiliki Kesultanan Yogyakarta . Permintaan izin tersebut dilakukan karena apabila ingin menggunakan atribut kerajaan baik dalam bangunan, pakaian, dan sebagainya harus meminta izin resmi kepada Sultan sesuai dengan peraturan Kesultanan Yogyakarta . Selain bentuk joglo yang megah menyerupai joglo di Keraton Yogyakarta, berbagai ornamen juga diadopsi dari ornamen pada joglo Keraton . Dalam perancangan bangunan gereja, Winarno arsitek tradisional Jawa dan Aditya Samudra arsitek gereja selalu berkonsultasi dengan romo-romo di Ganjuran . Romo-romo tersebut memberikan masukan bahwa dalam merancang bangunan baru untuk menampilkan kejawaan yang lebih kental dan semakin memiliki makna kerohaniannya, maka tiap ornamen gereja harus dipadukan dengan ajaran Yesus yang termuat dalam Injil . Bentuk kejawaan dan penggabungan kebudayaan Jawa – Katolik yang ingin diwujudkan dalam gereja Ganjuran yang baru merupakan sebuah ungkapan penerusan cita-cita keluarga 85 Schmutzer yang terus ingin mengembangkan kebudayaan Jawa serta menunjukkan bahwa inkulturasi gereja tidaklah pernah mati 6 . Selain bangunan gereja utama yang diperbaiki, panita juga merancang pembangunan fasilitas lainnya yang menunjang peziarahan di Ganjuran. Bangunan pendapa di sisi Utara dan Selatan gereja yang tidak mengalami kerusakan kemudian tetap digunakan. Kedua bangunan itu dipindahkan ke sisi selatan gereja. Fungsi dan bahan dari pendapa tersebut tetaplah sama, yakni sebagai tempat peristirahatan para peziarah yang datang ke Ganjuran. Gb. 44. Pendapa pindahan dari pendapa lama yang aman dari gempa, terletak di sisi Selatan gereja. Sumber: Dokumen Pribadi

C. Bentuk dan Filosofi Bangunan Gereja Baru