BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia sangat berlimpah baik yang berasal dari perairan darat maupun dari perairan laut. Sumberdaya perikanan terutama
ikan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat sebagai sumber protein hewani yang bernilai gizi tinggi. Salah satu ikan yang sering dikonsumsi masyarakat
adalah Ikan Mujair Oreochromis mossambicus. Ikan mujair memiliki prospek bisnis yang sangat besar, ikan ini merupakan jenis ikan air tawar yang akhir-akhir
ini permintaannya semakin meningkat karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, rasanya yang gurih serta harganya yang cukup terjangkau jika
dibandingkan dengan sumber protein hewani lainya seperti daging sapi Rahayu et al., 2013.
Banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi ikan setiap harinya, menyebabkan permintaan pasar semakin hari semakin meningkat terhadap
kebutuhan ikan. Tetapi hal ini justru berbanding terbalik dengan jumlah hasil tangkapan ikan dari perairan umum yang semakin hari semakin berkurang
Murtidjo, 2005, menurut Ersa 2008, usaha perikanan air tawar harus terus di pacu untuk dikembangkan agar produksi ikan kembali meningkat.
Data Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2009, Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang cukup baik dalam perkembangan
produksi ikan air tawar di sawah atau minapadi. Komoditas ikan budidaya antara lain ikan mas, ikan nila, mujair, lele dan gurami. Desa Paluh Merbau merupakan
salah satu daerah yang melakukan usaha pembesaran ikan air tawar seperti ikan mujair, ketersediaan lahan yang cukup luas didaerah tersebut, menjadikan usaha
pembesaran ikan air tawar disana berkembang pesat dan menjadi salah satu sumber ekonomi utama bagi masyarakatnya.
Ada berbagai media atau tempat yang bisa digunakan dalam produksi pembesaran ikan air tawar, salah satunya di tambak-tambak tanah yang telah
diterapkan di Paluh Merbau. Selain itu, ada juga ikan air tawar yang hidup bebas
Universitas Sumatera Utara
diperairan umum seperti disungai atau di rawa-rawa. Pemeliharaan ikan di tambak biasanya lebih baik dari ikan yang hidup di rawa, karena di tambak kondisi ikan
lebih terjaga kualitasnya dibandingkan dengan di rawa yang hanya mengandalkan pemeliharaan secara alami, sehingga kemungkinan terserang parasit pun lebih
besar. Menurut Heryadi dan Sutarmanto 1995, dalam usaha disektor perikanan,
hama dan penyakit ikan merupakan hal yang penting untuk di perhatikan. Hama dan penyakit ikan yang hidup di lingkungan air ataupun di lingkungan lain, dapat
mengakibatkan penurunan produksi ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian secara masal.
Infeksi parasit baik yang bersifat endoparasit maupun ektoparasit dapat menyebabkan penyakit pada ikan. Selain itu ada juga yang dapat berpengaruh
terhadap kesehatan manusia apabila mengkonsumsi ikan yang mengandung parasit zoonotik Akbar, 2011. Menurut Ersa 2008, parasit pada ikan biasanya
terdiri dari hewan Arthropoda, karakteristik hewannya sangat beragam, tetapi yang sering dijumpai umumnya berasal dari kelas Crustacea, subkelas Branchiura
misalnya Argulus dan Copepoda misalnya, Ergasilus dan Learnaea. Menurut Ramadhan et al.,2012 ikan mujair di sungai dan di tambak Alo
sidoarjo tidak ditemukan parasit pada insang ikan mujair Oreochromis mossambicus tetapi pada usus ditemukan 2 jenis endoparasit yang masih dalam
fase telur dan larva yaitu Ascaris sp. dan Trichuris trichiura. Sedangkan, menurut Rahayu et al., 2013 yang melakukan penelitian pada ikan mujair di kolam
Kecamatan Dramaga dan di kolam Kecamatan Ciomas Bogor, menemukan beberapa jenis parasit dari kelas Trematoda yaitu Dactylogyrus sp, Discocotyle sp,
dan Gyrodactylus sp, Tetraonchus sp.
1.2. Perumusan masalah