Asas Kontrak Sebagai Hukum Yang mengatur

2. Menurut Satjipto Raharjo Asas hukum dapat diartikan sebagai suatu hal yang dianggap oleh masyarakathukum yang bersangkutan sebagai basic truth atau kebenaran asasi, sebab melalui asas-asas hukum itulah pertimbangan etis dan sosial masyarakat masuk kedalam hukum. Dengan demikian, asas hukum menjadi semacam sumber untuk menghidupi tata hukumnya, dengan nilai-nilai etis, moral, dan sosial masyarakatnya.

2.3.2 Asas Hukum Perjanjian

Menurut K.U.H.Perd BW, maka didalam hukum perjanjian Overeenkomstrecht di Indonesia Civil Law terdapat beberapa asas-asas yaitu;

1. Asas Kontrak Sebagai Hukum Yang mengatur

Didalam pengertian asas-asas ini, secara prinsip menyeluruh pihak-pihak yang membuat isi perjanjian harus secara lengkap dan sempurna tanpa mempunyai kekurangan. Akan tetapi, apabila isi perjanjian yang dibuat itu terdapat kekurangan, maka kekurangan akan ditambah atau dilengkapi dari pasal-pasal undang-undang yang berlaku. Asas ini menunjukan bahwa yang diutamakan perjanjian itu, kehendak dan maksud kedua belah pihak secara bebas dan diperkenankan pihak-pihak itu dalam membuat perjanjian bertentangan dengan undang-undang yang terdapat pada buku III KUHPerd. Walaupun pihak-pihak dalam membuat telah berusaha selengkap- lengkapnya dan sempurna, a kan tetapi manusia mempunyai kekurangan dan akan ada saja kekurangan-kekurangan itu. Kekurangan isi perjanjian akan ditambah atau dilengkapi dari pasal-pasal undang-undang yang terdapat pada buku III KUHPerd. Contoh: Si A sebagai pembeli yang berdomisili di Jakarta membuat perjanjian jual-beli pada tanggal 1 Januari 2016 di Semarang dengan B sebagai penjual yang 10 | H u k u m P e r j a n j i a n berdomisili di Surabaya mengenai sebuah mobil yang berada di Bandung dengan harga Rp 500.000.000,00. Di dalam perjanjian itu B berjanji akan menyerahkan mobilnya pada tanggal 15 Januari 2016 dan pada tanggal 1 Januari A memberikan uang muka sebesar Rp 100.000.000,00 sedangkan sisanya dibayar pada tanggal 15 Januari 2016. Di dalam perjanjian jual-beli itu oleh A dann B dibuat perjanjian lengkap dan sempurna, tetapi sebagai manusia dapat saja pihak-pihak itu lupa mengatur sesuatu. Dari contoh di atas maka kita ambil perempumaan, mereka lupa mengatur dalam masalah; a. Penyerahan barang levering b. Resiko yang mungkin terjadi pada saat perjanjian sedang berlangsung Penjelasan a: Apabila A dan B dalam perjanjian jual-beli itu lupa mengatur masalah penyerahan barang, maka akan berlakulah pengaturan penyerahan barang menurut pasal 1477 KUHPed. Bunyi pasal 1477 KUHPed: “ penyerahan harus dilakukan di tempat barang berada pada waktu penjualan, jika tentang hal itu tidak diadakan persetujuan lain.” Jadi, apabila A dan B lupa menetapkan dalam perjanjian jual-beli mengenai penyerahan barang mobil itu, maka berlakulah pasal 1477 KUHPed yang menetapkan penyerahan barang dilakukan di tempat barang berada pada waktu perjanjian. Penyelesaian b: Apabila dari contoh perjanjian jjual-beli tersebut di atas, mobil yang akan diserahkakn oleh B kepada A tanggal 15 Januari 2016 teernyata tanggal 10 Januari 2016 mobil tersebut musnah atau hilang, tanpa salah dari satu pihak manapun. 11 | H u k u m P e r j a n j i a n Apabila dalam perjanjian itu antara A dan B tidak menetapkan resiko, maka akan berlaku resiko perjanjian jual-beli menurut pasal 1460 KUHPerd. Bunyi pasal 1460 KUHPerd: “ jika kebendaan yan dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, mamka barang itu sehak saat pembelian adalah atas tanggungan si pembeli meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak menuntut harganya.” Jadi, apabila A dan B lupa menetapkan tentang resiko, maka menurut pasal 1460 KUHPerd yang menanggung resiko ialah pihak pembeli. Berarti menurut pasal 1460 KUHPerd pihak pembeli di rugikan, sedangkan pihak penjual diuntungkan dan berdasarkan pasal 1460 KUHPerd penjual dapat menuntut kekurangan pembayaran sebanyak Rp 400.000.000,00 lagi.

2. Asas Kebebasan Berkontrak