Hubnngan Pendidikan Agama Islam Kebereihan Lingkungan Sekolah SMP Negeri 6 TangerangrSelatan

(1)

Slaipsi

Diajukan Kepada Fakurtas Irmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi syarat-syarat Guna Meraih Gelar $aqana pendidikan Agama

Islam (S. pd. I)

_

Unrvg$rto$hlgllile0ryt

SYARIF HIDAVATULLA* J$TARTA

Oleh;

Nurul Advati

-llIM:

2080110ffi)2r

JURUSAN PENDII}IKAN AGAMA ISLAM FAIGL'TAS ILMU TARBTYAH I}AN KEGURUANI

T]NTIrERSITAS ISLAM hTEGERI SYARIF EIDAYATULLAE JAKARTA

t4348t2013

I rr:,


(2)

Sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan Islam G.pa.rl

Oleh:

Nirul Adyati Nim : 208011000021

Dibawah bimbingan Pembimbing

Ilrs. Masan. Atr'. M.Pd

Nip:

1951071 61981031 005

JTJRUS${

PENDIDIKAT..{

AGAMA

ISLA]VI

FAKUL-TAS

ILMU

TARBTYAH

DAN KEGTJRUAI\

.

T]M\{ERSITAS

ISLAIVI

NEGERI

SYARIT HIDAYATI]LLAH

JAKARTA


(3)

Mahasiswa 208011000021 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 27 Mei2013, dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 27 Mei20l3

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia

Bahrissalim. M. Ag

NIP : 19680307 199803 1002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Program Studi) Dis. Sapiudin Shidiq. M. Ag

NIP : 19670328 200003

I

001

Penguji 1

Dr. Dimyati" M. Ag

NIP : 19640704 199303

I

003 Penguji 2

Drs. Rusdi Jamil. MA

NIP: 19621231 199503

I

005

e8

-5

'e4.9

99,".s.p.o!9

H. Rif at S i Nawaw

Tanggal

3o/s hth

alro


(4)

Slaipsi berjudul Hubnngan Pendidikan Agama Islam Kebereihan Lingkungan Sekolah SMP Negeri 6 TangerangrSelatan disusun oleh

Numl

Adyati, NIM

208011000021, Junrsan Pendidikan Agama Islanr, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Kegunran, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang borhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan olel fakultas.

Jakart4 17 Januari 2013

Yang Mengesahkan

Pembimbing

Drs. Masan. AF. M.Pd

Nip:

1951071 61981031 005


(5)

unubxngut PedilIi*an ,4ganta Istsn &ngan Kebercihsn tingkungun

SekoW'

y'ng

dismnn oleh

Nurutfiyati, NIM

20801100021' Jurusan Pendidikan Agana Islam, Fakultas Ibnu Tarbqrah dm Keduruan UIN S).arif Hidayatultatr Jakarta' tehh

disetr$ui kebearannya oleh dosen pembimbing slaipsi pada hari kamis, 17 Januari 2013.

Jaknrte' 17 Jauari2013

Dosen Pembimbing

Drs. Masan.AF M.Pd


(6)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

TempatlTgl.Lahir NIM

Junrsan / Prodi

Judul Skripsi

.k.q*t

*:r*1.

.. F.q*Ts.. . I.s.t+.n

..LJ.tb. **.s.*1. . . . .Fg* *i 41F*.1. . . .8.?.+n .+. - . . l -g!*nn

&

p.

.*1...b*.?. eL fr .

kn.

. .... l'. *.ek**e *-1... . kF- l*h

'Dosen

Pernbimbing r . ..-D..*.,...$.*

t*L

:...S.F. ;. . sl;.8L

..:...

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secafa akademis atas apa yang saya tulis.


(7)

i

jiwa kami dan dari kejahatan amal-amal kami. Ya Allah berilah keselamatan kepada uswah kita Muhammad SAW, dan atas keluarganya, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunah-sunahnya sampai hari kiamat.

Dengan rendah hati dan rasa syukur dalam dada di peruntukkan kepada Allah yang membimbing penulis dengan petunjuk-Nya, sehingga dengan lancar

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH SMPN 6 TANGERANG-SELATAN.“ Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam.

Sehubungan dengan selesainya skripsi ini, maka dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Rif’at Syauqi, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, MA,. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 3. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah mendidik dan mendewasakan penulis tentang berbagai wawasan dan ilmu perguruan yang sangat berguna selama mengikuti studi di kampus.

4. Bapak Drs. Masan. AF, M.Pd., yang dengan ketulusan dan keikhlasannya berkenan menjadi dosen pembimbing dan telah meluangkan waktu serta kesabaran beliau yang tidak pernah merasa lelah sedikitpun untuk memberikan bimbingan, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak / Ibu Kepala, Bapak – bapak ibu guru dan karyawan SMPN 6 Tangerang-Selatan yang telah bekerja sama dan memberikan informasi berupa data-data yang relevan dengan penelitian.

6. Ayahanda Nehru dan Ibunda Lasmi tercinta serta Adik-adik tersayang Dwi Fitri Satya, Alwi Sihaf, dan Tiara Melinda yang selalu memberikan dukungan,


(8)

ii ini.

8. Sahabat-sahabat semua Nur’aini, Nuni Nuraeni Az’Zahra, Siti Istianah, Isma Wirda Fitriyani, Gamar Faradisi, Zahra, Amelia dan tidak lupa kapada Ahmad Rifaz yang telah memberikan dukungan, arahan dan menyertai dalam penulisan skripsi ini.

9. Tak lupa kepada teman-teman PAI kelas A Non-Reguler angkatan 2008 yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu selesainya skripsi ini.

Demikian skripsi ini dibuat, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, hanya sumbangan saran dan bimbingan dari semua pihak yang saya harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat kepada orang banyak. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada beliau dengan balasan yang lebih baik, serta amalan beliau diterima Allah SWT. Amiin Ya Robbal Alamin.

Jakarta, Januari 2013 Penulis

Nurul Adyati 208011000021


(9)

iii

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ……….7

A. Deskripsi Teoritik ...7

1. Pendidikan Agama Islam ………...7

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam...7

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ……….... 9

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...12

d. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ………...13

e. Fungsi Pendidikan Agama Islam...14


(10)

iv

c. Lingkungan Sekolah ………...23

d. Sifat dan ciri-ciri Sekolah ...28

e. Tujuan Pendidikan terhadap Lingkungan Sekolah...29

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………...30

C. Kerangka Berpikir ………...31

D. Hipotesis Penelitian ………...…..32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………...……...33

A. Waktu dan Tempat Penelitian ………....…….33

B. Metode Penelitian ………...…....33

C. Populasi dan Sampel ………...……34

D. Instrumen Pengumpulan Data ...34

E. Teknik Pengumpulan Data ………..….. 36

F. Teknik Analisis Data ………...…...37

G. Hipotesis Statistik ...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah SMPN 6 Tangerang-Selatan ...41

B. Deskripsi Data ...45

C. Pengujian Persyaratan Analisa dan Pengujian Hipotesis ...50

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...53

E. Keterbatasan Penelitian...56

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ...58


(11)

v LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

vi

Tabel 2 . Kisi-kisi Instrumen Angket Variabel (Y) ...35

Tabel 3. Tabel korelasi product moment ...38

Tabel 4. Tabel pedoman interprestasi ...38

Tabel 5. Deskripsi Data Pendidikan Agama Islam ...45

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Agama Islam ...46

Tabel 7. Deskripsi Data Kebersihan Lingkungan Sekolah ...48

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kebersihan Lingkungan Sekolah ...49

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Variabel Pendidikan Agama Islam (X) ...51


(13)

vii


(14)

viii

Lampiran 2. Tabel Uji Validitas dari 30 Pertanyaan kepada 40 Responden Untuk

Variabel X ...67

Lampiran 3. Tabel Uji Validitas dari 30 Pertanyaan kepada 40 Responden untuk Variabel Y ...68

Lampiran 5. Tabel Hasil Penelitian Variabel Y ...68

Lampiran 6. Nilai-nilai Distrubusi Frekuensi Instrumen Variabel X ...69

Lampiran 7. Nilai-nilai Distrubusi Frekuensi Instrumen Variabel Y ...72

Lampiran 8.Uji Normalitas Sebagai Uji Persyaratan Analisis Data dari 50 Responden Untuk Variabel X ...75

Lampiran 9.Uji Normalitas Sebagai Uji Persyaratan Analisis Data dari 50

Responden Untuk Variabel Y ...79

Lampiran 10. Tabel Nilai r Product Moment ...83

Lampiran 11. Perhitungan Koefisien Determinasi ...86

Lampiran 12. Pedoman Wawancara ...87 Lampiran 13. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian


(15)

1

BAB 1

A.

Latar Belakang Masalah

Kebersihan pangkal kesehatan. Kata-kata ini sudah tidak asing lagi, termasuk di dalam dunia pendidikan. Di suatu lingkungan sekolah seringkali sebuah sekolah mengalami permasalahan tentang kebersihan. Hal ini disebabkan oleh para siswa yang membuang sampah sembarangan. Akan tetapi di sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan siswa siswi sudah membuang samapah yang telah disediakan oleh petugas sekolah.

Kebersihan merupakan faktor yang paling menunjang dalam pembentukan lingkungan sehat. Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang bebas dari sampah, polusi, dan segala macam bibit penyakit. Dengan demikian diharapkan para siswa dapat bebas dari berbagai macam penyakit. kebersihan tersebut mencakup kebersihan badan, pakaian dan kebersihan kelas. Kebersihan lingkungan sekolah tersebut meninggalkan dampak-dampak yang mungkin dapat bermanfaat bagi seluruh siswa.

Jika kebersihan lingkungan sekolah tersebut tidak dapat dicanangkan dengan baik, maka lingkungan akan menjadi kotor dan berpolusi, baik itu polusi air maupun polusi udara. Oleh karena itu marilah kita menciptakan suatu sikap selau peduli terhadap kebersihan lingkungan di sekolah. Marilaha kita terapkan prinsip hidup bersih mulai dari sekarang. Sudah saatnya bagi kita untuk menyelamatkan lingkungan skolah kita dari berbagai macam polusi dan kotoran.


(16)

Terkadang sekarang ini ada sebagian dari guru yang kurang memperhatikan tentang kebersihan lingkungan sekolah, padahal kebersihan itu sangatlah penting. Kebersihan sekolah bukan hanya kewajiban bagi guru agama dan petugas kebersihan saja, tetapi merupakan kewajiban bagi seluruh guru dan murid. Dan setiap guru hendaknya selalu menegur anak-anak untuk selalu menjaga kebersihan sekolah.

Kebersihan lingkungan hidup sekitar sangatlah penting terutama dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap manusia yang hidup di muka bumi ini karena jika lingkungan hidup sekitar terjaga kebersihannya maka hidup akan terasa nyaman, tentram dan tidak adanya wabah penyakit terhadap manusia yang hidup di lingkungan tersebut.

Telah jelas di dalam hadits dikatakan “ Kebersihan itu adalah sebagian dari Iman”. Disini tampak jelas bahwa kita sebagai umat manusia dianjurkan untuk menjaga kebersihan lingkungan, tetapi pada zaman sekarang ini malah sebaliknya. Kebanyakan tidak bisa menjaga lingkungan hidup sehingga akibatnya manusia itu sendiri yang menderita berbagai macam penyakit. Padahal jika mereka sadari itu adalah akibat ulah mereka sendiri.

Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:1



















































Artinya:“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:

"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."

mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di

1Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”…


(17)

bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara.”2

Salah satu tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk peserta didik mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku mampu menjaga keseimbangan, keserasian, keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dan alam semesta.3Tujuan pendidikan tersebut merupakan faktor penting terciptanya kehidupan yang bahagia, tenteram, aman dan damai di muka bumi.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam harus mampu menciptakan manusia yang beriman, takwa, soleh, arif, cerdas, sekaligus mampu menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan alam di muka bumi.

Munculnya permasalah lingkungan hidup pada hakikatnya dimulai dari interaksi manusia dengan alam. Bila terjadi ketidakseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan disitulah terjadi permasalahan. Permasalahan manusia dalam teori lingkungan dikatakan bahwa manusia terkadang bersikap baik terhadap lingkungan terkadang sebaliknya. Sehingga terjadi kerusakan lingkungan dan sumber daya alam.4

Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa. Salah satunya yaitu kebersihan lingkungan sekolah, baik kebersihan di dalam kelas maupun di luar kelas. Kebersihan sangat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Jika kelas bersih, indah dan tertata rapi maka kemungkinan besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai. Selain itu konsentrasi pun bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan semakin meningkat. Tetapi sebaliknya, jika lingkungan sekolah terutama kelas terlihat kotor dan kumuh,

2

Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Mizan,1996)

3

Lihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam untuk semua Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta; BNSP, 2007), 3.

4


(18)

pelajaran atau materi yang akan diberikan oleh guru akan sulit diterima oleh siswa, hal ini disebabkan karena pecahnya konsentrasi akibat situasi kelas yang tidak nyaman. Suasana kelas yang seperti ini juga menyebabkan siswa bosan atau mengantuk. Maka dari itu kelas harus selalu dalam keadaan bersih agar siswa bisa meningkatkan prestasinya. Kebersihan di luar kelas, seperti halaman dan makanan harus terpelihara kebersihannya. Halaman sekolah yang bersih dan makanan yang sehat akan membuat para siswa merasakan kenyamanan ketika berada di lingkungan sekolah.

Dalam menjaga kebersihan sekolah, dibutuhkan kerja sama antara siswa, guru, dan petugas kebersihan sekolah. Siswa adalah salah satu pendukung kebersihan sekolah, karena jumlah siswa yang sangat banyak jika dibandingkan dengan warga sekolah lainnya. Siswa yang memiliki IQ dan EQ tinggi pasti memiliki kecerdasan dan kecekatan dalam berfikir. Maka jika diingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun mencorat-coret bangku, siswa akan mematuhi hal tersebut.

Demi tercapainya lingkungan yang indah, sehat dan bersih kita sebaliknya melakukan tindakan yang bersifat mengatasi tersebut, tindakan yang perlu dilakukan diantaranya melarang siswa membuang sampah pada tempatnya, guru selalu memberi contoh membuang sampah pada tempatnya, guru wajib menasehati siswa yang membuang sampah sembarangan, memberi sanksi tersendiri kepada siswa yang membuang samapah sembarangan. Dengan tindakan-tindakan ini diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan. Kebersihan sangat berpengaruh terhadap kesehatan maka hendaknya untuk selalu menjaga kebersihan.

Proses kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam yang berintegrasi dengan pembelajaran bidang studi lain serta seluruh aspek kehidupan, baik di kelas maupun luar kelas atau pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran, maka peserta didik dapat melaksanakan tugas pokoknya sebagai hamba Allah sekaligus dapat melaksanakan tuganya sebagai khalifah di bumi (makhluk sosial).


(19)

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas mendorong penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMPN 6 TANGERANG-SELATAN”.

A.

Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat diidentifikasikan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Adanya kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah. 2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam hal kebersihan lingkungan

sekolah cukup optimal.

3. Proses pembelajaran pendidikan agama Islam cukup menyentuh aspek sikap dan pengalaman.

4. Keteladanan guru terhadap siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah katagori cukup.

B.

Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka pembatasan masalah pada skripsi ini adalah :

Hubungan Pendidikan Agama Islam dengan Kebersihan Lingkungan di Sekolah SMPN 6 Tangerang-Selatan.

C.

Perumusan Masalah

Berdasarkan penbatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“ Adakah hubungan antara Pendidikan Agama Islam dengan kebersihan lingkungan di sekolah SMPN 6 Tangerang-Selatan?”.

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam tentang kebersihan lingkungan sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan


(20)

2. Untuk mengetahui keadaan kebersihan lingkungan sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan

3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan Pendidikan Agama Islam dengan kebersihan lingkungan sekolah SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan

E.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan perhatian siswa dalam menerapkan kebersihan lingkungan disekolah

2. Bagi Sekolah dapat berdaya guna, terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam mengembangkan kebersihan lingkungan dalam menanggulagi pencemaran lingkungan di sekolah yang lebih baik di masa yang akan datang

3. Sedangkan manfaat bagi peneliti sendiri adalah untuk menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan Pendidikan Agama Islam dengan kebersihan lingkungan di sekolah.


(21)

7

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A.

Pendidikan Agama Islam

1.

Pengertian Pendidikan Agama Islam

Agama Islam adalah agama yang universal. Yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu di antara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan kepada ummat Islam untuk melaksanakan pendidikan. Karena ajaran Islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak harus dipeuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dania dan akhirat. Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan kehidupannya.1

Masalah pendidikan tidak akan pernah selesai untuk dibicarakan. Karena soal pendidikan akan selalu terkait dengan kontekstualitas kehidupan umat manusia sepanjang zaman. Dalam lingkungan hidup, pendidikan di sini juga sangat

1


(22)

membahas mengenai lingkungan dan kaitannya dengan pendidikan sebelumnya akan dipaparkan terlebih dahulu pengertian pendidikan itu sendiri.

Pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah.

Di samping itu pendidikan sering juga diartikan sebagai suatu usaha manusia untuk membimbing anak yang belum dewasa ketingkat kedewasaa, dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya dan dapat berdiri di atas kaki sendiri.1

Dalam khazanah keilmuan dikenal dua istilah yang cukup pouler yaitu pendidikan dan pengajaran. Umumnya para pemerhati ilmu menyatakan bahwa pendidikan lebih menekankan aspek dalam diri manusia. Sedangkan pengajaran lebih banyak bersentuhan dengan aspek luar. Dengan perkataan lain, bila pendidikan lebih berkaitan erat dengan dimensi rohani atau kemanusiaan maka pengajaran lebih banyak berbicara tentang sarana dan pra sarana dalam upaya memanusiakan manusia.2

Definisi pendidikan agama Islam dikemukakan para ahli dalam rumusan yang beraneka ragam, antara lain sebagai berikut:

Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama disini adalah kepribadian muslim; ialah keprribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam.3

Tayar Yusuf menyebutkan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan

1

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.9

2

Yunahar Ilyas & Muhammad Azhar, Pendidikan dalam Prespektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian & Pengamalan Islam (LPPI), 1990) Cet ke-1, h.1

3

Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT, Al-Ma’rif, 1989) Cet.6 22-24


(23)

ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT”.4

Menurut Zakiah Daradjat “Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (Way of Life)”.5

Sedangkan menurut Rumayulis “pengertian dari pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumbernya yaitu kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan dan pengalaman”.

Dari beberapa definisi di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh orang dewasa secara sadar terhadap terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama dan adapun mengenai pendidikan agama islam adalah para peserta didik di masa yang akan datang bisa mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dan betaqwa kepada Allah SWT yang bersumber terhadap Al-Qur’an dan Hadits terutama melalui kegiatan kependidikan dan pengajaran serta pengamalannya.

1.

Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir bila tujuannya sudah dicapai. Kalau tujuan itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.

Menurut Ramayulis (2005) “pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan

4

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 30.

5


(24)

bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.6

Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

M. Ngalim Purwanto mengemukakan bahwa: “ Tujuan Pendidikan adalah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan dirinya sendiri dan bertanggung jawab sendiri” .7

Menurut Zakiah Darajat, tujuan Pendidikan Agama Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam al-Qur’an disebut “ Muttaqin”. Karena itu Pendidikan Agama Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa. Ini sesuai benar dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia Pancasialis yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.8

Pendidikan Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek yaitu aspek iman, ilmu dan sosial, yang dasarnya berisi:

a. Menambah suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

b. Tujuan pada aspek ilmu ini adalah pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pengetahuan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang berakhlak mulia, yang bertakwa kepada Allah SWT, sesuai dengan ajaran agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantap kepada Allah SWT.

6

Rumayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.4, h. 21

7

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985), h. 19

8

Zakiah Darajat, Metedologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.1, h.72


(25)

c. Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan sifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah swt manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengelolaan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.9

Di setiap lembaga pendidikan (umum dan keagamaan), pendidikan agama merupakan bagian dari bidang studi yang disajikan kepada peserta didik. Di dalam pendidikan agama sendiri diajarkan bebagai macam materi yang kesemuanya dilandaskan kepada ajaran agama.

Khusus di lembaga pendidikan umum, pendidikan agama disajikan pada dataran memperkenalkan ajaran -ajaran agama yang ada di indonesia. Namun ketika ada hal-hal yang dipandang dapat menyentuh permasalahan aqidah (keyakinan) maka diambil kebijaksanaan dengan menyajikan hal tersebut secara terpisah sesuai dengan kondisi peserta didik dilihat dari keyakinnanya masing-masing.

Hal terpenting yang perlu di ingat adalah, pendidikan agama yang dilaksanakan di sekolah-sekolah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada peserta didik sesuai dengan konsep kebaikan agama masing-masing. Lebih jauh lagi diharapkan dengan mengikuti program pendidikan agama di sekolah, peserta didik mampu menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sehari-hari.10

Jadi, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap ajaran-ajaran agama Islam dan meningkatkan pengamalan ajaran agama Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan utama pendidikan agama Islam ialah keberagaman, yaitu menjadi seorang muslim dengan instensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat.

9

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.7, h. 88-90

10


(26)

2.

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam H. M. Arifin mengatakan bahwa “ ruang lingkup pendidikan agama Islam itu mencakup segala bidang kehidupa di dunia dimana manusia mampu memanfaatkannya seagai tempat menanam benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan nilai dan sikap amaliah Islamiyah dalam pribadi manusia baru akan tercapai dengan efektif bila mana dilakukan dengan proses kependidikan yang berjalan diatas kaidah-kaidah Ilmu pengetahuan kependidikan”.11

3.

Objek Pendidikan Agama Islam

Sejalan dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di alam ini, pendidikan Islam mengidentifikasikan sasarannya pada empaat pengembangan fungsi manusia, yaitu:

1. Menyadarkan manusia sebagai makhluk hidup di tengah makhluk-makhluk lain, manusia harus busa memerankan fungsi dan tanggung jawabnya, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama di antara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai khalifah di muka bumi ini. Malaikat pun bersujud kepadanya, karena manusia sedikit lebih tinggi kejadiannya dari malaikat, yang hanya terdiri dari unsur-unsur rohaniah, yaitu nur Illahi. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan unsur-unsur rohani dan jasmani. Firman Allah menunjukkan kedudukan manusia tersebut sebagai berikut:

















Artinya: “(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah". Maka apabila telah


(27)

Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya".

2. Menyadarkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia harus mengadakan interrelasi dan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan musyawarah sebagai upaya membentuk masyarakat menjadi suatu persekutuan hidup yang utuh. Prinsip hidup bermasyarakat demikian dikehendaki oleh Allah dalam firmannya:







Artinya:“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

3. Meyadarkan manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia makhluk yang berketuhanan, sikap dan watak religiusnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah manusia telah diberi kemampuan untuk beragama. Firman Allah yang menyadarkan manusia sebagai hamba-Nya yang harus beribadah kepada-Nya antara lain:























Artinya:”(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu. Dia tidak dapat dicapai


(28)

oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui”.

Dengan kesadaran demikian, manusia sebagai kahlifah di atas bumi dan yang terbaik di antara makhluk lain akan mendorong untuk melakukan pengelolaan serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama-sama dengan lainnya. Pada akhirnya, kesejahteraan yang diperolehnya itu digunakan sebagai sarana untuk mencapai kebahagian hidup di akhirat.12

4.

Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. dengan dasar ini akan memberikan arah bagi peleksana pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat karena itu, dasar yang menghantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan. Oleh karena itu, dasar yng terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Quran dan Sunnah (Hadis).

MenetapkanAl- Quran dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yng didasarkan pada keimanan semata. Namun justru terdapat kebenaran yang terdapat dalam kedua tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Quran tidak ada keraguan padanya QS. Al-Baqarah ayat : 2.











Artinya : “ Kitab (Al-Qur’an)ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi

mereka yang bertakwa”.

12


(29)

Ia tetap terpelihara kesuciannya dan kebenarnnya.QS. Ar-Rad ayat: 9.





Artinya: “yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak; yang Maha

besar lagi Maha tinggi”.

Baik dalam pembinaan aspek kehidupan spritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis dipahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Kepribadian Rasul sebnagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik. 13

5.

Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah berungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimana dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang ta dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.

13

Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis, Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.34-35


(30)

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik alam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. d. Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari

budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia indonesia seutuhnya.

e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

f. Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.14

6.

Pola Pembinaan Pendidikan Agama Islam

Pembinaan pendidikan agama Islam dikembangkan dengan menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu Guru Agama perlu mendorong dan memantau kegiatan pendidikan agama Islam yang dialami oleh peserta didiknya di dua lingkungan pendidikan lainnyan kesatuan (keluarga dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan kesatuan tindak dalam pembinaan.15

A.

Pengertian Kebersihan Lingkungan Sekolah

1.

Pengertian kebersihan

Kata bersih sering digunakan untuk menyatakan keadaan lahiriyah suatu benda, seperti air bersih, lingkungan bersih, tangan bersih dan sebagainya. Terkadang bersih digunakan untuk ungkapan sifat batiniyah, seperti jiwa suci. Dalam hukum Islam, setidaknya ada tiga ungkapan yang menyatakan “kebersihan”, yaitu:

1. Nazafah, atau nazif, yaitu meliputi bersih dari kotoran dan noda secara lahiriyah dengan alat pembersihnya benda yang bersih seperti air.

14

Rumayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.4, h. 21-22

15


(31)

2. Taharah, yaitu mengandung pengertian yang lebih luas meliputi kebersihan lahiriyah dan batiniyah.

3. Tazkiyah, mengandung arti ganda yaitu membersihkan dari sifat atau perbuatan tercela dan menumbuhkan atau memperbaiki jiwa dengan sifa-sifat yang terpuji.16

Sedangkan dalam istilah fiqaha taharah berarti kebersihan dari sesuatu yang khusus yang di dalamnya terkandng makna ta’abbud (menghambakan diri) kepada Allah. Ia merupakan salah satu perbuatan yang dicintai Allah.17

Thaharah ialah suatu kalimat bahasa Arab yang berarti bersuci, bersih atau

kebersihan. Islam ataupun syara’ menuntut umatnya supaya bersuci dan bersih,

sama halnya bersih di dalam diri ataupun di luar diri. Tiada satu agama pun di dunia ini yang lebih banyak menitikberatkan tentang kebersihan ini selain dari Islam. Islam sangat menitikberatkan kebersihan jasmani dan rohani.18

Sebagaimana Allah menyatakan pijian-Nya pada sekelompok orang. Allah berfirman dalam surat al-Taubah: 108, yaitu:











Artinya: “ Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih

Kebersihan yang dimaksud adalah baik kebersihan inderawi (yang bisa diindera/dirasakan) yakni kebersihan pribadi kebersihan umum, maupun kebersihan maknawi yang hanya diketahui oleh nurani, yaitu bersih dari sifat syirik, munafik, dengki dan sifdat tercela lainnya.19

16 Tim Lembaga Penelitian UIJ, Konsep Agama Tentang Bersih dan Implikasi dalam Kehidupan Masyarakat Islam, (Jakarta: Universitas Universitas Islam Jakarta, 1993), h. 14 Pustaka Al-Kautsar, 2004), terj. Samson Rahman, MA. h.3

17

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), terj. Samson Rahman, MA. h.3

25

Abu Muhammad Izzuddin, Beberapa Permasalah Hukum Dalam Islam, (Kuala Lumpur: PT. Batu Caves, 1996), Cet.1, h. 292

19


(32)

Kebersihan merupakan suatu kegiatan atau kebiasaan membersihkan sesuatu yang dianggap kotor, supaya menjadi bersih. hanya standar bersih ini tidak sama tergantung pada tingkat pendidikan, kebiasaan dan mungkin juga dana yang dimiliki. kebersihan pada masa ini, bukan hanya sekedar untuk menghindari menjangkitkan suatu penyakit tetapi kebersihan sudah merupakan suatu kebutuhan hidup yang erat hubungannya, ketertiban untuk mencapai hidup sehat, bersih indah, nyaman dan tenteram.20

Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungan dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi, juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higienis yang baik. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat kerja, dan berbagai sarana umum. 21

Memperhatikan masalah kebersihan adalah merupakan salah satu unsur penting dalam perilaku beradab. Hal ini tidak pernah diajarkan dalam agama dan falsafah apapun. Islam menganggap kebersihan sebagi suatu sistem peradaban dan ibadah. Karena itu kebersihan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari seorang muslim.22

Demi terciptanya lingkungan yang indah dan sehat adapun cara mengatasinya yaitu sebagai berikut:

1. Membuang sampah pada tempatnya 2. Mengadakan lomba kebersihan

20

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Thaharah, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), terj. Samson Rahman,, MA. h.3

21

http://hendrariahdo.wordpress.com/2011/12/08/penelitian-tentang-kebersihan-lingkungan-sekolah/

22

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), hal. 361


(33)

3. Memberi sanksi bagi siswa yang membuang sampah sembarangan. 4. Menyiram air seni kalau setelah buang air kecil.

2. Kebersihan dalam Pandangan Islam

Islam menganjurkan agar kita mengartikan kebersihan sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap yang tidak dapat ditandingi oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan Islam mengkatagorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban bagi setiap muslim.

Dalam kitab-kitab Syariah selau diawali dengan bab al-thaharah yakni kebersihan. Dengan demikian fikih pertama yang dipelajari umat Islam ialah masalah kebersihan. Bagi umat Islam kebersihan adalah kunci harian yang disebut shalat, dan dalam Islam shalat adalah kunci surga. Shalat seorang muslim tidak sah selama ia tidak menghilangkan hadas kecil dengan wudhu dan menghilangkan hadas besar dengan mandi. Dalam sehari, wudhu’ dilakukan babarapa kali dengan maksud untuk membersihkan anggota tubuh yang terkena kotoran, keringat, da dan debu; minsalnya adalah wajah juga mulut dan hidung dan kepala, serta kedua tangan, kaki dan . telinga. Allah SWT berfirman:




















(34)



















Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[403] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Al-Maidah: 6).

Lebih dari itu semua, Qur’an dan Sunnah telah menggalakkan kebersihan dan menganjurkan umat Islam agar menjadi umat yang membiasakan hidup bersih. Allah SWT berfirman:









Artinya:“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.(Al-Baqarah: 222).


(35)

Dan Allah memuji penghuni masjid Quba’ dalam firman-Nya: “ Di dalamnya ada orang-orang yang ingin mebersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih (Al-Taubah: 108).23

Agama-agama lain tidak memiliki konsern yang sedemikian hebat dan melebihi Islam terhadap kebersihan. Islam sangat peduli dengan kebershan manusia, kebersihan rumah, kebersihan jalan, kebersihan masjid dan yang lainnya. hingga tersebar kata-kata seperti hadits di atas “Kebersihan itu sebagian dari Iman”. Padahal para pemuka agama di abad pertengahan seperti pendeta di Barat melakukan taqarrub kepada Allah dengan cara yang kotor dan menghindari menggunakan air. Samapai di antara mereka ada yang mengatakan; semoga Allah memberikan rahmatnya pada sang pebdeta fulan, sebab dia telah hidup selama lima puluh tahun dengan tidak pernah membasuh kedua kakinya.

Ajaran kebersihan tidak hanya sekedar slogan, motto atau teori belaka. Tetapi harus juga dijadikan pola hidup praktis yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa. Ajaran kebersihan dalam Islam antara lain terlihat dari persyariatan ibadah shalat yang dilakukan setiap hari. Shalat dapat menyucikan lahiriyah melalui wudhu yang merupakan syarat sah sebelum melaksanakannya. Di samping itu juga, dapat pula menyucikan batiniyah melalui pengesaan Allah SWT.24

Islam juga memperhatikan masalah kebersihan makanan dan minuman. Kebersihan memiliki dampak keindahan dengan bersihnya pakaian juga kebersihan lingkungan atau apa yang diistilahkan oleh para dokter sebagai kesehatan lingkungan termasuk kebersihan sumber air, rumah dan jalan merupakan persoalan mendapatkan perhatian serius dari Rasulullah dan dijadikan

23

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), hal. 190-191

24

A. Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 18


(36)

prinsip dasar bagi penjagaan tubuh dari penyakit-penyakit menular ataupun dari hal-hal yang tidak semestinya akan menimbulkan bebagai macam penyakit.

Perhatian Sunnah terhadap masalah kebersihan, sebagaimana juga perhatian Al-Qur’an adalah karena beberapa sebab:

Pertama, Allah suka kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan

diri.” (Al-Baqarah: 222). Allah memuji penghuni masjid Quba’ dan memuji

kebiasaan mereka yang mencintai kebersihan. Allah berfirman: “Sesungguhnya

masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjib Quba’), sejak hari pertama

adalah lebih patut kamu sembahyang di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (al-Taubah: 108).

Karena itu kebersihan dianggap sebagai salah satu bukti keimanan. Sampai ada kata-kata yang terkenal di kalangan umat Islam yang mengatakan: “Al -nazhafat min al-iman (kebersihan itu sebagian daripada iman).” Sebagian orang-orang Islam menganggap kata-kata ini sebagai hadis, padahal ini bukan hadis. Sebenarnya hadis yang sahih berbunyi: “Al-thuhur syathr al-iman (Rowahul Muslim).”

Kebersihan yang dimaksud adalah berkaitan dengan kebersihan maknawi, yakni kebersihan dari syirik, munafi, dan akhlak yang tidak baik dan juga kebersihan inderawi, yakni kebersihan perorangan dan kebersihan umum.

Kedua, Kebersihan adalah cara untuk menuju kesehatan dan kekuatan. Islam sangat menggalakkan kesehatan badan dan kekuatan jasmani. Sebab kesehatan adalah bekal individu dan kekayaan bagi anggota masyarakat. Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada orang mukmin yang melemah. Di samping itu mengingat badan adalah amanat, maka seorang muslim tidak boleh bersikap sembrono atau lengah terhadap kewajiban yang harus diberikan kepada


(37)

badannya agar badan itu bisa tahan terhadap penyakit. Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya kamu mempunyai hak terhadap badanmu.”25

Adapun manfaat menjaga kebersihan pada dasarnya kembali kepada beberapa sebab, antara lain:

1. Menjaga kebersihan itu sendiri lebih efektif dalam mencegah timbulnya berbagai penyakit, seperti: kolera, tipus, penyakit kuning daripada mencegah atau memberantas setelah berkembang menjadi wabah. Umumnya di negara-negara berkembang tidak begitu kualitasnya dalam pelayanan makanan umum (misalnya kantin), lebih mudah dijumpai jika meloncong ke berbagai negara terbelakang dan mudah dijumpai tempat kotor dan berbagai wabah berjangkit di dalamnya.

2. Sesungguhnya kantin-kantin seperti itu tidak akan menarik pembeli dan tidak higienis serta tidak steril (terbebas dari penyakit). Jika setiap makanan tertentu sebagai penyebar penyakit maka menjaga kebersihan dari lingkungan kotor adalah suatu keharusan.

3. Sekalipun sains modern begitu pesat perkembangannya, faktanya lingkungan kotor seperti jamban kotor dan sarang-sarang penyakit lainnya dengan mudah kita jumpai. Suatu masalah bagi Depertemen Kesehatan untuk mengentaskannya.26

Demikian halnya dengan kebersihan lingkungan (sumber air, rumah dan jalan) yang merupakan kebutuhan manusia dan digunakan setiap harinya. Kebersihan perkara itu semua mempengaruhi tingkat kehigienisan atau kesehatan kehidupan manusia. Lingkungan yang kotor disamping tidak sedap dipandang mata, juga memungkinkan terjadi sarang penyakit. Sebaliknya, lingkungan yang bersih akan memberikan keindahan dan memungkinkan memberikan kesehatan

25

Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:  Pustaka Al-Kautsar, 2004), hal. 366

26


(38)

bagi para penghubi lingkungan. Oleh karena itu, kebersihan lingkungan menjadi sangat penting untyk terwujudnya kesehatan bersama.27

4.

Lingkungan Sekolah

Istilah ekologi mula-mula digunakan oleh Erns Haeckal seorang pakar ilmu hayat. Istilah ini berasal dari Yunani, oikos artinya rumah dan logos artinya ilmu. Dengan demikian secara etimologi ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dan rumahnya, atau diartikan sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup atau sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungnnya.28

Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia/individu. Lingkungan itu sebenarnya mancakup segala mateil dan stimuli di dalam dan di luar individu manusia. oleh karena itu lingkungan dapat diartikan secara psikologis dan sosio-kultural.

Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh individu sejak dalam kelahiran sampai kematian. Stimulasi ini misalnya berupa: interaksi, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas intelektual.

Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan pelakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup masyarakat, latuhan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan dan penyuluhan adalah termasuk dalam lingkungan ini.29

27

Hario Tilarso, Pandan Peningkatan Kesehatan Santri, (Jakarta: CV. Kuta Boloh Manunggal, 2005),h. 30

28

Otto Sumarwotto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Jamabatan, 1999) 22.

29

Wasty Soemanto, M. Pd., Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan), (Jakarta: PT. Rneka Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 84


(39)

Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada di dalam atau diluar individu bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau perkembangan.30

Menurut Sartain, (ahli psikologi Amerika), sebagaimana di kutip oleh Hasbullah yang dimaksud lingkungan meliputi kondisi dan alam dunia ini, yang dengan cara-cara tertentu memprngaruhi tingkah laku, pertumbuhan, dan perkembangan.31

Pada dasarnya lingkungan mencakup:

a. Tempat (lingkungan fisik), yaitu keadaaan iklim, keadaan tanah, dan keadaan alam

b. Kebudayaan (lingkungan budaya), dengan warisan budaya tertentu, seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmup pengetahuan, pandangan jidup, dan keagamaan

c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat), seperti keluarga, kelompok bermain, desa dan perkumpulan.

Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur lingkungan yang keduanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun di dalamnya terdapat faktor-faktor yang berdaya guna untuk mendidik. Pengaulan merupakan unsur lingkungan yang turut serta mendidik seseorang. Pengaulan semacam itu dapat terjadi dalam:

1. Hidup bersama orang tua, nenek, kakek atau adik dan saudara-sudara lainnya dalam suatu keluarga.

2. Berkumpul dengan teman sebaya.

3. Bertempat tinggal dalam suatu lingkungan kebersamaan di kota, di desa atau dimana saja.32

Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan, rumah, alat permainan, buku-buku, dan alat

30

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. Ke-1, h.34

31

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.32

32


(40)

peraga) dinamakan lingkungan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan-lingkungan tersebut terdiri dari dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan lingkungan organisasi pemuda yang disebut dengan Tri Pusat Pendidikan.

Lingkungan pendidikan atau lingkungan sekolah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau perkembangannya. Lingkungan yang bersifat fisik dapat berupa tempat tinggal, tempat ibadah, tempat berolahraga, tempat bermain, dan sabagainya. Sedangkan lingkungan yang bersifat non-fisik dapat berupa adat istiadat, pola hubungan, pola komunikasi, pola pergaulan, dan lain sebagainya.33

Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengan taraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus manerima pelajaran yang sama.

Lingkungan sosial lingkungan pergaulan antara manusia, antara pendidik dan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak paserta didik (siswa) maupun para pendidik (guru), dan pihak lainnya. Tiap orang memiliki karakteristik masing-masing sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. karateristik ini meliputi karateristik fisik, seperti tinggi dan berat badan, nada suara, roman muka, gerak-gerik dan lain-lain. Sedangkan karateristik psikis seperti sifat sabar, marah, jujur, kemampuan intelektual seperti jenius, cerdas, bodoh serta kemampuan psikomotorik, seperti cekatan dan terampil.34

Lingkungan intelektual merupakan kondisi dan iklim sekitar yang mendorong dan menunjang pengembangan kemampuan berfikir. Lingkungan ini mencakup perangkat lunak seperti sistem dan perangkat-perangkat lunak, perangkat keras seperti media dan sumber belajar, serta aktifitas-aktifitas pengembangan dan penerapan kemampuan berfikir. Tetapi aktivitas manusia dalam memenuhi

33

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.33

34

Nana Syaodih Sukkmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Jakarta: Remaja Resdokarya, 2003), h. 4


(41)

kebutuhan dan segala keinginannya yang sangat variatif, pada umumnya tidak mempertimbangkan kemampuan dan daya dukung lingkungan terhadap aktivitas kehidupan. Hal inilah yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan, yang pada giliran berikutnya mengundang timbulnya berbagai bencana yang menghimpit kehidupan.

Sekolah adalah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru yang tidak dikenalnya. Guru itu selalu berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidk mendalam seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terikat oleh tali kekeluargaan. Guru tak mungkin dapat menyelami jiwa anak itu sedalam-dalamnya. Ia tak mungkin dapat mencurahkan perhatiannya kepada seorang anak saja. Baginya anak isstu tak lain daripada seorang murid di antara sekian banyak murid yang lain, yang diserahkan kepadanya. Ia mengajarkan dalam satu atau beberapa tahun, dan muridnya itupun selau berganti-ganti dari tahun ke tahun.

Di sekolah guru merasa bertanggung jawab tertama tehadap pendidikan otak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapat nama baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalam ujian. Akan tetapi ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Malahan di luar sekolah juga ia hars betindak sebagai pendidik.35

Pelaksanaan pendidikan agama Islam pada umumnya di sekolah, khususnya pembelajaran di kelas/jam pelajaran sangat sedikit dan singkat, sedangkan porsi yang ada pada ruang lingkupnya sangat luas. Mengingat pentingnya beragama bagi semua orang, dalam pembentukan manusia yang berakhlak mulia, kehidupan yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani di era global di mana batas budaya, wilayah negara, transformasi informasi yang begitu cepat mendunia yang tidak dapat dibendung dan dibatasi oleh batas ruang dan waktu. Hal ini yang akan berdampak pada semua aspek kehidupan, khususnya di bidang

35


(42)

pendidikan. Maka tugas guru agama dalam dunia pendidikan harus berperan aktif untuk mewujudkan cita-cita bangsa.

Langkah berikutnya adalah, mendidik siswa bersifat dan berjiwa bersih. Dalam kehidupannya siswa diharapkan selalu menjaga kebersihan lingkungan nya dengan tidak membuang sampah atau limbah sembarangan, sehingga dapat menimbulkan pencemaran di di daratan, laut maupun udara. Konsep ini merupakan integrasi ajaran Islam dengan pendidikan lingkungan yang bisa diterapkan di sekolah.

Hal lain yang bisa dilakukan, melalui pendidikan agama, memberikan pengetahuan tentang penanggulangan pencemaran baik di darat, air atau udara. Seperti:

1. Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan

2. Menyebarkan kesadaran pada masyarakat yang dapat meringankan beban hidup.

3. Merencanakan riset, sehingga dapat menemukan kegunaan limbah dan pengurangan pencemmaran terhadap lingkungan.

4. Memperbaiki lahan kritis serta lahan yang tidak produktif menjadi produktif melalui penanaman tanaman.

5. Menghindari penebangan pohon dan merusak lingkungan. 6. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

Lingkungan-lingkungan di atas sangat berpengaruh dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Semakin baik suatu lingkungan yang ada dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah, maka akan mempermudah suatu kagiatan belajar mengajar. Lingkungan dapat diciptakan oleh orang-orang yang ada pada suatu lembaga pendidikan di mana saja, asalkan adanya kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, termasuk katerlibatan aktif para siswa didik, karena lingkunga sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama yang kedus. Sisea-siswi, guru-guru, dan administator hidup bersama dan melaksanakn pendidikan secara teratur dan terencana dengan baik.


(43)

5.

Sifat dan Ciri-ciri Sekolah

Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus merupakan lanjutan dalam keluarga. Dilihat dari karakterisriknya, sekolah mempunyai ciri-ciri, antara lain:

1. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan 2. Sekolah memberikan keterampilan dasar

3. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib 4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan

5. Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial 6. Sekolah mentransmisi kebudayaan

7. Sekolah membentuk manusia yang sosial.36

Di samping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai ciri-ciri khusus sebagai berikut:

a. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang pendidikan b. Usia siswa (anak didik) di suatu jenjang relatif beragam

c. Waktu pendidikan relatif lam, sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan

d. Isi pendidikan (materi) lebih banyak yang bersifat pengetahuan umum e. Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan

di masa yang akan datang.

Berkenaan dengan sumbangan sekolah terhadap pendidikan itulah, maka sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Tumbuh sesudah keluarga b. Lembaga pendidikan formal

c. Lembaga pendidikan yang tidak bersifat alami.37

36

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Pekembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet.1, h. 34

37


(44)

6.

Tujuan Pendidikan Terhadap Lingkungan Hidup

Pendidikan Lingkungan Hidup adalah agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku rasional dan bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan dan lingkungan hidup. PLH bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan mata pelajaran yang di integrasikan keberbagai mata pelajaran dalam kurikulum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan pelaksanaan PLH dalam program sekolah melalui pendekatan terpadu. Agar ini berhasil maka perlu memperhatikan factor-faktor sebagai berikut:

1. Perpaduan harus dilakukan secara tepat agar pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.

2. Susunan pengetahuan yang jadi perpaduan berdasarkan kurikulum yang ada pada system persekolahan yang sedang berlaku.

3. Mata pelajaran induk yang dipilih sebagai wadah perpaduan memiliki daya serap yang cukup. Adapun mata pelajaran yang utama sebagai wadah perpaduan adalah Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PENJAS dan Pendidikan Kewarga Negaraan.38

Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan belajar yang produktif, dimana sebuah lingkungan belajar yang didesain atau dibangun untuk membantu pelajar meningkatkan produktifitas belajar mereka sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat digambarkan dengan, kemudahan para pelajar dalam berfikir, berkreasi juga mampu secara aktif dikarenakan lingkungan belajar yang bersih sangat mendukung sehinggatimbul ketertiban dan kenyamanan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Berbeda halnya dengan pelajar yang memiliki sebuah lingkungan belajar yang kotor, tentunya akan menimbulkan kesan malas dan membosankan sehingga tidak timbul rasa semangat pada proses belajar mengajar dikarenakan lingkungan yang kotor dan tidak konduktif dan efektif.

38

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2188650-tujuan-pendidikan-lingkungan-hidup


(45)

B.

Hasil Penelitian yang Relavan

Setelah penulis mengkaji relavan dengan melihat skripsi yang telah lalu tentang kebersihan penulis menemukan dengan menggunakan penelitian kualitatif bahwa Ahmad Erwan dengan skripsi yang berjudul “Kajian Hadits-hadits Tentang Kebersihan Makanan, Sumber Air, Rumah dan Jalanan” menyimpulkan bahwa Nabi menganjuran bahwa segala aspek kehidupan harus selalu bersih. Kebersihan atau hegienitas dalam tinjauan hadits adalah sebagai ibadah sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT serta cara untuk menjaga kesehatan. Ummat manusia hendaknya tidak menggangap ajaran kebersihan hanya sekedar slogan atau motto tetapi dijadikan pola hidup yang mendidik manusia hidup bersih dan sehat.

Skripsi yang disusun oleh Abdul Hakim dengan judul skripsi Hubungan Prestasi Belajar Siswa dengan Kesadaran Terhadap Lingkungan menyimpulkan bahwa “ Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan korelasi product moment menyatakan bahwa prestasi belajar terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar dengan kesadaran terhadap lingkungan” .

Skripsi yang disusun oleh Faizatul Ulwiyah dengan judul skripsi Hubungan Antara Pengetahuan Siswa Tentang Air Bersih dengan Sikap Hidup Sehat menyimpulkan bahwa “ Kontribusi pengetahuan dalam pembentukan sikap, koefisien determinasi diperoleh 70,56%, hal ini berarti cukup besar kontribusi yang diberikan pengetahuan siswa tentang air bersih dalam pembentukan sikap hidup sehat siswa, sedangkan 29,44%, pembentukan sikap siswa untuk hidup sehat didukung oleh faktor lain, minsalnya: kebiasaan, tempat, dan keadaan.”

Pengetahuan siswa tentang air bersih yang didapat siswa di sekolah mendukung pembentukan sikap siswa dalam hidup sehat, tetapi tidak menutup kemungkinan faktor lain juga berperan dalam pembentukan sikap hidup sehat.


(46)

C.

Kerangka Berfikir

Berdasarkan penjelasan mengenai pendidikan agama Islam dan kebersihan lingkungan sekolah di atas, dapat diketahui bahwa kebersihan sekolah sangat penting, di dalam Hadits telah di jelaskan bahwa kebersihan itu adalah sebagian dari Iman. Di dalam salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam yaitu fiqih juga telah diajarkan oleh guru agama terhadap muridnya untuk selalu menjaga kebersihan.

Allah SWT sangat menyukai segala sesuatu yang bersih, apabila di dalam kehidupan seseorang itu selalu menjaga kebersihan maka ia akan selalu hidup sehat dan nyaman serta terhindar dari segala macam penyakit.

Di lembaga pendidikan juga sangat berpengaruh kepada seluruh pendidik dan peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, karena apabila disekolah tersebut kotor maka ketika sedang berlansungnya proses belajar mengajar tidak pernah merasa kenyamanan dan optimal serta akan menggaggu proses mengajar menjarkan dan akan mengakibatkan rugi bagi orang yang disekitarnya karena mereka tidak pernah akan konsentrasi dalam belajar. Dan adapun yang menjaga kebersihan bukan hanya Tanggung jawab seorang petugas kebersihan sekolah saja, akan tetapi tanggung jawab seluruh orang yang ada di lingkungan tersebut.

Jadi, menurut penulis, jika kebersihan dalam lingkungan terpelihara , maka kenyamanan dan keharmonisan masyarakat seseorang yang berada di lingkungan sekitarnya akan tercipta. Terutama di lingkungan sekolah karena jika di sekolah kebersihannya terjaga maka proses belajar mengajar akan optimal dan berjalan sesuai apa yang diiginkan.

D.

Hipotesis

Hipotesis adalah suatu anggapan teoriritis yang dapat dipertegas atau ditolak secara empiris39. Dapat juga dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi yang sifatnya sangat sementara.40

39


(47)

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang di signifikan antara pendidikan agama Islam dan kebersihan lingkungan sekolah.

Ha : Terdapat hubungan yang di signifikan antara pendidikan agama Islam dengan kebersihan lingkungan sekolah.

40

Sutrisno Hadi, Metedologi Research 1, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas UGM. 1980), H. 63


(48)

34

BAB III

METEDOLOGI PENELITAN

A.

Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun 2012 hingga selesai pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013

2. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Tangerang-Selatan yang terletak di jalan komplek Villa Bintaro Indah Jombang, Tangerang-Selatan.

B.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis adalah penelitian deskriftif kuantitatif. Penelitian deskriftif lebih menitikberatkan pada pengumpulan data empiris,


(1)

4 60 3600 171 2617 137969


(2)

Responden 16 17 18 19 20 21 22 23

A1 2 2 2 2 4 4 4 4

A2 2 2 2 2 4 4 2 4

A3 2 2 1 2 4 4 1 4

A4 3 1 2 1 4 4 4 1

A5 2 2 2 1 4 3 1 1

A6 3 3 2 3 4 4 4 4

A7 1 2 1 1 3 3 1 1

A8 2 2 2 2 4 4 4 3

A9 3 3 2 2 4 4 4 4

A10 2 2 2 2 4 4 3 3

A11 2 2 2 2 4 4 4 3

A12 2 2 2 1 4 4 2 4

A13 2 1 1 1 4 4 2 1

A14 2 2 2 2 4 4 1 2

A15 2 2 2 2 4 4 1 2

A16 4 2 2 2 4 4 4 4

A17 3 3 3 2 4 4 3 3

A18 3 2 2 2 4 4 3 3

A19 3 2 2 4 3 3 4 3

A20 2 2 1 1 4 4 2 2

A21 3 2 2 2 4 4 2 3

A22 2 2 2 2 4 4 4 4

A23 2 2 2 1 4 4 1 4

A24 2 2 2 2 4 4 1 3

A25 3 2 2 2 1 4 3 4

A26 3 2 2 2 4 4 2 3

A27 1 2 2 1 4 4 3 3

A28 2 2 2 2 4 4 4 2

A29 2 2 4 3 4 4 3 2

A30 2 2 2 2 4 4 2 2

A31 4 2 2 2 4 4 4 4

A32 2 2 2 2 3 1 3 2

A33 2 2 2 2 4 4 2 2

A34 4 2 1 2 4 4 4 2

A35 2 2 1 1 4 4 2 1

A36 3 2 3 1 4 4 4 1

A37 2 2 2 2 4 4 4 2

A38 2 2 2 2 4 4 3 2

A39 2 2 2 2 4 4 4 2

A40 2 2 2 1 4 4 2 2

Jumlah 94 81 78 73 154 154 111 106

r hit 0.558524 0.442923 0.316882 0.529139 0.129627 0.234087 0.602564 0.620967

r tab 0.304 0.304 0.304 0.304 0.304 0.304 0.304 0.304 Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Invalid Invalid Valid Valid


(3)

24 25 26 27 28 29 30 X1 X2

2 4 2 2 1 2 2 39 1521

2 4 2 1 1 1 2 35 1225

2 4 3 1 1 4 4 39 1521

1 4 2 1 1 4 4 37 1369

1 2 3 1 1 3 4 31 961

1 4 4 2 3 4 4 49 2401

1 4 3 1 1 4 3 30 900

4 3 3 4 2 4 4 47 2209

4 4 4 1 2 4 4 49 2401

2 4 3 1 2 2 2 38 1444

1 4 2 1 1 2 4 38 1444

1 4 2 1 1 2 4 36 1296

1 4 2 1 2 4 4 34 1156

2 4 2 1 1 2 2 33 1089

2 4 2 1 1 2 2 33 1089

2 4 4 4 2 4 4 50 2500

2 4 3 2 1 2 3 42 1764

1 3 3 2 2 2 3 39 1521

1 4 2 1 2 4 4 42 1764

2 4 2 1 1 2 3 33 1089

2 4 3 1 1 2 2 37 1369

1 4 3 1 1 1 4 39 1521

2 4 4 1 1 1 4 37 1369

2 4 2 1 1 4 4 38 1444

2 4 2 1 1 2 3 36 1296

2 4 2 1 1 4 4 40 1600

2 4 2 1 1 4 4 38 1444

2 4 3 1 1 2 3 38 1444

2 3 3 3 1 3 4 43 1849

2 3 2 1 1 1 3 33 1089

1 3 4 2 1 4 4 45 2025

2 4 2 1 1 3 3 33 1089

2 3 2 1 1 2 1 32 1024

2 4 3 2 1 1 3 39 1521

2 2 2 1 1 2 2 29 841

1 4 2 1 1 1 3 35 1225

1 4 2 2 1 2 3 37 1369

2 4 3 1 1 2 3 37 1369

1 4 2 2 1 2 3 37 1369

2 3 2 1 1 2 4 34 1156

70 149 103 56 49 103 130 1511 58077

0.291966 0.205944 0.64158 0.648673 0.602242 0.440235 0.484174 6.749527

0.304 0.304 0.304 0.304 0.304 0.304 0.304


(4)

(5)

(6)