Teori Object Relations CAT Children’s Apperception Test

10 d. Pengalaman Seseorang mempersepsikan orang lain berdasarkan pengalaman tentang orang tersebut. Pengalaman dalaminteraksi yang terjalin. e. Hasil Pengalaman dengan Mengkategorikan Orang Lain Berdasarkan penampilan, perilaku, interaksi, dan pengalaman tentang orang lain akan membentukan kesan tentang oranglain. Pembentukan kesan dengan menyimpulkan perasaan, motif, dan ciri kepribadian orang lain.

B. Teori Object Relations

Object relation dipandang sebagai salah satu fungsi ego Bellack dan Abrams, 1997. Object relation adalah relasi dengan orang-orang sekitar lingkungan anak, relasi dengan orangtua, dan pengasuh.Menurut Melanie Klein dan W.R.D. Fairbairn dalam Bellack dan Abrams, 1997, bahwa relasi atau pengalaman awal anak mengenai keluarga terutama dengan ibuakan membentuk inner imager tentangfigur-figur penting di dalam keluarga. Kemudian persepsi anak yang terbentuk akanmempengaruhi hubungan atau relasinya terhadap orang lain di luar keluarganya. Dalam variabel Bellak teori object relation menjadi dasar pikiran, yaitu pandangan dan reaksi terhadap figur-figur penting. Melalui cerita-cerita anak akanmemunculkan gambaran-gambaran yang dapat mengali object relation dalam dua hal yaitu karakter figurdan kualitas interaksinya.Cerita 11 tersebut, mengungkap bagaimana tokoh utama atau hero dalam cerita berelasi dengan karakter figur ayah, ibu, sebaya atau saudara kandung dan orang yang lebih kecil Bellack dan Abrams, 1997. Contoh kasus perceraian dalam teori object relation dijelaskan oleh Wade dan travis 2007.Cara anak berinteraksi terhadap perpisahan sangat ditentukan oleh pengalaman-pengalaman selama satu sampai dua tahun kehidupan anak dengan orangtua. Anak menciptakan representasi mental dari ibu, apakah ibu sebagai seseorang yang baik atau tegas, melindungi atau menolak dirinya. Representasi anak dari ibu orang dewasa yang penting bagi dirinya baik realistis atau tidak, akan mempengaruhi kepribadian anak seumur hidup dan selanjutnya mempengaruhi bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain yaitu kepercayaan atau kecurigaan, dan penerimaan atau keritikan. Hasil pemikiran atau proses mental seoang anak menghasilkan representasi yang menceritakan kembali tentang ibunya.

C. Masa Pertengahan dan Akhir anak-anak

3. Pengertian Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak

Masa pertengahan dan akhir anak-anak adalah periode perkembangan dengan rentang usia kira-kira 7 sampai 12 tahun, yang ditandai ketika anak memasuki sekolah dasar dan berakhir ketika anak mengalami kematangan seksual Papalia, Olds, dan Feldman, 2010. Perkembangan keterampilan-keterampilan fundamental pada tahap ini seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai.Anak secara 12 formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaaannya.Prestasi menjadi tema yang sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

4. Karateristik Perkembangan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-

anak Karakteristik perkembangan masa pertengahan dan akhir anak- anak atau anak usia sekolah dasar, sebagai berikut: a. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget dalam Santrock, 2002 pada masa pertengahan dan akhir anak-anak berada dalam tahap oprasional konkret.Hal ini berarti anak sudah mampu melakukan pengoprasian dengan mengubah tindakan secara mental dan memperlihatkan keterampilan-keterampilan konservasi.Penalaran secara logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya keadaan-keadaan konkret, dan tidak abstrak.Keterampilan-ketrampilan klasifikasi yaitu dapat menggolongkan benda-benda ke dalam prangkat- perangkat dan bernalar tentang keterkaitan.Menurut Erikson dalam Santrock, 2002 bahwa anak-anak dalam tahap ini banyak memperoleh pengalaman-pengalaman baru, tentang pengetahuan atau informasi dan keterampilan intelektual. 13 b. Perkembangan Sosioemosi Dalam perkembangan psikososial anak-anak pada masa pertengahan dan akhir mengalami perkembangan pemahaman diri, perubahan-perubahan dalam gender, dan perkembangan moral yang menandai perkembangan anak-anak selama tahun-tahun sekolah dasar.Anak mulai membandingan kemampuan mereka dengan teman-teman sebayanya.Jika mereka merasa tidak mampu, mereka dapat menarik diri ke dalam keluarga yang melindunginya.Oleh karena itu pada masa ini, dukungan sosial dari orangtua, teman sebaya, dan guru menjadi hal yang penting bagi anak Papalia, Olds, dan Feldman, 2010. Anak-anak mempelajari perbedaan antara memiliki emosi dan mengungkapkannya. Mereka mempelajari apa yang membuat mereka marah, takut, atau sedih, serta mempelajari emosi orang lain. Selain itu, mereka belajar untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan situasi dimana anak berada.Pengendalian emosi melibatkan usaha untuk menggontrol emosi, perhatian, dan perilaku Eisenberg dalam Papalia dkk, 2010. Menurut Santrock 2002 bahwa dunia sosioemosi anak menjadi lebih kompleks, yaitu relasi keluarga, relasi teman-teman sebaya, dan lingkungan anak.Sekolah dan relasi dengan para guru merupakan aspek-aspek kehidupan anak yang semakin terstruktur. 14 Keterampilan-keterampilan yang meningkat yaitu proses informasi sosial dan pengetahuan sosial. Selain itu, anak sadar orang lain memiliki suatu perspektif sosial yang disadari atas pemikiran orang itu, yang mungkin sama atau tidak dengan pikiran anak. Akan tetapi anak cenderung berfokus pada perspektifnya sendiri dan bukan mengkoordinasikan sudut pandang Santrock, 2002. c. Perkembangan Relasi Keluarga Ketika anak-anak memasuki masa pertengahan dan akhir anak-anak, para orangtua hanya memberi sedikit waktunya untuk mereka, namun orangtua tetap menjadi pelaku sosialisasi yang sangat penting dalam kehidupan anak.Orangtua bertugas memantau kehidupan anak-anak di luar keluarga, di sekolah, dan disekitar teman sebaya.Anak-anak harus belajar berhubungan dengan orang- orang dewasa di luar keluarga, dalam berinteraksi anak-anak melibatkan orientasi pengendalian dan prestasi yang lebih formal.Kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan sekolah Santrock, 2002. Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan kognitif anak-anak sudah semakin matang sehingga memungkinkan orangtua untuk bermusyawarah dengan mereka tentang penolakan penyimpangan dan pengendalian perilaku mereka. Orangtua mengarahkan tindakan-tindakan anak dan menerapkan disiplin, orangtua terus memjalankan pengawasan umum dan mengunakan 15 kendali, meskipun anak diperbolehkan terlibat dalam pengaturan Santrock, 2002. Pada masa pertengahan dan akhir, orangtua dan anak-anak cenderung saling memberi cap kepada satu sama lain. Orangtua dan anak tidak bereaksi terhadap satu sama lain hanya atas dasar atas perilaku masing-masing di masa lalu, tetapi reaksi didasarkan atas bagaimana mereka menginterpretasikan perilaku dan harapan- harapan mereka atas perilaku itu Santrock, 2002. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa masa pertengahan dan akhir anak-anak adalah di mana anak memasuki sekolah dasar.Usia mereka berkisar antara 6 sampai 11 tahun. Perkembangan kognitif anak pada usia ini memasuki tahap oprasional konkret. Anak sudah mampu melakukan penalaran konkrit mengenai hal- hal disekitarnya dan yang di alami sehingga anak sudah mampu mempersepsikan seseorang berdasarkan pengalaman yang diterima dari orang tersebut. 16

D. Perkembangan Relasi Keluarga yang Mengalami Perceraian

Perceraian merupakan perubahan utama dalam kehidupan keluarga yang sangat mempengaruhi anak-anak pada masa pertengahan dan akhir anak-anak. 1. Pengertian perceraian Pengertian bercerai atau perceraian dapat dikatakan sebagai berakhirnya suatu pernikahan.Menurut Benokraititis dalam Regina dan Risnawaty, 2007 perceraian dimaknai sebagai putusnya ikatan perkawinan secara sah dan resmi. Atwater dan Duffy dalam Regina dan Risnawaty, 2007 mengungkapkan bahwa perceraian disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keterbatasan finansial, ketidakpuasan dalam hubungan intim, harapan yang tidak realistis terhadap perkawinan maupun pasangan, keingin saling menguasai dan mengatur, serta ketidaksamaan pandangan dalam pengasuhan dan pendidikan anak.Selain itu, perselingkuhan merupakan salah satu faktor terbesar yang menyebabkan terjadinya perceraian.

2. Dampak Perceraian

Perceraian tidak hanya berdampak pada orangtua, akan tetapi anak dari orangtua bercerai juga merasakan dampak dari keputusan yang dibuat orangtuanya. Perceraian dapat berdampak positif, namun sering kali perceraian lebih banyak berdampak negatif pada anak dari segi psikologis, kesehatan, dan akademis. 17 Beberapa sumber menyatakan bahwa perceraian memiliki dampak negatif bagi anak.Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Rice dan Dolgin dalam Dewi dan Utami, 2008 pada umumnya perceraian membawa resiko yang besar pada anak, dari sisi psikologis, kesehatan maupun akademis. Dari sisi psikologis, perceraian orangtua mengakibatkan anak merasa kehilangan perhatian dari orangtua mereka Ekos, Mardiana The, dan Hastuti, 2010. Menurut Heterington dalam Dewi dan Utami, 2008 setelah 6 tahun setelah perceraian orangtua, anak akan tumbuh menjadi seseorang yang merasa kesepian, tidak bahagia, mengalami kecemasan, dan perasaan tidak aman. Menurut Amanto dan Keith dalam Dewi dan Utami, 2008 konflik yang terjadi pada orangtua, didalamnya terdapat berbagai emosi negatif sehingga menyebabkan anak merasa tidak aman berada dalam situasi konflik tersebut. Menurut Dewi dan Utami 2008 bahwa anak dari keluarga bercerai merasa berbagai afek negatif dan tidak merasa puas dalam hidupnya akibat perceraian yang terjadi pada orangtuanya.Hal ini didukung oleh penelitian Amato dan Keith dalam Dewi dan Utami, 2008 yang mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai pengalaman perceraian orangtua di masa kecilnya, memiliki kualitas hidup yang rendah di masa dewasanya dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki pengalaman perceraian orangtua.Dalam bidang kesehatan banyak anak yang dinyatakan mengalami depresi seiring 18 dengan perceraian orangtua mereka Mc Dermot dalam Dewi dan Utami, 2008. Dalam bidang akademis ditunjukan melalui penelitian efek perceraian orangtua terhadap nilai performansi anak di kelas yang menyimpulkan nilai performansi anak lebih rendah jika dibandingkan dibandingkan dengan anak yang orangtuanya tidak bercerai. Hal tersebut disebabkan oleh stress keluarga akibat perceraian sehingga mempengaruhi performasi anak di sekolah Stevenson dan Black dalam Dewi dan Utami, 2008. Dalam penelitian Bukatko perceraian memiliki dampak negatif pada anak usia sekolah terkait area akademik dan sosial. Hal ini terlihat dari prestasi sekolah anak yang menurun dan adanya penarikan diri.Menurut Dewi dan Utami 2008 sikap anak yang membandingkan keadaan dirinya dengan temannya yang mempunyai keluarga harmonis membuat anak merasa iri dan juga membuat anak semakin tidak merasakan kepuasan dalam domain keluarganya. Berdasarkan pernyataan di atas, dampak perceraian orangtua terhadap anak dapat berdampak positif, bila setelah perceraian terjadi relasi anak dan orangtua berlangsung dengan baik.Akan tetapi dari beberapa sumber lebih banyak yang menyatakan bahwa perceraian memiliki dampak negatif bagi anak.Hal ini tampak dari anak memiliki perasaan sedih, kehilangan, kesepian, tidak dicintai, merasa tidak aman, tidak diinginkan atau ditolak oleh orangtua yang pergi.Selain itu, anak 19 dari keluarga bercerai juga memiliki perasaan berbeda dari anak-anak lain membuat anak kehilangan jati diri sosialnya atau identitas sosialnya dan anak merasa iri kepada temannya yang memiliki keluarga harmonis.

E. CAT Children’s Apperception Test

CAT dirancang untuk subjek anak-anak usia 3 sampai 11 tahun. CAT merupakan alat dengan idiographic approach, dasar pemikiran konsep yaitu teknik proyektif mengunakan teknik konstruktif yaitu meminta subjek menyusun cerita, dengan metode analisis tematik.CAT digunakan untuk melihat bagaimana anak bereaksi atau mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam perkembangannya Bellak dan Abrams, 2007. CAT terdiri dari 10 kartu-kartu bergambar dengan dua jenis gambar, figur binatang dan figur manusia. Berikut ini deskripsi gambar-gambar dan tema yang dapat muncul sebagai respon pada tiap kartu: Tabel 2.1 Kartu dan Tema CAT No. Penjelasan Kartu 1 Kartu 1 Pada kartu tergambar tiga anak duduk di sekitar meja, diatasnya terdapat mangkuk besar berisi makanan. Disatu sisi ada ayam besar yang gambarnya tampak kabur. Kartu 1 sering memunculkan tema sibling rivalry atau persaingan antar saudara, oralitas, situasi sebagai pemberian hadiah atau hukuman. 2 Kartu 2 Pada kartu menggambarkan tentang seseorang menarik tambang pada satu ujung, sementara seorang lain dengan seorang anak menarik ujung tambang yang lain. Kartu 2 sering memunculkan tema tentang anak dapat bekerjasama dengan ayah atau ibu, masalah yang berkaitan dengan ketakutan akan agresi, sikap agresi anak atau otonomi. 20 3 Kartu 3 Menggambarkan tentang seseorang dengan pipa dan tongkat duduk di kursi, di sudut kanan bawah ada seorang anak yang duduk dilantai. Kartu memunculkan tema berkaitan kebingungan mengenai peran, konflik antara pemenuhan kebutuhan dan otonomi. Ayah dilihat sebagai ayah yang kuat, gagah, tua, atau tidak berdaya. 4 Kartu 4 Kartu mengambarkan seorang wanita memakai topi, membawa keranjang berisi botol susu, mengendong anak yang sedang memegang balon, sedangkan anak yang lebih besar sedang mengendarai sepeda. Tema cerita menyangkut sibling rivalry, hubungan antara ibu- anak, keinginan untuk mandiri dan berkuasa. 5 Kartu 5 Pada kartu menggambarkan tentang sebuah kamar yang gelap dengan tempat tidur besar pada latar belakang, di latar depan terdapat tempat tidur bayi dengan 2 bayi di dalamnya. Tema kartu memunculkan hal yang berkaitan dengan dugaan, pengamatan, kebingungan dan keterlibatan emosi pada anak, seperti ketakutan atau ketergantungan. 6 Kartu 6 Kartu menggambarkan sebuah gua yang gelap dengan gambaran yang samara dari dua orang di latar belakang dan seorang anak sedang berbaring di latar depan. Tema dapat memunculkan perasaan cemburu, sikap orangtua, kecemasan, ketakutan berpisah dengan orangtua. 7 Kartu 7 Pada kartu menggambarkan tentang seeorang besar atau raksasa menunjukkan taring dan tangan yang besar, menerkam seorang anakyang sedang memanjat pohon. Tema yang diungkap hal yang berkaitan dengan tingkat kecemasan anak yang berkaitan dengan adanya agresi. 8 Kartu 8 Pada kartu tergambar Dua orang dewasa duduk di sofa, meminum secangkir teh. Di depan, seorang dewasa tengah bicara dengan seorang anak. Tema yang muncul berkaitan dengan peran anak di dalam keluarga. Di samping itu juga menggambarkan konsep anak mengenai kehidupan sosial orang dewasa, yang bertujuan melihat suasanya keluarga, hubungan antar anggota keluarga. Orangtua medorong atau hambatan subjek. 9 Kartu 9 Kartu mengambarkan sebuah kamar yang gelap terlihat melalui pintu terbuka dari kamar yang terang. Dalam kamar gelap terdapat tempat tidur anak-anak yang di dalamnya berdiri seorang anak yang memandang melalui pintu. 21 Kartu memunculkan tema tentang ketakutan akan kegelapan, ditinggal sendiri, dipisahkan oleh orangtua, rasa ingin tahu yang besar mengenai sesuatu hal yang terjadi. 10 Kartu 10 Kartu mengambarkan seorang anak yang telungkup di atas lutut orang dewasa dengan latar belakang situasi kamar mandi. Cerita mengarah ke tema kejahatan dan hukuman, memperlihatkan mengenai konsep moral anak, toilet training, dan kecenderungan regresi.

F. Persepsi Anak Mengenai Keluarga dan Orangtua dari Orangtua