31
3. Tahapan Operasional Konkret
Tahap operasional konkret terjadi pada anak yang berusia 7-11 tahun. Pada tahapan ini, seorang anak mulai memiliki pemikiran logis
dan menggantikan pemikiran intuitif. Selain itu, pada tahapan ini seorang anak dapat menunjukkan operasi-operasi konkret yang
merupakan tindakan dua arah terhadap objek-objek nyata dan konkret. Pada tahapan ini juga terjadi proses konservasi. Konservasi memiliki
tugas untuk mendemonstrasikan kemampuan anak dalam melakukan operasi-operasi konkret. Memasuki masa operasional konkret, seorang
anak telah mampu mengkoordinasikan beberapa karakteristik sekaligus dan tidak lagi berfokus pada elemen tunggal dari sebuah objek.
Memasuki tahap operasional konkret, anak-anak akan melakukan konservasi secara bertahap. Piaget mengusung tema horizontal décalage
yang diartikan sebagai munculnya kemampuan-kemampuan yang mirip secara bersamaan dalam suatu tahapan perkembangan.
Proses lainnya yang terjadi pada tahap operasional konkret adalah klasifikasi.
Klasifikasi diartikan
sebagai kemampuan
untuk mengklasifikasikan benda dan memahami relasi antar benda tersebut.
Selain mengalami proses klasifikasi, seorang anak yang berada dalam tahap operasional konkret juga mengalami proses seriation. Seriation
adalah kemampuan seorang anak untuk mengurutkan stimulus berdasarkan kuantitasnya. Proses terkahir yang terjadi di tahap
operasional konkret adalah transitivity. Piaget mengatakan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
transitivity adalah sebuah kemampuan anak untuk memikirkan relasi gabungan secara logis Santrock, 2007.
4. Tahapan Operasional Formal
Tahapan perkembangan kognitif yang keempat dan terakhir adalah tahapan operasional formal terjadi direntang usia 11-15 tahun.
Piaget mengatakan bahwa ketika seseorang memasuki tahapan ini, ia akan mengalami pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir dalam
cara-cara yang abstrak dan lebih logis. Di tahapan ini seseorang juga mulai mengembangkan gambaran-gambaran tentang situasi-situasi yang
ideal serta akan menggunakan pemikiran logis dan lebih sistematis dalam menyelesaikan suatu masalah.
Pada tahapan ini, seseorang mulai memiliki pemikiran yang abstrak, ideal, dan logis. Kualitas abstraksi pemikiran pada tahap ini
lebih jelas dan para remaja mulai memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah verbal. Kualitas abstrak seseorang juga dapat
dilihat dari munculnya pemikiran remaja yang cenderung lebih memikirkan dirinya sendiri. Selain itu, remaja juga mulai memiliki
pemikiran yang penuh dengan idealisme dan kemungkinan- kemungkinan. Setelah remaja memilik pemikiran yang abstrak dan
idealis, remaja mulai berpikir secara lebih logis. Menurut Piaget, saat memasuki masa remaja seseorang akan menggunakan metode
pemikiran hipotesis-deduktif, yaitu pengembangan hipotesa terbaik dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
secara sistematis menyimpulkan langkah-langkah terbaik untuk menyelesaikan sebuah masalah Santrock, 2007.
Selain memiliki pemikiran yang abstrak, ideal, dan logis, seorang remaja yang berada pada tahapan operasional formal juga mengalami
peningkatan kesadaran akan diri sendiri sehingga akan menganggap semua orang tertarik pada diri mereka dan menganggap bahwa dirinya
tidak terkalahkan. Proses ini dikenal sebagai egosentrisme remaja Elkind, 1978 dalam Santrock, 2007. Elkind membedakan
egosentrisme remaja ke dalam 2 tipe pemikiran. Pemikiran yang pertama adalah penonton imajinatif, yaitu perilaku remaja yang
bertujuan untuk mendapatkan perhatian dan dilihat oleh lingkungan. Di masa remaja awal, seorang remaja yang memiliki pemikiran penonton
imajinatif akan merasa bahwa ia sebagai seorang actor dan lingkungan sebagai penonton yang mengawasi perilakunya. Pemikiran yang kedua
adalah fabel personal. Fabel personal adalah munculnya kesadaran remaja akan keunikan yang dimilikinya. Kesadaran ini memicu para
remaja merasa bahwa tidak ada orang yang dapat memahami perasaan yang sedang dirasakan. Dimasa ini, para remaja akan menggambarkan
dirinya dengan melibatkan fantasi-fantasi dan jauh dari realitas yang sesungguhnya.
34
C. PERSEPSI
1. Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi berasal dari Bahasa Latin yaitu, perceptio;
dari percipere yang berarti menerima atau mengambil. Terdapat banyak pengertian dari persepsi seperti yang ditulis Sobur
dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Umum”. Leavit, 1987;
John R. Wenburg William W. Wilmot dalam Sobur, 2003 mengartikan persepsi secara luas sebagai bagaimana cara seseorang
untuk memandang atau mengartikan sesuatu. Yusuf 1991, dalam Subur, 2003 memaknai persepsi sebagai proses memaknai hasil
pengamatan. Gulo 1982, dalam Subur, 2003, mengartikan persepsi sebagai proses seseorang untuk menyadari segala sesuatu yang
terjadi di lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Sedangkan Rakhmat 1994, dalam Sobur 2003 berpendapat bahwa
persepsi adalah proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atas pengalaman-pengalaman tentang objek dan peristiwa.
Atkinson dalam Sobur, 2003, menyebutkan bahwa persepsi merupakan proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola
stimulus dalam lingkungan. Pareek, 1996; Rudolph F. Verderber dalam Sobur, 2003 mengartikan persepsi sebagai proses pemberian
reaksi terhadap rangsangan pancaindra atau data serta proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, dan
menguji rangsangan pancaindra dan data. Sedangkan King 2010 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mendefinisikan persepsi sebagai proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk memberikan makna. Mahmud 1990
mendefinisika persepsi sebagai penafsiran stimulus yang telah ada di dalam otak.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa persepsi adalah proses seseorang memandang, menafsirkan, menyeleksi informasi
dari lingkungan dan kemudian bereaksi berdasarkan informasi yang telah diseleksi dan diproses berdasarkan stimulus yang telah ada di
dalam otak.
2. Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi dan kognisi diperlukan disemua kegiatan psikologis. Persepsi merupakan perilaku seleksi, interpretasi, dan pembulatan
terhadap interpretasi yang sampai. Berdasarkan teori rangsangan- tanggapan, persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang
menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Terdapat tiga komponen utama dalam proses persepsi,
yaitu: a.
Seleksi yang diartikan sebagai proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat
banyak atau sedikit. b.
Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh
36
berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga
bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses
mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. c.
Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi Depdikbud, 1985 dalam Sobur,
2003. Mahmud 1990 menjelaskan bahwa dalam melakukan perspsi,
manusia tidak hanya bergantung pada rangsangan saja, akan tetapi sesuatu yang melatar belakangi rangsangan itu sendiri. Latar
belakang suatu rangsangan dapat berupa pengalaman-pengalaman sensoris yang dulu pernah dialami, perasaan manusia pada waktu
rangsangan itu
ditangkap, prasangka-prasangka,
keinginan- keinginan, sikap, dan tujuan manusia pada waktu itu.
3. Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Persepsi
Pareek 1996 dalam Sobur, 2003 menjelaskan bahwa proses pembentukan persepsi dimulai dari menerima rangsangan,
menyeleksi rangsangan,
mengorganisasikan rangsangan,
mengartikan rangsangan, menguji rangsangan, dan pada akhirnya memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data. Setelah
menerima rangsangan, untuk menghemat perhatian yang digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
maka tidak semua rangsangan akan diperhatikan tetapi diseleksi terlebih dahulu. Beberapa faktor yang mempengaruhi seleksi
rangsangan menurut Pareek adalah sebagai berikut: a.
Faktor Internal Menurut Pareek, faktor internal merupakan faktor yang
berkaitan dengan diri sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Kebutuhan psikologis
merupakan faktor
yang mempengaruhi persepsi. Hal ini dikarenakan ada beberapa
hal yang sebenarnya tidak ada menjadi ada karena adanya kebutuhan psikologis.
Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih oleh
persepsi karena seseorang akan mencari sesuatu yang sama dengan latar belakang yang ia miliki.
Pengalaman juga mempengaruhi hal-hal yang dipilih oleh
persepsi, layaknya latar belakang. Seseorang akan mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin serupa
dengan pengalaman pribadinya.
Kepribadian seseorang menjadi salah satu faktor internal
terbentuknya persepsi. Hal ini dikarenakan orang akan cenderung akan tertarik dengan orang yang kepribadiannya
sama dengannya atau malah sama sekali berbeda dengan dirinya.
38
Sikap dan kepercayaan umum mempengaruhi persepsi
terkait dengan minat seseorang untuk melihat hal kecil yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain.
Penerimaan diri merupakan sifat penting yang
mempengaruhi persepsi karena orang yang telah mampu menerima dirinya akan lebih tepat menyerap suatu
rangsangan yang sesuai dengan dirinya.
b. Faktor Eksternal
Pareek menjelaskan bahwa selain faktor internal, persepsi seseorang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor telaah. Faktor-
faktor tersebut kemudian juga mempengaruhi persepsi atas orang dan keadaan. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah:
Intensitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang. Orang akan cenderung lebih menanggapi rangsangan yang lebih intensif dibandingkan rangsangan
yang kurang intens.
Ukuran suatu benda yang lebih besar cenderung lebih
menarik perhatian seseorang karena lebih cepat dilihat. Oleh karena itu ukuran menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi.
Kontras akan mempengaruhi persepsi seseorang karena
orang akan lebih tertarik dengan perilaku atau hal-hal yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tidak biasa. Perubahan yang terjadi pada suatu kebiasaan akan cenderung lebih menarik perhatian.
Gerakan merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi terbentuknya persepsi seseorang. Pareek menjelaskan bahwa hal-hal yang bergerak lebih menarik
perhatian diaripada hal-hal yang diam.
Ulangan merupakan salah satu trik untuk menarik perhatian
seseorang. Akan tetapi perilaku berulang yang terlalu sering juga dapat menimbulkan kejenuhan. Oleh karena itu sebuah
pengulangan memiliki nilai yang cukup tinggi untuk menarik perhatian seseorang jika digunakan dengan hati-
hati.
Keakraban menjadi salah satu faktor eksternal pembentuk
persepsi karena orang akan lebih tertarik pada hal-hal yang telah ia kenal.
Sesuatu yang baru juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi terbentuknya persepsi meskipun faktor ini bertentangan dengan faktor keakraban. Akan tetapi Pareek
menjelaskan bahwa seseorang juga akan tertarik pada hal- hal yang baru jika ia telah biasa dengan kerangka yang
sudah dikenal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI