41
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data dan Klasifikasi Data
1. Statistik Deskriptif dan Klasifikasi Konservatisme Akuntansi
Tabel 4.1.1. Statistik Deskriptif Konservatisme Akuntansi
N Minimal
Maksimal Rata-Rata
Std. Deviasi
Range CONS
219 -26,25347
0,25210 -0,2322270 1,88971609 26,5055
Sumber: Data yang Diolah 2016 Berdasarkan statistik deskriptif pada tabel 4.1.1 diketahui bahwa jumlah
observasi N sebanyak 219. Variabel konservatisme akuntansi mempunyai nilai terendah sebesar -26,25347
yang dimiliki oleh PT Trisula International Tbk. TRIS pada tahun 2013, sedangkan nilai tertinggi 0,25210 dimiliki oleh
PT Gunawan Diamjaya Steel Tbk. GDST pada tahun 2012. Nilai rata-rata konservatisme akuntansi sebesar -0,2322270 ini berarti rata-rata anggota
populasi sasaran cenderung kurang konservatif. Persebaran data konservatisme akuntansi dapat dilihat pada histogram berikut:
Gambar 4.1 Histogram Konservatisme Akuntansi
Sumber: Data yang Diolah 2016 Dari gambar 4.1 terlihat bahwa data konservatisme akuntansi yang
bernilai positif jauh lebih sedikit daripada data dengan nilai negatif. Pada data dengan nilai negatif juga terlihat bahwa terdapat data yang nilainya jauh dari
data yang lainnya atau dengan kata lain distribusi data konservatisme akuntansi tidak normal. Persebaran data lebih detail dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1.2. Persebaran Data Konservatisme Akuntansi
Akrual Jumlah
Maksimum Minimum
Range Median
Positif 64
0,25210 0,00047
0,25163 0,034935
Negatif 155
-0,00051 -26,25347
26,25296 -0,057510
Sumber: Data yang diolah 2016 Berdasarkan data yang telah diolah, selama tahun pengamatan yakni
2012-2014, 64 anggota populasi sasaran menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif dan 155 anggota populasi sasaran cenderung kurang konservatif.
Pada tahun 2012-2014 lebih banyak anggota populasi sasaran yang kurang konservatif. Salah satu penyebabnya adalah adanya konvergensi IFRS
yang dimulai tahun 2012. Dalam IFRS sendiri konservatisme sudah tidak disebutkan lagi dan diganti menjadi prudence. Hal ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan Aristya dan Harta 2014 yang membuktikan bahwa meskipun konservatisme sudah tidak dimunculkan lagi dalam standar laporan
keuangan, standar tersebut tetap harus berhadapan dengan ketidakpastian seperti yang dihadapi oleh perusahaan dan untuk menghadapi ketidakpastian
tersebut sering kali konservatisme tetap digunakan. Range atau selisih nilai tertinggi dan terendah dari data dengan akrual
positif adalah 0,25163 dan range pada data akrual negatif adalah 26,25296. Range pada data dengan akrual negatif jauh lebih besar daripada data dengan
akrual positif. Hal ini disebabkan adanya data akrual negatif yang nilainya jauh lebih kecil dari data yang lain ekstrim. Berdasarkan data yang telah diolah,
terdapat empat data dengan nilai ekstrim pada data dengan akrual negatif yakni sebesar -4,97146 BTON tahun 2012, -5,23184 BTON tahun 2013, -6,81932
BTON tahun 2014, dan -26,25347 TRIS tahun 2013. Keempat data tersebut memiliki nilai dibawah -1 sementara data akrual negatif yang lainnya lebih
besar dari -1. Dari keempat data konservatisme akuntansi yang ekstrim tersebut, satu
perusahaan yakni PT Trisula Internasional TRIS pada tahun 2013 menyelenggarakan rapat dewan komisaris sebanyak 11 kali dalam satu tahun.
Sementara itu, sisanya menyelenggarakan rapat dewan komisaris sebanyak 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kali dalam satu tahun. Keseluruhan perusahaan dengan nilai konservatisme yang ekstrim merupakan perusahaan dengan kepemilikan institusional lebih
dari 50 dan memiliki leverage kurang dari 0,4 leverage rendah. Selain itu, keseluruhan perusahaan tersebut juga diaudit oleh auditor atau KAP tanpa
spesialisasi industri.
Klasifikasi Konservatisme Akuntansi
Untuk menentukan klasifikasi atau jenjang kategori untuk konservatisme akuntansi, data dengan nilai ekstrim akan dihilangkan terlebih dahulu. Berikut
adalah data statistik konservatisme akuntansi setelah nilai ekstrim dihapus:
Tabel 4.1.3 Statistik Deskriptif Konservatisme Akuntansi Tanpa Nilai Ekstrim
N Minimal Maksimal Rata-Rata
Std. Deviasi
CONS 215
-0,74030 0,25210
-0,0352634 0,10120007
Sumber: Data yang Diolah 2016
Setelah nilai ekstrim dihapus, nilai terendah atau minimal untuk data konservatisme akuntansi menjadi -0,74030 sebelumnya -2650557 dan rata-
rata menjadi -0,0352634 sebelumnya -0,232227. Standar deviasi juga berubah menjadi 0,10120007 sebelumnya 1,88971609. Persebaran data konservatisme
akuntansi setelah nilai ekstrim dihapus adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.4. Persebaran Data Konservatisme Akuntansi Tanpa Nilai Ekstrim
Akrual Jumlah
Maksimum Minimum
Range Median
Positif 64
0,25210 0,00047
0,25163 0,034935
Negatif 151
-0,00051 -0,74030
0,73979 -0,056560
Sumber: Data yang diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.1.4 diketahui bahwa setelah data dengan nilai ekstrim dihapus, data dengan nilai akrual positif tidak mengalami perubahan.
Sementara itu, pada data dengan akrual negatif terdapat 151 anggota populasi sasaran sebelumnya 155. Nilai tertinggi -0,00051 tetap sama nilai terendah
menjadi -0,74030 dan range menjadi 0,73979 sebelumya 26,25296. Sementara itu median untuk data dengan nilai negatif menjadi -0,056560
sebelumnya -0,575100. Nilai median untuk data positif dan negatif digunakan untuk menentukan klasifikasi atau kategori untuk konservatisme akuntansi
sehingga klasifikasi untuk konservatisme akuntansi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1.5. Klasifikasi Konservatisme Akuntansi
Kelas Keterangan
Jumlah Persentase
X ≤ -0,056560
Sangat kurang konservatif
80 36,53
- 0,56560 X ≤ 0,00000 Kurang konservatif
75 34,25
0,00000 X ≤ 0,034935 Konservatif 32
14,61 0,034935 X
Sangat konservatif 32
14,61
Total 219
100
Sumber: Data yang diolah 2016 Berdasarkan hasil klasifikasi data konservatisme akuntansi pada tabel
4.1.5 diketahui bahwa dari keseluruhan perusahaan dalam populasi sasaran paling banyak yakni 80 anggota populasi sasaran 36,53 sangat kurang
konservatif cenderung agresif. Sementara itu 75 anggota populasi sasaran 34,25 kurang konservatif dan sisanya adalah anggota populasi sasaran yang
konservatif dan sangat konservatif dengan jumlah masing-masing 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perusahaan 14,61. Setelah data dengan nilai ekstrim dihapus, maka klasifikasi konservatisme akuntansi menjadi sebagai berikut:
Tabel 4.1.6. Klasifikasi Konservatisme Akuntansi Tanpa Nilai Ekstrim
Kelas Keterangan
Jumlah Persentase
X ≤ -0,056560 Sangat
kurang konservatif
76 35,35
- 0,56560 X ≤ 0,000000 Kurang konservatif
75 34,88
0,00000 X ≤ 0,034935 Konservatif
32 14,88
0,034935 X Sangat konservatif
32 14,88
Total 215
100
Sumber: Data yang diolah 2016 Dari tabel 4.1.6 diketahui bahwa hanya jumlah perusahaan yang sangat
konservatif yang berubah yakni menjadi 76 anggota populasi sasaran sebelumnya 80. Sementara itu untuk kategori yang lain tidak mengalami
perubahan. Hal ini disebabkan nilai ekstrim pada data konservatisme akuntansi merupakan data dengan nilai akrual negatif dan semuanya termasuk dalam
kategori perusahaan yang sangat kurang konservatif atau cenderung agresif.
2. Statistik Deskriptif dan Klasifikasi Dewan Komisaris
Data yang digunakan untuk mengukur variabel dewan komisaris adalah frekuensi rapat, berikut adalah hasil data yang telah diolah peneliti:
Tabel 4.2.1. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Setiap Tahun
N Minimal
Maksimal Modus
Rata- Rata
Std. Deviasi
RAPAT 219
1 42
4 6,251
6,5080
Sumber: Data yang Diolah 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan statistik deskriptif pada tabel 4.2.1 diketahui bahwa frekuensi rapat dewan komisaris tertinggi adalah 42 kali dalam satu tahun. Ada
dua anggota populasi sasaran yang menyelenggarakan rapat atau pertemuan dewan komisaris paling banyak yaitu PT Alumindo Light Metal Industry Tbk.
ALMI dan PT Indal Aluminium Industry Tbk. INAI. Anggota populasi sasaran paling sedikit menyelenggarakan rapat dewan
komisaris 1 kali dalam satu tahun yakni PT Delta Djakarta Tbk. DLTA, PT Darya Varia Laboratoria Tbk. DVLA, PT Sekawan Intripratama Tbk. SIAP
dan PT Mandom Indonesia Tbk. TCID. Keempat anggota populasi sasaran tersebut mengadakan rapat dewan komisaris 1 kali dalam satu tahun selama tiga
tahun berturut-turut. Selain itu, PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk. KIAS juga menyelenggarakan rapat atau pertemuan dewan komisaris 1 kali dalam
satu tahun pada tahun 2013 dan 2014. Modus atau nilai yang paling sering muncul adalah 4 yang berarti anggota
populasi sasaran kebanyakan memilih untuk mengadakan rapat dewan komisaris sebanyak 4 kali dalam satu tahun. Nilai rata-rata rapat dewan
komisaris adalah 6,251 atau 6 yang berarti rata-rata anggota populasi sasaran mengadakan 6 kali rapat atau pertemuan dewan komisaris dalam satu tahun
dengan standar deviasi sebesar 6,5080. Persebaran data frekuensi rapat dewan komisaris dapat terlihat pada tabel
histogram berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.2.1. Histogram Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
Sumber : Data yang diolah 2016
Berdasarkan histogram pada gambar 4.2.1. dapat terlihat bahwa sebaran data frekuensi rapat paling banyak ada pada angka 0 sampai 10. Peraturan
Bapepam LK tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah minimal rapat dewan komisaris adalah 1 kali dalam satu tahun. Berikut adalah data jumlah rapat
dewan komisaris yang diselenggarakan perusahaan sesuai dengan klasifikasi yang sudah ditentukan.
Tabel 4.2.2 Klasifikasi Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Setiap Tahun
Interval Keterangan
Jumlah Persentase
X ≤ 6 Sangat kurang dari
ketentuan
176 80,4
6 X 12 Kurang dari ketentuan
9 4,1
12 ≤ X Memenuhi ketentuan
34 15,5
Total 219
100 Sumber : Data yang diolah 2016
Dari tabel 4.2.2 diketahui bahwa 80,37 176 anggota populasi sasaran mengadakan rapat dewan komisaris dengan jumlah yang sangat kurang dari
ketentuan 1-6 kali dalam satu tahun. Pada kategori tersebut anggota populasi sasaran yang mengadakan rapat dewan komisaris sesuai dengan ketentuan 1
kali dalam satu tahun sangat sedikit yakni 6,05 13 anggota populasi sasaran. Selain itu terdapat 89 anggota populasi sasaran 40,64 yang
mengadakan rapat dewan komisaris 4 kali dalam satu tahun. Anggota populasi sasaran banyak yang memilih mengadakan rapat dewan komisaris 4 kali dalam
satu tahun yang pada umumnya diselenggarakan setiap triwulan. Jumlah tersebut tidak terlalu jarang dan juga tidak terlalu sering untuk kurun waktu satu
tahun. Jumlah rapat yang sangat jarang dapat menyebabkan pengawasan dewan komisaris menjadi terbatas dan kurang efektif, namun rapat yang terlalu sering
juga menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan rapat dewan komisaris menjadi lebih besar.
Dari tabel 4.2.2 juga diketahui 4,1 9 anggota populasi sasaran mengadakan rapat dewan komisaris sebanyak 7-11 kali dalam satu tahun.
Selain itu hanya 15,5 34 anggota populasi sasaran yang mengadakan rapat dewan komisaris dengan jumlah yang memenuhi ketentuan. Sangat sedikitnya
anggota populasi sasaran yang mengadakan rapat dewan komisaris lebih dari 11 kali dikarenakan frekuensi rapat dewan komisaris yang terlalu sering dapat
menimbulkan anggapan bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah Jensen, 1993 dalam Ho, 2009. Apabila perusahaan mengadakan rapat dewan
komisaris 2 kali setiap bulan 24 kali dalam setahun bisa dikatakan frekuensi rapat dewan komisaris perusahaan tersebut sangat sering. Dari 20 anggota
populasi sasaran yang mengadakan rapat dewan komisaris lebih dari 12 kali dalam satu tahun terdapat 7 anggota populasi sasaran 3,20 yang
mengadakan rapat dewan komisaris lebih dari 24 kali dalam satu tahun. Apabila data frekuensi rapat dewan komisaris yang lebih dari 24 kali
dalam satu tahun dihapus atau dihilangkan maka statistik deskriptif untuk rapat dewan komisaris menjadi sebagai berikut:
Tabel 4.2.3 Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Tanpa Nilai Ekstrim
N Minimal
Maksimal Rata-
Rata Std.
Deviasi Range
RAPAT 212
1 24
5,37 4,179
23
Sumber: Data yang Diolah 2016 Dari tabel 4.2.3 diketahui bahwa setelah nilai ekstrim pada rapat dewan
komisaris dihapus maka nilai terendah tidak berubah tetap 1 tetapi nilai tertinggi berubah menjadi 24. Rata-rata jumlah rapat dewan komisaris
menjadi 4,99 atau 5 kali dalam satu tahun dengan standar deviasi sebesar 3,385. Nilai ekstrim yang dihilangkan tidak akan mempengaruhi klasifikasi
rapat dewan komisaris tetapi jumlah data pada masing-masing kategori berubah seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.2.4. Klasifikasi Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Tanpa Nilai Ekstrim
Interval Keterangan
Jumlah Persentase
X ≤ 6 Sangat kurang
dari ketentuan 176
83,0 6 X 12
Kurang dari ketentuan
9 4,2
12 ≤ X Memenuhi
ketentuan
27 12,7
Total 212
100
Sumber : Data yang diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.2.4 diketahui bahwa setelah nilai ekstrim dihapus, jumlah perusahaan yang berubah hanya pada kategori perusahaan yang
mengadakan rapat dewan komisaris lebih dari atau sama dengan 12 kali dalam satu tahun dari 34 menjadi 27 anggota populasi sasaran.
Anggota populasi sasaran dengan jumlah rapat dewan komisaris yang lebih dari 24 kali dalam satu tahun adalah PT Indal Aluminium Industry Tbk.
ALMI, PT Alumindo Light Metal Industry Tbk. INAI dan PT Indofarma Tbk. INAF. ALMI dan INAI merupakan perusahaan yang dimiliki satu grup
yang sama yakni Maspion Group. Kedua perusahaan ini selama tiga tahun berturut-turut mengadakan rapat dewan komisaris sebanyak 42, 30, dan 32
kali. Dewan komisaris pada kedua perusahaan tersebut juga merupakan orang yang sama. Pada laporan tahunan, kedua perusahaan tersebut menyebutkan
bahwa rapat dewan komisaris yang dilaksanakan membahas diantaranya mengenai evaluasi kinerja direksi dan kinerja perusahaan periode tertentu.
Namun perusahaan tersebut tidak mencantumkan informasi mengenai risalah rapat dewan komisaris secara rinci.
Sementara itu, INAF mengadakan rapat dewan komisaris sebanyak 25 kali pada tahun 2014. Pada laporan tahunan disebutkan bahwa perusahaan
tersebut mengadakan rapat dewan komisaris dengan agenda paling banyak membahas mengenai kinerja perseroan dan pada bulan Juli tahun 2014
perusahaan juga membahas mengenai perubahan struktur organisasi.
3. Statistik Deskriptif dan Klasifikasi Kepemilikan Institusional
Dalam penelitian ini, kepemilikan institusional yang dimaksud adalah kepemilikan oleh lembaga, perusahaan atau badan termasuk pemerintah.
Berikut adalah data kepemilikan institusional yang diperoleh dan diolah peneliti:
Tabel 4.3.1. Kepemilikan Institusional
N Minimal Maksimal
Rata- Rata
Std. Deviasi
Range CONS
219 0,2851
0,9896 0,7251
0,16509 0,7045
Sumber: Data yang Diolah 2016 Berdasarkan data pada tabel 4.3.1 diketahui bahwa nilai tertinggi untuk
kepemilikan institusional adalah 0,9896 atau 98,96 yakni PT Bentoel International Investama Tbk. RMBA. Saham RMBA dimiliki oleh British
American Tobacco PA 2009 Ltd. 85,55, United Bank of Switzerland AG 13,41 dan sisanya dimiliki oleh publik 1,04. Sementara itu, kepemilikan
institusional terendah adalah 0,2851 atau 28,51 yakni PT Kertas Basuki Rachmat Ind Tbk. KBRI. Saham KBRI dimiliki oleh Suisse Charter
Investment Ltd 24,00, PT Danatama Perkasa 9,83 sedangkan sisanya dimiliki oleh publik 60,69 dan Ferry Sudjono 5,48. Rata-rata
kepemilikan institusional perusahan adalah 0,725123 atau 72,51 dengan standar deviasi 0,1650924 dan range 0,7045 atau 70,45.
Persebaran data kepemilikan institusional dapat dilihat pada histogram berikut:
Gambar 4.3.1. Histogram Kepemilikan Institusional
Sumber: Data yang diolah 2016
Dari gambar 4.3.1 dapat diketahui bahwa pada penelitian ini tidak ada anggota populasi sasaran dengan kepemilikan institusional kurang dari 20.
Persebaran data yang lebih detail dapat dilihat pada tabel klasifikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepemilikan institusional berdasarkan tingkat pengaruhnya Baker, et al., 2013 berikut:
Tabel 4.3.2. Klasifikasi Kepemilikan Institusional
Interval Keterangan
Jumlah data
Persentase
X ≤ 20 Pengaruh tidak signifikan 0,00
20 X ≤ 50 Pengaruh signifikan
21 9,58
50 X Pengendalian
198 90,42
Total 219
100 Sumber: Data yang diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.3.2, setelah data kepemilikan institusional diklasifikasikan diketahui bahwa 90,42 anggota populasi sasaran dimiliki
oleh institusi yang memiliki pengaruh pengendalian atas perusahaan. Biasanya perusahaan ini merupakan perusahaan anak dan pemiliknya
yang mengendalikan adalah perusahaan induk Baker, et al., 2013. Dari tabel 4.3.2
juga diketahui bahwa 9,58 anggota populasi sasaran dimiliki oleh institusi yang memiliki pengaruh signifikan atas perusahaan. Ini berarti institusi pemilik
memiliki pengaruh yang signifikan dalam kebijakan operasi dan keuangan investee Baker, et al., 2013. Tidak ada anggota populasi sasaran yang dimiliki
oleh institusi yang memiliki pengaruh tidak signifikan atas perusahaan. Dalam penelitian ini, terdapat 3 anggota populasi sasaran yang
merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN yaitu PT Indofarma Tbk. 80,66, PT Kimia Farma Tbk. 90,03 dan PT Semen Gresik Persero
Tbk. 51,01. Ketiga perusahaan BUMN tersebut dimiliki oleh institusi pemerintah dengan kepemilikan lebih dari 50.
4. Statistik Deskriptif dan Klasifikasi Leverage
Data yang digunakan untuk menghitung leverage adalah total liabilitas dibagi dengan total aset perusahaan. Berikut adalah hasil data yang telah diolah
peneliti: Tabel 4.4.1. Statistik Deskriptif Leverage
N Minimal
Maksimal Rata-Rata
Std. Deviasi Range
CONS 219
0,037232 2,87629
0,46714499 0,34184736
2,839059
Sumber: Data yang Diolah 2016 Berdasarkan tabel 4.4.1, diketahui bahwa leverage tertinggi adalah
2,876290 dimiliki oleh PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk. BIMA pada tahun 2012. Sementara itu, leverage terendah adalah 0,037232 yang dimiliki
oleh PT Jaya Pari Steel Corp Ltd. Tbk. JPRS pada tahun 2013. Rata-rata leverage selama tahun 2012
– 2014 adalah 0,46714499 dengan standar deviasi 0,341847362. Persebaran data leverage dapat dilihat pada histogram berikut:
Gambar 4.4.1. Histogram Leverage
Sumber: Data yang Diolah 2016 Dari gambar 4.4.1 dapat diketahui bahwa terdapat anggota populasi
sasaran yang memiliki leverage mendekati 1 berjumlah lebih sedikit. Selain itu juga terdapat perusahaan dengan leverage lebih dari 1. Semakin tinggi
angka leverage berarti semakin besar pula aset yang dibiayai dengan hutang. Jika perusahaan tidak dapat membayar hutang, maka perusahaan bisa dipaksa
untuk menjual asetnya untuk membayar hutang Ross,2016. Leverage dengan nilai lebih dari 1 akan mengindikasikan bahwa apabila perusahaan tidak dapat
membayar hutang, aset perusahaan yag dijual tetap tidak akan cukup untuk membayar. Persebaran data lebih detail dapat diihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4.2. Klasifikasi Leverage
Interval Keterangan
Jumlah data
Persentase
X 0,4 Leverage rendah
98 44,75
0,4 ≤ X 0,6 Leverage sedang
70 31,96
0,6 ≤ X Leverage tinggi
51 23,29
Total
219 100
Sumber: Data yang diolah 2016 Berdasarkan tabel 4.4.2, diketahui bahwa 44,75 98 anggota populasi
sasaran memiliki leverage rendah. Dari tabel 4.4.2 juga diketahui bahwa 31,96 70 anggota populasi sasaran memiliki leverage sedang dan 23,29
51 anggota populasi sasaran perusahaan yang memiliki leverage tinggi. Pada kategori tersebut terdapat 4 perusahaan dengan angka leverage lebih dari 1.
Apabila data dengan nilai lebih dari 1 dihapus atau dihilangkan maka statistik deskriptif untuk leverage menjadi sebagai berikut:
Tabel 4.4.3. Statistik Deskriptif Leverage Tanpa Nilai Ekstrim
N Minimal
Maksimal Rata-Rata
Std. Deviasi
Range CONS
215 0,03723
0,90448 0,4311637
0,19442146 0,86725
Sumber: Data yang Diolah 2016 Dari tabel 4.4.3 diketahui bahwa nilai terendah dan nilai tertinggi untuk
leverage adalah 0,03723 dan 0,90448. Sementara itu, rata-rata leverage berubah menjadi 0,4311637 dan standar deviasi sebesar 0,19442146.
Klasifikasi untuk leverage tidak berubah namun frekuensi untuk masing- masing kategori menjadi sebagai berikut:
Tabel 4.4.4 Klasifikasi Leverage Tanpa Nilai Ekstrim
Interval Keterangan
Jumlah data Persentase
X 0,4 Leverage rendah
98 45,58
0,4 ≤ X 0,6 Leverage sedang
70 32,56
0,6 ≤ X Leverage tinggi
47 21,86
Total 215
100
Sumber: Data yang diolah 2016 Berdasarkan tabel 4.4.4 diketahui bahwa setelah data dengan nilai
ekstrim dihapus, jumlah perusahaan dengan leverage rendah dan sedang tetap sama yakni 98 dan 70 anggota populasi sasaran. anggota populasi sasaran
dengan leverage tinggi berubah menjadi 47 perusahaan 21,86. Anggota populasi sasaran dengan nilai leverage ekstrim pada penelitian
ini adalah PT Primarindo Asia Infrastructur Tbk. BIMA pada tahun 2012 2,87629, 2013 2,86356 dan 2014 2,72844 dan PT Bentoel International
Investama Tbk. RMBA pada tahun 2014 1,13627. Selama tiga periode, saldo liabilitas BIMA jauh lebih besar daripada total aset yang dimiliki.
Selama periode tersebut, BIMA hanya mengalami kerugian pada tahun 2013 Rp16.149.760.144 dan BIMA sudah memiliki angka leverage lebih besar
dari 1 sejak tahun 2005. Pada tahun 2013 BIMA mengungkapkan bahwa peningkatan nilai hutang pada tahun tersebut terjadi karena menguatnya nilai
Dollar. Sementara itu, pada 2014 BIMA mengungkapkan bahwa leverage meningkat karena penurunan nilai aset perseroan sebagai dampak
menurunnya penjualan ekspor. Hal-hal tersebut mungkin merupakan beberapa alasan saldo ekuitas atau modal menjadi negatif.
Pada tahun 2014, RMBA juga memiliki saldo liabilitas lebih besar daripada aset. Pada periode tersebut RMBA mengalami kerugian
Rp2.278.718.000.000 yang menyebabkan pengurangan modal.
5. Statistik Deskriptif dan Klasifikasi Spesialisasi Industri Auditor
Variabel spesialisasi industri auditor diperoleh dengan melihat market share Kantor Akuntan Publik KAP. Market share yang tinggi
mengindikasikan bahwa KAP tersebut semakin banyak melakukan audit pada perusahaan dalam industri yang sama. Semakin sering KAP mengaudit
perusahaan dalam industri yang sama berarti semakin bertambah pula kemampuan dan pengalaman dalam mengaudit perusahaan dalam industri
tersebut. Dari proses pengumpulan data yang telah dilakukan, ada 32 KAP yang mengaudit laporan keuangan anggota populasi sasaran selama tahun 2012-
2014. Dari 32 KAP tersebut 4 diantaranya merupakan KAP yang terafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Asing KAPA. Selain itu ada 16 KAP yang
terafiliasi dengan Organisasi Audit Asing OAA dan sisanya 12 KAP tidak termasuk dalam KAP yang terafilisasi dengan KAPA ataupun OAA.
Peneliti telah menghitung market share masing-masing KAP dan telah memperoleh data 5 KAP dengan market share terbesar. Berikut adalah daftar 5
KAP dengan market share terbesar selama 2012 – 2014 :
Tabel 4.5.1. Daftar Kantor Akuntan Publik dengan Market Share Terbesar
No KAP
Jumlah audit
Market share
1 Purwantono, Suherman Surja
43 19,63
2 Osman Bing Satrio Eny
29 13,24
3 Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade
Fatma Rekan 15
6,85 4
Aryanto, Amir Jusuf , Mawar Saptopo 14
6,39 5
Tanubrata Sutanto Fahmi Rekan 13
5,94 Sumber : Data yang Diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.5.1 diketahui bahwa 5 KAP dengan market share terbesar semuanya merupakan KAP yang terafiliasi dengan OAA. KAP dengan
market share paling besar adalah KAP Purwantono, Suherman Surja yang terafiliasi dengan OAA Ernst Young Global Limited dengan market share
sebesar 19,63. Sementara itu, KAP dengan market share terbesar ke dua adalah KAP Osman Bing Satrio Eny yang terafiliasi dengan OAA Deloitte
Touche Tohmatsu Limited dengan market share 13,24. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.5.2. Daftar Kantor Akuntan Publik dengan Market Share Terkecil
No KAP
Jumlah audit
Market share
1 Ahmad, Rasyid, Hisbullah Jerry
1 0,46
2 Budiman, Wawan, Pamudji Rekan
1 0,46
3 Bambang Budi Tresno
1 0,46
4 Joachim Sulistyo Rekan
1 0,46
5 Koesbandijah, Beddy Samsi Setiasih
1 0,46
Sumber : Data yang diolah 2016 Berdasarkan tabel 4.5.2 diketahui bahwa 5 KAP dengan market share
terendah adalah KAP Ahmad, Rasyid, Hisbullah Jerry, KAP Budiman, Wawan, Pamudji Rekan, Bambang Budi Tresno, KAP Joachim Sulistyo
Rekan, dan KAP Koesbandijah, Beddy Samsi Setiasih. Kelima KAP tersebut memiliki market share terendah daripada KAP yang lain yakni 0,46.
Berdasarkah data yang diolah hanya ada 2 KAP yang memiliki market share lebih dari 8 yakni KAP Purwantono, Suherman Surja dan KAP
Osman Bing Satrio dan Eny. Perusashaan yang laporan keuangannya diaudit oleh salah satu KAP tersebut berarti telah diaudit oleh auditor KAP yang
memiliki spesialisasi industri di industri manufaktur. Perusahaan yang diaudit selain oleh kedua KAP tersebut adalah perusahaan yang diaudit oleh auditor
KAP yang tidak memiliki spesialisasi industri di industri manufaktur. Berdasarkan data yang telah diolah, dari 219 anggota populasi sasaran terdapat
72 anggota populasi sasaran yang diaudit oleh KAP dengan spesialisasi industri dan 147 anggota populasi sasaran diaudit oleh KAP tanpa spesialisasi industri.
B. Hasil Penelitian