Asas Kebebasan Berkontrak Asas Hukum Perjanjian

Apabila dalam perjanjian itu antara A dan B tidak menetapkan resiko, maka akan berlaku resiko perjanjian jual-beli menurut pasal 1460 KUHPerd. Bunyi pasal 1460 KUHPerd: “ jika kebendaan yan dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, mamka barang itu sehak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya.” Jadi, apabila A dan B lupa menetapkan tentang resiko, maka menurut pasal 1460 KUHPerd yang menanggung resiko ialah pihak pembeli. Berarti menurut pasal 1460 KUHPerd pihak pembeli di rugikan, sedangkan pihak penjual diuntungkan dan berdasarkan pasal 1460 KUHPerd penjual dapat menuntut kekurangan pembayaran sebanyak Rp 400.000.000,00 lagi.

2. Asas Kebebasan Berkontrak

Prinsip bahwa orang terikat pada persetujuan-persetujuan mengasumsikan adanya suatu kebebasan tertentu didalam masyarakat untuk dapat terus serta di dalam lalu-lintas yuridis dan hal ini mengimplikasikan pula prinsip kebebasan berkontrak. Bilamana antara para pihak telah diadakan sebuah persetujuan maka diakui bahwa ada kebebasan kehendak diantara para pihak tersebut. Bahkan di dalam kebebasan kehendak ini diasumsikan adanya suatu kesetaraan ekonomis antara para pihak sering tidak ada. Dan jika kesetaraan antara para pihak tidak ada, maka nampaknya tidak ada kebebasan untuk mengadakan kontrak. Pengertian asas ini terlihat pada pasal 1338 ayat 1 KUHPerd, yang berbunyi: “Semua pesetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” 12 | H u k u m P e r j a n j i a n Dari pengertian pasal 1338 ayat 1 KUHPerd menunjukan bahwa, perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan mengikat bagi kedua belah pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan. Pengertian ini di sebut Pactum Sunt Servanda, kekuatan berlakunya bagi pihak- pihak adalah dengan beberapa batasan, yaitu; 1. Tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum. Contoh: Apabila seserang A membuat perjanjian akan memberikan uang sebanyak Rp 500.000,- kepada pihak lain B, asal saja pihak kedua B bersedia untuk membuat kegaduhan di kampung atau di jalan raya untuk mengganggu lalu lintas. Sesuai pasal 1335 KUHPerdata yang berbunyi: “Suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan.” 2. Tidak boleh bertentangann dengan kesusilaan. Contoh: Apabila A membuat perjanjian akan menjual barang kepada si B, asal saja B mau berbuat asusiila seperti membuka baju di jalan maupun meninggalkan agama yang di anutnya. Sesuai pasal 1337 KUHPerdata yang berbunyi: “suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik ketertiban umum.” 3. Tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Hukum Memaksa atau Hukum Keras, Contoh: Jual-beli senjata api, membuat obat bius, menjual narkotika, perdagangan anak,dll. Sesuai pasal 1332 KUHPerdata yang berbunyi: “hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu perjanjian.” 13 | H u k u m P e r j a n j i a n

3. Asas Konsensualitas Sepakat