SUBJEK 2 1.
Identitas Subyek
Nama : MIL
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 3 Desember 2000
Usia : 10 tahun
Pendidikan Terakhir : TK
Pekerjaan : Pelajar
Urutan kelahiran : Anak ke 2 dari 2 bersaudara
Agama : Katolik
Status Pernikahan : Belum menikah
2. Identitas Orangtua Subyek
Keterangan Orangtua
Ayah Ibu
Nama M
E Usia
50 tahun 48 tahun
Pendidikan Terakhir
SMA D3
Pekerjaan Swasta
Ibu Rumah Tangga Agama
Islam Katolik
Status Pernikahan Berpisah
Berpisah
3. Identitas Saudara
Keterangan Urutan Kelahiran
Anak ke-1
Nama IK
Usia 12,5 tahun
Jenis Kelamin Laki-laki
Pendidikan Terakhir SD
Pekerjaan Pelajar
Agama Katolik
Status Pernikahan Belum Menikah
Keterangan Kandung
61
4. LATAR BELAKANG
Subyek adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak laki-lakinya berada di atasnya 2,5 tahun. Relasi di dalam keluarga subyek kurang harmonis
karena ayah dan ibu subyek telah berpisah beberapa tahun yang lalu. Setelah perpisahan itu, ayah subyek sama sekali tidak pernah menemui subyek lagi.
Hal ini membuat subyek benar-benar tergantung pada figur ibunya. Meskipun demikian, subyek mengungkapkan bahwa dirinya merindukan kehadiran
ayahnya.
Kenangan masa kecil yang berkesan bagi subyek yaitu ketika subyek pergi ke Bali bersama nenek dan ibunya. Subyek merasakan masa-masa yang
indah karena dapat menikmati keindahan Pulau Bali. Saat itu subyek mengunjungi tempat wisata seperti Tanah Lot, Sangeh, Kintamani,
Karangasem, Tampak Siring dan Sukowati. Hubungan dengan kakak kandungnya sering diwarnai pertengkaran karena perbedaan pendapat, saling
mengejek, berebut barang atau makanan, saling memukul dan lain-lain. Pertengkaran ini akan berakhir bila salah satunya menangis dan dilerai oleh
ibunya.
5. Analisis Tematik Tiap Kartu
Kartu 1 Cerita :
Ini Mbak Putri punya gambar yang pertama. Bisa diceritain. Jadi, suatu hari ada. Pada suatu hari ada sebuah keluarga yang. Eee… Bahagia, rukun. Mereka itu tidak pernah bertengkar.
Pada suatu hari, mereka pun mengikuti undian. Mereka itu masukkan lagi ke kotak yang mereka, kotak itu yang tadi mereka ambil untuk ada di… Ada.. Keesokan paginya mereka
mendapat undangan. Mereka menang undian. Mereka mendapat uang yang sangat banyak. Mereka pun senang. Mereka pindah rumah dari desa ke kota. Nah, orang itu, orangtuanya
mereka itu tidak lagi menjadi tukang becak dan ibu rumah tangga. Mereka pun mempunyai pekerjaan. Pekerjaan yang pertama yaitu ayahnya. Ayahnya bekerja di sebuah kantor yang
sangat terkenal pada saat itu. Dan yang kedua ibunya. Ibunya bekerja di sebuah salon yang memang hanya untuk artis. Mereka pun tidak pernah bersama-sama lagi. Hidupnya hanya ada
pertengkaran, pertengkaran, dan pertengkaran. Mereka pun sudah tidak bisa makan bersama, ke gereja bersama. Pada suatu hari, anak yang pertama, dia, yaitu Doni. Doni pun memikirkan,
“ Kapan kita bisa gereja bersama, makan bersama?”. Pada suatu hari, ayah dan ibunya pun tidak pulang terlalu malam. Doni pun mengajak, “Ayah, ibu, ayo kita makan bersama.” Ibu itu
pun berbicara,”Tapi kita tidak mempunyai apa-apa.” “Ya sudah, kita ke rumah makan saja Bu.“ Ayah itu berbicara, “Baiklah.” “Iya Bu”, begitu juga kata Doni. Pada akhirnya, mereka
pun makan ke rumah makan. Pada akhirnya mereka pun pulang dengan perut yang kenyang dan hati yang senang karena mereka bisa makan bersama seperti dulu lagi.
Ok… Eee… Ini, Doni yang mana ya? Ini. Terus, ini siapa ya? Nita. Ini adek apa kakak? Ini anak kedua.
Anak kedua. Terus, ini? Itu anak terakhir. Namanya? Namanya Billy. Billy. Ok. Laras lihat gak ini ada gambar ini? Ada. Bisa diceritain gak itu siapa?
Itu ceritanya tuh. Eee… Ayahnya yang senang melihat mereka bisa bersama kembali.
62
Inquiry :
Sekarang kita ulang lagi dari gambar yang pertama. Laras masih inget kan ceritanya? Ini kalau kartu yang pertama, Laras
dapat idenya darimana sih? Itu aku tuh pernah. Jadi, aku tuh punya teman. Dia itu selalu. Dulu dia tuh emang ya kaya ya, tapi selalu dimanja. Setelah
besar, orangtuanya mulai kerja. Dia pun tidak pernah merasakan kebahagiaan yang dulu lagi.
Sumber cerita
: Pengalaman orang lain Tokoh
: Doni Anak laki-laki
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Keluarga yang. Eee… Bahagia, rukun. Mereka itu
tidak pernah bertengkar. Mereka pun mempunyai
pekerjaan. Pekerjaan yang pertama
yaitu ayahnya.
Ayahnya bekerja di sebuah kantor yang sangat terkenal
pada saat itu. Dan yang kedua
ibunya. Ibunya
bekerja di sebuah salon yang memang hanya untuk
artis.
Merekapun tidak pernah bersama-sama
lagi. Hidupnya
hanya ada
pertengkaran, pertengkaran,
dan pertengkaran. Mereka pun
sudah tidak bisa makan bersama,
ke gereja
bersama. Jika sebuah keluarga
yang hidup harmonis Jika
orangtua memperoleh pekerjaan
Jika orangtua sibuk dan
tidak pernah
bersama-sama maka
terjadi pertengkaran Terdapat
persepsi tentang keluarga yang
harmonis Persepsi
tentang orangtua
yang memenuhi kebutuhan
keluarga
Keluarga yang tidak harmonis
Kartu 3 Cerita :
Kita ke gambar yang ke? Tiga. Ya, ini coba diceritain. Gambar yang ketiga ada seorang yang kaya raya bernama Pak Willy. Dan dia pun memiliki anak yang bernama Liam. Pada suatu
ketika, Pak Willy itu pun sedang berpikir bagaimana untuk kelanjutan hidup anak kita yang masih kecil padahal Pak Willy dan istrinya itu sudah tua sekali. Kira-kira umurnya sudah 59
tahun. Sedangkan anaknya baru berumur 8 tahun. Mereka pun bingung. Bagaimana jika kita telah meninggal. Anak kita siapa yang mengurusnya. Bu Willy pun berbicara seperti Pak Willy
berbicara, “Tidak usah takut karena kita pasti diberi umur panjang oleh Tuhan Yesus Kristus. Anak kita pun bisa kita hidupi sampai dia menikah.” “Tapi mana mungkin?” Bu Willy pun
berbicara,”Apa yang tidak bisa bagi Tuhan?” Pak Willy pun berbicara,”Kita tidak perlu takut karena kita akan diberi umur panjang dan kekuatan untuk merawat anak kita yang masih kecil
ini. Kenapa kita takut? Karena. Mengapa kita tidak boleh takut?” Bu Willy itu pun berkata,”Mengapa kita harus takut karena kita pun bisa merawat anak itu karena aku yakin,
umurku akan panjang sekali sampai tak terhingga. Anak kita pun bisa mempunyai cucu bagi
63
kita dan mempunyai cicit bagi kita. Eee. Pada akhir ceritanya Pak Willy dan Bu Willy mempunyai umur yang sangat panjang. Umurnya 123 tahun. Anak itu pun sudah mempunyai
banyak sekali keturunan. Pa k Willy pun berkata,”Bu, apa yang kubilang? Benar kan? Anak kita
akan mempunyai umur yang panjang dan keturunan yang banyak. Nah, itu perasaannya gimana? Perasaan Pak Willy pun senang karena dia memiliki keturunan yang banyak dan
yakin.
Selesai? Lanjut ya…
Inquiry :
Kalau yang ini darimana? Aku ngarang sendiri. Ngarang sendiri? Nggak dapat ide darimana gitu? Sama sekali enggak?
Nggak terinspirasi, “Oh, ya dulu aku pernah nih, atau gimana gitu? Nggak? Benar-benar ngarang sendiri? He-eh. Oke.
Sumber cerita
: Imajinasi Tokoh
: Pak Willy
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Pak Willy itu pun sedang berpikir bagaimana untuk
kelanjutan hidup anak kita yang masih kecil
Bu Willy
itu pun
berkata,”Mengapa kita
harus takut karena kita pun bisa merawat anak itu
karena aku yakin, umurku akan panjang sekali sampai
tak terhingga. Jika ada orangtua
yang memikirkan
kelanjutan hidup
anaknya Orangtua yang dapat
merawat anaknya Terdapat
persepsi tentang ayah yang
memenuhi kebutuhan anak
Orangtua yang
bersama-sama merawat dan menjaga
anak
Kartu 4 Cerita :
Gambar selanjutnya yang keberapa? Empat. Empat. Gambarnya ada seorang ibu-ibu yang menggendong anak dan anaknya yang bersepeda. Suatu hari, hari pun mulai petang. Ibu itu pun
ada acara arisan yang rumahnya sangat jauh tapi suaminya pun belum datang jua. Dia terpaksa membawa anak-anaknya untuk pergi arisan. Dia pun tidak mempunyai babysitter karena dia
yakin dia bisa merawat anaknya sendiri sampai besok besar. Ibu itu pun kebingungan karena hari sudah petang, cuacanya buruk. Dia pun berusaha bagaimana caranya agar aku bisa
merawat, melakukan aktivitasku seperti biasanya dan menjaga anakku. Ibu itu pun kebingungan. Akhirnya, ibu itu menelpon,”Yah, kapan kamu pulang?” “Aku sebentar lagi
pulang.” “Ya sudah, aku hanya bisa bilang kalau aku membawa anak-anak kita pergi ke arisan di rumah Ibu Ratna. Ayah itu pun bilang,”Tidak apa-apa asal kalau anak kita tidak nakal saat
kau melakukan arisan.” Ibu itu pun menjadi repot karena membawa barang yang banyak sekali tidak seperti biasanya. Anak yang pertama pun dia juga nakal karena dia hampir jatuh karena
naik sepedanya ngebut. Ibu itu pun berbicara dengan teriak-
teriak, “Rafi, kenapa kamu naik sepedanya terlalu cepat? Ibu ini sulit menjaga adikmu dan kamu. Mendingan kamu pelan-pelan
saja.” “Aku tidak mau bu karena nanti aku telat datang, ketemu teman-temanku.” “Ya sudah, kalau nanti kamu jatuh, ibu tidak mau mengurusimu.” Terus ya sudah anak itu tetap bersepeda
dengan cepat dan akhirnya jatuh terluka parah. Ibu itu pun menjadi bertambah repot karena anak itu sangat ngeyel dikasih taunya. Akhirnya, mereka ke UGD. Anak itu pun harus
dioperasi, dijahit pada lengannya dan kakinya. Pada akhirnya, Rafi anak yang bandel itu pun menjadi kapok karena dia sudah merasakan bagaimana sakit karena jatuh dari sepeda itu dan
64
harus dijahit pada lengan dan kakinya. Perasaan Rafi pun menjadi aku tidak mau menjadi anak yang nakal. Udah.
Inquiry : Kalau yang ini? Itu aku dapat cerita dari temanku. Cerita dari teman.
Sumber cerita : Pengalaman orang lain Tokoh : Seorang ibu
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Ibu terpaksa membawa anak-anaknya untuk pergi
arisan. Dia pun berusaha bagaimana caranya agar aku
bisa merawat, melakukan aktivitasku seperti biasanya
dan menjaga anakku.
Ibu itu pun menjadi repot karena membawa barang
yang banyak sekali tidak seperti biasanya. Anak yang
pertama pun dia juga nakal ibu
itu pun
menjadi bertambah repot karena anak
itu sangat ngeyel dikasih taunya.
Seorang ibu yang merawat
anaknya sendirian
Seorang ibu yang menjadi bertambah
repot karena
menjaga anaknya
sendirian Terdapat
persepsi tentang
ibu yang
memperhatikan anaknya
Ibu yang menanggung bebanbertanggung
jawab
Kartu 5 Cerita :
Terus kita ke gambar yang ke? Lima. Lima.Gambar yang kelima ini. Coba, gimana ceritanya. Di suatu rumah ada sebuah keluarga kecil yang bahagia. Mereka mempunyai dua
anak laki-laki semuanya. Dan ayah ibunya itu pun terpaksa harus meninggalkan anak-anaknya karena ada urusan yang sangat penting dan tidak bisa membawa anaknya. Akhirnya, anak itu
pun ditinggal. Dengan perasaan yang takut ditinggal kedua orangtuanya pergi, tetapi apa boleh buat. Pada suatu ketika ada sebuah perampok yang ingin merampok isi semua, semua isi
rumahnya. Anak itu pun menangis dengan kera
s.,”Papa, mama, aku takut.” Nah, mereka pun bersembunyi tapi karena sudah terlambat, mereka pun tertangkap oleh perampok itu. Mereka,
perampok itu menyekap kedua anak itu di suatu gudang yang sangat gelap dan kotor, banyak tikusnya dan kecoaknya. Mereka pun disuruh menelpon orangtuanya untuk meminta tebusan.
Sebelum itu, orangtua itu pun bingung, kemana anak kita. Apakah bermain? Jika bermain, masa sampai larut malam seperti ini. “Sudahlah, tidak usah bingung”, ayah dari kedua anak itu
pun berbicara. Tapi, mereka bermain kemana? Anak-anak di perumahan sini pun sudah mulai tidur dan tidak ada yang bermain kembali. Eee… Oiya, bagaimana kalau kita mencari kedua
anak itu. Ya sudah, kita cari. Kita naik mobil saja karena sudah malam. Mereka pun mencari. Anak itu
pun menelpon sambil menangis,”Ayah,ibu, kenapa kalian tidak menjemputku di gudang yang gelap dan kotor banyak tikusnya ini?” “Kalian kenapa bisa sampai disitu?”
“Kami disekap oleh lima perampok yaitu perampoknya itu kotor, terus hitam, menggunakan baju
lengan panjang dan celana panjang.” Perampok itu pun bilang,”Ya, memang kami yang menangkap anak-anak kalian. Sekarang saya ingin kalian ke markas kita, gudang bekas PT
KEBERANIAN di Jalan Bangau nomor 22.” Orangtua mereka pun mulai membawa uang mereka yang sangat banyak. Ternyata, uang mereka belum cukup untuk membayar tebusan itu.
Mereka pun tidak boleh mengambil anaknya. Setelah mereka, uang mereka. Jam 12 malam pun
65
mereka mengambil uang lagi ke rumah lagi baru dari rumah lagi mereka ke PT KEBERANIAN. Mereka pun cepat-cepat kesana. Akhirnya mereka membawa 100juta untuk
membayar. Akhirnya anak itu bisa dibawa kembali bersama keluarga itu. Udah?
Inquiry :
Kalau yang ini? Itu baca buku. Bukunya apa? Itu
judulnya menonton TV, tapi kalau ini aku ganti jadinya di kamar sendiri. Ooo... Buku ya? Jadi kalau yang menonton TV dia itu ga mau disuruh ngapa-
ngapa. Kalau yang ini anaknya masih kecil-kecil belum bisa ngapa-ngapa. Sumber cerita
: Membaca buku berjudul “Menonton TV” Tokoh
: Anak-anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Ayah ibunya itu pun terpaksa harus meninggalkan
anak-anaknya karena ada urusan yang sangat penting
dan tidak bisa membawa anaknya.
Orangtua mereka pun mulai membawa uang mereka yang
sangat banyak. Akhirnya mereka membawa 100juta
untuk membayar. Akhirnya anak itu bisa dibawa kembali
bersama keluarga itu.
Orangtua yang harus meninggalkan
anaknya karena
suatu yang penting Orangtua
yang melakukan suatu hal
demi keselamatan
anak Terdapat
persepsi tentang orangtua yang
terpaksa meninggalkan
anaknya karena suatu keperluan
Orangtua yang
mengutamakan anak memikirkan
keselamatan anak.
Kartu 6 Cerita :
Gambar selanjutnya ya.Gambar keberapa? Enam. Keenam.Ini.Coba, ceritain. Itu gambar anak-anak kemah. Pada suatu hari, hari Jumat tepatnya, anak-anak kemah. Tepatnya anak
kelas 6 diberi pengumuman seperti ini : Anak-anak, besok minggu kalian akan kemah sampai hari Rabu. Kalian kemah di Sumber Boyong, tempatnya di Pakem. Kalian pun harus mengikuti
tanpa dipungut biaya. Kalian hanya cukup membawa alat mandi, pramuka, kalian minimal membawa dua, pakaian bebas terserah membawa berapa, alat masak, kompor, ember, gayung
dan peralatan yang lain. Yang penting kalian harus membawa tenda. Tapi, kalau kalian tidak mempunyai, kalian boleh meminjam sekolah. Anak-anak itu pun berteriak senang sekali karena
baru pertama kali mereka kemah. Setelah pulang, mereka pun berbicara kepada kedua orangtuanya,”Ayah, ibu, besok Minggu kami harus kemah tanpa dipungut biaya. Alat yang
harus dibawa ini: tiap-tiap anak membawa 5 peralatan yang sudah dibagi dengan kelompoknya. Satu anak itu ada yang membawa ember, gayung, kompor dan tenda. Anak itu pun berteriak
pada ibunya,”Ibu, mana pancinya, Ibu, mana embernya?” . Sampai ibunya itu pun marah,”Kenapa kamu teriak-teriak, kenapa tidak menghampiri Ibu saja? Ibu ada di kamar.
Kamu kan bisa kesini.” “Tapi aku tuh besok Minggu sudah harus kemah dan peralatan yang aku siapkan belum semuanya terpenuhi, jadi aku harus membawa makanan, baju yang banyak,
baju pramuka, tongkat,
dan lainnya.” Ibu itu pun marah,”Kenapa kalian ini tidak bisa diberitahu ibu, ibu bilang tidak usah teriak-
teriak, yang biasa saja.” Akhirnya anak itu pun bilang,”Maaf Bu karena aku tadi sudah membentak-bentak Ibu.” Akhirnya, anak itu pun
menyiapkan sendiri dengan mandiri. Akhirnya, mereka kemah dengan bahagia dan pulang dengan senang dan menceritakan pengalamannya di depan kelas. Perasaan mereka pun bahagia
66
sekali karena bisa belajar mandiri, memasak sendiri, mencuci baju sendiri, dan lainnya. Coba, ini diceritain. Siapa aja sih yang disini. Ini tuh ada yang kita ketahui baru satu kelompok. Satu
kelompok ini ada tujuh anak yang bernama, yang pertama, Nicholas, Niko, Daniel, Bagas, terus Edi, Ananta dan yang satu lagi Yohan. Yang ini siapa? Yang kita lihat ada tiga anak,
Ananta, Yohan dan Daniel. Oke. Jadi mereka satu kelompok gitu ya?Selesai? Udah.
Inquiry :
Kalau yang ini darimana? Ini denger cerita dari kakaknya temanku.
Sumber cerita
: Pengalaman orang lain Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Ibu itu pun marah,”Kenapa kalian ini tidak bisa
diberitahu ibu, ibu bilang tidak usah teriak-teriak
Jika seorang ibu marah karena
anaknya tidak mau mendengarkan
Terdapat persepsi tentang ibu yang akan
marahi anak
Kartu 8 Cerita :
Selanjutnya ya. Kartu yang ke? Delapan. Nih gambar yang kedelapan. Ceritanya apa ya? Di sebuah pesta yang sangat megah ada sebuah keluarga yang mengadakan pesta karena anaknya
ulang tahun yang kesebelas. Mereka pun senang karena anaknya telah bertumbuh besar. Tidak lagi seperti dulu, anak yang manja, cengeng. Mereka pun mengadakan pesta besar-besaran.
Orang-orang yang diundang pun hanya orang-orang yang kaya sekali. Pada saat itu pun mereka yang datang hanya lima keluarga. Mereka pun sedih, mengapa yang datang hanya lima
keluarga. Padahal kita mengundang 110 keluarga. Anak itu pun marah-
marah, “Ibu, kenapa hanya sedikit sekali yang datang ke pestaku? Aku tidak ingin merayakan pesta lagi. Walaupun
merayakan pesta, aku hanya ingin merayakan pesta kecil-kecilan, tidak besar- besaran.”
Akhirnya orangtua itu pun kecewa karena mereka sudah mengeluarkan uang yang banyak dan yang datang ke pesta itu hanya sedikit sekali. Anak itu pun menangis terus di kamarnya.
Orangtua itu pun mengetuk- ngetuk,”Adek, ayolah keluar dan makan bersama.” Anak itu pun
berteriak,”Tidak, aku tidak mau karena aku tidak mau merayakan ulang tahun besar-besaran dan yang diundang hanya orang-orang kaya. Kalau misalnya aku mengadakan pesta, semua
keluarga yang ada di dusun kita diundang. Akhirnya di umur yang kedua belas, semua keluarga yang di dusun Kedungrejo diundang dan pestanya itu sangat meriah walaupun hanya
sederhana. Perasaan keluarga yang diundang di dusun Kedungrejo adalah senang karena mereka sangat dihargai. Udah. Ini ceritanya siapa yang disini? Iniibunya si anak yang ulang
tahun. Ini anak yang ulang tahun, ini tamunya.
Inquiry :
Kalau yang ini? Itu ya, kan pernah ikut pesta, terus aku bikin cerita aja. Jadi, dari pengalaman pesta terus Laras buat sendiri? Iya.
Sumber cerita
: Pengalaman pribadi Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Sebuah keluarga
yang mengadakan pesta karena
anaknya ulang tahun yang kesebelas.
Mereka pun
senang karena anaknya telah bertumbuh besar.
Jika orangtuayang
merasa senang dan mengadakan
pesta untuk
merayakan ulang tahun anaknya
Terdapat persepsi tentang
orangtua yang menyayangi
anak
67
Anak itu pun menangis terus di kamarnya. Orangtua itu
pun mengetuk-
ngetuk,”Adek, ayolah keluar dan
makan bersama.”
Akhirnya di umur yang kedua belas, semua keluarga
yang di dusun Kedungrejo diundang dan pestanya itu
sangat
meriah walaupun
hanya sederhana.
Orangtua yang
memenuhi keinginan anak
agar anak
bahagia Orangtua
yang memenuhi
kebutuhan anak
Kartu 9
Cerita :
Ini gambar yang ke? Sembilan. Sembilan.Bener. Apa ya ceritanya? Ceritanya ada anak yang sendirian di kamar. Di suatu kamar yang sangat lebar, ada anak berumur 5 tahun pun sudah
belajar untuk tidur sendiri. Awalnya dia takut, dia sambil menangis. Dia selalu mimpi yang buruk-buruk, seperti didatangi hantu, ada perampok masuk dan sebagainya. Dia pun akhirnya
memanggil ibunya jam satu pagi,”Ibu, ibu aku takut tidur sendiri. Ibu menemaniku dulu.” Akhirnya, ibunya pun menemani sampai dia tidur pulas. Paginya, dia pun menceritakan kepada
teman-
temannya di sekolah, “Coba kalian bayangkan, kalau anak seumur aku disuruh tidur sendiri di kamar yang sangat luas, aku pun takut. Aku bermimpi ada perampok yang masuk ke
kamarku untuk menculik aku. Aku didatangi hantu dan sebagainya. Aku pun tidak berani tidur sendiri. Sejak itu aku tidak berani tidur sendiri. Jadinya aku selalu ditemani ibuku. Perasaan
anak itu pun sangat takut.
Inquiry :
Kalau yang ini? Itu soalnya pernah ngalamin sendiri, takut.
Sumber cerita
: Pengalaman pribadi Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Awalnya dia takut, dia sambil menangis. Akhirnya,
ibunya pun menemani sampai dia tidur pulas.
Seorang ibu yang menemani anaknya
karena takut Terdapat persepsi
tentang ibu yang menemani anak
Kartu 10 Cerita :
Kemudian, ini gambar yang ke? Sepuluh. Sepuluh. Apa ya? Gimana ini ceritanya ya? Ini, coba. Ini ada sebuah orangtua yang memarahi anaknya karena ngompol di celana. Pada suatu
hari ada anak berumur 4 tahun yang masih sering ngompol, sering ngompol pada tidur. Ibunya pun mulai marah,”Kenapa kamu ngompol di celana? Jika kamu ingin pipis, kamu harusnya ke
toilet, tidak perlu m
enunggu ibu.” Anak itu pun langsung ibu marahi dan melepas celana, lalu dicebokilah dia. Setelah itu, anak itu pun menangis karena sudah disamblek, dijewer, masih
dimarahi. Dia dimarahi ibunya terus. Dia pun tidak ingin mengompol di celananya lagi. Dia pun berjanji tidak akan mengompol di celananya lagi dan dia akan merubah sifat-sifatnya yang
buruk lagi dan mencoba hidup mandiri. Perasaan anak itu pun sedih karena selalu dimarahi ibunya terus. Ya, sudah. Sudah? Ok.
68
Inquiry :
Kalau yang ini? Dulu kan pernah pengalaman masa kecil, dah pernah ngompol juga. Hehehe...
Sumber cerita
: Pengalaman pribadi Tokoh
: Seorang anak
Tema Deskriptif Tema Interpretif
Tema Diagnostik
Orangtua yang memarahi anaknya karena ngompol
di celana. Jika seorang ibu yang
memarahi anaknya karena ngompol
Terdapat persepsi tentang ibu yang
marahi anak
69
SUBJEK 3 1.
Identitas Subyek
Nama : ABM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 11 April 2000 Usia
: 10 Tahun Pendidikan
: TK Pekerjaan
: Pelajar Urutan kelahiran
: Anak ke 3 dari 4 bersaudara Agama
: Katolik Asal
: Yogyakarta Alamat
: Miliran UH 2 286 Yogyakarta
2. Identitas Orangtua