3. Asas Konsensualitas Sepakat
Maksudnya bahwa dalam perjanjian yang dibuat adalah berdasarkan kesepakatan para pihak-pihak tertentuterkait. Secara tegas bahwa pihak-pihak
telah menyetujui adanya perjanjian itu dengan suatu konsensus, baik secara lisan atau kemudian diikuti secara tertulis. Kalau para pihak telah saling mempercayai,
maka kinsensus itu cukup dengan lisan, tetapi untuk elbih memperkuat konsensus kesepakatan itu dibuat secara tertulis ataupun dengan suatu akte. Apabila
kesepakatan itu dibuat dengan akte, dapat terjadi dengan akte dibawah tangan ataupun dengan resmi otentik.
Asas konsensualitas menentukan bahwa suatu perjanjian yang dibuat antara dua atau lebih orang telah mengikat sehingga telah melahirkan kewajiban
bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut, segera setelah orang- orang tersebut telah dicapai secara lisan semata-mata. Ini berarti pada
prinsipnyamengikat dan berlaku sebagaiperikatan bagi parapihak yang berjanjitidak memerlukan formalitas. Walau demikian, untuk menjaga
kepentingan pihak debitor atau yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi tertentu, maka diadakanlah bentuk-bentuk formalitas atau dipersyaratkan adanya
suatu tindakan nyata tertentu.
Pada awalnya baik hukum Jerman maupun hukum Romawi tidak mengenal persetujuan-persetujuan konsensual. Hukum Romawi berpegang teguh
pada persyaratan yang ketat bahwa persetujuan-persetujuan dengan beberapa pengecualian yang harus dipenuhi. Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu dapat dipandang sebagai persetujuan yang telah diadakan. Adapun asas konsensual ini secara prinsip terdapat pada pasal 1320 KUHPerd.
Bunyi pasal 1320 KUHPerd: “Untuk sahnya persetujuan diperlukan 4 Syarat:
1. Kesepakatan mereka yang mengikat diri; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu; dan
14 | H u k u m P e r j a n j i a n
4. Suatu sebab yang halal.”
1. Konsensus atau Sepakat