Identitas Orangtua Subyek Identitas Saudara LATAR BELAKANG Analisis Tematik Tiap Kartu

SUBJEK 2 1. Identitas Subyek Nama : MIL Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 3 Desember 2000 Usia : 10 tahun Pendidikan Terakhir : TK Pekerjaan : Pelajar Urutan kelahiran : Anak ke 2 dari 2 bersaudara Agama : Katolik Status Pernikahan : Belum menikah

2. Identitas Orangtua Subyek

Keterangan Orangtua Ayah Ibu Nama M E Usia 50 tahun 48 tahun Pendidikan Terakhir SMA D3 Pekerjaan Swasta Ibu Rumah Tangga Agama Islam Katolik Status Pernikahan Berpisah Berpisah

3. Identitas Saudara

Keterangan Urutan Kelahiran Anak ke-1 Nama IK Usia 12,5 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Pendidikan Terakhir SD Pekerjaan Pelajar Agama Katolik Status Pernikahan Belum Menikah Keterangan Kandung 61

4. LATAR BELAKANG

Subyek adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak laki-lakinya berada di atasnya 2,5 tahun. Relasi di dalam keluarga subyek kurang harmonis karena ayah dan ibu subyek telah berpisah beberapa tahun yang lalu. Setelah perpisahan itu, ayah subyek sama sekali tidak pernah menemui subyek lagi. Hal ini membuat subyek benar-benar tergantung pada figur ibunya. Meskipun demikian, subyek mengungkapkan bahwa dirinya merindukan kehadiran ayahnya. Kenangan masa kecil yang berkesan bagi subyek yaitu ketika subyek pergi ke Bali bersama nenek dan ibunya. Subyek merasakan masa-masa yang indah karena dapat menikmati keindahan Pulau Bali. Saat itu subyek mengunjungi tempat wisata seperti Tanah Lot, Sangeh, Kintamani, Karangasem, Tampak Siring dan Sukowati. Hubungan dengan kakak kandungnya sering diwarnai pertengkaran karena perbedaan pendapat, saling mengejek, berebut barang atau makanan, saling memukul dan lain-lain. Pertengkaran ini akan berakhir bila salah satunya menangis dan dilerai oleh ibunya.

5. Analisis Tematik Tiap Kartu

Kartu 1 Cerita : Ini Mbak Putri punya gambar yang pertama. Bisa diceritain. Jadi, suatu hari ada. Pada suatu hari ada sebuah keluarga yang. Eee… Bahagia, rukun. Mereka itu tidak pernah bertengkar. Pada suatu hari, mereka pun mengikuti undian. Mereka itu masukkan lagi ke kotak yang mereka, kotak itu yang tadi mereka ambil untuk ada di… Ada.. Keesokan paginya mereka mendapat undangan. Mereka menang undian. Mereka mendapat uang yang sangat banyak. Mereka pun senang. Mereka pindah rumah dari desa ke kota. Nah, orang itu, orangtuanya mereka itu tidak lagi menjadi tukang becak dan ibu rumah tangga. Mereka pun mempunyai pekerjaan. Pekerjaan yang pertama yaitu ayahnya. Ayahnya bekerja di sebuah kantor yang sangat terkenal pada saat itu. Dan yang kedua ibunya. Ibunya bekerja di sebuah salon yang memang hanya untuk artis. Mereka pun tidak pernah bersama-sama lagi. Hidupnya hanya ada pertengkaran, pertengkaran, dan pertengkaran. Mereka pun sudah tidak bisa makan bersama, ke gereja bersama. Pada suatu hari, anak yang pertama, dia, yaitu Doni. Doni pun memikirkan, “ Kapan kita bisa gereja bersama, makan bersama?”. Pada suatu hari, ayah dan ibunya pun tidak pulang terlalu malam. Doni pun mengajak, “Ayah, ibu, ayo kita makan bersama.” Ibu itu pun berbicara,”Tapi kita tidak mempunyai apa-apa.” “Ya sudah, kita ke rumah makan saja Bu.“ Ayah itu berbicara, “Baiklah.” “Iya Bu”, begitu juga kata Doni. Pada akhirnya, mereka pun makan ke rumah makan. Pada akhirnya mereka pun pulang dengan perut yang kenyang dan hati yang senang karena mereka bisa makan bersama seperti dulu lagi. Ok… Eee… Ini, Doni yang mana ya? Ini. Terus, ini siapa ya? Nita. Ini adek apa kakak? Ini anak kedua. Anak kedua. Terus, ini? Itu anak terakhir. Namanya? Namanya Billy. Billy. Ok. Laras lihat gak ini ada gambar ini? Ada. Bisa diceritain gak itu siapa? Itu ceritanya tuh. Eee… Ayahnya yang senang melihat mereka bisa bersama kembali. 62 Inquiry : Sekarang kita ulang lagi dari gambar yang pertama. Laras masih inget kan ceritanya? Ini kalau kartu yang pertama, Laras dapat idenya darimana sih? Itu aku tuh pernah. Jadi, aku tuh punya teman. Dia itu selalu. Dulu dia tuh emang ya kaya ya, tapi selalu dimanja. Setelah besar, orangtuanya mulai kerja. Dia pun tidak pernah merasakan kebahagiaan yang dulu lagi. Sumber cerita : Pengalaman orang lain Tokoh : Doni Anak laki-laki Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Keluarga yang. Eee… Bahagia, rukun. Mereka itu tidak pernah bertengkar. Mereka pun mempunyai pekerjaan. Pekerjaan yang pertama yaitu ayahnya. Ayahnya bekerja di sebuah kantor yang sangat terkenal pada saat itu. Dan yang kedua ibunya. Ibunya bekerja di sebuah salon yang memang hanya untuk artis. Merekapun tidak pernah bersama-sama lagi. Hidupnya hanya ada pertengkaran, pertengkaran, dan pertengkaran. Mereka pun sudah tidak bisa makan bersama, ke gereja bersama. Jika sebuah keluarga yang hidup harmonis Jika orangtua memperoleh pekerjaan Jika orangtua sibuk dan tidak pernah bersama-sama maka terjadi pertengkaran Terdapat persepsi tentang keluarga yang harmonis Persepsi tentang orangtua yang memenuhi kebutuhan keluarga Keluarga yang tidak harmonis Kartu 3 Cerita : Kita ke gambar yang ke? Tiga. Ya, ini coba diceritain. Gambar yang ketiga ada seorang yang kaya raya bernama Pak Willy. Dan dia pun memiliki anak yang bernama Liam. Pada suatu ketika, Pak Willy itu pun sedang berpikir bagaimana untuk kelanjutan hidup anak kita yang masih kecil padahal Pak Willy dan istrinya itu sudah tua sekali. Kira-kira umurnya sudah 59 tahun. Sedangkan anaknya baru berumur 8 tahun. Mereka pun bingung. Bagaimana jika kita telah meninggal. Anak kita siapa yang mengurusnya. Bu Willy pun berbicara seperti Pak Willy berbicara, “Tidak usah takut karena kita pasti diberi umur panjang oleh Tuhan Yesus Kristus. Anak kita pun bisa kita hidupi sampai dia menikah.” “Tapi mana mungkin?” Bu Willy pun berbicara,”Apa yang tidak bisa bagi Tuhan?” Pak Willy pun berbicara,”Kita tidak perlu takut karena kita akan diberi umur panjang dan kekuatan untuk merawat anak kita yang masih kecil ini. Kenapa kita takut? Karena. Mengapa kita tidak boleh takut?” Bu Willy itu pun berkata,”Mengapa kita harus takut karena kita pun bisa merawat anak itu karena aku yakin, umurku akan panjang sekali sampai tak terhingga. Anak kita pun bisa mempunyai cucu bagi 63 kita dan mempunyai cicit bagi kita. Eee. Pada akhir ceritanya Pak Willy dan Bu Willy mempunyai umur yang sangat panjang. Umurnya 123 tahun. Anak itu pun sudah mempunyai banyak sekali keturunan. Pa k Willy pun berkata,”Bu, apa yang kubilang? Benar kan? Anak kita akan mempunyai umur yang panjang dan keturunan yang banyak. Nah, itu perasaannya gimana? Perasaan Pak Willy pun senang karena dia memiliki keturunan yang banyak dan yakin. Selesai? Lanjut ya… Inquiry : Kalau yang ini darimana? Aku ngarang sendiri. Ngarang sendiri? Nggak dapat ide darimana gitu? Sama sekali enggak? Nggak terinspirasi, “Oh, ya dulu aku pernah nih, atau gimana gitu? Nggak? Benar-benar ngarang sendiri? He-eh. Oke. Sumber cerita : Imajinasi Tokoh : Pak Willy Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Pak Willy itu pun sedang berpikir bagaimana untuk kelanjutan hidup anak kita yang masih kecil Bu Willy itu pun berkata,”Mengapa kita harus takut karena kita pun bisa merawat anak itu karena aku yakin, umurku akan panjang sekali sampai tak terhingga. Jika ada orangtua yang memikirkan kelanjutan hidup anaknya Orangtua yang dapat merawat anaknya Terdapat persepsi tentang ayah yang memenuhi kebutuhan anak Orangtua yang bersama-sama merawat dan menjaga anak Kartu 4 Cerita : Gambar selanjutnya yang keberapa? Empat. Empat. Gambarnya ada seorang ibu-ibu yang menggendong anak dan anaknya yang bersepeda. Suatu hari, hari pun mulai petang. Ibu itu pun ada acara arisan yang rumahnya sangat jauh tapi suaminya pun belum datang jua. Dia terpaksa membawa anak-anaknya untuk pergi arisan. Dia pun tidak mempunyai babysitter karena dia yakin dia bisa merawat anaknya sendiri sampai besok besar. Ibu itu pun kebingungan karena hari sudah petang, cuacanya buruk. Dia pun berusaha bagaimana caranya agar aku bisa merawat, melakukan aktivitasku seperti biasanya dan menjaga anakku. Ibu itu pun kebingungan. Akhirnya, ibu itu menelpon,”Yah, kapan kamu pulang?” “Aku sebentar lagi pulang.” “Ya sudah, aku hanya bisa bilang kalau aku membawa anak-anak kita pergi ke arisan di rumah Ibu Ratna. Ayah itu pun bilang,”Tidak apa-apa asal kalau anak kita tidak nakal saat kau melakukan arisan.” Ibu itu pun menjadi repot karena membawa barang yang banyak sekali tidak seperti biasanya. Anak yang pertama pun dia juga nakal karena dia hampir jatuh karena naik sepedanya ngebut. Ibu itu pun berbicara dengan teriak- teriak, “Rafi, kenapa kamu naik sepedanya terlalu cepat? Ibu ini sulit menjaga adikmu dan kamu. Mendingan kamu pelan-pelan saja.” “Aku tidak mau bu karena nanti aku telat datang, ketemu teman-temanku.” “Ya sudah, kalau nanti kamu jatuh, ibu tidak mau mengurusimu.” Terus ya sudah anak itu tetap bersepeda dengan cepat dan akhirnya jatuh terluka parah. Ibu itu pun menjadi bertambah repot karena anak itu sangat ngeyel dikasih taunya. Akhirnya, mereka ke UGD. Anak itu pun harus dioperasi, dijahit pada lengannya dan kakinya. Pada akhirnya, Rafi anak yang bandel itu pun menjadi kapok karena dia sudah merasakan bagaimana sakit karena jatuh dari sepeda itu dan 64 harus dijahit pada lengan dan kakinya. Perasaan Rafi pun menjadi aku tidak mau menjadi anak yang nakal. Udah. Inquiry : Kalau yang ini? Itu aku dapat cerita dari temanku. Cerita dari teman. Sumber cerita : Pengalaman orang lain Tokoh : Seorang ibu Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Ibu terpaksa membawa anak-anaknya untuk pergi arisan. Dia pun berusaha bagaimana caranya agar aku bisa merawat, melakukan aktivitasku seperti biasanya dan menjaga anakku. Ibu itu pun menjadi repot karena membawa barang yang banyak sekali tidak seperti biasanya. Anak yang pertama pun dia juga nakal ibu itu pun menjadi bertambah repot karena anak itu sangat ngeyel dikasih taunya. Seorang ibu yang merawat anaknya sendirian Seorang ibu yang menjadi bertambah repot karena menjaga anaknya sendirian Terdapat persepsi tentang ibu yang memperhatikan anaknya Ibu yang menanggung bebanbertanggung jawab Kartu 5 Cerita : Terus kita ke gambar yang ke? Lima. Lima.Gambar yang kelima ini. Coba, gimana ceritanya. Di suatu rumah ada sebuah keluarga kecil yang bahagia. Mereka mempunyai dua anak laki-laki semuanya. Dan ayah ibunya itu pun terpaksa harus meninggalkan anak-anaknya karena ada urusan yang sangat penting dan tidak bisa membawa anaknya. Akhirnya, anak itu pun ditinggal. Dengan perasaan yang takut ditinggal kedua orangtuanya pergi, tetapi apa boleh buat. Pada suatu ketika ada sebuah perampok yang ingin merampok isi semua, semua isi rumahnya. Anak itu pun menangis dengan kera s.,”Papa, mama, aku takut.” Nah, mereka pun bersembunyi tapi karena sudah terlambat, mereka pun tertangkap oleh perampok itu. Mereka, perampok itu menyekap kedua anak itu di suatu gudang yang sangat gelap dan kotor, banyak tikusnya dan kecoaknya. Mereka pun disuruh menelpon orangtuanya untuk meminta tebusan. Sebelum itu, orangtua itu pun bingung, kemana anak kita. Apakah bermain? Jika bermain, masa sampai larut malam seperti ini. “Sudahlah, tidak usah bingung”, ayah dari kedua anak itu pun berbicara. Tapi, mereka bermain kemana? Anak-anak di perumahan sini pun sudah mulai tidur dan tidak ada yang bermain kembali. Eee… Oiya, bagaimana kalau kita mencari kedua anak itu. Ya sudah, kita cari. Kita naik mobil saja karena sudah malam. Mereka pun mencari. Anak itu pun menelpon sambil menangis,”Ayah,ibu, kenapa kalian tidak menjemputku di gudang yang gelap dan kotor banyak tikusnya ini?” “Kalian kenapa bisa sampai disitu?” “Kami disekap oleh lima perampok yaitu perampoknya itu kotor, terus hitam, menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang.” Perampok itu pun bilang,”Ya, memang kami yang menangkap anak-anak kalian. Sekarang saya ingin kalian ke markas kita, gudang bekas PT KEBERANIAN di Jalan Bangau nomor 22.” Orangtua mereka pun mulai membawa uang mereka yang sangat banyak. Ternyata, uang mereka belum cukup untuk membayar tebusan itu. Mereka pun tidak boleh mengambil anaknya. Setelah mereka, uang mereka. Jam 12 malam pun 65 mereka mengambil uang lagi ke rumah lagi baru dari rumah lagi mereka ke PT KEBERANIAN. Mereka pun cepat-cepat kesana. Akhirnya mereka membawa 100juta untuk membayar. Akhirnya anak itu bisa dibawa kembali bersama keluarga itu. Udah? Inquiry : Kalau yang ini? Itu baca buku. Bukunya apa? Itu judulnya menonton TV, tapi kalau ini aku ganti jadinya di kamar sendiri. Ooo... Buku ya? Jadi kalau yang menonton TV dia itu ga mau disuruh ngapa- ngapa. Kalau yang ini anaknya masih kecil-kecil belum bisa ngapa-ngapa. Sumber cerita : Membaca buku berjudul “Menonton TV” Tokoh : Anak-anak Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Ayah ibunya itu pun terpaksa harus meninggalkan anak-anaknya karena ada urusan yang sangat penting dan tidak bisa membawa anaknya. Orangtua mereka pun mulai membawa uang mereka yang sangat banyak. Akhirnya mereka membawa 100juta untuk membayar. Akhirnya anak itu bisa dibawa kembali bersama keluarga itu. Orangtua yang harus meninggalkan anaknya karena suatu yang penting Orangtua yang melakukan suatu hal demi keselamatan anak Terdapat persepsi tentang orangtua yang terpaksa meninggalkan anaknya karena suatu keperluan Orangtua yang mengutamakan anak memikirkan keselamatan anak. Kartu 6 Cerita : Gambar selanjutnya ya.Gambar keberapa? Enam. Keenam.Ini.Coba, ceritain. Itu gambar anak-anak kemah. Pada suatu hari, hari Jumat tepatnya, anak-anak kemah. Tepatnya anak kelas 6 diberi pengumuman seperti ini : Anak-anak, besok minggu kalian akan kemah sampai hari Rabu. Kalian kemah di Sumber Boyong, tempatnya di Pakem. Kalian pun harus mengikuti tanpa dipungut biaya. Kalian hanya cukup membawa alat mandi, pramuka, kalian minimal membawa dua, pakaian bebas terserah membawa berapa, alat masak, kompor, ember, gayung dan peralatan yang lain. Yang penting kalian harus membawa tenda. Tapi, kalau kalian tidak mempunyai, kalian boleh meminjam sekolah. Anak-anak itu pun berteriak senang sekali karena baru pertama kali mereka kemah. Setelah pulang, mereka pun berbicara kepada kedua orangtuanya,”Ayah, ibu, besok Minggu kami harus kemah tanpa dipungut biaya. Alat yang harus dibawa ini: tiap-tiap anak membawa 5 peralatan yang sudah dibagi dengan kelompoknya. Satu anak itu ada yang membawa ember, gayung, kompor dan tenda. Anak itu pun berteriak pada ibunya,”Ibu, mana pancinya, Ibu, mana embernya?” . Sampai ibunya itu pun marah,”Kenapa kamu teriak-teriak, kenapa tidak menghampiri Ibu saja? Ibu ada di kamar. Kamu kan bisa kesini.” “Tapi aku tuh besok Minggu sudah harus kemah dan peralatan yang aku siapkan belum semuanya terpenuhi, jadi aku harus membawa makanan, baju yang banyak, baju pramuka, tongkat, dan lainnya.” Ibu itu pun marah,”Kenapa kalian ini tidak bisa diberitahu ibu, ibu bilang tidak usah teriak- teriak, yang biasa saja.” Akhirnya anak itu pun bilang,”Maaf Bu karena aku tadi sudah membentak-bentak Ibu.” Akhirnya, anak itu pun menyiapkan sendiri dengan mandiri. Akhirnya, mereka kemah dengan bahagia dan pulang dengan senang dan menceritakan pengalamannya di depan kelas. Perasaan mereka pun bahagia 66 sekali karena bisa belajar mandiri, memasak sendiri, mencuci baju sendiri, dan lainnya. Coba, ini diceritain. Siapa aja sih yang disini. Ini tuh ada yang kita ketahui baru satu kelompok. Satu kelompok ini ada tujuh anak yang bernama, yang pertama, Nicholas, Niko, Daniel, Bagas, terus Edi, Ananta dan yang satu lagi Yohan. Yang ini siapa? Yang kita lihat ada tiga anak, Ananta, Yohan dan Daniel. Oke. Jadi mereka satu kelompok gitu ya?Selesai? Udah. Inquiry : Kalau yang ini darimana? Ini denger cerita dari kakaknya temanku. Sumber cerita : Pengalaman orang lain Tokoh : Seorang anak Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Ibu itu pun marah,”Kenapa kalian ini tidak bisa diberitahu ibu, ibu bilang tidak usah teriak-teriak Jika seorang ibu marah karena anaknya tidak mau mendengarkan Terdapat persepsi tentang ibu yang akan marahi anak Kartu 8 Cerita : Selanjutnya ya. Kartu yang ke? Delapan. Nih gambar yang kedelapan. Ceritanya apa ya? Di sebuah pesta yang sangat megah ada sebuah keluarga yang mengadakan pesta karena anaknya ulang tahun yang kesebelas. Mereka pun senang karena anaknya telah bertumbuh besar. Tidak lagi seperti dulu, anak yang manja, cengeng. Mereka pun mengadakan pesta besar-besaran. Orang-orang yang diundang pun hanya orang-orang yang kaya sekali. Pada saat itu pun mereka yang datang hanya lima keluarga. Mereka pun sedih, mengapa yang datang hanya lima keluarga. Padahal kita mengundang 110 keluarga. Anak itu pun marah- marah, “Ibu, kenapa hanya sedikit sekali yang datang ke pestaku? Aku tidak ingin merayakan pesta lagi. Walaupun merayakan pesta, aku hanya ingin merayakan pesta kecil-kecilan, tidak besar- besaran.” Akhirnya orangtua itu pun kecewa karena mereka sudah mengeluarkan uang yang banyak dan yang datang ke pesta itu hanya sedikit sekali. Anak itu pun menangis terus di kamarnya. Orangtua itu pun mengetuk- ngetuk,”Adek, ayolah keluar dan makan bersama.” Anak itu pun berteriak,”Tidak, aku tidak mau karena aku tidak mau merayakan ulang tahun besar-besaran dan yang diundang hanya orang-orang kaya. Kalau misalnya aku mengadakan pesta, semua keluarga yang ada di dusun kita diundang. Akhirnya di umur yang kedua belas, semua keluarga yang di dusun Kedungrejo diundang dan pestanya itu sangat meriah walaupun hanya sederhana. Perasaan keluarga yang diundang di dusun Kedungrejo adalah senang karena mereka sangat dihargai. Udah. Ini ceritanya siapa yang disini? Iniibunya si anak yang ulang tahun. Ini anak yang ulang tahun, ini tamunya. Inquiry : Kalau yang ini? Itu ya, kan pernah ikut pesta, terus aku bikin cerita aja. Jadi, dari pengalaman pesta terus Laras buat sendiri? Iya. Sumber cerita : Pengalaman pribadi Tokoh : Seorang anak Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Sebuah keluarga yang mengadakan pesta karena anaknya ulang tahun yang kesebelas. Mereka pun senang karena anaknya telah bertumbuh besar. Jika orangtuayang merasa senang dan mengadakan pesta untuk merayakan ulang tahun anaknya Terdapat persepsi tentang orangtua yang menyayangi anak 67 Anak itu pun menangis terus di kamarnya. Orangtua itu pun mengetuk- ngetuk,”Adek, ayolah keluar dan makan bersama.” Akhirnya di umur yang kedua belas, semua keluarga yang di dusun Kedungrejo diundang dan pestanya itu sangat meriah walaupun hanya sederhana. Orangtua yang memenuhi keinginan anak agar anak bahagia Orangtua yang memenuhi kebutuhan anak Kartu 9 Cerita : Ini gambar yang ke? Sembilan. Sembilan.Bener. Apa ya ceritanya? Ceritanya ada anak yang sendirian di kamar. Di suatu kamar yang sangat lebar, ada anak berumur 5 tahun pun sudah belajar untuk tidur sendiri. Awalnya dia takut, dia sambil menangis. Dia selalu mimpi yang buruk-buruk, seperti didatangi hantu, ada perampok masuk dan sebagainya. Dia pun akhirnya memanggil ibunya jam satu pagi,”Ibu, ibu aku takut tidur sendiri. Ibu menemaniku dulu.” Akhirnya, ibunya pun menemani sampai dia tidur pulas. Paginya, dia pun menceritakan kepada teman- temannya di sekolah, “Coba kalian bayangkan, kalau anak seumur aku disuruh tidur sendiri di kamar yang sangat luas, aku pun takut. Aku bermimpi ada perampok yang masuk ke kamarku untuk menculik aku. Aku didatangi hantu dan sebagainya. Aku pun tidak berani tidur sendiri. Sejak itu aku tidak berani tidur sendiri. Jadinya aku selalu ditemani ibuku. Perasaan anak itu pun sangat takut. Inquiry : Kalau yang ini? Itu soalnya pernah ngalamin sendiri, takut. Sumber cerita : Pengalaman pribadi Tokoh : Seorang anak Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Awalnya dia takut, dia sambil menangis. Akhirnya, ibunya pun menemani sampai dia tidur pulas. Seorang ibu yang menemani anaknya karena takut Terdapat persepsi tentang ibu yang menemani anak Kartu 10 Cerita : Kemudian, ini gambar yang ke? Sepuluh. Sepuluh. Apa ya? Gimana ini ceritanya ya? Ini, coba. Ini ada sebuah orangtua yang memarahi anaknya karena ngompol di celana. Pada suatu hari ada anak berumur 4 tahun yang masih sering ngompol, sering ngompol pada tidur. Ibunya pun mulai marah,”Kenapa kamu ngompol di celana? Jika kamu ingin pipis, kamu harusnya ke toilet, tidak perlu m enunggu ibu.” Anak itu pun langsung ibu marahi dan melepas celana, lalu dicebokilah dia. Setelah itu, anak itu pun menangis karena sudah disamblek, dijewer, masih dimarahi. Dia dimarahi ibunya terus. Dia pun tidak ingin mengompol di celananya lagi. Dia pun berjanji tidak akan mengompol di celananya lagi dan dia akan merubah sifat-sifatnya yang buruk lagi dan mencoba hidup mandiri. Perasaan anak itu pun sedih karena selalu dimarahi ibunya terus. Ya, sudah. Sudah? Ok. 68 Inquiry : Kalau yang ini? Dulu kan pernah pengalaman masa kecil, dah pernah ngompol juga. Hehehe... Sumber cerita : Pengalaman pribadi Tokoh : Seorang anak Tema Deskriptif Tema Interpretif Tema Diagnostik Orangtua yang memarahi anaknya karena ngompol di celana. Jika seorang ibu yang memarahi anaknya karena ngompol Terdapat persepsi tentang ibu yang marahi anak 69 SUBJEK 3 1. Identitas Subyek Nama : ABM Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 11 April 2000 Usia : 10 Tahun Pendidikan : TK Pekerjaan : Pelajar Urutan kelahiran : Anak ke 3 dari 4 bersaudara Agama : Katolik Asal : Yogyakarta Alamat : Miliran UH 2 286 Yogyakarta

2. Identitas Orangtua