C. Pembahasan
1. Hubungan Dewan Komisaris dengan Konservatisme Akuntansi
Hasil analisis tabulasi silang crosstab serta nilai Gamma untuk variabel dewan komisaris dan konservatisme akuntansi menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif yang sangat lemah antara dewan komisaris dengan konservatisme akuntansi. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang
dilakukan Lara, et al. 2005 yang menyatakan bahwa corporate governance yang kuat juga akan menyebabkan tingkat konservatisme akuntansi yang
semakin tinggi. Hasil ini juga tidak mendukung penelitian Blunck 2007 dan Ho 2009 yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi rapat dewan
komisaris maka perusahaan akan semakin konservatif. Namun, hasil penelitian ini mendukung penelitian Indrayati 2010 yang tidak dapat
membuktikan pengaruh positif karakteristik dewan terhadap konservatisme akuntansi.
Salah satu cara yang dilakukan dewan komisaris untuk melakukan pengawasan adalah dengan menyelenggarakan rapat dewan komisaris.
Frekuensi rapat dewan komisaris yang tinggi dalam satu tahun tidak menjamin bahwa dewan komisaris bisa menekan perusahaan untuk lebih konservatif.
Kuatnya kendali pendiri perusahaan dan pemilik saham mayoritas bisa menyebabkan dewan komisaris kurang efektif dalam melakukan pengawasan
hasil survei Asian Development Bank dalam Boediono, 2005. Selain itu, mulai tahun 2012 Indonesia mulai melakukan konvergensi IFRS dan dewan
komisaris sebagai pengawas perusahaan juga ambil bagian ketika perusahaan mulai memutuskan untuk menggunakan IFRS yang sudah tidak menyebutkan
lagi mengenai konservatisme akuntansi. IFRS memperbolehkan perusahaan mengakui unrealized gain or loss sehingga laba atau kerugian yang belum
terealisasi dapat segera diakui. Hal ini menyebabkan dewan komisaris juga perlahan mulai meninggalkan prinsip konservatisme akuntansi sehingga
dewan komisaris tidak lagi mendorong perusahaan untuk lebih konservatif.
2. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Konservatisme Akuntansi
Hasil analisis tabulasi silang crosstab serta nilai Gamma untuk variabel kepemilikan institusional dan konservatisme akuntansi menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif yang lemah antara kepemilikan institusional dengan konservatisme akuntansi. Hasil ini tidak mendukung penelitian
Peterson dan Whitworth 2013, Indrayati 2010 dan Wardhani 2008 yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
konservatisme akuntansi. Namun, hasil ini mendukung penelitian Brilianti 2013 dan Deviyanti 2012 yang tidak dapat membuktikan pengaruh positif
kepemilikan institusional terhadap konservatisme akuntansi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kepemilikan institusional bertujuan untuk mengurangi konflik agensi yang terjadi Fama dan Jensen, 1983 dalam Peterson dan Whitworth, 2013.
Kepemilikan institusional menjadi salah satu mekanisme penerapan Good Corporate Governance GCG. Dengan adanya pemilik yang merupakan
institusi, pengawasan yang dilakukan atas perusahaan diharapkan semakin efektif. Selain itu, investor atau pemilik institusi bisa memiliki tim khusus
untuk mengawasi perusahaan. Hubungan antara kepemilikan institusional dan konservatisme akuntansi
menjadi lemah karena akses yang dimiliki institusi pemilik atas perusahaan terbatas. Intitusi pemilik tentu ingin agar dana yang diinvestasikan bisa
memberikan return yang tinggi dan menguntungkan bagi institusi, dengan demikian institusi pemilik akan mendorong perusahaan untuk menghasilkan
laba yang cenderung tinggi Deviyanti,2012. Apabila laba perusahaan tinggi tentu dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga akan
semakin tinggi. Laba juga bisa digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan sehingga
laba yang tinggi atau meningkat akan mensyaratkan kinerja yang baik oleh perusahaan. Perusahaan dengan laba yang tinggi dan kinerja yang baik tentu
akan menarik perhatian investor sehingga permintaan saham perusahaan bisa semakin tinggi dengan demikian harga saham juga bisa naik dan institusi
pemilik juga bisa mendapat gain dari naiknya harga saham. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain itu, mulai tahun 2012 Indonesia mulai melakukan konvergensi IFRS dan sebagai pemegang saham tentunya pemilik yang merupakan
institusi akan diberitahu mengenai konvergensi tersebut. IFRS sudah tidak menyebutkan lagi mengenai konservatisme akuntansi dan memperbolehkan
perusahaan mengakui unrealized gain or loss sehingga laba atau kerugian yang belum terealisasi tetap dapat segera diakui.
3. Hubungan Leverage dengan Konservatisme Akuntansi
Hasil analisis tabulasi silang crosstab serta nilai Gamma untuk variabel leverage dan konservatisme akuntansi menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang sangat lemah antara leverage dengan konservatisme akuntansi. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Salama dan Putnam
2015 dan Deviyanti 2012 yang membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Namun, hasil ini mendukung
penelitian Sari dan Adhariani 2009 dan Brilianti 2013 yang tidak dapat membuktikan pengaruh positif leverage terhadap konservatisme akuntansi.
Leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan juga memiliki hutang yang tinggi. Saat perusahaan tidak dapat membayar pinjamannya,
maka perusahaan dapat mengambil pilihan untuk menjual aset untuk membayar hutang. Kreditur tentu tidak ingin mengambil risiko akan
keamanan dananya, sehingga kreditur akan meningkatkan pengawasan atas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perusahaan. Hal tersebut dapat mendorong perusahaan menjadi lebih konservatif dalam menyusun laporan keuangan
Hubungan antara leverage dan konservatisme akuntansi menjadi sangat lemah karena sebagai pihak eksternal perusahaan, kreditor memiliki akses
yang sangat terbatas atas perusahaan. Hal tersebut menyebabkan kreditur tidak dapat melakukan pengawasan yang ketat pada perusahaan dan kurang dapat
menekan manajemen untuk lebih konservatif. Di sisi lain, perusahaan tentu ingin tetap menjaga kepercayaan kreditur dan pemegang saham. Salah satu
cara yang dilakukan adalah dengan berusaha meningkatkan laba perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan cenderung kurang konservatif cenderung
agresif. IFRS juga memperbolehkan perusahaan untuk mengakui unrealized gain sejauh memang itu sudah pasti akan memberikan manfaat ekonomis
untuk perusahaan. Dengan demikian perusahaan tetap memiliki cara untuk meningkatkan laba dan menjaga kepercayaan para stakeholder.
4. Hubungan Spesialisasi Industri Auditor dengan Konservatisme
Akuntansi
Hasil analisis tabulasi silang crosstab serta nilai Eta untuk variabel spesialisasi industri auditor atau KAP dan konservatisme akuntansi terdapat
hubungan positif yang lemah antara spesialisasi industri auditor dengan konservatisme akuntansi. Hasil ini tidak mendukung penelitian Reyad 2012
yang menunjukkan bahwa spesialisasi auditor berpengaruh signifikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap konservatisme akuntansi. Namun, hasil ini mendukung penelitian Souza, et al. 2013 yang menunjukkan bahwa spesialisasi industri auditor
tidak mempengaruhi konservatisme akuntansi klien. Semakin terspesialisasi lebih banyak pengetahuan auditor dalam suatu
sektor ekonomi mensyaratkan kualitas audit yang lebih baik dan laporan keuangan yang diaudit juga lebih berkualitas Reyad, 2012. Auditor dengan
spesialisasi industri akan lebih mudah menemukan kesalahan atau kecurangan dalam laporan keuangan karena sudah memiliki banyak pengalaman sehingga
perusahaan akan lebih berhati-hati atau lebih konservatif. Namun ada faktor lain yang berpengaruh langsung terhadap konservatisme perusahaan yakni
ukuran auditor atau KAP Souza, et al, 2013. Hal ini menyebabkan hubungan antara spesialisasi auditor dan konservatisme akuntansi menjadi lemah. Selain
itu, dalam melaksanakan audit, auditor harus mengacu pada standar keuangan yang berlaku. Indonesia sudah melakukan konvergensi IFRS sejak tahun 2012
sehingga standar keuangan yang digunakan auditor juga sudah mengacu pada IFRS. IFRS sudah tidak menyebutkan lagi konservatisme akuntansi dan
mengganti dengan prudence. Selain itu, IFRS juga memperbolehkan perusahaan mengakui unrealized gain or loss sebagai bagian dari net income
selama gain atau loss tersebut sudah pasti akan memberikan manfaat ekonomik bagi perusahaan.
78
BAB VI PENUTUP