Hubungan kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, kesulitan keuangan perusahaan, dan konservatisme akuntansi (studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014).

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAN

KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

Albertus Suwarno Aryo Saputro UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

Adanya kebebasan dalam pemilihan metode akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan memberikan peluang bagi pihak manajemen untuk melakukan tindak kecurangan dalam laporan keuangan. Salah satu cara mengatasi kecurangan tersebut adalah dengan diterapkan konsep konservatisme akuntansi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, dan kesulitan keuangan dengan konservatisme akuntansi.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012–2014 dan kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria dalam populasi sasaran. Populasi sasaran yang digunakan adalah 93 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabulasi silang (crosstab).

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) hubungan kepemilikan institusional dengan konservatisme akuntansi adalah positif dan cukup kuat, (2) hubungan pertumbuhan perusahaan dengan konservatisme akuntansi adalah negative dan cukup kuat, (3) hubungan kesulitan keuangan perusahaan dengan konservatisme akuntansi adalah negatif dan kuat.

Kata Kunci: konservatisme akuntansi, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, kesulitan keuangan perusahaan


(2)

ABSTRACT

THE ASSOCIATION OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, COMPANIES GROWTH, FINANCIAL DISTRESS,

AND ACCOUNTING CONSERVATISM.

(Empirical Study on Manufacturing Company Listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2012-2014)

Albertus Suwarno Aryo Saputro SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2016

There is a freedom to choose the accounting methods which are adapted by the company that provides an opportunity for the management to commit fraud in the financial reports. One way to overcome such fraud is to apply the concept of accounting conservatism. This study aims to determine the relations of institutional ownership, companies growth, and financial distress with accounting conservatism.

The targeted population this study was all manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2012-2014 that was selected by a certain criteria. There were 93 companies which were used as the targeted population. The data analysis technique used was descriptive analysis and correlation.

The results of this study were as follows: (1) the association of institutional ownership and accounting conservatism was positive and strong enough, (2) the association of companies growth with accounting conservatism was negative and strong enough, and (3) the association of financial distress and accounting conservatism was negative and strong.

Keywords: accounting conservatism, institusional ownership, companies growth, financial distress


(3)

HUBUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAN

KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Albertus Suwarno Aryo Saputro

NIM : 122114047

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

HUBUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAN

KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Albertus Suwarno Aryo Saputro

NIM : 122114047

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Pengetahuan diperoleh dengan belajar, kepercayaan dengan keraguan, keahlian dengan berlatih, dan cinta dengan mencintai. (Thomas Szasz)

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan. (Samuel Jhonson)

Doa mengubah segalanya

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Bapakku Yulianus Sunaryo dan Ibuku Caecilia Partini

Adikku Isidorus Cahyo Nugroho

Kakek dan Nenekku serta semua keluargaku

Valeria Widha Armita Sari


(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: Hubungan Kepemilikan Institusional, Pertumbuhan Perusahaan, Kesulitan

Keuangan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi.

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 8 Agustus 2016 adalah hasil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil secara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi saya yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa ternyata saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(9)

vi

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Albertus Suwarno Aryo Saputro

Nomer Induk Mahasiswa (NIM) : 122114047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN, DAN

KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan seharusnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 31 Agustus 2016

Yang menyatakan,


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Hubungan Kepemilikan

Institusional, Pertumbuhan Perusahaan, dan Kesulitan Keuangan Perusahaan

dengan Konservatisme Akuntansi”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa hasil yang disajikan belum merupakan hasil yang sempurna. Masih banyak kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada penulis.

Penuilis menyadari bahwa dalam mempersiapkan, menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D, selaku rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.


(11)

viii

2. A.Yudi Yuniarto S.E., M.B.A selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., QIA., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Pendamping Akademik yang dengan sabar membimbing dan bersedia meluangkan waktu, tenaga, saran, koreksi, sumbangan pemikiran, dan nasihat-nasihat dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini bisa selesai.

5. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi khususnya dosen-dosen Akuntansi dan Manajemen yang tergabung dalam kepanitiaan KKP 30 dan 31 atas masukan, bantuan, nasihat, dan semangat selama menyelesaikan skripsi ini.

6. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi khususnya dosen-dosen Akuntansi atas bimbingan dan ilmu yang diberikan selama penulis menempuh kuliah. 7. Seluruh karyawan Sekretariat Fakultas Ekonomi yang telah memberikan

bantuan dan kemudahan selama penulis menempuh kuliah.

8. Bapak dan Ibu tercinta yang peduli pada pendidikan anaknya. Terima kasih telah memberikan semangat, dorongan, doa yang selalu kalian sertakan untukku dari awal kuliah hingga saat ini aku bisa menyelesaikan skripsi.


(12)

ix

9. Kakek dan Nenek serta keluarga saya yang ada di Turi, Sleman yang selalu mendukung dan memberikan banyak pengalaman hidup bermasyarakat selama berada di Yogyakarta serta telah menginzinkan saya untuk tinggal bersama kalian dari awal kuliah hingga skripsi ini terselesaikan.

10.Adik saya yang tercinta Isidorus Cahyo Nugroho yang selalu mendoakan saya dan masukan untuk saya.

11.Kakak sepupu saya Nikolaus Subandi yang telah banyak membantu saya selama proses kuliah dan menjadi teman bermain dari awal saya kuliah hingga terselesaikannya skripsi ini.

12.Pacar saya Valeria Widha Armita Sari yang selalu memberikan semangat, saran, dan doa untuk saya selama proses kuliah hingga terselesaikannya skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat saya yang tergabung dalam Grup “Akt A Wisuda Santai” yang telah menemani saya, melakukan berbagai hal konyol, saling berbagi pengalaman dari awal proses kuliah hingga terselesaikannya skripsi ini. 14.Teman-Teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2012.

15.Teman ngopi saya: Mas Ari, Mas Heri, Ucok, dan Gonzaga yang telah memberikan banyak inspirasi untuk saya.

16.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan membalas budi baik dengan penuh kelimpahan-Nya. Penulis telah berusaha dengan segala pengetahuan dan kemampuan


(13)

x

semaksimal mungkin. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang berminat dan dapat juga sebagai bahan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

Akhir kata penulis terbuka atas semua kritik dan saran yang nantinya akan semakin mengembangkan dan menyempurnakan skripsi ini.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016


(14)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... xi

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematka Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

B. Kerangka Konseptual ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Populasi Sasaran ... 21

C. Teknik Pengumpulan Data ... 22

D. Pengukuran Variabel ... 23

E. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 32

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 32


(15)

xii

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Deskripsi Data ... 36

B. Analisis Data ... 39

C. Pembahasan ... 50

BAB VI PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 61

LAMPIRAN 1... 62

LAMPIRAN 2A ... 65

LAMPIRAN 2B ... 69

LAMPIRAN 3... 72

LAMPIRAN 4A ... 75

LAMPIRAN 4B ... 79

LAMPIRAN 5A ... 82

LAMPIRAN 5B ... 91


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi ... 31

Tabel 2. Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran ... 32

Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel... 36

Tabel 4. Klasifikasi Data Variabel Konservatisme Akuntansi... 40

Tabel 5. Klasifikasi Data Variabel Kepemilikan Institusional... 41

Tabel 6. Klasifikasi Data Variabel Pertumbuhan Perusahaan ... 42

Tabel 7. Klasifikasi Data Variabel Kesulitan Keuangan Perusahaan ... 43

Tabel 8. Hasil Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional dan Konservatisme Akuntansi ... 44

Tabel 9. Hubungan Kepemilikan Institusional dan Konservatisme Akuntansi ... 45

Tabel 10. Hasil Tabulasi Silang Pertumbuhan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi ... 46

Tabel 11. Hubungan Pertumbuhan Perusahaan dengan Konservatisme Akuntansi ... 47

Tabel 12. Hasil Tabulasi Silang Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi ... 48

Tabel 13. Hubungan Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi ... 49


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar I. Kerangka Konseptual Penelitian ... 20


(18)

xv

ABSTRAK

HUBUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAN

KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2012-2014)

Albertus Suwarno Aryo Saputro UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016

Adanya kebebasan dalam pemilihan metode akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan memberikan peluang bagi pihak manajemen untuk melakukan tindak kecurangan dalam laporan keuangan. Salah satu cara mengatasi kecurangan tersebut adalah dengan diterapkan konsep konservatisme akuntansi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, dan kesulitan keuangan dengan konservatisme akuntansi.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012–2014 dan kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria dalam populasi sasaran. Populasi sasaran yang digunakan adalah 93 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabulasi silang (crosstab).

Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) hubungan kepemilikan institusional dengan konservatisme akuntansi adalah positif dan cukup kuat, (2) hubungan pertumbuhan perusahaan dengan konservatisme akuntansi adalah negative dan cukup kuat, (3) hubungan kesulitan keuangan perusahaan dengan konservatisme akuntansi adalah negatif dan kuat.

Kata Kunci: konservatisme akuntansi, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, kesulitan keuangan perusahaan


(19)

xvi

ABSTRACT

THE ASSOCIATION OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, COMPANIES GROWTH, FINANCIAL DISTRESS,

AND ACCOUNTING CONSERVATISM.

(Empirical Study on Manufacturing Company Listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2012-2014)

Albertus Suwarno Aryo Saputro SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2016

There is a freedom to choose the accounting methods which are adapted by the company that provides an opportunity for the management to commit fraud in the financial reports. One way to overcome such fraud is to apply the concept of accounting conservatism. This study aims to determine the relations of institutional ownership, companies growth, and financial distress with accounting conservatism.

The targeted population this study was all manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2012-2014 that was selected by a certain criteria. There were 93 companies which were used as the targeted population. The data analysis technique used was descriptive analysis and correlation.

The results of this study were as follows: (1) the association of institutional ownership and accounting conservatism was positive and strong enough, (2) the association of companies growth with accounting conservatism was negative and strong enough, and (3) the association of financial distress and accounting conservatism was negative and strong.

Keywords: accounting conservatism, institusional ownership, companies growth, financial distress


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada pengguna laporan keuangan tersebut terutama pemilik perusahaan dan kreditor. Laporan keuangan menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Laporan yang disusun dengan Standar Akuntansi Keuangan menghasilkan informasi-informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada setiap perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan. Perusahaan memilih konsep akuntansi sesuai dengan kondisi perusahaan itu (Nugroho, 2012). Akan tetapi kebebasan pemilihan konsep akuntansi oleh perusahaan seringkali disalahgunakan oleh manajemen karena adanya kepentingan pribadi untuk melakukan kecurangan dalam laporan keuangan. Penyalahgunaan wewenang oleh manajemen dapat dideteksi dari adanya manipulasi laporan keuangan.


(21)

Salah satu cara untuk mengatasi kecurangan tersebut adalah dengan menerapkan konsep konservatisme akuntansi. Suwardjono (2005) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi merupakan tindakan kehati-hatian yang diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Konservatisme akuntansi penting digunakan untuk menghadapi ketidakpastian dalam aktivitas ekonomi dan bisnis, sehingga apabila terdapat kondisi yang memiliki kemungkinan menimbulkan kerugian, biaya atau hutang, maka kerugian, biaya atau hutang tersebut harus segera diakui (Chariri dan Ghozali, 2003 dalam Brillianti, 2013). Penerapan konservatisme akuntansi lebih ditekankan kepada perusahaan untuk menetralisir perusahaan yang optimis melaporkan keuangan perusahaannya agar menarik calon investor baru yang mau menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.

Konservatisme dalam akuntansi menjadi hal yang masih diperdebatkan. Berdasarkan Kerangka Konseptual International Financial Reporting Standards (IFRS) untuk Pelaporan Keuangan, konsep konservatisme akuntansi sudah bukan lagi merupakan karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual yang baru dikarenakan tidak sesuai dengan kerangka teori IFRS dimana laporan keuangan berdasarkan IFRS harus bersifat dapat dimengerti, relevan, dapat diandalkan dan sebanding, tetapi tanpa bias konservatif (Brilianti, 2013). IFRS menggantikan istilah


(22)

konservatisme dengan prudence. Dalam konsep konservatisme, laba dan pendapatan akan diakui jika benar-benar telah terealisasi, tetapi jika rugi akan segera diakui. Sementara itu,dalam konsep prudence ketika terjadi laba dan pendapatan atau menurunnya kewajiban dan beban, walaupun belum terealisasi tetapi akan diakui jika memang kriteria dalam pengakuan tersebut sudah terpenuhi (Brillianti, 2013).

Namun dalam penerapan aturan IFRS tertentu, prinsip akuntansi konservatif masih dipertahankan pada berbagai area meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) menyiratkan bahwa prinsip konservatisme tidak lagi diterapkan (Hellman, 2007). Hal ini dikarenakan IFRS harus tetap menghadapi ketidakpastian di masa datang yang selama ini dihadapi oleh manajemen dengan menerapkan prinsip konservatisme akuntansi. Perusahaan yang besar cenderung melaporkan laba lebih rendah secara relatif permanen dengan menyelenggarakan akuntansi yang konservatif (Lo, 2005).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konservatisme. Penelitian-penelitian terdahulu telah menguji pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan tetapi masih terdapat ketidakkonsistenan hasil antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lainnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konservatisme antara lain yang pertama adalah kepemilikan institusional (Widayati, 2011). Penelitian Peterson dan Whitworth (2013) mengatakan bahwa kepemilikan


(23)

institusional berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional yang besar juga menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam menerapkan konservatisme akuntansi. Sedangkan menurut Brilianti (2013) mengatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.

Faktor yang kedua adalah pertumbuhan perusahaan (Ahmed dan Duellman, 2007). Ukuran pertumbuhan dalam perusahaan tergantung dari aktivitas perusahaan itu sendiri. Dalam manajemen keuangan, pertumbuhan perusahaan pada umumnya menunjukkan peningkatan ukuran skala perusahaan (Saputri. 2013). Hasil penelitian Ahmed dan Duellman (2007) mengatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka tingkat konservatisme perusahaan semakin tinggi. Sedangkan penelitian Lasdi (2005) yang memproyeksikan pertumbuhan penjualan sebagai variabel biaya politis mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.

Faktor yang ketiga adalah kesulitan keuangan perusahaan (financial distress) (Brigham dan Daves, 2003) dalam Nugroho (2012). Pramudita (2012) mengatakan tedapat pengaruh positif kesulitan keuangan perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Semakin tinggi tingkat kesulitan keuangan perusahaan maka tingkat konservatisme semakin


(24)

tinggi. Sementara itu Nugroho dan Siti (2012) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Tingkat kesulitan keuangan semakin meningkat, maka konservatisme akuntansi semakin menurun.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Siti (2012) dan Brillianti (2013). Nugroho dan Siti (2012) menggunakan variabel independen kepemilikan manajerial, debt covenant, tingkat kesulitan keuangan perusahaan, dan risiko litigasi serta mengukur konservatisme akuntansi dengan menggunakan metode akrual. Sedangkan Brillianti (2013) menggunakan variabel independen kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dan leverage serta mengukur konservatisme dengan menggunakan metode Market to Book Ratio.

Penelitian ini menggunakan variabel independen kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, dan kesulitan keuangan perusahaan serta mengukur tingkat konservatisme dengan menggunakan metode akrual. Penelitian ini menggunakan populasi sasaran perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014 yang melaporkan keuangan lengkap dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, maka peneliti ingin menguji kembali arah hubungan dan keeratan hubungan antara kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, kesulitan keuangan


(25)

perusahaan, dan konservatisme akuntansi karena masih terdapat ketidakkonsistenan hasil antar peneliti. Dengan demikian peneliti mengambil judul penelitian “Hubungan Kepemilikan Institusional, Pertumbuhan Perusahaan, Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hubungan antara kepemilikan institusional dan konservatisme akuntansi?

2. Bagaimana hubungan antara pertumbuhan perusahaan dan konservatisme akuntansi?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat kesulitan keuangan perusahaan dan konservatisme akuntansi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang akan dibahas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan antara kepemilikan institusional dan konservatisme akuntansi.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pertumbuhan perusahaan dan konservatisme akuntansi.

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kesulitan keuangan perusahaan dan konservatisme akuntansi.


(26)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para akademisi dalam mengembangkan penelitian dimasa yang akan datang dan penelitian ini bisa menjadi bahan refrensi penelitian selanjutnya khusunya dibidang akuntansi mengenai penerapan konservatisme akuntansi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan pemahaman bagi pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan untuk mengatasi masalah keagenan yang dapat diatasi dengan menerapkan konsep konservatisme.

b. Bagi Investor

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melihat tingkat konservatisme yang diterapkan perusahaan tersebut. Selain ini juga memberikan informasi kepada investor dalam memilih agen (manajer) untuk perusahaan agar perusahaan dapat semakin maju.


(27)

c. Bagi Kreditor

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengambilan keputusan memberikan kredit atau tidak kepada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melihat tingkat konservatisme yang diterapkan perusahaan tersebut.

E. Sistematka Penulisan

1. BAB I, PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB II, TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori pendukung penelitian, dan kerangka konseptual.

3. BAB III, METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, populasi sasaran, teknik pengumpulan data, pengukuran variabel, dan teknik analisis data. 4. BAB IV, GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran mengenai data yang digunakan dalam penelitian.

5. BAB IV, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pengukuran variabel, pengujian yang dilakukan, analisis terhadap data, dan pembahasan atas temuan empiris yang diperoleh.


(28)

6. BAB VI, PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran.


(29)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori ini berkembang menjadi pandangan yang menganggap

perusahaan sebagai suatu “kelompok (nexus) kontrak” melalui pernyataan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) bahwa perusahaan-perusahaan adalah “fisik legal yang bertindak sebagai suatu kelompok (nexus) untuk seperangkat hubungan kontrak

dengan individu”. Teori ini menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua pihak atau lebih yang salah satu pihak disebut prinsipal (principal) yang menyewa pihak lain yang disebut agen (agent) untuk melakukan jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam hal ini pihak prinsipal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agen. Prinsipal memberikan tanggung jawab kepada agen sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melakukan tugas demi kepentingan prinsipal, termasuk dalam pendelegasian otoritas pengambilan keputusan. Kontrak tersebut seringkali dibuat


(30)

berdasarkan angka laba bersih, sehingga dapat dikatakan bahwa teori keagenan mempunyai implikasi terhadap akuntansi (Suwardjono, 2005).

Menurut Brillianti (2013) konservatisme dapat dijelaskan dari perspektif teori keagenan. Dalam teori keagenan terdapat pemisahan antara pihak agen dan prinsipal. Hal tersebut dapat berakibat pada munculnya potensi konflik yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen sebagai agen yang mempunyai tujuan tertentu misalnya untuk mendapatkan bonus akan cenderung menyusun laporan keuangan dengan angka laba yang besar atau yang biasa disebut manajemen laba. Kondisi seperti itu dapat dicegah dengan menerapkan konservatisme akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan (Lafond dan Watts, 2007 dalam Brillianti, 2013). 2. Konservatisme Akuntansi

Suwardjono (2005) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi merupakan tindakan kehati-hatian dengan mengakui biaya atau rugi yang kemungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Penerapan prinsip ini mengakibatkan pilihan metode akuntansi dengan metode yang melaporkan laba atau aktiva yang lebih rendah serta melaporkan hutang lebih tinggi. Dengan demikian, pemberi pinjaman akan menerima perlindungan atas risiko


(31)

menurun (downside risk) dari neraca yang menyajikan aset bersih dan laporan keuangan yang melaporkan berita buruk secara tepat waktu (Haniati dan Fitriany, 2010).

Definisi resmi dari konservatisme terdapat dalam Glosarium Pernyataan Konsep No.2 FASB tahun 1980 (Financial Accounting Standard Board) yang mengartikan konservatisme sebagai reaksi yang hati-hati (prudent reaction) dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat pada perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan.

Juanda (2007) menyatakan bahwa konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan asset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan hutang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme menganut prinsip menunda pengakuan laba dan mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya laba yang dilaporkan cenderung rendah (understatement).

Konservatisme masih menjadi perdebatan di dalam dunia akuntansi karena konservatisme bisa memiliki manfaat yang baik untuk perusahaan namun di samping itu juga memiliki efek buruk bagi perusahaan. Beberapa pihak yang mendukung konservatisme adalah Ahmed et al. (2000) yang mengatakan bahwa konservatisme dari


(32)

akuntan penting untuk mengatasi konflik dari manajer dan pemilik akibat kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu konservatisme akuntansi juga dapat mengurangi earnings management oleh pihak manajemen karena laba yang diakui seminimal mungkin sehingga pemilik terhindar dari laba yang overstated. Selain itu konsep konservatisme menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate (Fala, 2007).

Menurut Kam (1995) dan Qiang (2003) dalam Juanda (2007) penolakan terhadap konservatisme disebabkan oleh beberapa aspek yaitu: (1) Ketidakkonsistenan. Ketika laba yang dilaporkan terlalu rendah pada periode sekarang, maka pada periode berikutnya laba akan dilaporkan terlalu tinggi; (2) Ketidakteraturan. Kebijakan perusahaan akan mempengaruhi tingkat konservatisme dalam laporan keuangan; (3) Penyembunyian. Investor mengalami kesulitan menentukan dan menemukan jumlah aset yang dilaporkan terlalu rendah; (4) Kontradiktif. Konservatisme akuntansi bertentangan dengan prinsip akuntansi lainnya antara lain prinsip kos, prinsip penandingan, prinsip konsistensi, dan prinsip pengungkapan; (5) Konservatisme akuntansi tidak sesuai dengan karakteritik kualitatif laporan keuangan antara lain, relevan, reliabilitas, dan komparabilitas.


(33)

3. IFRS (International Financial Reporting Standars)

Menurut Situmorang (2013) International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis “true and fair (IFRS framework paragraph 46). Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market).

Menurut Aristiya (2014), IFRS memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. IFRS menggunakan “Principles Base “ sehingga lebih menekankan pada inteprestasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.


(34)

b. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.

c. Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi.

d. Menggunakan fair value dalam penilaian.

e. Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak. 4. Konservatisme di Indonesia

Di Indonesia penerapan konservatisme pada perusahaan manufaktur sudah ada sejak lama. Hal tersebut dikarenakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberi kebebasan perusahaan dalam menerapkan metode akuntansi yang digunakan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) SAK menyebutkan ada beberapa metode yang menerapkan prinsip konservatisme :

a. PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang Biaya Riset dan Pengembangan. Apabila biaya riset dan pengembangan diakui sebagai beban daripada sebagai aset maka akuntansi yang diterapkan cenderung konservatif. Jika biaya yang terjadi diakui sebagai beban, maka laba yang dihasilkan di dalam laporan keuangan menjadi kecil. Sebaliknya, bila biaya yang terjadi diakui sebagai aset, maka laba yang dihasilkan besar dan akuntansi menjadi tidak konservatif.


(35)

b. PSAK No. 16 (Revisi 2007) tentang biaya depresiasi aset tetap dan pilihan dalam menghitung biaya depresiasi atau penyusutan. Metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing balancing method), dan metode jumlah unit (sum of the unit method). Semakin pendek umur ekonomis aset maka biaya penyusutan akan semakin tinggi dan perusahaan menjadi konservatif. Di sisi lain, metode penyusutan saldo menurun memiliki kos yang lebih besar, sehingga angka laba yang tersaji menjadi rendah. Ini berarti penyusutan saldo menurun (diminishing balancing method) merupakan metode yang lebih konservatif jika dibandingkan dengan metode garis lurus (straight line method) dan metode jumlah unit (sum of the unit method).

c. PSAK No.19 (Revisi 2009) untuk menentukan perlakuan akuntansi bagi aset tidak berwujud yang tidak diatur secara khusus pada standar lainnya. Metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah aset tidak berwujud yang serupa dengan penyusutan pada aset tetap meliputi: Metode garis lurus, Metode saldo menurun berganda, dan Metode jumlah unit produksi. Periode amortisasi yang semakin pendek menyebabkan biaya amortisasi yang semakin besar pada tiap periodenya sehingga berakibat pula pada laba yang menjadi kecil. Dari ketida metode


(36)

amortisasi tersebut, metode saldo menurun berganda metode yang paling konservatif.

5. Kepemilikan Institusional dan Konservatisme Akuntansi

Kepemilikan institusional merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik institusi dari seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Pemilik institusi diantaranya perusahaan asuransi, bank, perusahaan perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain kecuali pemerintah (Brillianti, 2013).

Hasil penelitian Peterson dan Whitworth (2013) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Jumlah Kepemilikan institusional yang tinggi juga menunjukkan tingkat konservatisme yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi sikap oportunistik manajer dalam menyajikan laba yang overstated dalam laporan keuangan. Dengan demikian perusahaan dituntut untuk menerapkan akuntansi yang konservatif untuk melindung investor dan kreditor. Di sisi lain penelitian yang dilakukan oleh Brillianti (2013) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi. Kepemilikan saham yang besar oleh institusional belum dapat menjadikan pemilik institusional menjalankan dengan baik fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen perusahaan dalam


(37)

menjalankan prinsip konservatisme dalam penyusunan laporan keuangan.

6. Pertumbuhan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi

Menurut Kusumajaya (2011), company growth (pertumbuhan perusahaan) adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur dengan pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, pertumbuhan nilai buku ekuitas, dan pertumbuhan aset (Saputri, 2013). Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan diukur dengan pertumbuhan penjualan (Sales Growth) karena pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi tingkat akrual pada perusahaan seperti persediaan, piutang, dll (Ahmed dan Duellman, 2007).

Hasil penelitian Ahmed dan Duellman (2007) menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi konservatisme melalui ukuran akrual dan nilai pasar. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, maka manajer akan memilih metode akuntansi yang konservatif agar perusahaan dapat meminimalkan risiko ketidakpastian ekonomi di masa mendatang. Meskipun


(38)

demikian, hasil penelitian Lasdi (2005) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif pertumbuhan perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Akan tetapi hasil penelitian Lasdi belum dapat menjelaskan faktor penyebab adanya pengaruh negatif antara pertumbuhan perusahaan terhadap konservatisme.

7. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi Menurut Atmini dan Wuryana (2005), financial distress atau kesulitan keuangan perusahaan adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi dimana suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Financial distress bisa diartikan sebagai munculnya sinyal atau gejala-gejala awal kebangkrutan terhadap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan, atau juga kondisi yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi (Platt dan Platt, 2002 dalam Atmini dan Wuryana 2005).

Hasil Penelitian Nugroho dan Siti (2012) menyimpulkan terdapat pengaruh negatif kesulitan keuangan perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Kesulitan keuangan perusahaan dapat mengurangi tingkat konservatisme akuntansi, perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan merupakan akibat dari kinerja manajer yang buruk. Hal tersebut memicu akan adanya penggantian manajer oleh pemilik perusahaan sehingga manajer perusahaan akan mengurangi tingkat konservatisme akuntansi untuk menghindari risiko


(39)

tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramudita (2012) menyimpulkan terdapat pengaruh positif kesulitan keuangan perusahaan terhadap konservatisme akuntansi. Semakin tinggi tingkat kesulitan keuangan perusahaan maka tingkat konservatisme semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan konservatisme merupakan sikap yang dimiliki akuntan untuk bersikap hati-hati terhadap ketidakpastian dalam pengakuan suatu kejadian ekonomi maka pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberikan manfaat yang baik untuk semua pemakai laporan keuangan karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi adanya ketidakpastian.

B. Kerangka Konseptual

Gambar I. Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar I menunjukkan variabel-variabel yang mempengaruhi konservatisme akuntansi yaitu kepemilikan insitusional, pertumbuhan perusahaan, dan kesulitan keuangan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketiga variabel tersebut dengan konservatisme akuntansi yang menggunakan pengujian hubungan dua arahkarena arah hubungan ketiga variabel tersebut belum jelas arahnya (positif atau negatif).

Kepemilikan Institusional

Pertumbuhan Perusahaan

Kesulitan Keuangan Perusahaan


(40)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian empiris. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik penghitungan statistika. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan tiga periode yaitu tahun 2012-2014 perusahaan manufaktur yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tersedia di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Kristen Duta Wacana. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengujian tabulasi silang untuk menjelaskan hubungan kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, kesulitan keuangan perusahaan dan konservatisme akuntansi.

B. Populasi Sasaran Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melaporkan laporan keuangan yang lengkap berturut-turut selama periode 2012-2014 dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dengan populasi sasaran perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan perusahaan manufaktur di Indonesia jumlahnya relatif besar dibandingkan industri lainnya dengan kegiatan operasional bisnis


(41)

yang kompleks, sehingga kemungkinan diterapkannya konsep konservatisme akuntansi akan semakin besar.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2012-2014. Populasi sasaran penelitian menggunakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur agar memperoleh karakteristik perusahaan yang sama. Kriteria populasi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

1. Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012-2014.

2. Perusahaan manufaktur yang telah mempublikasikan laporan keuangan auditan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014.

3. Memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan untuk proses penelitian. 4. Laporan keuangan dinyatakan dalam rupiah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari, dan menganalisis data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur. Selain itu juga menggunakan studi pustaka dengan mengolah data, artikel, jurnal, Indonesian Capital Market Directory (www.idx.co.id) tahun 2012-2014, maupun sumber tertulis maupun elektronik lain yang berkaitan dengan topik penelitian.


(42)

D. Pengukuran Variabel

Pengukuran data variabel dilakukan sebelum proses statistik deskriptif. Data-data yang sudah terkumpul sesuai dengan kriteria pada populasi sasaran kemudian dihitung dengan menggunakan rumus yang ada pada subbab pengukuran variabel sesuai dengan masing-masing variabel yang ada. Setelah data diukur per variabel, kemudian data diolah menggunakan statistik deskriptif.

1. Mengukur Tingkat Konservatisme Akuntansi Perusahaan

Pengukuran konservatisme yang digunakan adalah pengukuran akrual yang merupakan variabel terikat dalam model penelitian. Pengukuran dengan metode akrual ini sama dengan pengukuran yang dilakukan oleh Givoly dan Hayn (2002) dalam Ahmed dan Duellman (2007). Rumus untuk mengukur konservatisme, yaitu :

Keterangan :

CONACC = Konservatisme akuntansi yang diukur secara akrual

NI = Net Income sebelum extra ordinary items CF = Cash flow

DEP = Depresiasi


(43)

Nilai negatif tingkat akrual rata-rata selama periode tertentu, maka prinsip akuntansi yang digunakan tidak konservatif. Apabila terjadi akrual positif yang konsisten selama beberapa tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya konservatisme akuntansi.

Nilai variabel konservatisme akuntansi diperoleh dengan merata-rata nilai setiap tahun (2012-2014) dengan rumus:

∑ 2. Mengukur Tingkat Kepemilikan Institusional Perusahaan

Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan rasio jumlah saham yang dimiliki institusional non-pemerintah dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar keseluruhan.

Nilai variabel kepemilikan institusional diperoleh dengan merata-rata nilai setiap tahun (2012-2014) dengan rumus:

∑ 3. Mengukur Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Variabel pertumbuhan perusahaan diproyeksikan dengan ukuran perusahaan yang dilihat dari pertumbuhan penjualan (Saputri, 2013). Pertumbuhan penjualan diartikan sebagai perubahan penjualan


(44)

per tahun. Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur pertumbuhan penjualan per tahun pada perusahaan.

Nilai variabel pertumbuhan perusahaan yang diproyeksikan dengan ukuran pertumbuhan penjualan diperoleh dengan merata-rata nilai setiap tahun (2012-2014) dengan rumus:

∑ 4. Mengukur Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan

Kebangkrutan perusahaan mengindikasikan adanya masalah keuangan yang dihadapi oleh perusahaan. Penelitian ini mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan model prediksi kebangkrutan yaitu model Ohlson (1980) seperti Nugroho dan Siti (2012) dengan persamaan sebagai berikut:

O = -1,320 + -0,407SIZE it + 6,030TLTA it - 1,430WCTA it + 0,076CLCA it – 2,370NITA it – 1,830FUTL it + 0,285INTWO it – 1,720ENEG it – 0,521CHIN it

Keterangan:

O = Skor prediksi kebangkrutan model Ohlson (1980) untuk mengukur tingkat kesulitan keuangan perusahaan

SIZE it = log aktiva pada perusahaan i tahun t.


(45)

WC/TA it = (modal kerja/aktiva total) pada perusahaan i tahun t. CL/CA it = (utang lancar/aktiva total) pada perusahaan i tahun t. NI/TA it = (laba bersih/aktiva total) pada perusahaan i tahun t. FU/TL it = (arus kas operasi/utang total) pada perusahaan I tahun t. Variabel dummy laba = 1 jika laba bersih adalah negatif, dan 0 untuk

sebaliknya.

Variabel dummy utang = 1 jika utang total lebih besar dari pada aktiva total.

Profitabilitas Perusahaan = (laba bersih tahun t – laba bersih t-1) / jumlah nilai absolut laba bersih tahun t ditambah nilai absolut laba bersih tahun t-1. Nilai variabel Ohlson diperoleh dengan merata-rata nilai setiap tahun (2012-2014) dengan rumus:

Nilai cut-off yang digunakan adalah 0,038 (Ohlson, 1980). Jika skor O di atas 0,038 dikategorikan sebagai perusahaan bermasalah keuangan dan jika di bawah 0,038 dikategorikan sebagai perusahaan tidak bermasalah keuangan.

E. Teknik Analisis Data 1. Deskripsi Data

Tahap pertama yang dilakukan dalam analisis ini adalah mendeskripsikan variabel-variabel penelitian dengan statistik


(46)

deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data populasi sasaran. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tedensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan perhitungan persentase (Sugiyono, 2009).

2. Mengklasifikasi Data Variabel

a. Mengklasifikasi Data Konservatisme Akuntansi

Klasifikasi data ini bertujuan untuk memberikan ukuran data menjadi kategori. Ukuran Konservatisme akuntansi adalah berskala rasio. Bila data bernilai positif maka tingkat konservatisme semakin tinggi. Bila data bernilai negatif maka tingkat konservatisme semakin rendah (Ahmed dan Duellman (2007). Kemudian dari nilai negatif dan positif tersebut dibuat kategori menjadi :

X < 0 dengan kategori 0 (tidak konservatif) X > 0 dengan kategori 1 (konservatif)


(47)

b. Mengklasifikasi Data Kepemilikan Institusional

Ukuran data kepemilikan intitusional adalah skala ordinal. Kepemilikan intitusional dibagi menjadi beberapa kategori yang berbeda dengan memperhatikan urutan. Pembagian kategori tersebut menggunakan dasar pelaporan keuangan berdasarkan tingkat kepemilikan saham biasa sesuai dengan Baker et al. (2010) sehingga pembagian kategori menjadi seperti berikut ini:

Pengaruh Tidak Signifikan (1) : X ≤ 20%

Pengaruh Signifikan (2) : 20% < X ≤ 50% Pengendali (3) : X > 50%

c. Mengklasifikasi Data Pertumbuhan Perusahaan

Ukuran data untuk pertumbuhan perusahaan adalah rasio pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan yang tinggi seringkali meningkatkan ekspektasi pasar terhadap arus kas di masa depan sehingga akan mempengaruhi konsevatisme pasar. Semakin besar tingkat rasio pertumbuhan penjualan yang dicapai perusahaan, maka semakin cenderung manajer menerapkan konservatisme akuntansi. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat rasio pertumbuhan penjualan yang dicapai perusahaan, maka


(48)

semakin cenderung manajer tidak menerapkan konservatisme.

Peneliti membagi data pertumbuhan perusahaan menjadi dua kategori. Kategori yang pertama adalah kategori rasio pertumbuhan penjualan bernilai positif. Kategori positif menunjukkan bahwa adanya peningkatan penjualan terhadap suatu perusahaan yang mengakibatkan konsep konservatisme cenderung diterapkan semakin tinggi. Kategori yang kedua adalah kategori rasio pertumbuhan penjualan bernilai negatif. Kategori negatif menunjukkan bahwa adanya penurunan penjualan terhadap suatu perusahaan. Kategori negatif menunjukkan bahwa penurunan penjualan mengakibatkan suatu perusahaan menurunkan tingkat konservatisme akuntansi (Saputri, 2013). Berdasarkan penjelasan tersebut pembagian kategori pertumbuhan perusahaan adalah sebagai berikut:

X < 0 dengan kategori 0 (Penurunan Penjualan) X > 0 dengan kategori 1 (Peningkatan Penjualan)

d. Mengklasifikasi Data Kesulitan Keuangan Perusahaan

Ukuran data kesulitan keuangan perusahaan adalah skala nominal dengan nilai cut-off 0,038 (Ohlson, 1980) dalam Nugroho dan Siti (2012). Jika nilai kesulitan keuangan


(49)

di atas 0,038 maka dikategorikan sebagai perusahaan bermasalah keuangan dan jika di bawah 0,038 dikategorikan sebagai perusahaan tidak bermasalah keuangan. Semakin tinggi nilai cut-off, Manjaer perusahaan akan cenderung menerapkan konsep konservatisme untuk menghindari penggantian posisi manajernya akibat kinerja sang manajer yang dinilai buruk oleh pemilik perusahaan dan kreditor. Apabila nilai cut-off semakin rendah maka manajer cenderung tidak menerapkan konsep konservatisme karena dianggap perusahaan tidak memiliki masalah keuangan. Peneliti membagi data kesulitan keuangan perusahaan menjadi dua kategori yaitu tidak bermasalah dan bermasalah dengan ketentuan sebagai berikut:

X > 0,038 dengan kategori 0 (bermasalah) X < 0,038 dengan kategori 1 (tidak bermasalah) 3. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Tabulasi Silang (Crosstab) adalah sebuah tabel yang terdiri atas satu baris atau lebih dan satu kolom atau lebih. Crosstab merupakan metode statistik untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) antara dua variabel yang tersedia pada Crosstab (Singgih, 2015). Ciri penggunaan Crosstab adalah data input yang berskala ordinal. Alat pada statistik yang sering digunakan untuk


(50)

mengukur asosiasi pada sebuah Crosstab adalah Kruskal’s Gamma. Alat ini pada praktik statistik bisa diterapkan untuk menguji kekuatan hubungan antar variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi dan variabel independen yaitu kepemilikan instituisonal, pertumbuhan perusahaan, dan kesulitan keuangan perusahaan. 4. Menarik Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari hasil analisis pada tabel tabulasi silang (crosstab) antar variabel serta dengan melihat keeratan hubungan antar variabel dengan melihat nilai Kruskal’s Gamma. Sugiyono (2009) memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan tersebut, maka dapat digunakan seperti yang tertera pada tabel 1. Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien

Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,60 – 0,799 Kuat


(51)

32

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) ditahun 2012-2014. Daftar perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 62-64.

B. Deskripsi Populasi Sasaran 1. Populasi Sasaran

Populasi Sasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan yang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2012-2014 yang memenuhi kriteria penentuan populasi sasaran. Kriteria pemilihan perusahaan yang menjadi populasi sasaran dijabarkan pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Kriteria Pemilihan Populasi Sasaran

Kriteria Populasi Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 143 Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang dollar

(US$)

(24)

Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan auditan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014.

(11)

Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki kelengkapan data (15)


(52)

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa terdapat 143 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2012-2014. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang menggunakan mata uang rupiah. Terdapat 24 perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangan yang diterbitkan sehingga jumlah perusahaan menjadi 118 setelah dikurangi dengan perusahaan yang menggunakan mata uang asing pada laporan keuangannya.

Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan auditan selama tiga tahun berturut-turut selama periode tahun 2012-2014. Di dalam penelitian ini peneliti menemukan 11 perusahaan yang tidak secara berturut-turut melaporkan laporan keuangan karena sebanyak 2 perusahaan baru listing pada tahun 2012, kemudian 4 perusahaan pada tahun 2013, dan 5 perusahaan pada tahun 2014. Dengan demikian setelah dikurangi dengan jumlah perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama periode tahun 2012-2014 menjadi 108 perusahaan. Kriteria yang terakhir adalah perusahaan yang memiliki kelengkapan data agar bisa diolah dalam rumus-rumus yang sudah dicantumkan. Peneliti menemukan ada 15 perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data karena ada beberapa laporan keuangan yang tidak bisa diunduh dan ada laporan tahunan perusahaan yang tidak ada laporan posisi keuangannya sehingga jumlah populasi menjadi 93.


(53)

Sejumlah 93 perusahaan tersebut selanjutnya disebut sebagai populasi sasaran dalam penelitian ini. Kesimpulan dari hasil pengujian maupun analisis pada bab berikutnya berlaku kepada populasi sasaran sejumlah 93 perusahaan, bukan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2012-2014.

2. Pengukuran Variabel a. Konservatisme Akuntansi

Data yang diperlukan untuk mengukur tingkat konservatisme yaitu laba bersih, kas dari aktivitas operasi, depresiasi, dan rata-rata total aktiva (lampiran 2A halaman 65-68). Kemudian data-data tersebut diolah dengan menggunakan pengukuran akrual. Hasil pengukuran akrual kemudian dirata-rata tiga periode tahun (2012-2014). Hasil pengukuran konservatisme akuntansi selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 2B halaman 69-71.

b. Kepemilikan Institusional

Data yang diperlukan untuk mengukur tingkat kepemilikan institusional adalah jumlah saham yang dimiliki institusi dan jumlah saham yang beredar keseluruhan (lampiran 3 halaman 72-74). Hasil pengukuran jumlah kepemilikan institusional kemudian dirata-rata tiga periode tahun (2012-2014). Hasil pengukuran tingkat kepemilikan institusional selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3 tabel halaman 72-74).


(54)

c. Pertumbuhan Perusahaan

Data yang diperlukan untuk menghitung pertumbuhan perusahaan yang diproyeksikan dengan pertumbuhan penjualan adalah selisih jumlah penjualan dari tahun t dan t-1 (lampiran 4A halaman 75-78). Hasil pengukuran tingkat pertumbuhan penjualan kemudian dirata-rata tiga periode tahun (2012-2014). Hasil pengukuran tingkat pertumbuhan penjualan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 4B halaman 79-81.

d. Kesulitan Keuangan Perusahaan

Data yang diperlukan untuk mengukur kesulitan keuangan perusahaan yaitu (log aktiva), (utang total/aktiva total), (modal kerja/aktiva total), (utang lancar/aktiva total), (laba bersih/aktiva total), (arus kas operasi/utang total), variabel dummy laba, variabel dummy utang, Profitabilitas pertumbuhan perusahaan yang kemudian diolah dengan menggunakan model Ohlson (1980) dalam Nugroho dan Siti (2012) (lampiran 5A halaman 82-90). Hasil pengukuran dengan model Ohlson (1980) dalam Nugroho dan Siti (2012) kemudian dirata-rata tiga periode tahun (2012-2014). Hasil pengukuran tingkat kesulitan keuangan perusahaan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 5B halaman 91-93.


(55)

36

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

Variabel konservatisme akuntansi, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan dan kesulitan keuangan perusahaan yang telah diukur kemudian diolah dengan menggunakan pengujian statistika deskriptif dengan program aplikasi pengolahan data yaitu SPSS 21. Setiap variabel konservatisme akuntansi, kepemilikan institusional, pertumbuhan perusahaan, dan kesulitan keuangan perusahaan diuji terlebih dahulu dengan submenu distiribusi frekuensi pada statistik deskriptif untuk mengetahui nilai mean, median, standar deviasi, skeweness, kurtosis, minimum, maksimum, dan kuartil. Adapun hasil dari pengujian statistik deskriptif tersebut dapat dilihat pada berikut ini:

Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel

Variabel Penelitian

N Nilai Rata-Rata Nilai Terendah Nilai Tertinggi Standar Deviasi Konservatisme Akuntansi

93 -0.0369 -0,6275 0,3930 0,1075

Kepemilikan Institusional

93 0,6827 0,0000 0,9896 0,2295

Pertumbuhan Perusahaan 93 0,1471 -0,1650 1,9018 0,2401

Kesulitan Keuangan Perusahaan

93 -3,3120 -9,4998 10,0529 2,6274 Sumber: Data sekunder diolah (2016)

1. Statistik Deskriptif Konservatisme Akuntansi

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat konservatisme akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan manufaktur


(56)

yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 sebesar -0,0369. Nilai tersebut menunjukkan akrual yang negatif berarti rata-rata perusahaan dalam populasi sasaran tidak konservatif atau agresif. Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat konservatisme rendah adalah PT. Apac Citra Centertex Tbk. (MYTX) yang dapat dilihat dari nilai terendah yang dihasilkan sebesar -0,6275. Sedangkan perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat konservatisme tinggi adalah Alam Karya Unggul Tbk. (AKKU) yang dapat dilihat dari nilai tertinggi sebesar 0,3930. Hasil statistik deskriptif konservatisme akuntansi merujuk pada hasil penghitungan rata-rata konservatisme akuntansi pada lampiran 2B halaman 69-71 2. Statistik Deskriptif Kepemilikan Institusional

Hasil statistik deskriptif variabel kepemilikan institusional pada tabel 3 halaman 36 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepemilikan institusional non-pemerintah pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 sebesar 0,6827 (68,27%). Nilai tersebut menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepemilikan institusional perusahaan dalam populasi sasaran termasuk kategori pengendali. Terdapat 5 perusahaan dengan tingkat kepemilikan institusional terkecil yaitu Saranacentral Bajatama Tbk. (BAJA), Indofarma Tbk. (INAF), Intanwijaya Internasional Tbk. (INCI), Kimia Farma Tbk. (KAEF), dan Semen Gresik (Persero) Tbk. (SMGR). Kelima perusahaan tersebut memiliki angka kepemilikan


(57)

terkecil yaitu 0 (0%) karena tidak terdapat kepemilikan jumlah saham oleh institusional. Tingkat kepemilikan tertinggi dapat kita lihat dari nilai tertinggi yaitu sebesar 0,9896 (98,96%) terdapat di PT. Bentoel International Investama Tbk. (RMBA). Hasil statistik deskriptif kepemilikan institusional merujuk pada hasil penghitungan rata-rata kepemilikan institusional pada lampiran 3 halaman 72-74

3. Statistik Deskriptif Pertumbuhan Perusahaan

Hasil statistik deskriptif variabel pertumbuhan perusahaan pada tabel 3 halaman 36 menunjukkan nilai rata-rata tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan rasio pertumbuhan penjualan yaitu sebesar 0,1471. Nilai tersebut menunjukkan rata-rata perusahaan dalam populasi sasaran mengalami peningkatan penjualan. Perusahaan yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah PT. Siwani Makmur Tbk.(SIMA). Pertumbuhan tersebut ditandai dengan nilai tertinggi pada statistik deskriptif variabel pertumbuhan perusahaan yaitu 1,9018. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan penjualan yang sangat drastis adalah PT. Gunawan Diamjaya Steel Tbk. (GDST) dengan nilai terendah yaitu -0,1650. Hasil statistik deskriptif pertumbuhan perusahaan merujuk pada hasil penghitungan rata-rata pertumbuhan perusahaan pada lampiran 4B halaman 79-81.


(58)

4. Statistik Deskriptif Kesulitan Keuangan Perusahaan

Hasil pengujian statistik deskriptif untuk variabel kesulitan keuangan perusahaan pada tabel 3 halaman 36 menunjukkan nilai rata-rata -3,3120. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ra-rata-rata perusahaan populasi sasaran tidak memiliki masalah keuangan karena berada dibawah nilai cut-off 0,038 model Ohlson (1980) dalam Nugroho dan Siti (2012). Perusahaan yang memiliki masalah keuangan tertinggi adalah Primarindo Asia Infrastructur Tbk. (BIMA) dengan nilai tertinggi 10,0529 di atas nilai cut-off 0,038 sedangkan perusahaan yang tidak memiliki masalah keuangan tertinggi adalah PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia (PS) Tbk. (SQBB) dengan nilai terendah -9,4998 di bawah nilai cut-off 0,038. Hasil statistik deskriptif kesulitan keuangan perusahaan merujuk pada hasil penghitungan rata-rata kesulitan keuangan perusahaan pada lampiran 5B halaman 91-93 B. Analisis Data

1. Klasifikasi Data

a. Konservatisme Akuntansi

Pengklasifikasian data variabel konservatisme akuntansi diklasifikasikan menjadi dua nilai yaitu positif dan negatif. Pembagian nilai tersebut didasarkan pada nilai akrual konservatisme akuntansi jika nilainya adalah negatif, maka perusahaan dianggap tidak konservatif atau agresif dan jika nilainya adalah positif maka perusahaan tersebut dianggap


(59)

konservatif (Ahmed dan Duellman, 2007). Hasil pengklasifikasian data variabel konservatisme akuntansi adalah sebagai berikut: Tabel 4. Klasifikasi Data Konservatisme Akuntansi

Variabel Skala Kategori Jumlah Persentase

Konservatisme Akuntansi

X < 0 Tidak

Konservatif

73 78,50%

X > 0 Konservatif 20 21,50%

Total

93 100%

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

Hasil pengklasifikasian pada tabel 4 menunjukkan perusahaan pada populasi sasaran lebih banyak tidak konservatif (agresif) dengan jumlah data sebesar 78,50% atau 73 perusahaan sedangkan perusahaan yang konservatif sebesar 21,50% atau 20 perusahaan pada populasi sasaran. Lampiran 6 halaman 94-96 merupakan hasil pengklasifikasian data konservatisme akuntansi menggunakan program SPSS 21.

b. Kepemilikan Institusional

Pengklasifikasian data variabel kepemilikan institusional non-pemerintah diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu pengaruh tidak signifikan, pengaruh signifikan, dan pengendalian. Penggunaan kategori tersebut didasarkan pada dasar pelaporan keuangan berdasarkan tingkat kepemilikan saham biasa (Baker et.al, 2010). Berikut ini hasil pengklasifikasian data variabel kepemilikan institusional dapat dilihat pada tabel 5 halaman 41.


(60)

Tabel 5. Klasifikasi Data Kepemilikan Institusional

Variabel Skala Kategori Jumlah Persentase

Kepemilikan Intitusional

X ≤ 20% Pengaruh Tidak

Signifikan 5 5,38%

20% < X ≤ 50% Pengaruh Signifikan 8 8,60%

X > 50% Pengendali 80 86,02%

Total 93 100%

Sumber: Data sekunder diolah 2016

Hasil klasifikasi pada tabel 5 menunjukkan bahwa kepemilikan saham sebagian besar dalam perusahaan populasi sasaran dimiliki oleh pihak pengendali yaitu sebanyak 86,02% atau 80 perusahaan. Jumlah kepemilikan institusional dengan kategori pengendalian ini juga menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur dalam populasi sasaran, kepemilikan institusional kategori pengendali mendominasi jumlah saham dibandingkan kepemilikan intitusional dengan kategori pengaruh tidak signifikan yang hanya berjumlah sebesar 8,60% atau 8 perusahaan dan kategori pengaruh tidak signifikan sebesar 5,38% atau 5 perusahaan. Lampiran 6 halaman 94-96 merupakan hasil pengklasifikasian data kepemilikan institusional menggunakan program SPSS 21.

c. Pertumbuhan Perusahaan

Pengklasifikasian data variabel pertumbuhan perusahaan diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu peningkatan penjualan dan penurunan penjualan. Pembagian klasifikasi pertumbuhan perusahaan tersebut diproyeksikan bahwa perusahaan yang memiliki nilai pertumbuhan penjualan (sales growth) yang negatif


(61)

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan penjualan (tidak mengalami pertumbuhan perusahaan), sebaliknya perusahaan yang memiliki nilai pertumbuhan penjualan (sales growth) yang positif menunjukkan perusahaan mengalami peningkatan penjualan (mengalami pertumbuhan perusahaan) (Saputri, 2013). Hasil pengklasifikasian data variabel pertumbuhan perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Klasifikasi Data Pertumbuhan Perusahaan

Variabel Skala Kategori Jumlah Persentase

Pertumbuhan Perusahaan

X < 0 Penurunan Penjualan

10 10,75%

X > 0 Peningkatan Penjualan

83 89,25%

Total

93 100%

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

Hasil klasifikasi pada tabel 6 menunjukkan sebesar 89,25% atau 83 perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang berarti tingkat pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualaan adalah tinggi dan sebesar 10,75% atau 10 perusahaan mengalami penurunan penjualan yang berarti tingkat pertumbuhan perusahaannya rendah. Lampiran 6 halaman 94-96 merupakan hasil pengklasifikasian data pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan pertumbuhan penjualan (sales growth) menggunakan program SPSS 21.


(1)

LAMPIRAN 5B. Penghitungan Rata-Rata Kesulitan Keuangan Perusahaan

No

Kode Emiten

O

Rata-Rata O 2012 2013 2014

1 ADES -3,9171 -3,9767 -4,1556 -4,01645 2 AISA -2,9417 -2,8376 -3,4633 -3,08086 3 AKKU 1,8677 2,2813 2,7797 2,309554 4 AKPI -2,7750 -2,4634 -3,0087 -2,74903 5 ALKA -1,8335 -0,9307 -0,3508 -1,03832 6 ALMI -1,6172 -0,1700 -0,1893 -0,65882 7 AMFG -5,8393 -5,9492 -6,1195 -5,96932 8 APLI -3,0320 -5,1905 -5,0012 -4,40793 9 ARNA -4,8743 -5,3708 -5,8158 -5,35362 10 ASII -3,8789 -4,1114 -4,0667 -4,01899 11 AUTO -4,3879 -5,1973 -4,6457 -4,74361 12 BAJA -1,1081 0,2737 0,6500 -0,06148 13 BATA -4,0469 -3,3593 -3,0328 -3,47967 14 BIMA 9,5558 9,7731 10,8299 10,05292 15 BRNA -2,1589 -0,8762 -1,0691 -1,36807 16 BUDI -1,9033 -1,8035 -1,5682 -1,75834 17 CPIN -5,7012 -5,4503 -3,8103 -4,98729 18 DLTA -8,8419 -9,1115 -7,0976 -8,35034 19 DPNS -5,2491 -5,4999 -5,8760 -5,54165 20 DVLA -6,1885 -5,9644 -4,5280 -5,5603 21 EKAD -4,7797 -4,6168 -4,1837 -4,52673 22 ETWA -2,3826 -1,1262 -0,5880 -1,36559 23 FASW -1,5922 -0,7254 -1,3505 -1,22268 24 GDST -6,0967 -5,6701 -3,9722 -5,24634 25 GGRM -5,2781 -4,4446 -4,1692 -4,63067 26 GJTL -2,6615 -2,8205 -2,1831 -2,55502 27 HDTX -2,4180 -0,4770 0,8577 -0,67912 28 HMSP -5,0243 -6,1082 -5,6032 -5,57853 29 ICBP -5,7550 -4,9249 -4,9561 -5,21201 30 IGAR -5,9386 -5,2374 -5,2526 -5,47618 31 IKAI -0,4746 -0,3372 0,2388 -0,19098 32 IMAS -1,7391 -1,6349 -1,3338 -1,56926 33 INAF -3,1098 -1,2866 -1,9416 -2,11265 34 INAI -0,8583 -1,5504 -0,2752 -0,89464 35 INCI -4,8939 -7,2287 -4,3604 -5,49435 36 INDF -4,2853 -3,5976 -3,3665 -3,74981 37 INDS -4,5864 -6,0904 -5,2569 -5,31123

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

∑�

Keterangan:

1.

O = Skor prediksi Model Ohlson:

-1,320 + -0,407(SIZE) + 6,030(TL/TA)

1,430(WC/TA) + 0,076(CL/CA)

2,370(NI/TA)

1,830(FU/TL) + 0,285(variabel dummy laba)

1,720(variabel dummy utang)

0,521(Profitabilitas Perusahaan)

2. Rata-Rata O = Nilai rata-rata skor prediksi model

Ohslon selama 3 tahun


(2)

LAMPIRAN 5B. Penghitungan Rata-Rata Kesulitan Keuangan Perusahaan

(Lanjutan)

No

Kode Emiten

O

Rata-Rata O

2012 2013 2014

38 INTP -9,0912 -9,3412 -8,7059 -9,04609 39 JPFA -2,9218 -2,6370 -2,6429 -2,7339 40 JPRS -5,0659 -16,0945 3,8332 -5,77573 41 KAEF -5,2257 -4,9303 -4,4815 -4,87919 42 KBLI -4,5008 -4,1439 -5,3174 -4,65405 43 KBLM -1,1536 -1,3315 -1,8064 -1,43049 44 KBRI -2,7908 -3,6524 -1,2063 -2,54984 45 KDSI -5,5583 -2,5944 -2,0497 -3,40078 46 KIAS -6,4365 -7,1515 -5,7887 -6,45892 47 KICI -3,6189 -4,3576 -5,0640 -4,34683 48 KLBF -6,8672 -6,0027 -7,3400 -6,73662 49 LION -6,8321 -5,9912 -4,8608 -5,89468 50 LMPI -2,5235 -1,5225 -1,6471 -1,89771 51 LMSH -5,5852 -5,7892 -5,9248 -5,76644 52 LPIN -4,7253 -3,9279 -2,6781 -3,77712 53 MAIN -2,5437 -2,3815 -0,7632 -1,89614 54 MBTO -4,5396 -4,6559 -3,7405 -4,312 55 MERK -6,2120 -6,4453 -8,2627 -6,97333 56 MLBI -3,3024 -6,9444 -2,5321 -4,25966 57 MLIA 0,1320 -0,0325 -0,2736 -0,05804 58 MRAT -5,7869 -5,1127 -3,7530 -4,88421 59 MYOR -2,8999 -3,2196 -2,8443 -2,98792 60 MYTX 1,5790 -1,5931 0,7990 0,261612 61 NIPS -1,8843 -0,8069 -2,7564 -1,81585 62 PICO -1,4880 -1,4882 -2,2337 -1,73662 63 PRAS -2,2136 -2,5968 -2,7603 -2,52354 64 PSDN -3,3424 -3,9928 -2,5325 -3,28924 65 PYFA -3,4846 -2,4261 -2,8397 -2,91682 66 RICY -2,6236 -1,8039 -1,7701 -2,06587 67 RMBA -0,9284 0,9214 1,0187 0,337217 68 ROTI -3,6504 -2,9431 -2,2580 -2,9505 69 SCCO -2,8589 -2,4827 -3,0570 -2,79955 70 SIAP -3,2194 -0,3796 -5,7982 -3,13239 71 SIMA 3,2316 0,4129 -1,2304 0,804692 72 SIPD -1,9611 -2,2796 -2,6279 -2,28957 73 SKBM -1,6242 -1,9726 -2,9846 -2,1938

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

∑�

Keterangan:

2.

O = Skor prediksi Model Ohlson:

-1,320 + -0,407(SIZE) + 6,030(TL/TA)

1,430(WC/TA) + 0,076(CL/CA)

2,370(NI/TA)

1,830(FU/TL) + 0,285(variabel dummy laba)

1,720(variabel dummy utang)

0,521(Profitabilitas Perusahaan)

2. Rata-Rata O = Nilai rata-rata skor prediksi model

Ohslon selama 3 tahun


(3)

LAMPIRAN 5B. Penghitungan Rata-Rata Kesulitan Keuangan Perusahaan

(Lanjutan)

No

Kode Emiten

O

Rata-Rata O

2012 2013 2014

74 SKLT -2,6502 -2,3183 -2,2717 -2,41342 75 SMCB -5,0974 -4,2241 -3,3822 -4,23456 76 SMGR -5,8919 -6,1683 -6,4748 -6,17831 77 SMSM -4,8458 -5,0795 -5,3607 -5,09534 78 SPMA -2,6078 -1,7344 -1,7425 -2,02822 79 SQBB -9,4674 -9,8426 -9,1895 -9,49984 80 SRSN -4,0362 -5,2618 -4,4900 -4,59599 81 SSTM -0,6990 -0,5415 -0,3045 -0,51498 82 STAR -3,5187 -3,7553 -3,3709 -3,54829 83 TCID -8,5504 -6,7875 -4,6140 -6,65066 84 TIRT 0,4025 1,6024 0,4531 0,819318 85 TOTO -4,4705 -4,8061 -4,5877 -4,62143 86 TRIS -3,9120 -4,1076 -3,5516 -3,85705 87 TRST -3,6905 -3,0730 -3,3315 -3,36496 88 TSPC -5,9847 -5,6007 -5,2058 -5,59707 89 ULTJ -5,3459 -5,2014 -5,5291 -5,35878 90 UNIT -3,0243 -1,9307 -2,4682 -2,4744 91 UNVR -3,7233 -3,7197 -3,8384 -3,76046 92 VOKS -2,1673 -1,9973 -0,6632 -1,60926 93 YPAS -2,1285 -1,1362 -2,1654 -1,81004

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

∑�

Keterangan:

3.

O = Skor prediksi Model Ohlson:

-1,320 + -0,407(SIZE) + 6,030(TL/TA)

1,430(WC/TA) + 0,076(CL/CA)

2,370(NI/TA)

1,830(FU/TL) + 0,285(variabel dummy laba)

1,720(variabel dummy utang)

0,521(Profitabilitas Perusahaan)

2. Rata-Rata O = Nilai rata-rata skor prediksi model

Ohslon selama 3 tahun


(4)

LAMPIRAN 6. Klasifikasi Data

No Kode Emiten

Variabel Konservatisme

Akuntansi

Kepemilikan Institusional

Pertumbuhan Perusahaan

Kesulitan Keuangan Perusahaan

1 ADES

0

3

1

1

2 AISA

0

3

1

1

3 AKKU

0

3

1

0

4 AKPI

0

3

1

1

5 ALKA

0

3

1

1

6 ALMI

0

3

0

1

7 AMFG

0

3

1

1

8 APLI

1

3

0

1

9 ARNA

0

3

1

1

10 ASII

0

3

1

1

11 AUTO

0

3

1

1

12 BAJA

0

1

1

1

13 BATA

0

3

1

1

14 BIMA

1

3

1

0

15 BRNA

1

3

1

1

16 BUDI

0

3

0

1

17 CPIN

0

3

1

1

18 DLTA

0

3

1

1

19 DPNS

0

3

0

1

20 DVLA

0

3

1

1

21 EKAD

0

3

1

1

22 ETWA

0

3

1

1

23 FASW

1

3

1

1

24 GDST

1

3

0

1

25 GGRM

0

3

1

1

26 GJTL

0

3

1

1

27 HDTX

1

3

1

1

28 HMSP

0

3

1

1

29 ICBP

1

3

1

1

30 IGAR

0

3

1

1

31 IKAI

1

3

1

1

32 IMAS

0

3

1

1

33 INAF

0

1

1

1

34 INAI

0

3

1

1

35 INCI

0

1

1

1

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

Konservatisme Akuntansi Keterangan:

0 = Tidak Konservatif 1 = Konservatif

Kepemilikan Institusional Keterangan:

1 = Pengaruh Tidak Signifikan 2 = Pengaruh Signifikan 3 = Pengendalian

Pertumbuhan Perusahaan Keterangan:

0 = Penurunan Penjualan 1 = Peningkatan Penjualan

Kesulitan Keuangan Perusahaan Keterangan:

0 = Bermasalah 1 = Tidak Bermasalah


(5)

LAMPIRAN 6. Klasifikasi Data (Lanjutan)

No.

Kode

Emiten

Variabel Konservatisme

Akuntansi

Kepemilikan Institusional

Pertumbuhan Perusahaan

Kesulitan Keuangan Perusahaan

36 INDF

1

3

1

1

37 INDS

0

3

1

1

38 INTP

0

3

1

1

39 JPFA

0

3

1

1

40 JPRS

0

3

0

1

41 KAEF

1

1

1

1

42 KBLI

0

3

1

1

43 KBLM

0

3

1

1

44 KBRI

0

2

1

1

45 KDSI

0

3

1

1

46 KIAS

0

3

1

1

47 KICI

0

3

1

1

48 KLBF

0

3

1

1

49 LION

0

3

1

1

50 LMPI

0

3

1

1

51 LMSH

0

2

1

1

52 LPIN

0

2

1

1

53 MAIN

0

3

1

1

54 MBTO

0

3

1

1

55 MERK

0

3

1

1

56 MLBI

0

3

1

1

57 MLIA

1

3

1

1

58 MRAT

0

3

1

1

59 MYOR

0

2

1

1

60 MYTX

1

3

0

0

61 NIPS

0

2

0

1

62 PICO

0

3

1

1

63 PRAS

0

3

1

1

64 PSDN

1

3

0

1

65 PYFA

0

3

1

1

66 RICY

0

2

1

1

67 RMBA

1

3

1

0

68 ROTI

1

3

1

1

69 SCCO

0

3

1

1

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

Kepemilikan Institusional Keterangan:

1 = Pengaruh Tidak Signifikan 2 = Pengaruh Signifikan 3 = Pengendalian

Konservatisme Akuntansi Keterangan:

0 = Tidak Konservatif 1 = Konservatif

Pertumbuhan Perusahaan Keterangan:

0 = Penurunan Penjualan 1 = Peningkatan Penjualan

Kesulitan Keuangan Perusahaan Keterangan:

0 = Bermasalah 1 = Tidak Bermasalah


(6)

LAMPIRAN 6. Klasifikasi Data (Lanjutan)

No. Kode Emiten

Variabel Konservatisme

Akuntansi

Kepemilikan Institusional

Pertumbuhan Perusahaan

Kesulitan Keuangan Perusahaan

70 SIAP

0

3

1

1

71 SIMA

0

3

1

0

72 SIPD

0

2

0

1

73 SKBM

0

3

1

1

74 SKLT

0

3

1

1

75 SMCB

1

3

1

1

76 SMGR

0

1

1

1

77 SMSM

0

3

1

1

78 SPMA

0

3

1

1

79 SQBB

0

3

1

1

80 SRSN

0

3

1

1

81 SSTM

1

3

1

1

82 STAR

0

3

1

1

83 TCID

0

3

1

1

84 TIRT

1

3

1

0

85 TOTO

0

3

1

1

86 TRIS

0

3

1

1

87 TRST

0

3

1

1

88 TSPC

0

3

1

1

89 ULTJ

0

2

1

1

90 UNIT

0

3

1

1

91 UNVR

1

3

1

1

92 VOKS

1

3

1

1

93 YPAS

0

3

1

1

Sumber: Data sekunder diolah (2016)

Konservatisme Akuntansi Keterangan:

0 = Tidak Konservatif 1 = Konservatif

Kepemilikan Institusional Keterangan:

1 = Pengaruh Tidak Signifikan 2 = Pengaruh Signifikan 3 = Pengendalian

Pertumbuhan Perusahaan Keterangan:

0 = Penurunan Penjualan 1 = Peningkatan Penjualan

Kesulitan Keuangan Perusahaan Keterangan:

0 = Bermasalah 1 = Tidak Bermasalah


Dokumen yang terkait

Pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, manajemen laba, tipe auditor dan internal audit terhadap audit fees: studi empiris pada sektor manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2013

0 6 145

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2009-2011)

0 9 136

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME DALAM AKUNTANSI (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)

1 20 53

PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN, LIQUIDITY, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

1 1 31

PENDAHULUAN Pengaruh Konservatisme Terhadap Asimetri Informasi Dimoderasi Oleh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI).

0 0 8

Hubungan dewan komisaris, kepemilikan institusional, leverage dan spesialisasi auditor dengan konservatisme akuntansi (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014).

0 0 151

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, TINGKAT HUTANG, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan Listing di BEI 2011-2012).

0 0 17

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN KOMITE AUDIT TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014).

1 4 155

PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN PERUSAHAAN, RISIKO LITIGASI, DEBT COVENANT DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009-2013)

0 0 17

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, GROWTH OPPORTUNITIES, DAN TINGKAT KESULITAN KEUANGAN TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang dan Konsumsi yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014) - repository p

0 0 17