Hasil Pengujian Bukit Plastik Hasil Analisis Sudut Hamburan
Gambar 4.4 merupakan merupakan grafik hubungan posisi Y terhadap X hasil dari analisa video menggunakan software LoggerPro.
Titik-titik data pada grafik diblok ketika jejak lintasan kelerengnya linier setelah melewati bukit plastik dan difit menggunakan “linier
fit”. Nilai gradien digunakan untuk menentukan besar sudut hamburannya
. Kelereng terhambur dengan arah yang tidak berlawanan dengan arah datang kelereng. Artinya kelereng terhambur
kurang dari 90
o
. Sehingga perhitungan sudut hamburannya menggunakan persamaan 3.2.
Dengan ketinggian awal kelereng yang tetap, posisi peluncurnya digeser secara parallel. Dengan mengubah peluncur, maka
parameter impak juga berubah. Parameter impak yang kecil menyebabkan kelereng berada dekat dengan inti. Hasil analisa data
menggunakan software LoggerPro berupa jejak lintasan kelereng untuk posisi pameter impak nyang kecil seperti gambar 4.5 berikut.
Gambar 4.5. Jejak lintasan kelereng ketika parameter impak kecil.
Hasil analisa video menggunakan software LoggerPro tidak hanya menampilkan jejak lintasan kelereng. LoggerPro juga
menampilka grafik posisi Y terhadap X. Grafik posisi Y terhadap X ketika parameter impak kecil seperti gambar 4.6.
Gambar 4.6. Grafik hubungan posisi Y terhadap X ketika parameter impak kecil.
Gambar 4.6 merupakan merupakan grafik hubungan posisi Y terhadap X ketika parameter impak kecil. Titik-titik data pada grafik
diblok ketika jejak lintasan kelerengnya linier setelah melewati bukit plastik dan difit menggunakan “linier fit”. Nilai gradien digunakan
untuk menentukan besar sudut hamburannya . Kelereng terhambur
dengan arah yang berlawanan dengan arah datang kelereng. Artinya kelereng terhambur lebih dari 90
o
. Sehingga perhitungan sudut hamburannya menggunakan persamaan 3.3.
Data hasil ekpsperimen ketika ketinggian awal kelereng H tetap untuk berbagai nilai parameter impak b yang berbeda dibagi dalam dua
set. Set pertama perpindahan peluncur dimulai dari bagian tengah menuju bagian atas. Set kedua perpindahan peluncur dimulai dari
bagian tengah menuju bagian bawah. Set pertama untuk setiap perpindahan peluncur diberi tanda dengan angka. Set kedua setiap
perpindahan peluncur diberi tanda dengan huruf. Tanda untuk setiap perpindahan jalur landai untuk set pertama dan set kedua seperti
gambar 3.3. Data hasil ekpsperimen ketika ketinggian awal kelereng H tetap untuk setiap nilai parameter impak b yang berbeda seperti pada
tabel berikut:
Tabel 4.1. Sudut hamburan yang diperoleh ketika nilai H tetap untuk setiap nilai b yang berbeda pada set pertama.
No. b
m °
1 0,006586
151,83 2
0,014880 96,26
3 0,028790
55,70 4
0,037120 46,36
5 0,048380
35,85 6
0,056740 29,48
7 0,067430
23,61 8
0,076370 22,14
9 0,086890
17,79 10
0,098060 16,21
Tabel 4.2. Sudut hamburan yang diperoleh ketika nilai H tetap untuk setiap nilai b yang berbeda pada set kedua.
No. b
m °
A 0,005475
132,04 B
0,013910 107,05
C 0,024840
75,08 D
0,034130 54,15
E 0,043750
42,14 F
0,053100 32,65
G 0,062880
27,10 H
0,072420 23,06
I 0,081710
18,37 J
0,091660 17,85
K 0,100900
15,29
Data yang ditampilkan pada tabel 4.1 dan 4.2 yaitu ketika nilai H
dibuat tetap untuk setiap nilai b yang berbeda pada set pertama dan set kedua. Dari beberapa nilai parameter impak b yang berbeda dengan
ketinggian awal kelereng H yang tetap diperoleh semakin kecil parameter impak b menghasilkan sudut hamburan
yang semakin besar. Begitu juga sebaliknya, semakin besar parameter impak b
menghasilkan sudut hamburan yang semakin kecil. Hasil analisa
video ketika H tetap untuk setiap nilai b yang berbeda terlampir pada lampiran 1.
b. Sudut hamburan ketika parameter impak b tetap untuk setiap ketinggian awal kelereng H yang berbeda.
Posisi peluncur dibuat tetap untuk setiap ketinggian awal kelereng H yang berbeda. Hal ini menyebakan nilai parameter impak b
juga tetap untuk setiap nilai H yang berbeda. Nilai parameter impak b ini diperoleh dari rata-rata nilai b untuk setiap H yang berbeda.
Perhitungan nilai parameter impak b untuk setiap nilai H yang berbeda
pada lampiran 2. Nilai parameter impak b pada eksperimen ini adalah 0,071 ± 0,001 m. Hasil analisis video yang ditunjukan pada komputer
berupa jejak lintasan dan grafik posisi Y terhadap X. Ketika nilai H adalah 0,094 m jejak lintasan kelereng yang ditampilkan pada
LoggerPro seperti gambar 4.7.
Gambar 4.7. Jejak lintasan kelereng ketika H sebesar 0,094 m. Grafik posisi Y terhadap X yang ditampilkan oleh LoggerPro ketika
H adalah 0,094 m seperti gambar 4.8.
Gambar 4.8. Grafik posisi Y terhadap X ketika H sebesar 0,094 m.
Titik-titik data pada gambar 4.8 diblok ketika jejak lintasan kelerengnya linier setelah melewati bukit plastik. Titik-titik data yang
diblok kemudian difit menggunakan linear fit. Nilai gradien digunakan untuk menentukan besar sudut hamburannya
. Dari gambar 4.7 menunjukan bahwa kelereng terhambur dengan arah yang tidak
berlawanan dengan arah datangnya. Artinya kelereng terhambur kurang dari 90
o
. Sehingga perhitungan sudut hamburannya menggunakan persamaan 3.2.
Dengan tidak merubah posisi jalur landai kelereng sama dengan tidak merubah nilai parameter impaknya. Hasil analisa data
untuk nilai H sebesar 0,024 m diperoleh jejak lintasan seperti gambar 4.9.
Gambar 4.9. Jejak lintasan kelereng ketika H sebesar 0,024m.
Grafik posisi Y terhadap X yang ditampilkan oleh LoggerPro ketika H
adalah 0,024 m seprti gambar 4.10.
Gambar 4.10. Grafik posisi Y terhadap X ketika H sebesar 0,024m.
Titik-titik data pada gambar 4.10 diblok ketika jejak lintasan kelerengnya linier setelah melewati bukit plastik. Selanjutnya, titik-
titik data difit menggunakan linier fit. Dari gambar 4.9 menunjukan bahwa kelereng terhambur dengan arah yang tidak berlawanan dengan
arah datangnya. Artinya kelereng terhambur kurang dari 90
o
. Sehingga perhitungan sudut hamburannya menggunakan persamaan 3.2.
Data hasil ekpsperimen ketika b tetap yaitu 0,071 ± 0,001 m untuk setiap nilai H yang berbeda seperti pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Sudut hamburan yang diperoleh ketika nilai b tetap yaitu 0,071 ± 0,001 m untuk setiap nilai H yang berbeda.
No. H
m °
1 0,094
3,02 2
0,089 3,25
3 0,084
3,54 4
0,079 3,61
5 0,074
3,95 6
0,069 4,18
7 0,064
4,59 8
0,059 5,15
9 0,054
5,65 10
0,049 7,33
11 0,044
8,19 12
0,039 11,44
13 0,034
12,48 14
0,029 19,39
15 0,024
26,32 16
0,019 43,18
17 0,014
50,21 18
0,009 74,23
Data yang ditampilkan pada tabel 4.3 yaitu ketika nilai b dibuat tetap pada 0,071 ± 0,001 m untuk setiap nilai H yang berbeda. Dari
beberapa nilai ketinggian awal kelereng H dengan parameter impak b yang tetap diperoleh semakin kecil nilai
H maka sudutnya
hamburannya semakin besar begitu juga sebaliknya semakin besar
nilai H maka sudutnya hamburannya semakin kecil. Hasil analisa
video ketika b tetap yaitu 0,071 ± 0,001 m untuk setiap nilai H yang berbeda terlampir pada lampiran 3.