BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengukuran Kualitas Air Di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau
Percut Sei Tuan
Hasil pengukuran kualitas air di rawa dan tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
4.1. Nilai Pengukuran Kualitas Air Di Rawa Dan Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan
Parameter Satuan
Lokasi Tambak
Rawa
Suhu C
28 27
pH 5.2
5.5 DO
Mgl 8.17
10.10 BOD
5
Mgl 14.00
1.7 Salinitas
‰ 6
4 TSS
Mgl 51
3 Penetrasi Cahaya
Cm 47
36.5 Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa kualitas air di tambak adalah
suhu 28 C, pH 5.2, DO 8.17, BOD
5
14.00, salinitas 6‰, TSS 51 Mgl dan penetrasi cahaya 47 cm, sedangkan kualitas air di rawa adalah suhu 27
C, pH 5.5, DO 10.10, BOD
5
1.7, salinitas 4‰, TSS 3 Mgl dan penetrasi cahaya 36.5 cm. Menurut Sugiarti 1988, pH yang baik untuk perkembangan ikan mujair berkisar
antara 5-8, dengan suhu air berkisar antara 20-27 C. Kualitas air untuk
pemeliharaan ikan mujair harus bersih, tidak terlalu keruh, tidak tercemar bahan- bahan kimia beracun dan limbah pabrik.
4.2. Jenis Parasit Pada Ikan Mujair Oreochromis mossambicus Di Rawa Dan
Tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan
Hasil penelitian jenis parasit yang ditemukan pada ikan mujair di rawa dan tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Jenis parasit yang ditemukan pada ikan mujair di rawa dan tambak Paluh Merbau Percut Sei Tuan.
Lokasi Usus
Insang
Caligus sp Dactylogyrus sp
Trichodina sp
Tambak
Ikan 1 -
- -
- Ikan 2
- -
1 -
Ikan 3 -
- -
- Ikan 4
- -
- -
Ikan 5 -
- 1
- Ikan 6
- -
1 -
Ikan 7 -
- 8
- Ikan 8
- -
1 -
Ikan 9 -
- 5
- Ikan 10
- -
- -
Rawa
Ikan 1 -
1 1
8 Ikan 2
- 1
2 5
Ikan 3 -
- -
6 Ikan 4
- 4
- 2
Ikan 5 -
- -
1 Ikan 6
- 4
- -
Ikan 7 -
5 2
3 Ikan 8
- 4
- -
Ikan 9 -
4 10
2 Ikan 10
- 2
- -
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada organ usus ikan yang berasal dari rawa maupun tambak tidak ditemukan adanya endoparasit, hal ini kemungkinan
disebabkan didalam usus ikan mujair tidak mendukung untuk perkembangan cacing endoparasit karena pada isi usus ikan mujair yang diteliti hanya terdiri dari
cairan saja Gambar 4.1, dan kondisi ini menyebabkan tidak tersedianya makanan bagi cacing endoparasit yang pada umumnya mendapatkan nutrisi dari sari-sari
makanan yang ada di dalam usus. Pernyataan ini juga sesuai dengan pendapat Sofiyatun 2008, bahwa tidak tersedianya sumber makanan pada usus ikan dapat
menyulitkan parasit untuk bertahan hidup di dalamnya. Selain itu, menurut Ersa 2008, Ikan mujair umumnya bersifat herbivora ikan pemakan tumbuhan seperti
lumut, sedangkan masuknya cacing endoparasit ke dalam tubuh ikan membutuhkan inang perantara yang biasanya masuk melalui makanan yang
dimakan ikan tersebut seperti udang, siput, ikan-ikan kecil yang semuanya merupakan inang perantara dalam siklus hidup cacing endoparasit, oleh sebab itu,
ikan yang bersifat karnivora maupun omnivora mempunyai kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
terinfeksi cacing endop herbivora Post, 1987
Berdasarkan T ikan di rawa lebih ban
adanya faktor salini dibandingkan dengan
rendahnya kadar salini rentan dan mendukun
didukung oleh Rahayu disebabkan karena ad
perairan dapat mengha Monogenea seperti
memberikan toleransi Menurut Hadi
berhasil hidup sampa dengan semakin tingg
sehingga kemampuan kadar garam dalam
ektoparasit pada ikan. Sedikitnya par
berhubungan dengan zat padat tersuspensi
lumpur, dan tanah liat berupa komponen hidup
Gambar 4.1. Penam
adany ndoparasit yang lebih tinggi jika dibandingka
, 1987.
n Tabel 4.2 diketahui bahwa parasit yang me banyak dari pada insang ikan di tambak, hal ini
linitas rawa yang lebih rendah yaitu seb gan kandungan salinitas tambak sebesar 6‰
salinitas pada suatu perairan dapat menyebabka ndukung perkembangan berbagai parasit. Perny
hayu et al., 2013, bahwa jumlah infeksi cacing adanya faktor salinitas, kadar salinitas yang tingg
ghambat pertumbuhan cacing parasitik khususn ti Dactylogyrus karena cacing Monogene
nsi adanya garam dalam tubuhnya. adiroseyani et al., 2009, pada salinitas 0
pai 562,8 menit, namun masa hidupnya bisa se ingginya kadar garam air yang mencapai sa
puan daya hidupnya hanya mencapai 3 menit. m air, semakin cepat tingkat pengurangan j
kan. parasit yang menginfeksi insang ikan di tamba
n nilai TSS nya yang tinggi yaitu sebesar 51 M nsi Total Suspended Solid adalah semua z
liat atau partikel-partikel yang tersuspensi dala hidup biotik seperti fitoplankton, zooplankton,
nampang dinding usus A dan isi usus, tidak nya parasit B perbesaran 400x dalam NaCl 0.85
Jonjot usus
A 22
ngkan dengan ikan
menyerang insang ini diduga karena
sebesar 4‰ jika 6‰ Tabel 4.1,
bkan ikan menjadi rnyataan ini juga
ing parasitik dapat tinggi dalam suatu
khususnya cacing kelas nea tidak dapat
0 gl ektoparasit sa semakin pendek
i salinitas 24 gl nit. Semakin tinggi
n jumlah populasi
bak di duga juga Mgl Tabel 4.1,
zat padat pasir, dalam air dan dapat
nkton, bakteri, fungi, dak ditemukan
l 0.85. B
Universitas Sumatera Utara
ataupun komponen mati abiotik seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi dapat dikelompokkan menjadi zat padat terapung dan zat
padat terendap. Zat padat terapung ini selalu bersifat organik, sedangkan zat padat terendap dapat bersifat organik dan anorganik. Sehingga semakin besar nilai TSS
maka kemungkinan terjadinya kontak antara insang dengan materi-materi yang terlarut pada perairan juga semakin besar, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan materi terlarut pada insang dan membuat ektoparasit kesulitan untuk menempel dan hidup pada insang ikan Boyd, 1982 dalam Ramadan et al., 2012.
Banyaknya parasit yang menginfeksi bagian insang dibandingkan dengan organ usus dikarenakan insang merupakan organ yang paling rentan terserang
parasit, insang merupakan organ pernapasan yang langsung bersentuhan dengan lingkungan sekitarnya, yang menyaring bahan-bahan terlarut, menyaring partikel-
partikel pakan dan mengikat oksigen. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliartati 2011, bahwa letak insang, struktur dan mekanisme kontak dengan lingkungan
menjadikan insang sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan, serta menjadi tempat yang tepat bagi berlangsungnya infeksi oleh organisme patogen
penyebab penyakit seperti parasit. Berdasarkan Tabel 4.2, dari 10 ekor ikan yang diperiksa di rawa,
seluruhnya positif terinfeksi parasit dengan kisaran jumlah yang bervariasi dari 1- 10 individu parasit. Sedangkan pada ikan di tambak, dari 10 ekor yang diperiksa
hanya 6 ekor yang terinfeksi parasit yaitu pada ikan ke 2, 5, 6, 7, 8 dan 9 dengan kisaran jumlah dari 1-8 individu parasit. Hal ini bisa terjadi kemungkinan karena
berbedanya daya tahan tubuh dari masing-masing individu ikan sehingga tingkat infeksinya juga berbeda. Menurut Bruno et al., 1995 dalam Nurdiyanto dan
Sumartono 2006, tingkat imunitas atau ketahanan tubuh suatu hospes akan berpengaruh terhadap distribusi suatu parasit, semakin tinggi tingkat imunitas
suatu hospes maka parasit juga akan sulit menginfeksi. Menurut Davy dan Graham, 1979 dalam Ohoilum 2002, Monogenea
yang sering ditemukan di Indonesia adalah Gyrodactylus sp., Dactylogyrus sp. dan Actinocleidus sp. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
Rahayu et al., 2013, tentang Infestasi Cacing Parasitik pada Insang Ikan Mujair yang dilakukan di kolam Kecamatan Dramaga dan kolam Kecamatan Ciomas-
Universitas Sumatera Utara
Bogor, diperoleh Cac Monogenea yaitu Dac
4.3. Deskripsi Parasi