b. Orang yang di bawah pengampunan yaitu orang yang sudah dewasa atau telah berumur 21 tahun tetapi tidak mampu karena:
Pemabuk
Gila
Pemboros
c. Wanita yang sedang mempunyai suami yang hilang kecakapannya, karena dia harus mendampingi suami.
Ketiga hal ini, bila melakukan perjanjian tanpa izin dari yang mengawasinnya maka dikatakan perjanjian itu tercatat. Oleh kerena itu, perjanjian itu dapat
dibatalkan oleh hakim, baik secara langsung maupun melalui orang yang mengawasimya.
3. Hal Tertentu
Sebagai syarat ketiga sahnya perjanjian, ialah suatu hal tertentu. Hal tertentu ini menyangkut objek hukum atau mengenai bendanya mengenai;
1. Jenis barang; 2. Kualitas dan mutu barang;
3. Buatan pabrik dan dari negara mana; 4. Buatan tahun berapa;
5. Warna barang; 6. Ciri khuhsus dari barang tersebut;
7. Jumlah barang; dan 8. Uraian lebih lanjut mengenai barang itu.
4. Sebab yang halal
Di dalam pasal 1337 KUHPerd, suatu kuasa tidak halal atau tidak diperbolehkan serta dinyatakan terlarang, apabila benda sebagai objek hukum itu;
1. Bertentangan dengan undang-undang.
Contoh:
16 | H u k u m P e r j a n j i a n
a. Apabila benda yang sebagai objek perjanjian adalah benda terlarang seperti jual-beli narkotika, obat-bius, senjata-api, dll.
b. Apabila benda itu tidak dijamin oleh hak yang pasti, seperti jual-beli barang curiann, rampokan atau rampasan.
c. Apabila benda yang menjadi objek perjanjian hanya dapat dimiliki oleh orang tertentu, seoerti senjata-api hanya untuk ABRI tenntara,
peralatan kimia tertentu untuk Dokter atau Apoteker. d. Apabila benda yang menjadi objek itu ditujukan unttuk tujuan yang
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, seperti menjual pisau untuk menganiaya, menjual racun tikus untuk
membunuh atau meracuni seseorang.
2. Bertentangan dengan kesusilaan
Contoh: Seseorang memberikan uang sebesar Rp 100.000,- tetapi pihak penerima tersebut
adalah orang membuat asusila
3. Bertentangan dengan ketertiban
Contoh: Seseorang memberikan uang sebesar Rp 100.000,- tetapi pihak penerima tersebut
adalah orang yang melakukan perbuatan melanggar ketertiban lalu lintas atau ketertiban umum.
Selanjutnya sebagaimana telah disinggung, sebagai pengecualian diperkenalkanlah perjanjian formil dan riil. Dalam kedua jenis perjanjian tersebut,
kesepakatan saja belum mengikat pada pihak yang berjanji. a. Dalam perjanjian formil, sesungguhnya formalitas tersebut diperlukan
karena dua hal pokok, yaitu yang meliputi sebagai berikut. -
Sifat dari kebendaan yang dialihkan yang dialihkan menurut ketentuan Pasal 613 dengan dan Pasal 616 Kitab Undang-Undang Hukum Perdta
Penyerahan Hak Milik atas kebendaan tersebut harus dilakukan dalam bentuk akte autentik atau akte dibawah tangan. Karena pengalihan dari
17 | H u k u m P e r j a n j i a n
kebendaan yang demikian mensyaratkan diperlukannya akta, segala perjanjian yang bermaksud ntuk memindahkan Hak Milik atas
kebendaan tersebut haruslah dibuat secara tertulis. Pasal 613 dan Pasal 616 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut berbunyi:
Pasal 613 “penyerahan piutang-piutang atas nama dan barang-barang lain yang tidak
bertubuh, dilakukan dengan jalan membuat akta autentik atau aktadi di bawah tangan yang melimpahkan hak-hak atas barang-barang itu kepada orang lain.
Penyerahan ini tidak ada akibatnya bagi yang berutang sebelum penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau disetujuinya secara tertulis atau diakuinya,
penyerahan surat-surat utang atas tunjuk dilakukan dengan memberikannya; penyerahan surat utang atas perintah dilakukan dengan memberikannya bersama
endosemen surat itu.”
Pasal 616 “penyerahan atau pertunjukan barang tak bergerak dilakukan dengan
pengumuman akta yang bersangkutan dengan cara seperti yang ditentukan dalam Pasal 620.”
Pasal tersebut membedakan penyerahan kebendaan bergerak menurut Pasal 612 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Dalam perjanjian riil, suatu tindakan atau perbuatan disyaratkan karena secara sifat dari perjanjian itu sendiri masih memerlukan tindak lanjut dari
salah satu pihak dalam perjanjian agar syarat kesepakatan bagi lahirnya perjanjian tersebut menjadi ada demi hukum.
18 | H u k u m P e r j a n j i a n
4. Asas Pacta Sunt Servanda Perjanjian Berlaku Sebagai Undang- Undang