Perbedaan Keterampilan Sosial Remaja Pada Keluarga Utuh dan

yang berlangsung dari usia 13 tahun sampai 17 tahun, dan masa akhir remaja yang bermula dari usia 17 tahun sampai 18 tahun. Monks 1999 menyatakan bahwa batasan usia remaja antara 12 sampai 21 tahun, yang terbagi dalam tiga fase yaitu remaja awal usia 12 hingga 15 tahun, remaja tengahmadya usia 15 hingga 18 tahun dan remaja akhir usia 18 hingga 21 tahun. 2. Tugas perkembangan remaja Menurut havigurst Hurlock, 1999 tugas perkembangan remaja meliputi beberapa hal sebagai berikut : a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karir ekonomi. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

D. Perbedaan Keterampilan Sosial Remaja Pada Keluarga Utuh dan

Keluarga Bercerai. Keluarga adalah tempat pengenalan anak-anak pada masyarakat dan memegang tanggung jawab yang utama terhadap sosialisasi anak. Melalui Universitas Sumatera Utara sosialisasi, anak-anak memperoleh keterampilan sosial, emosional, dan kognitif sehingga mereka dapat berfungsi dalam masyarakat Berns,2004. Keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bercerai dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup, maka anak akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya Mu’tadin, 2000. Perceraian yang terjadi dalam suatu keluarga akan mengakibatkan anak tidak dapat hidup bersama dengan kedua orang tuanya seperti anak dari keluarga utuh. Padahal, peran kedua orang tua sangat penting dalam sosialisasi anak karena masing-masing orang tua menterjemahkan masyarakat pada mereka seiring dengan pertumbuhan anak mereka Berns,2004. Menurut Berns 2004, perceraian juga memiliki konsekuensi terhadap fungsi keluarga dan sosialisasi terhadap anak-anak. Anak-anak yang tidak disosialisasikan untuk mengembangkan hati nurani dapat terlibat dalam perilaku kenakalan remaja. Sebaliknya, anak-anak yang memperoleh sosialisasi dapat memperoleh keterampilan sosial. Berdasarkan penelitian Paul R. Amato 2002, konflik diantara orang tua merupakan suatu tekanan kepada anak. Hal ini juga menunjukkan bahwa anak bereaksi terhadap konflik dengan rasa takut, marah, agresi, atau perilaku yang tidak normal. Selanjutnya, melalui agresi verbal dan fisik, orang tua mengajarkan anak secara tidak langsung bahwa ketidaksetujuan atau ketidaksamaan pendapat Universitas Sumatera Utara diselesaikan melalui konflik daripada diskusi. Sebagai hasilnya, anak tidak akan belajar keterampilan sosial yang akan mereka butuhkan untuk membentuk hubungan yang baikberhasil dengan teman sebaya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak yang berasal dari keluarga utuh memiliki kedua orang tua yang memegang peranan utama dalam sosialisasi anak yang akan membantu terbentuknya keterampilan sosial pada anak sedangkan anak dari keluarga bercerai tidak bisa tinggal dengan kedua orang tuanya seperti anak dari keluarga utuh. Perceraian antara kedua orang tua membawa konsekuensi terhadap fungsi suatu keluarga karena tidak adanya salah satu peran orang tua dalam keluarga dan sosialisasi pada anak. Padahal, sosialisasi pada anak akan mempengaruhi terbentuknya keterampilan sosial pada anak. Oleh karena itu, ada tidaknya kedua orang tua dalam suatu keluarga akan mempengaruhi terbentuknya keterampilan sosial pada anak.

E. Hipotesis